IBNU RIYANTO
DISUSUN OLEH :
SLAMET ARIFIN (26)
KELAS XIII - A
Salah satu penghargaan yang sangat berkesan berasal dari Museum Rekor
Indonesia (MURI) sebagai pemilik toko batik terbesar dan terluas pada usia termuda
(23 tahun).
Meski sudah meraih kesuksesan di usia muda, Ibnu tak langsung besar
kepala. "Saya tidak mau seperti dinosaurus, ketika sudah besar kemudian punah,"
ungkapnya saat ditemui team Berita BCA belum lama ini di toko Batik Trusmi, Desa
Trusmi, Plered, Cirebon.
Bagi Ibnu, usia muda adalah kesempatan untuk terus melakukan eksplorasi
kemampuan diri dan semakin tertantang untuk meraih yang belum bisa dicapainya.
"Mumpung masih muda dan masih cukup banyak energi, saya akan terus
mengembangkan diri. Saya memang tipe orang yang tidak mudah puas dengan
apapun yang sudah saya capai," kata Ibnu.
"Dulu saya bandel. Lulus SMA saya langsung menikah. Saya ingin
membuktikan kepada orang tua kalau saya mampu mandiri. Begitu punya
tanggungan istri, saya jadi bersemangat untuk memulai usaha sendiri. Saat itulah,
pertama kali saya menjadi nasabah bank ya BCA," katanya.
Ketika memasarkan batik dagangannya, tak jarang Ibnu harus tidur di masjid
demi mengirit uang yang harus diputarnya untuk mengembangkan usaha. Ya, meraih
sukses memang tak semudah membalikkan tangan butuh perjuangan dan
pengorbanan.
Beruntung satu toko di salah satu pusat perbelanjaan teramai di Jakarta mau
membayar lunas dagangannya sebesar Rp25 juta. Pencapaian itu membuatnya
semakin bersemangat dan percaya diri hingga semakin ulet memasarkan batiknya.
Seiring dengan semakin laris dagangan batiknya, Ibnu pun membuka usaha konveksi
sendiri dan berkat ketekunannya, Ibnu mampu membuka toko batik yang diberinya
nama Batik Trusmi mengikuti nama desa penghasil batik ternama di Cirebon.
Usahanya membangun bisnis akhirnya mendapat penghargaan rekor MURI pada 25
Maret 2013 lalu.
"Tapi juga diperlukan kerja keras dan kemauan untuk maju serta berani
mengambil resiko. Dan tentu saja, rasa selalu ingin mencapai yang lebih lagi," papar
Ibnu.
Saat ini Ibnu mampu menghidupi setidaknya 500 orang karyawan dan
membuka kesempatan bagi sedikitnya 50 perajin batik rumahan untuk memasarkan
batik di toko miliknya.
Ibnu Riyanto bukan hanya dikenal sebagai pemilik toko "Pusat Grosir Batik
Trusmi" dengan luas hampir 9.000 meter persegi di atas tanah seluas 12.000 meter
persegi.
Tapi Ibnu juga membuka gerai batik untuk kelas menengah ke atas yang diberi
nama "Pesona Batik", sebuah gerai batik memadukan seni budaya dan keindahan
gedung peninggalan sejarah. Pesona Batik ini pun diresmikan oleh Wakil Gubernur
Jawa Barat Dedi Mizwar pada 27 Maret 2014 lalu.
Tidak berhenti disitu, Ibnu juga membuka sejumlah toko batik dan puluhan
gerai batik di sejumlah mal baik di Cirebon maupun kota lainnya. Untuk mereka yang
gemar berbelanja via online, Ibnu juga membuka website www.batiktrusmi.com yang
dipopulerkan juga melalui sosial media. Insting bisnisnya terus diasah. Saat ini, Ibnu
pun melebarkan sayap bisnisnya dengan terjun ke dunia properti.
Terinspirasi dengan kisah sukses Ibnu Riyanto? Maka, jangan pernah berhenti
untuk mengeksplor kemampuan diri Anda, miliki kemauan keras untuk maju dan
berani mengambil resiko seperti yang pernah dilakukan Ibnu Riyanto.
1. Bentuk mobilitas sosial : Vertikal
2. Faktor pendorong : Faktor Individu
3. Faktor penghambat :