Radiasi kosmogenis atau sinar kosmis (cosmis rays) adalah radiasi alam yang berasal
dari angkasa luar dan sampai ke bumi. Sebelum sampai ke bumi, radiasi kosmogenis ini
berinteraksi dengan partikel-partikel sub-atomik yang ada di ruang angkasa membentuk
senyawa atau atom baru yang memperkaya atom ataupun senyawa yang sudah ada di
bumi. Radiasi kosmogenis berasal dari ledakan supernova dan Matahari.
a. Ledakan Supernova
Matahari merupakan salah satu bintang di antara seratus miliar bintang yang ada pada
satu kelompok bintang yang di sebut galaksi Bima Sakti (Milky Way). Struktur Matahari
terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
2. Bagian yang ada di antara inti Matahari dan permukaan Matahari di sebut Fotosfer
matahari (sun photosphere). Bagian ini merupakan bagian yang dingin, sekitar ratusan
ribu derajat celcius.
Sumber radiasi buatan adalah sumber radiasi yang dihasilkan oleh manusia melalui
berbagai kegiatan, seperti dalam bidang medis, industri, dan militer. Sumber radiasi buatan
dapat memberikan risiko kesehatan, jika tidak dioperasikan dengan benar dan tidak
memenuhi standar keamanan yang telah ditentukan.
Berbagai radionuklida terbentuk pada saat terjadi ledakan bom nuklir. Proses utama
pembentukan radionuklida tersebut adalah proses fisi (pembelahan inti) dan proses aktivasi
yang mengubah nuklida menjadi radionuklida setelah menangkap neutron.
Pada gambar tersebut adalah kurva hasil produk fisi yang menunjukkan jenis dan
jumlah radionuklida yang dihasilkan pada saat pembelahan U-235. Kurva hasil produk untuk
Pu-239 atau U-233 mirip dengan kurva ini. Dari gambar ini dapat diketahui bahwa nuklida
dengan nomor massa sekitar 90-110 dan 130-150 mudah terbentuk.
Radionuklida yang terjadi pada saat ledakan nuklir berjumlah sekitar 100 buah, dan
yang paling banyak adalah nuklida dengan umur paro pendek, sehingga jumlah nuklida yang
memberikan radiasi kepada manusia sedikit juga. Sebagai nuklida yang utama dapat
disebutkan C-14,Cs-137, Zr-95, Sr-90, Ru-106, Ce-144, H-3. Di antara nuklida ini, C-14 dan
H-3 adalah unsur hasil aktivasi dan yang lainnya adalah hasil fisi.
Bagian terbesar dari radioaktivitas lingkungan akibat percobaan nuklir berasal dari
percobaan di udara, sedangkan yang berasal dari percobaan di bawah tanah relatif kecil.
Radioaktivitas yang terjadi pada percobaan di udara pertama-tama akan masuk ke lapisan atas
udara, setelah itu berpindah ke lapisan di bawahnya dan akhirnya mencapai lingkungan hidup
manusia melalui proses jatuhan. Radionuklida jatuhan dikelompokkan menjadi
jatuhan lokal, jatuhan lapisan konvektif dan jatuhan lapisan stratosfer. Jatuhan lokal turun di
daerah yang jaraknya kurang dari 100 km dari tempat pecobaan nuklir, jatuhan lapisan
konvektif tersebar ke wilayah yang lebih luas karena aliran angin, dan jatuhan lapisan
stratosfer menyebabkan pencemaran bumi untuk waktu lama.
Dewasa ini tidak ada lagi percobaan nuklir di udara, sehingga jumlah radioaktivitas
jatuhan secara keseluruhan dan dosis paparan yang diakibatkannya juga menurun. Sampai
saat ini ada sekitar 1400 kali percobaan peledakan bom nuklir di bawah tanah. Peningkatan
jumlah percobaan nuklir di bawah tanah semakin terasa setelah adanya perjanjian pelarangan
percobaan nuklir di udara pada tahun 1963. Untuk percobaan nuklir bawah tanah yang
terkungkung dengan baik, dosis radiasi yang diterima manusia sangat kecil. Walaupun tetap
ada kemungkinan tersebarnya bahan radioaktif yang bocor pada saat percobaan.
