Anda di halaman 1dari 35

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Badan Geologi
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kebencanaan Gologi


Jl. Cendana 15
Yogyakarta 55166
Phone : +62 274 514192-514180
Fax : +62 274
INDONESIA

Sistem Monitoring Gerakan Tanah


Berbasis WEB

Agus Sampurno
Sapari Dwiyono
ISI
1. PENGANTAR.................................................
2. DATA DAN TEKNIS...............................................
3. APLIKASI PERALATAN UNTUK GERAKAN TANAH : STUDI KASUS
4. DISKUSI
5. KESIMPULAN
6. REFERENSI
RINGKASAN
1. PENGANTAR
Di Indonesia hingga saat ini prediksi bencana tanah longsor hampir tidak mungkin
dilakukan. Pemantauan tanah longsor secara instrumental yang rinci belum
dimungkinkan karena kurangnya keahlian ilmiah ataupun anggaran yang tidak
cukup untuk instrumentasi dan belum dilakukannya investigasi bawah permukaan.
Selain itu, peran pemantauan sering tidak praktis, kecuali daerah yang luasannya
agak sempit dengan pemeriksaan intensif untuk tujuan terbatas.

Sebuah sistem pemantauan gerakan tanah untuk memberikan informasi


pergerakan tanah pada cakupan yang tidak luas selama musim hujan, sedang
dikembangkan untuk daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sistem ini didasarkan
pada hubungan empiris antara curah hujan, inisiasi longsor pada titik pengamatan
yang rentan terhadap gerakan tanah. Untuk sementara peralatan sensor terdiri atas
dua macam yaitu :

a. Ekstensometer
b. Sensor curah hujan

Pengembangan tambahan nampaknya perlu dilakukan mengingat kondisi lapangan


yang sangat beragam, terbatasnya sensor baik dari jumlah ataupun teknologi dan
juga kemampuan sistem akusisi yang dapat memberikan peringatan secara mandiri
belum dikembangkan. Pengembangan sementara untuk sistem yang telah
terpasang baru merujuk pada ( span treshold ) artinya pada nilai tertentu yang
sudah ditetapkan maka secara otomatis sistem akan memberikan peringatan.
Sebagai contoh untuk nilai ekstesometer dengan nilai terukur sebesar 150 Cm
maka sistem akan mengirmkan signal alert dan hal tersebut juga akan dapat
direspon oleh penerima di mana penerima dapat memerintahkan sistem di
lapangan untuk mengaktifkan modul yang ada misal sirine.

Adapun kondisi lapangan yang memerlukan perhatian untuk dikembangkan


dikarenakan sbb :

 Sedikitnya paparan sinar matahari pada titik penempatan sensor/stasiun


monitoring sehingga kekurangan catu daya pada sistem pemantauan dapat
terjadi terutama pada musim penghujan.
 Bentangan rekahan rentan longsor yang sangat panjang ± 800M (Bale
Agung, Grabag, Magelang-Jawa Tengah ),
 Bidang longsor yang sangat luas (Bale agung-Grabag, Magelang-Jawa
Tengah dan Sukamakmur Bogor-Jawa Barat).

Pengalaman yang telah didapatkan di lapangan menunjukkan bahwa sensor curah


hujan (tiping bucket) sering mengalami gangguan, di lain pihak data curah hujan
sangat diperlukan di dalam proses penentuan bahaya dini tanah longsor. Untuk
itulah diperlukan pengembangan bagaimana cara agar informasi curah hujan tetap
terus terjaga dengan baik.

Monitoring penetrasi air yang menyebabkan naiknya tekanan pala pori-pori tanah
dan monitoring kemiringan akibat perubahan tekanan pada lidah daerah berpotensi
longsor akibat tekanan selama ini juga belum dilakukan sehingga pengembangan
di masa yang akan datang perlu dipersiapkan.

