Anda di halaman 1dari 18

PEMBAGIAN BMKG MENURUT BIDANGNYA

 BMKG DI BIDANG METEOROLOGI

Di bidang meteorologi BMKG menyediakan banyak sekali informasi penting yang mungkin
belum kita sadari. Antara lain Prakiraan Cuaca, Citra Satelit, Prakiraan Angin, Potensi Banjir,
Cuaca Pelayaran, Kebakaran Hutan, serta Cuaca Penerbangan. Prakiraan Cuaca sendiri sudah
banyak dikenal oleh masyarakat sebagai tugas BMKG, namun bagaimana dengan informasi
meteorologi lainya. Jika informasi di atas benar- benar dipergunakan secara maksimal maka
tingkat kerusakan dan kecelakaan akibat cuaca ekstrem dapat diminimalisir. Selain itu informasi
Cuaca Pelayaran tentu sangat penting buat para nelayan yang merupakan salah satu profesi umum
masyarakat Indonesia. Namun nelayan- nelayan kecil di berbagai daerah kurang memperhatikan
informasi tersebut.

Informasi penting lainya yaitu tentang bencana banjir dan kebakaran hutan. Melalui informasi
kebakaran hutan kita bisa melihat daerah mana yang memiliki potensi kebakaran tertinggi bahkan
terdapat prediksi hingga 6 hari kemudian. Dan satu lagi adalah informasi cuaca penerbangan. Perlu
diketahui bahwa tenaga- tenaga BMKG disebar hampir ke seluruh bandara internasional hingga
bandara perintis di seluruh wilayah Indonesia. Sebuah pesawat tidak akan bisa terbang jika tidak
mempunyai informasi cuaca penerbangan dari BMKG. Melalui Citra Satelit kita juga bisa melihat
kenampakan awan- awan di wilayah Indonesia dan kelembapan udara yang terlihat dari satelit.

 BMKG DI BIDANG KLIMATOLOGI

Bidang Klimatologi yang fungsinya hampir seperti meteorologi namun dengan jangka waktu
lebih panjang seperti Prakiraan Hujan dalam sebulan dan Prakiraan Musim. Informasi Perubahan
Iklim ini sangat penting untuk sektor pertanian. Namun kembali lagi permasalahanya terletak
dalam kesadaran petani di Indonesia tentang pentingnya informasi iklim ini sangatlah minim.

 BMKG DI BIDANG KUALITAS UDARA

Bidang Kualitas Udara memberikan informasi tentang kandungan gas SO2 dan NO2 di
beberapa daerah di Indonesia. Perlu diketahui gas tersebut merupakan gas yang sangat berbahaya
bagi saluran pernapasan kita jika kandunganya melebihi nilai standar tertentu. Selain itu juga
terdapat informasi tentang sebaran asap akibat kebakaran hutan yang juga berbahaya bagi
kesehatan.

 BMKG DI BIDANG GEOFISIKA


Yang terakhir adalah bidang geofisika yang beberapa orang mengenalnya dengan bagian
gempa. Masyarakat Indonesia pasti tidak asing dengan gempabumi karena hampir seluruh daerah
Indonesia pernah mengalami gempa bumi. BMKG menyediakan informasi gempabumi terkini dan
gempabumi dirasakan. Namun BMKG tidak menyediakan prediksi gempabumi karena sampai
sekarang belum ditemukan metode untuk memprediksi terjadinya gempabumi. Namun dari
informasi tersebut kita bisa mengetahui daerah mana yang sering terjadi gempa dan daerah mana
yang cenderung aman dari gempabumi. Gempabumi diukur dengan skala Richter dan MMI.
BMKG juga menyediakan tentang definisi dari skala MMI dan cara antisipasi jika terjadi gempa.

Tidak semua gempa dapat menimbulkan tsunami sehingga BMKG memberikan informasi
tentang potensi tsunami setiap terjadi gempa. Penyebaran tentang berita tsunami sudah sangat baik
di Indonesia terbukti dengan adanya pemasangan sirine serta banyaknya simulasi evakuasi
tsunami.

Informasi geofisika yang lain adalah gaya berat, tanda waktu, magnet bumi, dan petir. Gaya
berat dan magnet bumi mungkin tidak terlalu penting untuk masyarakat secara umum. Tapi
informasi ini sangat penting dalam kegiatan eksplorasi dan aktivitas kebumian lain. Selain itu
magnet bumi juga berguna dalam kegiatan navigasi, pemetaan, serta penerbangan. Tanda waktu
yang dimaksud dalam bidang geofisika adalah informasi pengamatan hilal dalam penentuan awal
bulan Ramadhan serta Idul Fitri.

