Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kemajuan utama dalam perawatan kesehatan modern adalah


perbaikan perawatan akhir hayat pada pasien yang mengalami penyakit
terminal. Sebagian besar pasien terminal akan sangat menderita, penderitaan
berupa fisik, mental dan atau spiritual (Kemp,2009). Selain kegiatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, pasien dengan penyakit yang sulit
disembuhkan seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru
obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/heart
failure, penyakit genetik, dan HIV/AIDS juga memerlukan perawatan paliatif
(Supari, 2007).

Menurut Ketua Masyarakat Paliatif Indonesia (MPI) Drajad Ryanto


Suardi dalam seminar yang bertema Sharing the care (Peduli perawatan
paliatif untuk sesama), jumlah pasien yang memerlukan perawatan paliatif
meningkat, seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, disamping
pasien kanker, jumlah penyakit motor neuron dan penyakit saraf serta
pasien HIV-ADIS juga meningkat. Dari pasien yang rawat inap di RSCM pada
2009, terdapat 65% pasien paliatif, yang 60% pasien neurologi, lebih 60%
pasien ODHA dalam stadium lanjut(Hendry, 2010).Saat ini pelayanan kesehatan
di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit
disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas
pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar
mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya (upari,
2007).Perawatan paliatif di Indonesia baru dimulai pada tanggal 19 Februari
1992. Prof Sunaryadi, Kepala Pusat Pengembangan Paliatif & Bebas Nyeri RSU
Dr. Soetomo menuturkan dari tahun 1992-2010 pelayanan perawatan paliatif
baru ada di 6 ibukota besar yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali danSulawesi Selatan(Aselmahumka, 2008)

1
Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang
bersifat universal dan unik secara individual. Hidup adalah serangkaian
kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang mulai berjalan mencapai
kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia dengan perubahan visual dan
pendengaran mungkin kehilangan keterandalan dirinya.

Kematian suatu bagian kehidupan yang takdapat dihindari dan bagian yang
paling sulit untuk diterima. Setiap orang meninggal dengan unit dan oleh
karenanya harus dirawat secara unit; karena itu perawat harus mengembangkan
dan mempertahankan hubungan kebutuhan-perseptif positif dengan pasien dan
keluarga yang akan memungkinkan pasien meninggal dalam keadaan nyaman dan
dengan terhormat.

Manusia dapat mengantisipasi kematian. Hal ini dapat menyebabkan banyak


reaksi termasuk ansietas, perencanaan, menyangkal, mencintai, kesepian,
pencapaian, dan kurang pencapaian. Kematian dapat merupakan suatu
pengalaman yang luar biasa sehingga dapat mempengaruhi seseorang menjelang
ajal dan keluarga, teman, dan pemberi asuhan mereka. Cara seseorang meninggal
mencerminkan gaya kehidupan orang tersebut, latar budaya keluarga, keyakinan,
dan sikap tentang kehidupan dan kematian.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana sikap dan peran perawat dalam penerapan tindakan


keperawatan paliatif ?

1.3 Tujuan Umum

Untuk mengetahui penerapan tindakan keperawatan paliatif di Rumah


Sakit.

1.4 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui pengertian Keperawatan Paliatif
2. Untuk mengetahui contoh kasus paliatif yang terjadi di Rumah Sakit
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan perawat terhadap kasus yang terjadi
BAB II

CONTOH KASUS

Ny. Nira ( 45 tahun) dan TN Aryo ( 47 Tahun ) sudah 15 tahun menikah.


Mereka dikarunia satu anak laki- laki yang yang masih sekolah SMA dan satu
orang anak perempuan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kehidupan mereka
cukup baik Ny. Nira bekerja sebagai kepala cabang dari suatu Bank Negri dan
Tn. Aryo sebagai seorang kontraktor yang sering berpindah- pindah daerah dalam
pekerjaannya. Namun dibalik kebahagiaan keluarga itu satu tahun yang lalu Ny.
Nira mendapati benjolan di payudaranya tetapi beiau tidak begitu menyadarinya.

Namun seiring berjalannya waktu, ia merasakan benjolan di payudaranya


semakin membesar. Benjolan itu juga mulai mengeras, kadang terasa nyeri. Ia
juga tidak menemukan gejala khas kanker payudara seperti payudara bersisik atau
kulit jeruk, perubahan bentuk putting atau keluarnya darah dan cairan. Gejala
yang dirasakan hanya sakit di bagian ketiak. Ia mulai letih dan kehilangan stamina
. Akhirnya Ny. Nira diantar dengan suaminya memutuskan berobat ke dokter.

Dokter pun melakukan open biopsy, yakni yang dilakukan dengan


mengambil sample jaringan di bagian dekat putting. Hasilnya keluar sepekan
kemudian dan kecurigaan Ny. Nira pun terbukti ia didiagnosa kanker payudara
stadium akhir dan telah bermetastase ke organ tubuh yang lainnya. Ny. Nira pun
terpukul dan menangis memikirkan nasibnya yang masih mempunyai anak di usia
sekolah dan tidak percaya. Ny Nira menangis sejadi jadinya dan menyalahkan
kenapa Tuhan memberikan cobaan yang begitu berat diusianya yang ke 45 tahun.
Mendengar itu perawat pun berusaha menenangkan Ny Nira agar dokter bisa
menjelaskan terapi apa saja yang akan dilalui Ny Nira

Bulan demi bulan Ny Nira melakukan pengobatan kemoterapi tapi yang


didapatkan adalah kondisi tubuhnya semakin buruk, sehingga dokter
menyarankan untuk melakukan operasi pengangkatan payudara. Setelah payudara
Ny. Nira diangkat Ny. Nira sudah mulai bugar. Tetapi seminggu kemudian Ny.
Nira pingsan dan dipindahkan ke ICU. Dokter mengatakan bahwa pemeriksaanya
kankernya teah bermetastase ke Hati dan patu- paru. Dokter pun mnyarankan
keluarga untuk melakukan perawatan paliatif untuk persiapan menuju ke
kehidupan selanjutnya. Mendengar itu suami Ny. Nira tidak setuju dan meminta
dilakukan pengobatan terbaik bahkan kalau bisa dirujuk ke rumah sakit yang ada
di luar negri agar bisa disembuhkan bagaimana pun caranya.

Bagaimana sikap anda sebagai perawat dalam menyikapi kasus tersebut?

Anda mungkin juga menyukai