Daur bahan bakar nuklir terdiri atas tahapan penambangan uranium, pengayaan U-235,
fabrikasi perangkat bahan bakar, pembangkitan listrik, olah ulang bahan bakar bekas,
transportasi bahan nuklir antar instalasi nuklir, dan pengolahan limbah radioaktif.
Di dalam PLTN dihasilkan radioaktivitas hasil fisi yang hampir sama dengan percobaan
nuklir, tetapi hampir semua hasil fisi terkungkung di dalam instalasi. Radioaktivitas ini ada
yang dikeluarkan ke lingkungan dengan jumlah yang sangat kecil dalam bentuk gas atau
cairan, paparan yang keluar pada tiap tahapan daur bahan bakar nuklir masih di bawah batas
yang diizinkan.
Dosis radiasi dari radionuklida buatan, jika dibandingkan dengan radioaktivitas alam,
nilainya dapat diabaikan. Tetapi pada saat terjadi kecelakaan, walaupun dalam rentang waktu
pendek, efeknya tidak dapat diabaikan. Dari aktivitas penambangan uranium keluar gas Rn-
222 dalam jangka waktu sangat panjang, tetapi dengan penanganan yang tepat, dimungkinkan
untuk mengurangi emisi gas ini. Dari radioaktivitas ini manusia terpapar radiasi dengan cara
yang sama dengan radioakrivitas jatuhan. Berdasarkan dosis radiasi yang diterima, nuklida
yang penting adalah Rn-222, C-14, H-3, gas mulia, yodium, dll. Dari segi jalur lepasan bisa
diberikan contoh lepasan Rn-222 dari sisa proses, lepasan gas dari reaktor, dan lepasan
bahan cair dari proses olah ulang.
Radioaktivitas buatan akibat PLTN akan meningkat seiring dengan bertambahnya daya.
Pada saat ini radioaktivitas dari PLTN jauh lebih kecil dibandingkan dengan radioaktivitas
alam maupun jatuhan. Berkat kemajuan teknologi, tingkat radiasi yang dipancarkan per
satuan daya yang diproduksi menunjukkan kecenderungan menurun. Pada operasi normal
lepasan ke lingkungan kecil, tetapi apabila terjadi kecelakaan lepasan dalam jumlah yang
lebih besar bisa terjadi. Kecelakaan besar pernah terjadi pada PLTN Three Mile Island di
Amerika Serikat dan Chernobyl di bekas Uni Soviet.
Pancaran radiasi dapat pula bersumber dari barang-barang konsumsi biasa. Sebagai
contoh, jam berpendar mengandung Rn-226, Pm-147, Th-232 dan lain-lain. Peralatan listrik
atau elektronik seperti tabung discharge dan starter memanfaatkan Ni-63, Kr-85, Pm-147, H-
3 dll, untuk meningkatkan keandalan operasi. Selain itu Po-210 dipakai pada alat penghitung
listrik statik, dan Tm-241 dipakai pada detektor asap.
Contoh yang lain, Uranium digunakan pada porselen dan bahan kosmetik produk gelas,
sedangkan Thorium dipakai pada kaos lampu dan lensa optik. Dari televisi terpancar sinar-X,
tetapi jumlahnya sangat kecil hingga dapat diabaikan. Dari fasilitas yang memanfaatkan
radiasi dari akselerator atau reaktor nuklir untuk kedokteran maupun penelitian keluar radiasi
atau radioaktivitas dalam jumlah yang sangat kecil.