Melalui teknologi WEB sistem pemantauan gerakan tanah ini dapat digunakan
melalui portal http://www.badangeologiinfo.com dan merujuk informasi tanah
longsor yang tidak semata hanya menyangkut data monitoring, maka
pengembangan informasi berbasis data ini akan menyertakan informasi sejarah
kejadian. Secara terbuka, masyarakat dapat menginformasikan kejadian tanah
longsor melalui portal yang tersedia, sehingga kejadian tersebut dapat digunakan
sebagai pelajaran di masa yang akan datang. Semakin banyak informasi dan data
yang masuk ke dalam sistem data base, maka sistem data base dengan basis tabel
seperti MySQL tentunya tidak akan cukup, mestinya mulai dari sekarang sudah
difikirkan penggunaan data yang berbasis dokumen, di mana berbagai informasi
dapat disimpan dan dibaca dengan cepat.

Pada tahapan sekarang ini sistem data base yang digunakan berbasis MySQL dan
data base juga dapat di lakses melalui jaringan internet. Diharapkan dengan
keterbukaan data base pada BADAN GEOLOGI maka data dapat dibagi ke BPBD
ataupun BNPB untuk dipergunakan bersama-sama. Sistem diharapkan dapat
memantau kejadian longsor dan Ini bisa digunakan sebagai prototipe untuk sistem
di daerah rawan longsor lainnya.
2. DATA DAN TEKNIS
A. SISTEM MONITORING GEOTEKNIK
Instrumentasi geoteknik menjadi tumpuan yang penting untuk monitoring gerakan
tanah yang dapat diandalkan. Instrumentasi geoteknik dapat mengidentifikasi
perubahan/evolusi mengenai geomorfologi tanah dengan tujuan-tujuan sebagai
berikut :
 Mengevaluasi keadaan sekarang dan ke depan mengenai kondisi stabilitas
daerah bahaya tanah longsor dalam kaitannya untuk studi dan penyebaran
informasi kepada masyarakat tentang keadaan terkini daerah yang dimonitor
yaitu berupa data ekstensometer dan curah hujan. Informasi yang ada
merupakan bentuk / sarana untuk menciptakan sistem peringatan dini.
 Sebagai sarana observasi dalam sebuah penelitian/studi.
 Sebuah sarana untuk mengevaluasi sebuah mitigasi bencana.

Untuk sebuah catatan bahwa data-data monitoring geoteknik tidak akan cukup
untuk memberikan informasi secara menyeluruh. Catatan sejarah dan peta kejadian
tanah longsor menjadi sangat penting untuk memberikan prediksi ke depan tentang
potensi tanah longsor di daerah tersebut. Untuk itulah dalam rancangan database
nantinya catatan-catatan sejarah tersebut menjadi isu yang penting ( termasuk peta
perubahan daerah terlanda).

Pada bagian ini akan diterangkan beberapa sistem monitoring geoteknik yang akan
memberikan nilai pengukuran, baik yang sudah diterapkan maupun yang belum
diterapkan : a). (Tiltmeter, Ekstensometer), b). Tekanan air tanah (Piezometer), c).
Geophone

A.1. Instalasi tiltmeter


Pemakaian tiltmeter untuk monitoring gerakan tanah baru dan pertama kali
diterapkan di stasiun Tawangmangu, Karanganyar, Jawa tengah. Tiltmeter yang
digunakan adalah type 707-A Geomechanis. Keterbatasan masukan analog pada
sistem GSM data logger mungkin menjadikan type sensor ini tidak efektif. Sebagai
catatan bahwa masukan data GSM Data Logger (0-5 Vdc atau 0-20mA).
Sedangkan keluaran tiltmeter ± 5Vdc. Untuk mensinkronkan dua peralatan
tersebut, Jewell telah mengeluarkan produk sesuai dengan input analog GSM Data
logger, salah satunya adalah model 901.
Model ini dapat memberikan output tegangan 0-5VDC dengan rentang sudut
pengukuran ± 10º ( rentang 20º) dengan scala faktor 4º/Volt.