Selanjutnya bidang Geofisika juga memberikan informasi sebaran petir di beberapa kawasan di
Indonesia. Informasi ini sangat penting karena kita bisa melihat daerah mana yang mempunyai
tingkat sebaran petir tertinggi sehingga bisa meminimalisir kerugian materi yang diakibatkanya.
Satu lagi adalah informasi seismologi teknik yang berisi informasi peta sebaran gempa di
Indonesia serta rancangan bangunan tahan gempa.

Jika dilihat dari tugas dan fungsi BMKG di atas kita bisa mengira bahwa alat- alat yang
digunakan BMKG merupakan alat yang sangat canggih. BMKG sendiri memeliki banyak UPT
yang dibagi menjadi Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan Stasiun Geofisika yang disebar
dari Sabang hingga Merauke. Namun banyak masyarakat yang kurang menyadari peran dan
fungsinya.. Melalui Stasiun Meteorologi di berbagai daerah kita bisa mendapatkan informasi
prakiraan hujan dan lainlain yang penting untuk penerbangan dan pelayaran. Begitu pula dengan
stasiun klimatologi yang menyediakan informasi iklim yang penting bagi pertanian. Dan Stasiun
Geofisika yang menyediakan informasi gempa, magnet bumi, serta petir yang sangat penting bagi
seluruh lapisan masyarakat.

Informasi di atas disebar secara berkala melalui media cetak dan elektronik. Kita tidak perlu
mengeluarkan biaya apapun untuk melihatnya. Sekarang tinggal kesadaran masyarakat kita yang
perlu ditingkatkan tentang pentingnya informasi tersebut. Terlebih untuk petani dan nelayan yang
merupakan pekerjaan dari sebagian besar rakyat Indonesia. Selain itu kita bisa melihat di situs
www.bmkg.go.id untuk mendapatkan informasi di atas. Di beberapa tayangan televisi juga sering
disiarkan info dari BMKG. Bahkan BMKG juga menyediakan informasi data melalui layanan
SMS. Tapi masyarakat juga harus waspada terhadap informasi palsu yang mengatasnamakan
BMKG.

PERALATAN METEOROLOGI

Taman alat BMKG

Pengamatan meteorologi di Stasiun Meterologi H. Asan Kotawaringin Timur dilakukan selama


24 jam setiap hari berdasarkan waktu standar internasional. Pengamatan cuaca dilakukan sejak
H-10 menit jam pengamatan, unsur-unsur yang diamati meliputi Suhu Udara, titik embun,
tekanan udara, jumlah curah hujan, keadaan cuaca, Awan, dan juga jarak pandang terjauh
(Visibility).

Dalam melakukan pengamatan cuaca, digunakan alat-alat meteorologi. Alat-alat tersebut


diletakkan pada suatu tempat yang disebut Taman Alat. Taman Alat berisi beberapa alat untuk
mengamati unsur cuaca di tempat tersebut.

Berikut adalah jenis-jenis peralatan meteorologi yang terdapat di Stasiun Meteorologi


H. Asan Kotawaringin Timur:

1. Sangkar Meterorologi
Sangkar meteorologi merupakan sebuah bangunan berbentuk sangkar yang terbuat
dari kayu. Bangunan ini berfungsi untuk melindungi peralatan meteorologi dari hujan
dan radiasi panas langsung dari luar.
Beberapa standar ketentuan dari sangkar meteorologi saat ini adalah sebagai berikut:

 Lokasi sekitar sangkar meteorologi berupa lahan lapang bebas dari bangunan
ataupun pohon yang dapat menghalangi sinar matahari.
 Terbuat dari kayu dan di cat putih. Hal ini dilakukan agar warna putih pada cat
memantulkan kembali radiasi dari matahari sehingga tidak langsung mengenai
termometer.
 Pintu sangkar dibuat menghadap utara dan selatan. Hal ini dilakukan karena gerak
semu matahari adalah dari timur ke barat, dengan demikian pada saat pengamatan
tidak ada radiasi langsung matahari yang masuk kedalam sangkar sehingga nilai
parameter terukur merupakan nilai asli unsur udara dekat permukaan.
 Dinding sangkar dibuat berventilasi/berkisi-kisi agar sirkulasi udara lancar untuk
mengalirkan udara masuk dan keluar.
 Ketinggian bangunan ± 2 meter.

