Anda di halaman 1dari 5

1.

Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50%
yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin
hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan
batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat
dengan berat keseluruhan lebih dari 50%.

Berikut ini beberapa perbedaan antara batuan karbonat dengan silisiklastik:


Asal-usul sedimen dan lingkungan pengendapan
Sedimen batuan silisiklastik umumnya berasal dari luar cekungan pengendapan
yang ditransportasikan ke dalam cekungan. Mekanisme transportasinya dapat
melalui angin, arus sungai, arus pasang surut, gelombang, aliran massa,
longsoran es, dan arus turbit (Tucker, 1991).
Berbeda halnya dengan sedimen batuan karbonat yang pada umumnya
diendapkan di atau dekat dengan tempat asal pembentukannya. Lebih dari 90%
sedimen karbonat yang ditemukan saat ini dianggap terbentuk secara biologi dan
pada lingkungan laut (Milliman, 1974; Wilson, 1975; Sellwood, 1978; Tucker &
Wright, 1990).
Distribusi dari kebanyakan sedimen karbonat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dari organisme penghasil kalsium
karbonat. Parameter ini termasuk temperatur, salinitas, dan kehadiran sedimen
silisiklastik (Lees, 1975).
Kebanyakan koral dan organisme reef sensitif terhadap kedalaman dan cahaya,
sehingga produksi karbonat maksimum umumnya tercapai pada kedalaman 10
m pertama lingkungan laut (Schlager, 1992). Oleh karena itu, secara umum
sedimen karbonat awalnya terbentuk dan terendapkan di perairan laut dangkal.
Lingkungan pengendapan batuan karbonat terutama di laut tropis dengan kondisi
air dangkal, hangat, dan bersih. Kondisi ini dapat ditemukan di utara dan selatan
khatulistiwa antara garis lintang 30 derajat utara dan selatan. Sedangkan untuk
batuan silisiklastik tidak terpengaruh iklim, dapat ditemukan dimana-mana,
melimpah di semua kedalaman, baik di air tawar maupun lingkungan laut.
Kontrol biologis terhadap tekstur dan fabrik sedimen
Asal biologis partikel sedimen karbonat menjadi kendala yang cukup besar
terhadap analisis tekstur dan fabrik pada sedimen dan batuan karbonat.
Ukuran dan sorting sedimen silisiklastik umumnya dapat dijadikan indikator jenis
dan besar energi fisik (seperti angin, gelombang, arus, dan intensitasnya) yang
mempengaruhi tekstur sedimen di lokasi pengendapan (Folk, 1968). Ukuran dan
sorting dalam sedimen karbonat, lebih dipengaruhi oleh populasi dari organisme
pembentuk partikel, juga kekhasan ultrastruktur organismenya.
Parameter tekstur dan fabrik lainnya, seperti roundness, juga dipengaruhi oleh
kontrol biologis. Roundness dalam butiran silisiklastik dipercaya dapat menjadi
indikator dari jarak transportasi sedimen dan atau intensitas proses fisis yang
terjadi di lokasi pengendapan (Blatt, Middleton, & Murray, 1972). Roundness
butiran karbonat mungkin dikontrol oleh bentuk asal dari organisme penyusun
butiran tersebut (contohnya kebanyakan Foraminifera berbentuk bundar).
Komposisi Butiran
Sisa-sisa kerangka organisme menyusun sebagian besar sedimen berbutir kasar
yang diendapkan di lingkungan karbonat. Sehingga, komposisi butiran sedimen
dan batuan karbonat secara langsung dapat mencerminkan lingkungan
pengendapan karena kurangnya transportasi dalam rezim karbonat dan
berkaitan langsung dengan komponen biologis lingkungan pengendapannya.
Kemampuan untuk menentukan organisme penyusun butiran berdasarkan
ultrastrukturnya yang khas dan unik adalah elemen kunci dalam penggunaan
komposisi butiran untuk rekonstruksi lingkungan sekuen karbonat (Bathurst,
1975).
Sedangkan, komposisi butiran batuan silisiklastik terkait dengan asal utama
sedimen, iklim, tahap perkembangan tektonik dari sumber sedimen, daripada
kondisi di lokasi pengendapan (Krynine, 1941; Folk, 1954; Pettijohn, 1957; Blatt,
1982).
Porositas
Sistem pori batuan karbonat jauh lebih kompleks dibanding silisiklastik
(Choquette & Pray, 1970; Lucia, 1995b). Kompleksitas ini adalah hasil dari asal
biologis yang luar biasa dari sedimen karbonat dan proses diagenesis yang
dialaminya.
Karbonat bisa memiliki besar porositas sedimen sekitar 40% – 70%. Namun,
akibat diagenesis yang dialami, porositas batuan umumnya hanya sebagian kecil
dari porositas awal yaitu 5% – 15%. Pada batuan silisiklastik, porositas
sedimennya sekitar 25% – 40% dan porositas batuan bisa mencapai setengah
atau lebih dari porositas awal sekitar 15% – 30%.
Tipe porositas akhir pada batuan karbonat bervariasi tergantung pada organisme
penyusun dan proses diagenesis yang dialaminya. Sedangkan pada silisiklastik,
tipe porositas umumnya interpartikel.
Pada karbonat, ukuran pori umumnya menunjukkan sedikit hubungan dengan
ukuran partikel sedimen dan sorting. Berbeda dengan silisiklastik yang ukuran
porinya terkait erat dengan packing dan sorting.
Sekuen stratigrafi
Batuan sedimen silisiklastik dan karbonat dibagi berdasarkan permukaan yang
merupakan respon terhadap perubahan muka air laut. Perbedaan dalam sekuen
stratigrafi disebabkan karena akumulasi karbonat cenderung terbentuk secara
“in-place”, sedangkan silisiklastik ditransportasikan ke dalam cekungan
pengendapan.
Laju produksi karbonat terbesar berada dekat permukaan air laut karena terkait
dengan fotosintesis, jadi bergantung pada kedalaman air laut. Fasies dan fabrik
karbonat dapat dijadikan sebagai indikator posisi muka air laut.