Gambar 1. Pengukuran tiltmeter dipangkal lidah dan pada bidang gelincir massa gerakan
tanah.
Jewell juga mengeluarkan model tilt meter untuk dipasang pada bidang gelincir
massa gerakan tanah, model tersebut adalah 906 little dipper.

Gambar 2. Pengukuran tiltmeter pada bidang gelincir massa gerakan tanah


mempergunakan little deeper, untuk memantau pergerakan mendatar suatu lereng.
Gambar 3. Profile melintang tanah bergerak di desa Tengklik.

Gambar 4. Data pengamatan tiltmeter di desa Tengklik, Karanganyar, Jawa


Tengah.- Lokasi Instalasi di Mahkota ( Miswanta, dkk)
A.2. Instalasi ekstensometer

Gambar 4. Sketsa Pemasangan tiltmeter.

Gambar 5. Pemasangan ekstesometer di Kec. Bruno – Purworejo, dimana kabel


ekstensometer terlindungi oleh pipa pralon dari gangguan alam, seperti korosi,
binatang
A.3. Instalasi curah hujan
Instalasi sensor curah hujan mempunyai kaidah, di mana jarak antara sensor
dengan bangunan / pepohonan adalah dua kali tinggi bangunan/pepohonan.

Gambar 6. Kaidah pemasangan sensor curah hujan

Pengalaman dilapangan menunjukkan bahwa instalasi yang ideal seperti


nampak pada gambar 6 sangat sulit dilakukan, mengingat keterbatasan lahan,
teknologi dan teknik pemasangan.

Gambar 7. Instalasi sensor curah hujan di lapangan (kebun) di mana pepohonan


menjulang tinggi di dekat sensor, yang mengakibatkan terganggunya sensor curah
hujan.
Kebanyakan tanah longsor dipicu oleh curah hujan. Di dalam tanah, air menembus
pori-pori tanah dan menghasilkan tekanan hidrostatik di tanah. Peningkatan
tekanan pada pori pori tanah akan mengurangi perlawanan geser (Schuster dan
Wieczorek, 2002).
Melihat keadaan di lapangan memberikan inspirasi kepada kita tentang pentingnya
wireless sensor. Penggunaan wireless sensor akan mempermudah di dalam
mengatur lokasi penempatan sensor.
Contoh kasus di Bale Agung-Grabag Magelang di mana beberapa persoalan yang
cukup komplek dapat menerapkan wireless sensor. Seperti kita ketahui bahwa
retakan di desa Bale Agung mencapai panjang 800m, tentunya membutuhkan
beberapa titik untuk dilakukan pemantauan. Disisi lain dari keterbatasan signal
GSM, cahaya matahari, dan rimbunnya pepohonan yang mengakibatkan sensor
curah hujan tidak layak ditempatkan di lokasi tersebut akan menyebabkan
pemantauan tidak akan mencapai maksimal. Penggunaan wireless sensor tentunya
menjadi pilihan yang sangat menguntungkan. Pemasangan sensor curah hujan
dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang kita inginkan (Tidak harus bersama-
sama dengan sensor ekstensometer) , sebagai gambaran dapat dilihat gambar 8.

Penggunaan wireless sensor dan teknologi komunikasi yang sekelasnya seperti


zigbee, WI-FI, B, bluetooth, WI MAX

teknologi standar wireless yang dikatakan paling hemat daya (listrik) karena hanya
mampu menghandle transfer data dengan kapasitas kecil saja, namun teknologi ini
memiliki keunggulan, yaitu dapat menyampaikan respon suatu instruksi dengan
cepat, contohnya pada remote control
Gambar 8. Sketsa penggunaan wireless sensor pada monitoring gerakan tanah yang
dapat diterapkan di Bale Agung- Grabag Magelang, di mana sensor curah hujan dapat
dipasang susuai dengan standar yang berlaku.
B. Lokasi Stasiun Peralatan Monitoring
B.1. Stasiun Bruno