Gambar 2. Sangkar Meteorologi

Peralatan meteorologi yang terdapat di dalam sangkar meteo terdiri dari : termometer
maksimum, termometer minimum, termometer bola kering dan termometer bola basah.

Termometer bola kering. Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu udara
permukaan. Termometer ini terdiri dari tabung gelas yang di dalamnya terdapat pipa kapiler
yang berisikan air raksa. Ketika suhu naik, maka air raksa akan memuai dan menunjukan
skala suhu pada lingkungan.

Termometer bola basah. Termometer ini digunakan untuk mengukur titik embun dalam
udara. Termometer ini sama seperti termometer bola kering, yang membedakannya adalah
termometer ini bolanya dilapisi dengan kain yang dijaga agar selalu basah. Temometer bola
basah mengukur suhu yang dibutuhkan untuk menguapkan air di kain tersebut. Ketika
kelembaban udara kecil, maka air akan mengambil panas dari termometer tersebut sehingga
suhu pada termometer bola basah akan menurun. Itulah mengapa saat siang hari selisih antara
bola kering dan bola basah cukup jauh dibandingkan malam hari. Selisih dari suhu
termometer bola kering dan bola basah digunakan untuk menentukan kelembaban udara/
relative humidity.

Termometer maksimum. Termometer ini digunakan untuk mengetahui suhu maksimum


pada lingkungan sangkar selama satu hari. Termometer ini menggunakan air raksa sama
halnya seperti termometer bola kering/basah, yang membedakan adalah pada termometer ini
terdapat celah yang disebut contriction. Celah inilah yang membuat air raksa tidak akan
menyusut ketika suhu udara turun karena air raksa tersumbat oleh celah ini, jadi suhu yang
terukur pada termometer ini akan tetap pada skala suhu tertinggi. Ketika akan digunakan
ulang, termometer ini dapat dikalibrasi kembali dengan cara mengibaskan termometer kearah
contriction/ kearah bawah sehingga air raksa dapat kembali pada suhu yang sebenarnya.

Termometer minimum. Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu terendah dalam
satu hari pada lingkunan. Berbeda dengan termometer maksimum, termometer ini
menggunakan alkohol. Alkohol digunakan karena karakteristiknya cocok untuk mengukur
suhu rendah karena titik beku alkohol yang lebih rendah dari air raksa. Didalam pipa kapiler
yang berisikan alkohol terdapat jarum index yang akan menunjukan skala suhu minimum.
Ketika suhu menurun maka index ini akan mendekati skala minimum karena terdorong oleh
permukaan alkohol. Termometer ini diletakkan sedikit miring kebawah agar index selalu
menunjukan suhu terendah.

1. Penakar Hujan Hellman

Penangkar hujan ini adalah penangkar hujan yang merupakan tipe recording.

Gambar 3. Penakar Hujan Hellman


Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung
tempat pelampung. Air hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat atau naik
ke atas. Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakannya selalu mengikuti
tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang diletakan/digulung pada silinder jam
yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh atau
mencapai 10 mm (dapat dilihat pada lengkungan selang gelas), pena akan mencapai tempat
teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, maka
berdasarkan sistem siphon otomatis (sistem selang air), air dalam tabung akan keluar sampai
ketinggian ujung selang dalam tabung. Bersamaan dengan keluarnya air, tangki pelampung dan
pena turun dan pencatatannya pada pias kembali ke 0 mm. Jika hujan masih terus- menerus
turun, maka pelampung akan naik kembali seperti diatas. Jadi setiap terisi 10 mm, pelampung
akan turun dan pena pias akan berada pada titik 0 mm. Cara mengetahuinya adalah dengan
menambahkan seluruh jumlah CH yang terjadi.

2. Penakar Hujan OBS


Berbeda dengan tipe Hellman, Penangkar hujan tipe Observatorium tidak menggunakan
pias untuk mengukur curah hujan. Penangkar hujan tipe ini menggunakan gelas ukur
untuk menentukan jumlah curah hujan. Cara menentukan jumlah curah hujan adalah
dengan menjumlahkan hasil pembahacaan gelas ukur selama hujan terjadi

Gambar 4. Penakar Hujan OBS

3. Campbell Stokes

Campbell stock adalah berupa bola kaca yang digunakan untuk menghitung lamanya
penyinaran matahari selama satu hari. Bola kaca ini bertujuan untuk mengumpulkan
cahaya matahari menjadi satu titik fokus, sehingga mampu memberi bekas kepada pias
yang dipasang pada campbells stokes. Lamanya penyinaran matahari ditunjukan oleh
bagian pias yang terbakar

Gambar 5. Campbell Stokes

4. PANCI PENGUAPAN
Panci penguapan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah penguapan
yang terjadi selama selang waktu tertentu.