RADIASI PENGION DAN RADIASI NON-PENGION
A. Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah radiasi yang membawa energi yang cukup untuk melepaskan
elektron dari atom atau molekul, sehingga mengionisasi atom atau molekul tersebut. Radiasi
pengion terdiri dari partikel subatomik, ion atau atom yang energetik yang bergerak dengan
kecepatan tinggi (biasanya lebih besar dari 1% dari laju cahaya), dan gelombang
elektromagnetik pada ujung energi tinggi dari spektrum elektromagnetik.
Sinar gama, sinar X, dan sinar ultraviolet yang berenergi tinggi dari spektrum
elektromagnetik bersifat pengion, sedangkan bagian sinar ultraviolet yang berenergi lebih
rendah dan semua spektrum di bawah UV, termasuk cahaya kasatmata (termasuk hampir
semua jenis sinar laser), inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio dianggap
sebagai radiasi non-pengion. Batas antara radiasi elektromagnetik pengion dan non-pengion
yang terjadi pada ultraviolet tidak ditentukan secara tajam, karena molekul dan atom yang
berbeda terionisasi pada tingkat energi yang berbeda. Definisi konvensional menempatkan
batas ini pada energi foton antara 10 eV dan 33 eV dalam ultraviolet.
Partikel subatomik pengion dari radioaktivitas mencakup partikel alfa, partikel beta, dan
neutron. Hampir semua produk peluruhan radioaktif dapat mengionisasi karena energi
peluruhan radioaktif biasanya jauh lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk ionisasi. Partikel
pengion subatomik lain yang muncul secara alami adalah muon, meson, positron, dan partikel
lain yang membentuk sinar kosmik sekunder yang dihasilkan setelah sinar kosmik primer
berinteraksi dengan atmosfer bumi. Sinar kosmik dihasilkan oleh bintang-bintang dan
peristiwa langit tertentu seperti ledakan supernova. Sinar kosmik juga dapat menghasilkan
radioisotop di Bumi (misalnya, karbon-14), yang pada gilirannya meluruh dan menghasilkan
radiasi pengion. Sinar kosmik dan peluruhan isotop radioaktif adalah sumber utama radiasi
pengion alami di Bumi yang disebut sebagai radiasi latar belakang. Radiasi pengion juga
dapat dihasilkan secara buatan dengan tabung sinar X, akselerator partikel, dan berbagai
metode yang menghasilkan radioisotop secara buatan.
Radiasi pengion tidak dapat dideteksi oleh indera manusia, jadi instrumen pendeteksi
radiasi seperti pencacah Geiger harus digunakan untuk menunjukkan keberadaannya dan
mengukurnya. Namun, intensitas tinggi dapat menyebabkan emisi cahaya kasatmata ketika
berinteraksi dengan materi, seperti pada radiasi Cherenkov dan radioluminesensi. Radiasi
pengion digunakan di berbagai bidang seperti kedokteran, daya nuklir, penelitian,
manufaktur, konstruksi, dan banyak bidang lainnya, tetapi menimbulkan bahaya kesehatan
jika tindakan yang tepat terhadap paparan yang tidak diinginkan tidak dilakukan. Paparan
radiasi pengion menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup, dan dapat menyebabkan luka
bakar radiasi, kerusakan sel, penyakit radiasi, kanker, dan kematian.
B. Radiasi Non-Pengion
Radiasi non pengion adalah radiasi yang apabila melewati bahan atau jaringan biologi
tidak akan mengionisasi bahan atau jaringan tersebut.
Contoh : Gelombang TV, radio, radar, sinar infra merah, sinar ultra violet, cahaya
tampak.
Adapula yang termasuk radiasi non pengion, antara lain sinar ultra violet, sinar
tampak, sinar infra merah, dan gelombang mikro.
Gelombang mikro yang hanya dapat mengakibatkan efek fisika atau kimia (reaksi
kimia) pada materi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi
https://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_alam
https://www.batan.go.id/ensiklopedi/09/01/01/03/09-01-01-03.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_pengion
https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/01/02/08-01-01-02.html