Stasiun monitoring gerakan tanah ini berada di di dusun Selo-Sikleseman desa


Tegalsari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada koordinat
7°32'31.60"S 109°57'20.84"T. Morfologi daerah ini merupakan perbukitan
bergelombang lemah dengan kelerengan antara 250-280. Litologi penyusun
perbukitan merupakan soil dengan bedrock berupa lempung pasiran dengan
ketebalan 5 meter (tersingkap) yang ditumpangi oleh soil ketebalan 25 meter.

Secara regional arah kelurusan yang ditemukan di daerah ini adalah Barat-Timur
(W-E) dan arah bidang longsor ialah Utara-Selatan (N-S), dalam diagram mawar
terlihat pada gambar 2.4. Secara umum daerah ini memiliki struktur geologi berupa
kekar. Kekar adalah suatu rekahan pada batuan yang sisinya tidak ngalami
pergerakan.

Gambar 9. Diagram mawar arah longsor berdasarkan pembentukan rekahan di daerah


survei gambar kiri merupakan arah kelurusan kekar berdasarkan frekuensi rekahan,
sedangkan gambar kanan meupakan arah kelurusan berdasarkan panjang rekahan.
(Raditya P. dkk )
Gambar 10 Soil dan bedrock pada
daerah pergerakan tanah di stasiun
Bruno.

Gambar 11. Peta lokasi stasiun Bruno


Gambar 12. Stasiun monitoring gerakan tanah (Sta. Bruno), yang terdiri dari 1 bh GSM
Data logger, 2 bh Ekstensometer, 1 bh Sensor curah hujan, 2 bh Solar Panel @ 80
Watt, 1 bh Accu dan 1 bh Regulator Solar Panel.
(Foto : Sampurno – 2015)
B.2. Stasiun Cimanggu
Lokasi ini berada di dusun Tlaga Luhur Desa Negara Jati, Kecamatan Cimanggu,
Kabupaten Cilacap, pada koordinat 07018’22,1” S dan 108049’06,3”T elevasi 362
m. Daerah ini telah mengalami longsor pada tahun 2009.. Litologi daerah sekitar
berupa soil yang cukup tebal (2-10 m) pada bagian bawahnya terdapat breksi yang
sudah lapuk kua dan secara umum morfologi di daerah ini mempunyai kemiringan
> 45 0.
Pada lokasi ini ditemukan bidang-bidang longsor berarah Barat-Timur
tepatnya N 1100 E, rekahan-rekahan ini memiliki dimensi panjang antara 2-7 meter,
dengan lebar bukaan 30-60 cm. Secara umum litologi daerah ini berupa Lempung
pasiran dengan bedrock berupa tuff dan di beberapa tempat berupa breksi. Tipe
longsor yang mungkin akan terjadi adalah aliran bahan rombakan, longsoran
translasi dan rayapan (creeping)
Gambar 13. Peta lokasi stasiun Cimanggu.

Gambar 14. Stasiun monitoring gerakan tanah (Sta. Cimanggu ), yang terdiri dari 1 bh
GSM Data logger, 2 bh Ekstensometer, 1 bh Sensor curah hujan, 2 bh Solar Panel @
80 Watt, 1 bh Accu dan 1 bh Regulator Solar Panel.
(Foto : Sampurno – 2015)