Gambar 6. Panci Penguapan

Dalam panci penguapan terdapat beberapa bagian yang memiliki fungsi masing- masing.
a. Hook gauge : Alat ini berbentuk seperti kail. Alat ini berguna untuk
menghitung tinggi air pada panci penguapan. Untuk mengukur
tingginya, letakkan hook gauge pada tempatnya (StillWell).
Setelah itu atur supaya ujung kail berada tepat pada permukaan
air. Setelah itu baca skala yang tertera pada hook gauge.

b. StillWell : Alat ini merupakan tempat atau wadah untuk meletakkan hook
gauge, dan untuk menjaga permukaan air tetap tenang.
c. Cup Anemometer : Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan rata-rata harian.
Alat ini diletakkan dengan ketinggian 0.5m.
d. Termometer Apung : Alat ini terdiri dari termometer maksimum dan minimum.

1. Anemometer

Anemometer merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui arah dan kecepatan angin.
Untuk mengetahui arah angin, dalam anemometer terdapat alat yang disebut Wind Vane. Alat ini
berfungsi untuk mengetahui arah dari mana angin bertiup. Alat ini terdiri dari ujung dan ekor.
Saat angin bertiup dari arah utara, Maka ekor Wind Vane akan terdorong dari arah utara ke
Selatan sehingga ujung depan Wind Vane akan berubah arah menuju arah utara yang merupakan
arah datangnya angin. Sedangkan untuk mengetahui nilai kecepatan angin, menggunakan Cup
Anemometer. Cup Anemometer terdiri dari 3 piringan yang seimbang antar sudutnya. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui besar kecepatan angin. Karena terdapat 3 buah piringan Cup, maka
Cup anemometer akan tetep berputar pada arah yang sama walaupun angin bertiup dari arah yang
berbeda-beda. Dalam pengamatan unsur cuaca angin, Anemometer dipasang di atas permukaan
setinggi 10 m.

Gambar 7. Anemometer

1. Automatic Weather Station (AWS)

Automatic Weather Station (AWS) merupakan bentuk kesatuan dari rangkaian sensor
yang dipadukan dan secara otomatis merekam data meteorologi seperti suhu, tekanan,
kelembaban, penyinaran matahari, curah hujan, dan angin yang kemudian akan diubah
(ditampung) dalam Data Logger sehingga dapat dimonitoring melalui komputer server dan
diakses secara online.

Gambar 8. Automatic Weather Station (AWS)

AWS pada umumnya dipasang pada ketinggian 10 meter diatas permukaan tanah dan
bebas dari bangunan. Display akan menampilkan langsung hasil data yang dikirimkan melalui
sensor. Pencatatan data cuaca dapat diatur / diprogram sesuai dengan kebutuhan, tergantung
dengan kebutuhan dan keinginan kita akan melakukan pencatatan data setiap 10 menit sekali,
30 menit sekali, dan seterusnya. Kemudian kita dapat memanggil data yang tersimpan pada
Data Logger melalui Data Collect (Mengambil dari Data Logger ke komputer). Fungsi
utama AWS adalah konversi pengukuran elemen meteorologis menjadi sinyal listrik melalui
sensor, pemrosesan dan transformasi sinyal ini menjadi data meteorologi, merekamnya
dan/atau mentransmisikan informasi yang dihasilkan.

Sistem AWS merupakan sistem pengamatan data meteorologi secara otomatis yang
terdiri dari :

a. Sensor dan Interface sensor


Dapat menangkap (sense) perubahan pada parameter meteorologi; range pengukuran,
resolusi, ketidakpastian dan response time.
b. Data collection unit (DCU) dan Analog to Digital Converter (ADC)
Mengumpulkan (collect) data dari output sensor dalam bentuk engineering unit, (ex:
ohm, ampere, voltage) dan mengubahnya ke dalam bentuk satuan meteorologi (ex:
knots, derajat, Celsius)
c. Central control and processing unit
Menerima data dari data collection unit (DCU), menghasilkan laporan dan pesan
meteorologi, mengirimkan ke lokal atau remote, dan penyimpanan data/ log file.
d. Display unit
Menampilkan data meteorologi apabila diperlukan
e. Communication interface
Melakukan komunikasi antara DCU, CPU dan terminal remote / local
f. Power supply
Catu daya digunakan untuk mencatu data logger, modem dan beberapa tipe sensor.