2. Organik
- Ekstraksi CaCO3 dari air laut atau air tawar
Efek Segera: Meningkatkan pertumbuhan kerangka (cangkang atau uji)
Efek utama: membentuk alochem lanau sampai kerikil saat mati atau organisme
- Fotosintesis
Efek langsung: "stiffeners" internal
Efek utama: bentuk mikrit (lumpur karbonat) setelah kematian organisme
- Pembusukan jaringan lunak
Efek langsung: dapat meningkatkan alkalinitas, pH meningkat
Efek Utama: Mendorong presipitasi CaCO3
- Makan, konsumsi sedimen
Efek langsung: membentuk kembali sedimen
Efek utama: menghasilkan pelet
- Aktivitas Bakteri
Efek langsung: meningkatkan curah hujan CaCO3
Efek utama: meningkatkan presipitasi mikrit, menghasilkan peloid, mengalkulasi tikar
mikroba
Anorganik
suhu
arah perubahan: increse
efek diarahkan: kehilangan CO2, peningkatan ph
efek pada kelarutan caco3: menurun (meningkatkan kecenderungan untuk mengendap)
jenis caco3 diendapkan: mikrit atau ooid

tekanan
arah perubahan: menurun
efek diarahkan: kehilangan CO2, peningkatan ph
efek pada kelarutan caco3: menurun (meningkatkan kecenderungan untuk mengendap)
jenis caco3 diendapkan: mikrit atau ooid

salinitas
arah perubahan: menurun
efek terarah: penurunan aktivitas kation asing
efek pada kelarutan caco3: menurun (meningkatkan kecenderungan untuk mengendap)
jenis caco3 diendapkan: mikrit atau ooid

3.

Folk

Parameter utama yang dipakai pada klasifikasi ini adalah tekstur deposisi. Folk
menyatakan bahwa proses pengendapan batuan karbonat dapat disebandingkan dengan
proses pengendapan batupasir atau batulempung. Klasifikasi Folk menuntun kita untuk
mendeskripsi batuan karbonat tentang apa yang dilihat dan hanya sedikit untuk dapat
menginterpretasikan apa yang dideskripsi tersebut. Sebenarnya batuan karbonat merupakan batuan
yang mudah mengalami perubahan (diagenesis) oleh karena itu studi tentang batuan karbonat tidak
akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak mengetahui proses-proses yang terjadi
pada saat dan setelah batuan tersebut terbentuk.

Embry

Klasifikasi Embry Klovan lebih melihat batuan karbonat dari aspek deskriptif dan genesis, sehingga dalam
klasifikasinya tidak hanya mempertimbangkan kenampakan dibawah mikroskop tetapi juga kenampakan
lapangan (field observation).

Faktor
Klasifikasi Folk (1962) Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
Pembeda
Parameter Parameter Klasifikasi Folk Parameter Klasifikasi Embry & Klovan
Klasifikasi (1962) adalah tekstur deposisi. (1971) ialah pada tekstur pengembangan.
Folk (1962) mendasarkan Klasifikasi Embry and Klovan
Dasar
klasifikasi batuan karbonat seluruhnya didasarkan pada tekstur
klasifikasi
berdasarkan perbandingan relatif pengendapan dan lebih tegas di dalam
antara allochem, micrite, dan ukuran butir yaitu ukuran grain =/>0,03
sparite. – 2 mm dan ukuran lumpur karbonat
<0,03 mm.
Untuk mengetahu proses
pengendapan batuan karbonat
Tujuan Untuk menginterpretasi fasies terumbu
yang dapat disebandingkan
Klasifikasi dan tingkat energi pengendapan
dengan proses pengendapan
batupasir atau batulempung.

Mount (1985) menekankan bahwa tujuan dari klasifikasi adalah menempatkan suatu batuan ke
dalam kelompoknya secara tepat dan obyektif dengan menghindarkan interpretasi asal usul
batuan, sehingga yang ditonjolkan pada klasifikasi ini adalah deskriptif batuan secara obyektif.

Anda mungkin juga menyukai