B.3. Stasiun Windusari

Stasiun monitoring gerakan tanah ini berada di dusun Plalar, Desa Genito,
Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, tepatnya
pada koordinat 07024’10.4”S 1100 09’16.4”T, dengan ketinggian sekitar 825m dpl
(gambar 2.6). Arah gerakan tanah N70°E dengan arah pengyebaran retakan
N160°E, Secara umum morfologi sekitar lokasi bencana merupakan perbukitan
agak terjal dengan kemiringan lereng antara 15 - 30°. . (Laporan singkat gerakan
tanah-BADAN GEOLOGI Feb 2015)
Litologi daerah sekitar stasiun berupa soil yang cukup tebal (10-20 m) pada
bagian bawahnya terdapat batuan andesit, hal tersebut dapat dilihat pada dasar
sungai yang mengalir disamping tebing. Jenis gerakan tanah di Dusun Plalar, Desa
Genito adalah gerakan tanah tipe rayapan. Curah hujan yang tinggi pada lokasi ini
akan dapat memicu adanya gerakan tanah, mengingat batuan penopangnya
berupa batuan andesit yang kedap air, sehingga dengan cepat tekanan pori pada
tanah akan meningkat.

Gambar 15. Peta lokasi stasiun Windusari


Gambar 16 Stasiun monitoring gerakan tanah (Sta. Tawangmangu ), yang terdiri dari
1 bh GSM Data logger, 2 bh Ekstensometer, 1 bh Sensor curah hujan, 2 bh Solar Panel
@ 80 Watt, 1 bh Accu dan 1 bh Regulator Solar Panel.
(Foto : Miswanta – 2015)
B.4. Stasiun Tawangmangu
Stasiun monitoring gerakan tanah ini berada di dusun Guyon, Desa Tengklik,
Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah,
tepatnya pada koordinat 7°39'15.33"S 111° 7'43.73"T. (gambar 17).

Mekanisme gerakan tanah pada daerah ini berupa rotasional dan rayapan.
Sedangkan faktor pengontrolnya berupa kondisi kemiringan lereng yang curam
serta kondisi geologi teknik, berupa lanau pasiran yang berupa material residual
lepas-lepas dengan ketebalan lebih dari 4 M. (Damar Sasangka Adi-UGM).

Gambar 17. Peta lokasi stasiun Tawangmangu.


Gambar 18. Stasiun monitoring gerakan tanah (Sta. Tawangmangu ), yang terdiri dari
1 bh GSM Data logger, 2 bh Ekstensometer, 1 bh Sensor curah hujan, 3 bh Solar Panel
@ 80 Watt, 1 bh Accu dan 3 bh Regulator Solar Panel.
(Foto : Sampurno – 2015)
B.5. Stasiun Grabag
Stasiun monitoring gerakan tanah ini berada di dusun Kupen, Desa Baleagung,
Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, tepatnya pada
koordinat 7°39'15.33"S 111° 7'43.73"T. (gambar.2.9).

Secara umum morfologi daerah ini merupakan perbukitan agak terjal sampai terjal
dengan kemiringan lereng antara 15 - >45° terutama pada tebing-tebing di
perbukitan di barat laut permukiman. Ketinggian lokasi sekitar 650 meter (dpl)

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa (Thaden dkk.,
1996), secara regional lokasi gerakan tanah disusun oleh batuan dari Batuan
Gunungapi Gilipetung (Qg) yang terdiri dari aliran lava berongga, kelabu, padat
sampai berbutir halus dengan fenokris mafik kecil. Tanah pelapukan di lokasi
gerakan tanah adalah pasir lempungan berwarna coklat tua sampai lanau
lempungan dengan ketebalan 1.5 meter dan pada beberapa tempat mencapai lebih
dari 2 m. (Laporan singkat gerakan tanah-BADAN GEOLOGI Feb 2015)
`

Gambar 19. Peta lokasi stasiun Grabag

Gambar 20. Stasiun monitoring gerakan tanah (Sta. Grabag ), yang terdiri dari 1 bh
GSM Data logger, 2 bh Ekstensometer, 1 bh Sensor curah hujan, 1 bh Solar Panel @
80 Watt, 1 bh Accu dan 1 bh Regulator Solar Panel.
(Foto : Sampurno – 2015)