2. Alat Pengukur Kualitas Udara (Particulate Matter PM10)

Partikulat (PM10) adalah Partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron
(mikrometer). Nilai Ambang Batas (NAB) adalah Batas konsentrasi polusi udara yang
diperbolehkan berada dalam udara ambien. NAB PM10 = 150 µgram/m3.

Pengukuran kualitas udara yang dilakukan oleh Stasiun Meteorologi H. Asan


Kotawaringin Timur menggunakan alat Continuous Ambient Particulate Monitor merk
Thermo Scientific-USA model:5014i yang diseting untuk melakukan pengamatan PM10
setiap 10 menit disertai dengan data waktu pengamatan, suhu, dan kelembaban udara. Cara
kerja alat ini menggunakan prinsip radiometrik attenuasi beta melalui filter tape untuk
mengetahui partikel ambien yang terkumpul. Model 5014i mengukur emisi partikel alfa dari
aerosol ambien yang diambil.
Gambar 9. Alat Ukur Kualitas Udara

3. Barometer Digial
Alat ini digunakan untuk mengetahui perbedaan tekanan.

Gambar 10 Barometer Digital

4. Automatic Weather Observing System (AWOS)

Automatic Weather Observaton System (AWOS) adalah peralatan meteorologi yang


umumnya digunakan di bandara. AWOS yang terdapat di Stasiun Meteorologi H. Asan
Kotawaringin Timur merupakan AWOS Kategori II. AWOS dilengkapi beberapa sensor
seperti sensor suhu dan kelembaban, sensor tekanan, sensor curah hujan, sensor arah dan
kecepatan angin, sensor radiasi matahari dan dilengkapi dengan alat ukur visibility (jarak
pandang mendatar) dan ceilometer (alat pengukur tinggi dasar awan). Masing-masing sensor
akan mendeteksi parameter cuaca, kemudian data tersebut akan diolah melalui datalogger
yang nantinya akan dikirimkan ke komputer server untuk ditampilkan dalam bentuk data jadi.

Gambar 11. Automatic Weather Observing System (AWOS)

 Pengukuran angin permukaan


Angin permukaan secara garis besar terdiri dari dua vector yang direpresentasikan dengan
arah dan kecepatan angin. Satuan kecepatan angin secara umum adalah knot dan meter per
second (m/s), Satuan untuk arah angin adalah derajat dengan range antara 0º - 360º. Pada
umumnya, peralatan wind yang terbaca diharapkan dapat merepresentasikan untuk area yang
luas. Untuk itu pemasangan sensor angin tersebut diletakkan pada ketinggian 10 meter.
Diharapkan jarak antara sensor dengan penghalang minimal 10 kali tinggi penghalang.
Sensor angin yang digunakan pada AWOS adalah Sensor wind ultrasonic. Sistem ini
mengukur perbedaan waktu antara gelombang ultrasonic di udara dan sinyal reference.
Perubahan atau hembusan udara akan mengakibatkan fase gelombang ultrasonic akan
mendahului atau terlambat terhadap sinyal reference.
Gambar 12 Ultrasonic Wind Sensor

 Pengukuran Tekanan Udara

Tekanan atmosfir di permukaan adalah tekanan per unit area P = F/A . Satuan dasar tekanan
atmosfir adalah pascal (Pa) atau (Newton per square meter). Untuk aplikasi meteorologi
ditambahkan awalan hecto menjadi hectopascal (hpa). Hpa setara dengan milibar (mbar).
Sensor tekanan yang digunakan pada AWOS adalah Barometer elektronik. Barometer
elektronik menggunakan tranducer untuk merespon tekanan udara menjadi sinyal elektronik
dalam bentuk sinyal tegangan digital.

Gambar 13 Barometer Digital


 Pengukuran hujan

Sensor hujan yang digunakan pada AWOS adalah Tipping bucket. Digunakan untuk
mengukur akumulasi total hujan dan rate hujan namun mempunyai kekurangan bahwa error
nonliniernya besar apalagi kalau dalam kondisi hujan besar, akurasi kurang baik. Namun
prinsip operasi peralatan tipping bucket sangat simple, dimana wadah (bucket) dibagi dalam
dua bagian terpisah yang seimbang. Penakar hujan tipping bucket ini sangat cocok untuk
Automatic weather station yang menggunakan metode digital. Pulsa yang dihasilkan oleh
kontak switch dapat dimonitor oleh data logger dan akumulasi total dalam periode tertentu
dapat digunakan untuk menentukan curah hujan.

