Anda di halaman 1dari 14

TATALAKSANA TAMBAHAN SKENARIO 3

DIARE
a. Jambu Biji (Psidium guajava L)
Jambu biji digunakan dengan menggunakan daunnya karena pada daun jambu biji
terdapat tanin, tanin bersifat adstringensia (pengelat) karena dapat menciutkan selaput
lendir usus. Sehingga mengurangi pengeluaran cairan diare dan desentri (Tan dan Raharja
2002).

b. Kara ( Dolichos lablab L.)


Kara mempunyai kandungan kalsium, protein, lemak, fosfor, besi, belerang, vit A,
B1, C, magnesium. Kandungan dari besi, lemak, fosfor, vit A, B1, C pada kara bisa
digunakan untuk memulihkan sistem imun. Sehingga orang yang terkena diare tenaganya
bisa pulih, dan tidak lemas lagi. Penggunaan kara dengan cara daunnya diremas-remas,
sehingga kandungan yang ada di kara tidak hilang. Penggunaan dengan cara dibalurkan ke
perut akan menghangatkan perut, sehingga dapat sedikit menghentikan diarenya. Tetapi
penggunaan dengan cara dibalurkan kurang efektif sebaiknya dengan cara diminum saja
agar efeknya lebih optimal.
c. Ketumbel (Glochidion littorale Blume).
Ketumbel mempunyai kandungan aktif yaitu tanin, tanin bersifat adstringensia
(pengelat) karena dapat menciutkan selaput lendir usus. Sehingga mengurangi pengeluaran
cairan diare dan desentri (Tan dan Raharja 2002).
d. Kunyit (Curcumae domesticaeVal.)
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas, dan
dapat bersifat adstringensia. Kandungan aktif kunyit untuk pengobatan diare adalah tanin,
tanin bersifat adstringensia (pengelat) karena dapat menciutkan selaput lendir usus.
Sehingga mengurangi pengeluaran cairan diare dan desentri (Tan dan Raharja 2002).

e. Lengkuas (Languas galangal(L.) Stuntz).


Dalam lengkuas terdapat eugenol, minyak atsiri, lengkuas bisa digunakan untuk
mengobati diarea karena kandungan minyak atsirinya. Minyak atisiri bersifat sebagai
antibakteri karena minyak atsirinya dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan
bakteri dengan mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel. Membran atau
dinding sel tidak terbentuk atau terbentuknya tidak sempurna (Azizah, 2004).
f. Manggis (Garcinia mangostana L)
Kandungan aktif manggis untuk pengobatan diare adalah tanin, tanin bersifat
adstringensia (pengelat) karena dapat menciutkan selaput lendir usus. Sehingga
mengurangi pengeluaran cairan diare dan desentri (Tan dan Raharja 2002).
g. Nangka (Artocarpus heterophylus Lam).
Nangka mempunyai kandungan vitamin B, kalsium, protein yang dapat
mengembalikan tenaga seperti semula setelah terkena diare. Selain itu nangka juga
mempunyai kandungan alkaloid, flavonoid yang merupakan senyawa fenol (Harbone,
1987). Kandungan senyawa yang berperan adalah alkaloid, karena alkaloid bisa digunakan
sebagai antibakteri dengan mengganggu terbentuknya jembatan silang komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri. Sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 2005).

h. Pala (Myristica fragrans Houtt)


Pala bisa digunakan sebagai antidiare karena kandungan minyak atsirinya.Minyak
atsiri bersifat sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan
bakteri dengan mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel. Membran
ataudinding sel tidak terbentuk atau tidak sempurna (Azizah 2004). Pada pala juga
mengandung miristin yang sifatnya menenangkan sehingga pasien yang terkena diare dapat
tenang, karena rasa tegang juga bisa memicu diare (Nurhari,2002).
i. Patikan kebo (Euphorbia hirta L).
Kandungan aktif patikan kebo untuk pengobatan diare adalah tanin, tanin bersifat
adstringensia (pengelat) karena dapat menciutkan selaput lendir usus. Sehingga
mengurangi pengeluaran cairan diare dan desentri (Tan dan Raharja 2002).
j. Pepaya (Carica papaya L)
Kandungan pada pepaya yang digunakan untuk diare adalah saponin, alkaloid,
flavanoid (Harbone, 1987). Kandungan senyawa yang berperan adalah alkaloid, karena
alkaloid bisa digunakan sebagai antibakteri dengan mengganggu terbentuknya jembatan
silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri. Sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 2005).
DIABETES MELITUS
a. Umbi Bawang Merah (Allii Cepae Bulbi)