B.6. Stasiun Puspahiyang


Stasiun monitoring gerakan tanah ini berada di dusun Klewih, Desa Pusparahayu,
Kecamatan Puspahiyang, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa barat, tepatnya
pada koordinat 7°25'52.80"S, 108°03'40.70"T. dengan ketinggian 550m dpl
(gambar.2.11). secara umum morfologi daerah ini merupakan perbukitan dengan
kemiringan 15 s.d 45 terutama pada daerah tebing di perbukitan di barat laut
pemukiman. Batuan penyusun berupa batuan dari formasi Bentang yang terdiri dari
batupasir – tufaan, batupasir, batupasir gampingan konglomerat, breksi gunungapi,
tufa dan batulempung tufaan, breksi tufa, breksi gampingan, batugamping,
batulempung sisipan lignit (Tmpb). Tanah pelapukan berupa batulempung tufaan
dengan ketebalan 50 cm – 1 meter. Kondisi gerakan tanah pada daerah ini berupa
rayapan, atau nendatan yang ditandai dengan adanya retakan pada jalan setapak,
sawah dan pemukiman penduduk.

Gambar 21. Stasiun monitoring gerakan tanah (Sta. Puspahiyang ), yang terdiri dari 1
bh GSM Data logger, 2 bh Ekstensometer, 1 bh Sensor curah hujan, 1 bh Solar Panel
@ 80 Watt, 1 bh Accu dan 1 bh Regulator Solar Panel.
(Foto : Abud – 2015)
Gambar 22. Peta lokasi stasiun Puspahiyang

B.6. Stasiun Pamulihan


Stasiun monitoring gerakan tanah ini berada di dusun Nagrok, Desa Pananjung,
Kecamatan Puspahiyang, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa barat, tepatnya
pada koordinat 7°25'52.80"S, 108°03'40.70"T. dengan ketinggian 550m dpl
(gambar.2.11). secara umum morfologi daerah ini merupakan perbukitan dengan
kemiringan 15 s.d 45 terutama pada daerah tebing di perbukitan di barat laut
B.7. Stasiun Padalarang

Gambar 23
B.8. Stasiun Cipanas
Gambar 24

B.9. Stasiun Sukamakmur

Gambar 25
C. SISTEM INFORMASI BERBASIS WEB

Sistem informasi data monitoring gerakan tanah dapat diakses melalui WEB
www.badangeologiinfo.com adapun alur data datanya dapat dilihat gambar berikut
:

IP PUBLIC : 202.173.18.40
IP LOCAL : 192.168.5.121
Port 9313

Gambar 26. Komunikasi data dari perngkat lapangan hingga WEB server.

Akuisisi data dilakukan oleh GSM data logger kemudian data dikirimkan melalui
SMS, ataupun jalur internet 2G ke server Data base yang berada di BPPTK- Jl.
Cendana 15 Yogyakarta, Secara otomatis data disimpan di Server data Base.
Setiap 5 menit sekali WEB server melakukan sinkronisasi data ke BPPTKG, melalui
jaringan internet ( harus ada IP Publik ).

Gambar 27. Portal www.badangeologiinfo.com dimana dengan mengklik lokasi, maka


data akan tertampil sesuai dengan lokasi yang dimaksud.

Gambar 28. Portal www.badangeologiinfo.com membutuhkan Ip publik untk mengakses


data secara jarak jauh.
Gambar 29. Data ekstensometer dari stasiun Bruno-Jawa Tengah yang dapat diakses
melalui WEB

Gambar 30. Data curah hujan stasiun Bruno – Jawa Tengah yang dapat diakses melalui
WEB
SENSOR
1. EKSTENSOMETER

Tipe yang dipergunakan adalah : HX P510 – 120 - J11- NOS-1BC,


Merk UNIMEASURE
Ekstensometer seri HX-P510 transduser mempunyai output tegangan dengan
penyesuaian yang lebar, untuk memberikan output tegangan sebesar 0-5, 0-10
atau ± 5 VDC, ± 10 VDC. Perangkat dapat didukung dengan tegangan yang tidak
teratur dalam kisaran 4,9-30 VDC. Pada posisi nol dan rentang potensiometer
dengan penyesuaian yang mudah diakses. Span dapat diatur antara 80% sampai
100% dari simpangan terpanjang dari posisi nol.

