19
20
Sumber : https://ppid.maritimsemarang.com
4.2 Pembahasan
a. Tahap pertama
Data mentah didapat dari pengamatan unsur-unsur cuaca dari
Berau of Meteorology dari Australia (BOM) atau beberapa instansi
yang memiliki satelit utama sebagai pengamat cuaca. Pengamatan
berbagai unsur cuaca dapat dilakukan oleh Stasiun Meteorologi dan
Klimatologi secara umum, serta oleh pelayanan khusus pada bandara,
perkebunan, pelabuhan dan pelayaran kapal. Sementara itu,
pengamatan kualitas udara di lakukan oleh Stasiun Global
Atmosphere Watch (GAW) dan pengamatan unsur medan bumi
(percepatan tanah, magnet bumi, gempa bumi) dilakukan oleh Stasiun
Geofisika. Dari BOM, data yang diperoleh merupakan data yang
memiliki resolusi tinggi. Sedangkan dari data-data yang diperoleh dari
yang lain dapat memberikan info terkait dengan curah hujan dan
intensitasnya, tekanan udara, citra satelit, temperatur, kelembapan
udara dan juga kecepatan maupun arah mata angin.
Pengamatan juga dilakukan secara otomatis menggunakan alat-
alat canggih untuk mendukung data analisis dan prakiraan, seperti
pendeteksi petir (lightning detector), alat yang digunakan untuk
mendeteksi kejadian petir termasuk jenis dan tipe petir. Ada radar
cuaca untuk memonitor pergerakan awan, curah hujan, jenis awan,
intensitas curah hujan secara real time pada suatu daerah dengan
jangkuan 250 kilometer. Ada juga Automatic Rain Gauge (ARG) atau
dikenal penakar hujan otomatis, alat yang digunakan untuk mengukur
curah hujan dalam satuan waktu. Lalu, ada Automatic Weather Station
(AWS) yang digunakan untuk mengukur unsur-unsur cuaca secara
otomatis, yakni suhu, angin, kelembapan, radiasi matahari, curah
hujan, dan tekanan udara. Alat ini diletakkan di wilayah yang berada
di luar jangkuan stasiun pengamatan.
23
b. Tahap kedua
Pada tahap ini, data pengamatan yang dihasilkan, baik dari stasiun
maupun dari peralatan otomatis, masuk ke dalam PC server.
Kemudian dari data yang diperoleh kemudian dilakukan perbandingan
dengan hasil dari data pengamatan sebelumnya pada pos hujan
Observatorium (OBS) yang terdapat di beberapa wilayah yang sudah
ditentukan dan mewakili daerah lokal sekitarnya. Tinggi rendahnya
gelombang laut dan gangguan yang terjadi dari lokal, regional dan
global juga diambil datanya untuk menunjang keakuratan data
prakiraan cuaca. Untuk membandingkan data yang sudah diperoleh
digunakanlah beberapa metode, metode-metode tersebut diantaranya
dengan deret statistik atau jaringan syaraf tiruan yang ditentukan oleh
pihak prakirawan cuaca.
c. Tahap ketiga
Data yang sudah diolah di PC server ataupun data yang dari satelit
cuaca, kemudian dikirimkan ke server pusat. Pengiriman data
dilakukan dengan menggunakan kode sinoptik, kode sinoptik ini
merupakan penjelasan mengenai hasil dari pengamatan cuaca,
kemudian dari kode tersebut diketik manual pada buku laporan cuaca
untuk didokumentasikan dan selanjutnya melalui Computerize
Message Switching System atau (CMSS) jaringan telekomunikasi
untuk mengirim dan menerima data dari BMKG. Namun persyaratan
dari data sinoptik yang dikirimkan haruslah sesuai dengan standar
yang sudah ditetapkan oleh World Meteorology Organization
(WMO) dan harus secara terperinci menjelaskan kondisi cuaca yang
berupa tekanan udara menggunakan satuan milibar (mb), kecepatan
(ff) dan arah (dd) angin, kondisi awan yang berupa, sudut elevasi
puncak awan, jenis awan (C), tinggi awan (h), jumlah awan (N), dan
arah awan (D), kelembapan udara (RH), suhu udara menggunakan
24
d. Tahap keempat
Selanjutnya data yang masuk tersebut diolah dalam komputer
analis dan perkiraan, sehingga dihasilkan harian dan mingguan. Selain
itu, dihasilkan pula cuaca penerbangan, cuaca maritim, peringatan
dini, perubahan iklim, prakiraan iklim, kualitas udara, hingga gempa
bumi dan tsunami.
e. Tahap kelima
Informasi yang dihasilkan dari pengolahan data itu pun dibagikan
ke masyarakat luas, seperti setiap harinya informasi prakiraan cuaca
didapatkan.
agar masyarakat dapat memperoleh informasi cuaca atau pun iklim secara
cepat dan akurat dari BMKG sesuai bidangnya masing-masing. Urgensi
dari penyebaran informasi dari BMKG sendiri terkait dengan kondisi
cuaca dan iklim adalah hampir segala segi kehidupan masyarakat berkatan
dengan iklim dan cuaca.
Salah satu media penyampaian informasi terkait cuaca dan iklim yang
dilakukan oleh BMKG yaitu melalui aplikasi dan website. Namun sebelum
informasi tersebut tersebarluaskan, ada beberapa prosedur dari BMKG
yang harus dipenuhi. Adapun alur atau prosedur penyebarluasan informasi
dari BMKG, menurut Andarsyah (2017) tersebut, adalah sebagai berikut:
a. Observator mempersiapkan data yang diambil dari mesin sebelum
dikirimkan oleh administrator.
b. Pada saat pengiriman sebelumnya sistem informasi menerima data
BMKG dan diperiksa.
c. Administrator mengirimkan data BMKG Kabupaten Semarang ke
BMKG Pusat Jakarta.
d. Admin BMKG Pusat menerima dan kemudian dimasukan di website
BMKG Pusat.
d. Submenu Bulletin
Submenu yang memuat bulletin yang dibuat oleh Stasiun
Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, berisi informasi
meteorologi dan prakiraan cuaca. Bulettin ini diterbitkan tiap bulan.
Gambar 8. Anemometer
b. Cambble Stoke
Alat yang terdapat pada taman alat BMKG kemaritiman
selanjutnya yaitu Campbell Stokes, yaitu alat yang digunakan untuk
menghitung lamanya penyinaran matahari dalam satu hari. Alat ini
berbentuk bola kaca. Bola kaca ini bertujuan untuk mengumpulkan
cahaya matahari menjadi satu titik fokus, sehingga mampu
membakar pias yang dipasang pada campbell stokes. Pias yang
terbakar inilah yang nantinya kita baca dan dapat menentukan
lama penyinaran matahari. Campbell stokes dalam satuannya dalam
mengetahui lamanya penyinaran matahari menggunakan satuan
jam/persen. Berikut ini adalah Campbell Stokes yang terdapat pada
taman alat BMKG kemaritiman.
34
c. Open Pan
Open pan atau evaporimeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kecepatan penguapan air dalam udara pada lingkungan
dan waktu tertentu. Hasil pembacaannya sangat tergantung pada
angin, debu, dan iklim. Open pan dirangkai sedemikian rupa
35
d. Sangkar Meteorologi
Sangkar meteorologi, atau WMO biasa menyebutnya
dengan Thermometer Screen, adalah bangunan kecil yang mirip
dengan sangkar untuk menempatkan peralatan meteorologi. Dilihat
dari dalamnya, terdapat seperangkat termometer untuk mengukur
suhu udara yang terdiri dari termometer bola kering, termometer
bola basah, termometer maksimum, dan termometer minimum.
Sangkar meteorologi terbuat dari kayu jati agar tahan terhadap cuaca
dan dicat putih agar tidak menyerap sinar matahari. Berikut ini
adalah bentuk dari sangkar meteorologi yang terdapat pada taman
alat BMKG kemaritiman.
f. Penakar Hujan
Penakar hujan Observatorium (OBS) merupakan penakar
hujan non-recording atau tidak dapat mencatat sendiri alias harus
diukur secara manual. OBS digunakan untuk mengukur jumlah
curah hujan yang jatuh dan masuk ke dalam corong penakar curah
hujan tersebut dalam periode waktu 24 jam. Jumlah curah hujan
yang terukur dinyatakan dalam satuan mm (milimeter). Panakar
hujan jenis ini, diamati tiap jam 07.00 waktu setempat untuk metode
pengamatan agroklimat, sedangkan untuk pengamatan sinoptik
diamati tiap jam. Pancatatan data curah hujan hasil pengukuran
dinyatakan dalam bilangan bulat. Apabila tidak ada hujan ditulis
strip (-). Bila curah hujan yang terukur kurang dari 0,5 mm maka
ditulis 0, jika lebih dari 0,5 ditulis 1.
39
4.3. Hasil