Penelitian aktivitas antidiabetes umbi bawang merah telah dilakukan pada berbagai
hewan uji. Ekstrak kloroform, etanolik, petroleum eter (0,25 g/kg) atau ekstrak air (0,5 ml)
dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit atau kelinci yang dibuat diabetes dengan
penginduksi alloksan, glukosa dan epinefrin. Pemberian bawang merah selama 8 minggu
memperlihatkan efek yang nyata pada penurunan kadar lemak darah dan juga glukosa
darah pada tikus. Pemberian senyawa kuersetin (flavonoid) yang juga terdapat dalam
bawang merah dapat mencegah glukogenesis, hal ini sangat bermanfaat dalam mencegah
komplikasi penyakit jantung pada pasien diabetes.
Aktivitas farmakologi umbi bawang merah didukung pula oleh uji klinis.
Pemberian ekstrak air bawang merah (100 mg) dapat menurunkan kadar gula darah pada
orang dewasa setelah pemberian glukosa. Sediaan jus bawang merah (50 mg) pada pasien
diabetes dapat menurunkan kadar glukosa darah. Selain itu, pemberian bawang merah
mentah pada pasien diabetes tipe 2 dapat menurunkan dosis obat antidiabetes konvensional
dalam mengontrol kadar gula darah.

b. Umbi Bawang Putih (Allii Sativi Bulbi)

Beberapa studi melaporkan aktivitas antihiperglikemia ekstrak bawang putih pada


tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozotosin. Selain menurunkan kadar gula darah,
pemberian bawang putih juga menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida. Efek
hipoglikemia ekstrak air bawang (100 mg/kg sehari) selama 8 minggu dapat memperbaiki
disfungsi endotelium tikus yang diinduksi dengan streptozotosin. Dengan aktivitas
tersebut, pemberian suplemen bawang putih untuk penderita diabetes menghambat
komplikasi dari diabetes. Mekanisme hipoglikemia ekstrak bawang putih diduga melalui
peningkatan produksi insulin dan melindungi insulin dari inaktivasi.
c. Lidah Buaya (Aloe)

Eksudat daun lidah buaya memperlihatkan efek antidiabetes melitus pada mencit
yang diinduksi dengan aloksan. Mekanisme antidiabetes diduga melalui stimulasi sintesis
atau sekresi insulin pada sel beta langerhans. Aktivitas antidiabetes ekstrak lidah buaya
sudah diujikan pada pasien dalam jumlah terbatas 5 penderita diabetes tipe 2. Fraksi dengan
berat molekul tinggi dapat menurunkan kadar gula darah penderita diabetes tipe 2 setelah
pemberian 6 minggu. Selain itu, setelah 4 minggu pemberian fraksi tersebut juga dapat
menurunkan kadar trigliserida darah secara bermakna. Pemberian aloe dapat mengurangi
komplikasi diabetes melitus pada sistem pembuluh darah diduga melalui peningkatan
sistem imunitas.

d. Kulit Kayu Manis ( Cinnamomi Cortex )

Ekstrak kulit batang kayu manis yang kaya akan prosianidin A dan B dengan dosis
200 dan 300 mg/kgbb diberikan pada mencit diabetes selama 14 hari dapat menurunkan
kadar gula darah secara signifikan. Mekanisme kerja dari oligomer prosianidin tersebut
dalam menurunkan kadar gula darah melalui perbaikan sensitivitas insulin.

e. Daun Sambiloto (Andrographidis Folium)


Efek antihiperglikemia sambiloto telah diperlihatkan pada berbagai metode uji.
Ekstrak etanolik sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi
dengan streptozotosin. Aktivitas ini diduga melalui peningkatan metabolisme glukosa dan
penghambatan aktivitas glukosa-6-fosfat hati, dan efeknya hampir setara dengan
metformin. Selain itu, ekstrak etanolik juga menurunkan kadar trigliserida darah, yang
menguntungkan pada penanganan penderita diabetes.

f. Biji Kelabet (Foenigraeci Semen)

Senyawa 4-hidroksiisoleusin, isolat dari biji kelabet pada konsentrasi 1µM sampai
10 µM meningkatkan pelepasan insulin yang diinduksi glukosa, baik pada pankreas tikus
maupun manusia. Aktivitas hipoglikemik pada pasien diabetes tipe 2 selama 10 hari dengan
dosis 2 kali 50 g sehari serbuk biji kelabet, dapat menurunkan glukosa darah puasa dan
meningkatkan toleransi glukosa. Dosis harian : dewasa untuk terapi ajuvan diabetes 25 g
serbuk biji atau yang setara.

g. Biji Kedelai (Glycine Max Semen)

Biji kedelai kaya akan inositol, senyawa yang diketahui memiliki aktivitas mirip
insulin. Selain itu, isoflavon yang terdapat pada biji kedelai dapat menghambat kerja enzim
α-glukosidase. Enzim ini berperan dalam hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida.
Dengan demikian, jumlah glukosa yang terserap dalam darah akan menurun.
h. Bunga Delima (Granati Flos)