Keterangan 120
Tabel 1.
Standard measurement ...................3M
Wire rope tension ............................10N
Wire rope diameter ..........................0,6 mm
Transducer weight ...........................3,1 Kg

Keterangan J11
Nylon Jacketed Stainless Steel . Ø 0,94 mm
Wire rope tension Standar
Position the base of the rope

Keterangan NOS
Standard (increasing output as wire rope is extended)

Keterangan 1BC
INGRESS PROTECTION IP-65 (NEMA 4)
IP-65–NEMA 4 CONNECTOR 6 Pin 3102E Body Mounted Connector
IP-65–NEMA 4 MATING CONNECTOR .IP-65 Mating Connector Included
IP65 : Transduser dilengkapi dengan body mount
konektor dan dengan sepasang konektor..

Diagram elektronik

Excitation voltage ......................4,9 to 30 VDC


Excitation current .......................40 mA max
Output impedance .....................10 Ω max
Output load ................................ 5K Ω min.

seperti yang ditunjukkan dalam diagram di atas, pin "B" dan "C" terhubung
bersama-sama secara internal di transduser, sehingga baik 3-kawat atau 4 kawat
sambungan ke transduser dapat dilakukan. Dengan mempergunakan obeng kecil
kita dapat menyesuaikan titk nol dan rentang kontrol pada transduser. kontrol titik
nol dan panjang bentangan agak saling mempengaruhi/berhubungan dan mungkin
memerlukan beberapa pengulangan untuk mendapatkan titik nol dan pengaturan
maksimum yang kita inginkan.
Sesuaikan span kontrol untuk maksimum output tegangan yang diinginkan ( 5 Vdc
s.d 10 VDC). Periksa kembali titik nol dan sesuaikan jika diperlukan. Periksa
kembali span kontrol dan sesuaikan kembali. Hal tersebut dilakukan berkali-kali
hingga ditemukan titik yang sesuai, hal tersebut dilakukan mengingat keduanya
saling berhubungan/berinteraksi.

DATA KALIBRASI

DISPLACEMENT MEASURED OUTPUT


mm Volt
0 0,003
762 2,508
1524 5,01
2286 7,504
3048 9,997

2. CURAH HUJAN

3Gtrack

Type ...........................Tipping bucket


Output .........................0.1 second switch closure
Switch .........................doble sealed reed switch
Sensitifity.................... 0,5 mm per tip
Size .............................20 Cm diameter, 38 Cm High
Weight .........................3 Kg
Material ........................steel

Type ...........................Tipping bucket


Output ........................
Switch .........................single sealed reed switch
Sensitifity.................... 0,5 mm per tip
Size .............................20 Cm diameter, 45 Cm High
Weight .........................7,5 Kg
Material ........................steel

3. GSM DATA LOGGER

GS828H data-logger merupakan RTU mandiri terintegrasi dengan Microcontroller


16 bit QRM dengan konsumsi daya yang rendah. Dibangun pada prosesor digital,
antarmuka eksternal, watchdoc secara hardware, input digital, keluaran digital,
analog input dan modul komunikasi GPRS. temperatur operasi yang luas, resistensi
elektromagnetik, berbagai protokol dapat diberikan untuk desain yang handal pada
aplikasi pemantauan gerakan tanah.

 6 kanal analog ke digital (A/D) presisi tinggi.