Gambar 14 Tipping Bucket

 Pengukuran temperature dan kelembaban

Sensor temperature dan kelembaban yang digunakan pada AWOS dilindungi agar tidak
terkena cuaca langsung dari luar. Berikut adalah 2 contoh pelindung pada sensor temperature
dan kelembaban.

a. SARS (Self-Aspirated Radiation Shield)

Gambar 15 SARS
b. MARS (Motor-Aspirated Radiation Shield)

Gambar 16 MARS

 Pengukuran tinggi dasar awan

Sensor yang digunakan adalah ceilometer. Ceilometer menggunakan prnsip LIDAR (Ligth
Detection and Ranging) yaitu sensor jarak jauh menggunakan cahaya untuk menemukan
jarak dan informasi suatu obyek. Jarak menuju obyek ditentukan dengan mengukur selang
waktu antara transmisi dan deteksi sinyal yang dipancarkan. Perubahan komposisi cahaya
yang diterima dari sebuah target ditetapkan sebagai sebuah karakter objek.

Gambar 17 Ceilometer

 Pengukuran penyinaran matahari

Sensor yang digunakan adalah pyranometer

Gambar 18 Pyranometer

5. Radar Cuaca
Radio Detection and Ranging (Radar) adalah sistem penginderaan jauh aktif yang
memiliki prinsip kerja dengan mentransmisi gelombang elektromagnet melalui antena, setelah
mengenai target gelombang tersebut oleh antena akan dipantulkan kembali dan diterima
sebagai echo, untuk selanjutnya akan diproses sehingga menghasilkan gambar atau citra pada
layar monitor.
Citra radar cuaca menggambarkan potensi intensitas curah hujan yang dideteksi oleh
radar cuaca. Pengukuran intensitas curah hujan (presipitasi) oleh radar cuaca berdasarkan
seberapa besar pancaran energi radar yang dipantulkan kembali oleh butiran-butiran air di
dalam awan dan digambarkan dengan produk Reflectivity yang memiliki besaran satuan dBZ
(decibel). Makin besar energi pantul yang diterima radar maka makin besar juga nilai dBZ, dan
semakin besar nilai dBZ reflectivity menunjukkan intensitas hujan yang terjadi semakin besar.
Skala dBZ pada legenda berkisar 5 - 75 yang dinyatakan dengan gradasi warna biru
langit hingga ungu muda. Jika gradasi warna semakin ke arah ungu maka semakin tinggi
intensitas hujannya. Kisaran intensitas hujan berdasarkan skala warna dBZ dan mm/jam
disajikan seperti dalam tabel berikut: Skala dBZ pada legenda berkisar 5 -75 yang
dinyatakan dengan gradasi warna biru langit hingga ungu muda. Jika gradasi warna semakin
ke arah ungu maka semakin tinggi intensitas hujannya. Kisaran intensitas hujan berdasarkan
skala warna dBZ dan mm/jam disajikan seperti dalam tabel berikut:
Kategori Intensitas Hujan Nilai mm/jam
dBZ
Hujan ringan (light rain) 25 s/d 35 1 s/d 5
Hujan sedang (moderate rain) 35 s/d 45 5 s/d 10
Hujan lebat (heavy rain) 45 s/d 55 10 s/d 20
Hujan sangat lebat (very heavy rain) >55 >20
Gambar 19. Citra Radar

6. Lightning Detector

Lightning Detector adalah peralatan yang digunakan untuk mendeteksi dan


memonitoring petir. Alat ini memiliki cara kerja yaitu dengan menangkap frekuensi dari arus
petir, dimana pada saat petir menyambar maka frekuensi gelombang dari petir tersebut yang
berada pada lapisan ionosphere di tangkap oleh sensor dan dirubah kedalam bentuk data
digital. Data Petir biasa digunakan untuk membuat peta kerapatan sambaran petir. Untuk saat
ini Stasiun Meterologi H. Asan Kotawaringin Timur masih menggunakan hasil pantauan
Lightning Detector Pangkalan Bun.

Gambar 19. Tampilan Monitoring Petir


http://repository.unimar-amni.ac.id/2248/2/BAB%202%20FALDY.pdf
https://www.academia.edu/6989601/Laporan_Pengamatan_Alat_alat_BMKG

Anda mungkin juga menyukai