Bunga delima memperlihatkan efek hipoglikemia. Pada pemberian ekstrak


alkoholik air bunga delima pada dosis 400 mg/kgbb intragastrik menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus diabetes yang diinduksi dengan aloksan. Selain itu, pemberian ekstrak
metanolik secara intraperitonial dosis 10 dan 20 mg/kgbb selama 4 minggu
memperlihatkan aktivitas antioksidan secara bermakna dilihat dari parameter kapasitas
antioksidan serum total. Dosis bentuk ekstrak air 250-500 mg dua kali sehari atau sediaan
yang setara.

i. Buah Pare (Momordicae Fructus)

Buah pare memperlihatkan efek antidiabetes pada hewan coba yang diinduksi
dengan streptozotosin. Mekanisme hipoglikemia diduga dengan berbagai mekanisme aksi.
Pada buah pare ditemukan senyawa yang bekerja dan struktur mirip dengan insulin.
Beberapa penelitian mirip insulin dari buah pare. Hasil penelitian lain menduga efek
antidiabetes insulin melalui penurunan pembentukan gula pada hepar, meningkatkan
sintesis glikogen dan meningkatkan oksidasi glukosa perifer. Dosis sediaan jus pada dosis
50 ml atau 100 ml memberikan efek yang terbaik pada gula darah dan HbA1c. dosis buah
pare kering 5 g.
j. Biji Jintan Hitam (Nigellae Sativi Semen)

Pemberian minyak biji jintan 400 mg/kgbb secara intragastrik selama 6 minggu
setelah diinduksi, minyak biji jintan menurunkan kadar glukosa darah dari 391 mg/dl
menjadi 325 mg/dl. Efek hipoglikemia ini melalui penghambatan glukoneogenesis dan
efek imunopotensiasi melalui stimulasi aktivitas fagositik makrofag. Efek minyak jintan
hitam dalam menurunkan kadar gula darah melalui berbagai mekanisme, antara lain :
stimulasi fungsi sel β-pankreas sehingga kadar insulin dalam serum meningkat. Dosis
sediaan berupa minyak jintan hitam 500 mg.

k. Daun Kumis Kucing (Orthosiphonis Folium)

Ekstrak sebanyak 0,2-1,0 g/kg pada uji toleransi glukosa secara oral menunjukkan
pengurangan konsentrasi glukosa dalam plasma (bergantung besarnya dosis) baik pada
tikus yang diabetes maupun tikus yang normal. Ekstrak 1,0 g/kg paling efektif dalam
menurunkan konsentrasi glukosa dalam darah dan hasilnya hampir sebanding dengan
respom yang dihasilkan glibenklamid dengan dosis 5 mg/kg, setelah pemberian berulang
secara oral ekstrak sebesar 0,5 g/kg selama 14 hari. Dosis harian dewasa bentuk herba
kering 6-12 g dalam bentuk infusa atau ekstrak dengan jumlah setara.
l. Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpae Pericarpium)

Uji klinik ekstrak kering daging buah mahkota dewa dengan berbagai dosis dari
62,5 hingga 250 mg terhadap 30 sukarelawan. Sukarelawan diberi glukosa per oral
sebanyak 75 g setelah 10 jam berpuasa. Kadar glukosa diukur sampai pada menit ke-180.
Dari penelitian ini diketahui bahwa pada dosis 125 mg mempunyai kecendrungan
menurunkan kadar gula darah.

m. Batang Brotowali ( Tinosporae Caulis )

Mekanisme penurunan kadar gula darah kemungkinan melalui pengambaran


glukogenesis, namun, studi lain memperlihatkan bahwa ekstrak segar dapat meningkatkan
sekresi insulin. Dengan demikian mekanisme brotowali dalam mengontrol kadar gula
darah, melalui aksi majemuk, tidak hanya penghambatan glukogenesis, tetapi juga
stimulasi sekresi insulin. Dosis simplisia 15 gram brotowali direbus dengan 600 ml air
hingga tersisa 300 ml, disaring, diminum 150 ml, sehari 2 kali, atau sediaan yang setara.

n. Biji Jamblang (Syzygium Cumini Semen)

Ekstrak alkoholik dan air dari biji jamblang memberikan efek hipoglikemia.
Ekstrak tersebut memperlihatkan efek pada enzim-enzim yang berperan pada metabolisme
karbohidrat seperti heksokinase dan glukosa-6-fosfat pada tikus diabetes. Ekstrak biji
jamblang juga memiliki aktivitas hipolipidemia ini berhubungan erat dengan aktivitas
antioksidan biji jamblang.

REFERENSI :
 Diah Permatasari, Diniatik, Dwi Hartanti. 2011. Studi Etnofarmakologi Tradisional
Sebagai Anti Diare Di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas. Jurnal Pharmacy,
Vol.08. No. 01, Hal : 51-62.
 Abdul Mun’im, Endang Hanani. Fitoterapi Dasar, Edisi 1 tahun 2011. Penerbit Dian
Rakyat. Hal : 172-190.

Anda mungkin juga menyukai