 10 kanal digital input atau 6 kanal digital pulse
 4 kanal digital output
 Peringatan kehilangan daya
 Interval pengiriman yang dapat diatur ( 5 detik s.d 1 hari )
 Interval pengambilan data yang dapat diatur (1 menit s.d 60 menit )
 Dukungan pengiriman data melalui GPRS dan SMS sesuai jadwal
 Dukungan pengiriman data melalui GPRS dan SMS ( ditriger oleh alarm /
manual )
 Pelaporan secara realtime melalui GPRS dan atau SMS
 Setup peralatan, parameter dan status report melalui GPRS and or SMS
 Penangkapan data menurut tipe jangkauan, titik awal, titik ambang batas dan
level pulsa.
 1 kanal RS232 untuk setup ataupun saluran data
 Dukungan untuk IP dan DNS pada pengiriman melalui UDP atapun TCP
 35000 rekord data ( 120 hari pada pengambilan data setiap 5 menit)
No Nama Stasiun STATUS PERALATAN Lat Long Ketinggian DUSUN DESA KECAMATAN KABUPATEN PROPINSI
1 BRUNO OK 3GTRACK 7°32'31.60"S 109°57'20.84"T Silo Sikleseman Tegal Sari Bruno Purworejo Jawa Tengah
2 CIMANGGU OK 3GTRACK 7°18'18.36"S 108°49'15.31"T 362 M Telaga luhur Negara jati Cimanggu Cilacap Jawa Tengah
3 WINDUSARI OK 3GTRACK 7°24'10.40"S 110° 9'16.40"T Plalar Genito Windusari Magelang Jawa Tengah
4 GRABAG1 RASPBERRY 7°23'31.56"S 110°18'17.17"T 660 M Kupen Bale Agung Grabag Magelang Jawa Tengah
5 GRABAG2 OK RASPBERRY 7°23'31.50"S 110°18'17.37"T 660 M Kupen Bale Agung Grabag Magelang Jawa Tengah
6 GRABAG3 OK 3GTRACK 7°23'31.49"S 110°18'17.53"T 660 M Kupen Bale Agung Grabag Magelang Jawa Tengah
7 GRABAG4 OK RASPBERRY 660 M Kupen Bale Agung Grabag Magelang Jawa Tengah
8 KERTEK NATHAN 7°21'43.60"S 109°58'29.40"T 1300 M Pager sampang Pager rejo Kertek Wonosobo Jawa Tengah
9 PULUS OK 3GTRACK 7°22'10.80"S 109°49'21.50"T 852 M Pulus Pulus Sukoharjo Wonosobo Jawa Tengah
10 KEJAJAR NATHAN 7°13'59.60"S 109°56'18.10"T 1795 M Sidorejo Tieng Kejajar Wonosobo Jawa Tengah
11 GARUNG OK 3GTRACK 7°21'48.5"S 109°48'20.1"T 833 M Garon Garung lor Garung Wonosobo Jawa Tengah
12 WATUMALANG NATHAN Gelangan Pasuruhan Watumalang Wonosobo Jawa Tengah
13 TAWANGMANGU 3GTRACK 7°39'15.33"S 111° 7'43.73"T 1048 M Guyon Tengklik Tawangmangu Karanganyar Jawa Tengah
Kampung
14 CIPANAS OK 3GTRACK 6°42'26.30"S 106°59'41.90"T 1419 M Puncak Cilotok Cipanas Cianjur Jawa Barat
15 PADALARANG 3GTRACK 6°50'11.00"S 107°29'15.60"T 762 M Ciraliwung Kertamulya Padalarang Bandung Barat Jawa Barat
16 PAMULIHAN OK 3GTRACK 7°24'13.50"S 107°42'32.00"T 826 M Nagrok Pananjung Pamulihan Garut Jawa Barat
17 PUSPAHIYANG OK 3GTRACK 7°25'52.80"S 108°03'40.70"T 574 M Klewih Pusparahayu Puspahiyang Tasik Malaya Jawa Barat
18 SUKAMAKMUR OK 3GTRACK 6°34'29.00"S 106°58'42.10"T 612 M Cikoneng efek Sukamakmur Sukamakmur Bogor Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai