Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TUBERKULOSIS (TB)
No. Dokumen: Ditetapkan oleh:
No. Revisi: Direktur RSU St. Rafael
Tanggal Terbit:

dr. Maria Naki


Penyakit sistemik akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis
Pengertian
dengan lokasi infeksi primer pada paru-paru.
Gejala TB pada anak umumnya tidak khas, namun dapat ditemukan:
1. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan meskipun telah
diberikan upaya perbaikan gizi dalam waktu 1-2 bulan, disertai
penurunan nafsu makan.
2. Demam, umumnya tidak tinggi, berlangsung ≥ 2 minggu
dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas.
3. Batuk lama, berlangsung ≥ 2 minggu, tidak pernah reda atau
semakin parah, dan tidak membaik dengan pemberian antibiotik
atau obat asma.
4. Anak tampak lesu, kurang aktif bermain
5. Dapat ditemukan pembesaran kelenjar superfisial leher, ketiak,
lipat paha dalam, atau tempat lain.
Anamnesis 6. Diare persisten, tidak sembuh dengan pengobatan baku, atau
perut membesar karena cairan, atau teraba massa dalam perut.
7. Bila TB menginfeksi organ ekstraparu, dapat ditemukan:
 Benjolan di punggung (gibbus), sulit membungkuk, pincang,
atau pembengkakan sendi
 Gambaran kelainan kulit khas yaitu skrofuloderma
 Gejala iritabel, kaku pada leher, penurunan kesadaran,
muntah-muntah
 Lesi flikten pada mata
 Limfadenopati multipel pada leher, ketiak, lipat paha dalam,
berukuran besar pada umumnya (lebih dari 2x2 cm)
sehingga terlihat jelas.
8. Perlu ditanyakan adanya kontak TB dan riwayat imunisasi BCG.
Umumnya kelainan fisik tidak khas, namun dapat temukan jika TB
mengenai organ tertentu.
1. Gizi kurang dengan grafik berat badan dan tinggi badan pada
posisi bawah saat diplotting
2. Suhu subfebris
Pemeriksaan
3. TB vertebra: gibbus, kifosis, paraparesis, atau paraplegia
Fisik
4. TB coccyx atau TB genu: pincang, nyeri pada pangkal paha atau
lutut
5. TB kelenjar: pembesaran kelenjar getah bening multipel,
konfluens, tidak nyeri pada penekanan.
6. Skrofuloderma: ulkus kulit dengan skin bridge, biasanya terjadi
di daerah leher, aksila, atau inguinal.
7. TB mata: konjungtivitis fliktenularis, yaitu bintik putih di limbus
kornea yang sangat nyeri, pada funduskopi dapat ditemukan
tuberkel koroid.
8. Meningitis TB: gejala meningitis dan dapat ditemukan gejala
lesi desak ruang jika terjadi tuberkuloma otak.
1. Uji tuberkulin PPD
2. Pemeriksaan sputum BTA
3. Pemeriksaan BTA pada cairan lambung (didapatkan dari
Pemeriksaan
tindakan bilas lambung)
Penunjang
4. Pemeriksaan bakteriologis pada cairan tubuh dari organ yang
dicurigai terkena TB
5. Foto rontgen toraks anteroposterior dan lateral kanan.
1. Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Konfirmasi bakteriologis TB, adanya bukti infeksi TB (uji
tuberkulin positif)
3. Gambaran foto toraks sugestif TB (pembesaran kelenjar hilus
atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat, konsolidasi
segmental/lobar, efusi pleura, gambaran TB milier, atelektasis,
kavitas, kalsifikasi dengan infiltrat, tuberkuloma)
4. Skoring TB anak ≥ 6 atau <6 dengan uji tuberkulin + dan/atau
ada kontak TB paru.

Kriteria
Diagnosis

Gambar 1. Skoring TB Anak2


1. Terduga TB anak (mempunyai gejala klinis mendukung TB)
2. TB anak terkonfirmasi bakteriologis
Diagnosis Kerja
3. TB anak terdiagnosis secara klinis
4. Berdasarkan lokasi penyakit: TB paru atau TB ekstraparu
Diagnosis 1. Pneumonia
Banding 2. Asma
Tata Laksana

Gambar 2. Alur diagnosis dan tatalaksana TB paru anak2

Gambar 3. Paduan OAT dan lama pengobatan TB pada anak2

1. Dosis OAT sesuai berat badan:


 Isoniazid 10 mg/kgBB
 Rifampisin 15 mg/kgBB
 Pirazinamid 35 mg/kgBB
 Etambutol 20 mg/kgBB
2. Apabila menggunakan KDT, dosis sebagai berikut: (apabila
anak obesitas, perhitungan menggunakan berat badan ideal)

Gambar 4. Dosis OAT KDT pada TB anak2

3. Kortikosteroid diberikan pada kondisi meningitis TB, TB milier,


TB pleura, TB abdomen, perikarditis TB, endobronkial TB.
Steroid yang digunakan adalah prednison dengan dosis 2
mg/kgBB/hari sampai 4 mg/kg/hari pada sakit berat (dosis
maksimal 60 mg/hari) selama 4 minggu. Tappering-off
dilakukan setelah 2 minggu pemberian.
4. Suplementasi piridoksin 5-10 mg/hari direkomendasikan pada
anak malnutrisi berat dan HIV positif.
5. Status gizi pada anak dengan TB sangat mempengaruhi
keberhasilan pengobatan TB, sehingga pemberian makanan
tambahan sebaiknya diberikan selama pengobatan.
6. Anggota keluarga lain yang tinggal serumah harus diperiksa
lebih lanjut untuk kemungkinan menderita TBC.
1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding, dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelasan rencana dan alternatif tindakan, durasi, risiko dan
komplikasi, prognosis
3. Penjelasan perkiraan lama rawat/lama pengobatan dan
Edukasi
pentingnya kepatuhan minum obat
4. Penjelasan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi TB
dengan menggunakan masker
5. Penjelasan tentang kontrol berkala untuk memantau status gizi,
adanya efek samping obat, dan respons terapi.
Quo ad vitam: dubia
Prognosis Quo ad sanationam: dubia
Quo ad functionam: dubia
Penelaah Kritis SMF Ilmu Kesehatan Anak
1. Terjadi perbaikan klinis
Indikator 2. Hemodinamik stabil
3. Lama hari rawat: bisa sampai 7 hari pada kasus meningitis TB
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid
Kepustakaan II. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011.
2. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis
Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2016.

Anda mungkin juga menyukai