Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


INITIAL ASSESSMENT PADA PASIEN GAWAT DARURAT

OLEH :

KELOMPOK 7

1. Duwik Rukayanti (010117A021)


2. I Komang Pasek A.P.J (010117A040)
3. Mela Anggraeni (010117A056)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITA NGUDI WALUYO

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Initial Assessment Pada Pasien Gawat Darurat”dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai“Initial Assessment Pada Pasien Gawat
Darurat”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Ungaran , 22 April 2019

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Initial Assessment atau pengkajian awal korban cedera kritis akibat cedera
multipel merupakan tugas yang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau
mati sehingga diperlukan sistem pelayanan tanggap darurat untuk mencegah
kematian dini (early) karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa menit
hingga beberapa jam sejak cedera.Kematian dini yang sering terjadi pada korban
cedera gawat darurat diakibatkan oleh oksigenasi yang tidak adekuat pada organ
vital terutama otak dan jantung.Tujuan pengkajian awal adalah untuk
menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera / kelainan pengancam jiwa dan
untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi
tindakan definitif atau transfer kefasilitas sesuai.
Setiap kejadian kegawat daruratan selalu menampilkan bahaya dan
kesulitannya masing-masing. Paper ini akan membahas mengenai petunjuk umum
dalam mengelola korban gawat darurat khususnya pada tahap initial assessmnet.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Initial Assessment pada kondisi kegawat daruratan?
2. Bagaimana cara melakukan Initial Assessment pada kondisi kegawat
daruratan?
3. Bagaimana standar Initial Assessment pada kondisi kegawat daruratan
dengan cedera tertentu?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui definisi Initial Assessment pada kondisi kegawat daruratan
2. Mengetahui bagaimana cara melakukan Initial Assessment pada kondisi
kegawat daruratan
3. Mengatahui bagaimana standar Initial Assessment pada kondisi kegawat
daruratan dengan cedera tertentu

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Menurut Yayasan Ambulance Gawat Darurat 118, Initial Assesment adalah
proses penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat guna menghindari
kematian pada pasien yang dilakukan saat menemukan korban atau pasien dengan
kondisi gawat darurat dan merupakan salah satu penentu keberhasilan penanganan
korban/pasien. Tujuannya mencegah semakin parahnya penyakit dan menghindari
kematian korban dengan penilaian yang cepat dan tindakan yang tepat.
Initial assesment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita gawat
darurat yang langsung diikuti dengan tindakkan resusitasi (Suryono dkk, 2008 ).
Informasi digunakan untuk membuat keputusan tentang intervensi kritis dan
waktu yang dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasien harus aman dan
dilakukan secara cepat dan tepat dengan mengkaji tingkat kesadaran (Level Of
Consciousness) dan pengkajian ABC (Airway, Breathing, Circulation),
pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan tindakan penanganan segera
dan pada pasien yang terancam nyawanya.

B. Proses Initial Assessment


Initial assessment meliputi:
 Persiapan Triase Primary survey
 Resusitasi
 Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
 Secondary survey
 Tambahan terhadap secondary survey
 Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan
 Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek
sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.

4
1. Persiapan
a. Fase Pra-Rumah Sakit
 Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas
lapangan.
 Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit
sebelum penderita mulai diangkut dari tempat kejadian.
 Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit
seperti waktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan
riwayat penderita.
b. Fase Rumah Sakit
 Perencanaan sebelum penderita tiba
 Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan
di tempat yang mudah dijangkau
 Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan
diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau
 Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.
 Pemakaian alat-alat proteksi diri
2. Triase
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan
sumber daya yang tersedia. Dua jenis triase :
a. Multiple Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan
rumah sakit. Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan
multi trauma akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.
b. Mass Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan
rumah sakit. Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar
dan membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling
sedikit akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.

5
Pemberian label kondisi pasien pada musibah massal :
 Label hijau. Penderita tidak luka. Ditempatkan di ruang tunggu
untuk dipulangkan.
 Label kuning. Penderita hanya luka ringan. Ditempatkan di kamar
bedah minor UGD.
 Label merah. Penderita dengan cedera berat. Ditempatkan di ruang
resusitasi UGD dan disiapkan dipindahkan ke kamar operasi mayor
UGD apabila sewaktu-waktu akan dilakukan operasi
 Label biru. Penderita dalam keadaan berat terancam jiwanya.
Ditempatkan di ruang resusitasi UGD disiapkan untuk masuk
intensive care unit atau masuk kamar operasi.
 Label hitam. Penderita sudah meninggal. Ditempatkan di kamar
jenazah.
3. Primary Survey
a. Airway Dengan Kontrol Servikal
1) Pengkajian
 Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
 Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
2) Pengelolaan
 Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol
servikal in-line immobilisasi
 Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning
dengan alat yang rigid
 Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
 Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )
 Fiksasi leher
Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas klavikula.
b. Breating dan Ventilasi
Yang harus dilakukan dalam memeriksa breathing adalah nilai look,
listen, feel untuk mengetahui breathingnya baik atau tidak.

6
1) Penilaian
 Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan
kontrol servikal in-line immobilisasi.
 Tentukan laju dan dalamnya pernapasan.
 Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks
simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan
tanda-tanda cedera lainnya.
 Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor.
 Auskultasi thoraks bilateral.
2) Pengelolaan
 Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask
11-12 liter/menit)
 Ventilasi dengan Bag Valve Mask
 Menghilangkan tension pneumothorax
 Menutup open pneumothorax
 Memasang pulse oxymeter
c. Circulation Dengan Kontrol Pendarahan
1) Penilaian
 Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
 Mengetahui sumber perdarahan internal
 Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus
paradoksus. Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar
merupakan pertanda diperlukannya resusitasi masif segera.
 Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
 Periksa tekanan darah
2) Pengelolaan
 Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
 Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi
bedah serta konsultasi pada ahli bedah.
 Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil
sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes

7
kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan
cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA).
 Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan
tetesan cepat.
 Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan
pada pasien-pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
 Cegah hipotermia
d. Disability
Pendarahan intra kranial dapat menyebabkan kematian dengan
sangat cepat, sehingga diperlukan evaluasi keadaan neurologis
secara cepat.Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil.
1) GCS (Glasgow Coma Scale)
GCS adalah system skoring yang sederhana dan cepat meramal
kesudahan penderita. Penurunan kesadaran dapat disebabkan
menurunnya kadar oksigen ke otak , atau disebabkan perlukaan
pada otak sendiri. Perubahan kesadaran akan dapat menggangu
airway serta breathing yang seharusnya sudah diatasi terlebih
dahulu.
2) Pupil
Pupil yang tidak samabesar kemungkinan menandakan adanya
suatu lesi mata intra kranial. Perlu diingat lesi biasanya akan
terjadi pada sisi pupil yang melebar.
3) Resusitasi
Terhadap kelainan primernya di otak tidak banyak yang akan
dilakukan, namun tugas sangat penting dari dokter yang
menerima penderita trauma kapitis di UGD adalah dengan
menghindari cedera otak sekunder. Yang harus dilakukan terapi
dengan agresif adalah hipovolemia, hipoksia, dan hiperkarbia
unruk mengghindari cedera otak sekunder tersebut.

8
e. Exposure
Dirumah sakit penderita harus dibuka seluruh pakaiannya untuk
evaluasi kelainan atau injuri secara cepat pada tubuh
penderita.Setelah pakaian dibuka perhatikan ada tidaknya
injury/jejas pada tubuh penderita, dan harus dipasang selimut agar
pasien tidak kedinginan.Harus dipakaikan selimut hangat, ruang
cukup hangat dan diberikan cairan intrra venayang sudah
dihangatkan. Apabila pada primeri survey dicurigai adanya
pendarahandari belakang tubuh maka dilakukan log roll untuk
mengetahui sumber pendarahan.
f. Folley Catheter
Pemakaian kateter urin dan lambung harus dipertimbangkan.Jangan
lupa mengambil sampel urin untuk pemeriksaan urin rutin.Produksi
urin merupakan indicator yang peka untuk menilai keadaan
hemodinamik penderita.
g. Gastric Tube
Kateter lambung dipasang untuk mengurangi distensi lambung dan
mencegah muntah. Isi lambung yang pekat akan mengakibatkan
NGT tidak berfungsi, pemasangannya sendiri dapat mengakibatkan
muntah. Darah dalam lambung dapat disebabkan darah tertelan,
pemasanga NGT yang traumatic atau perlukaan lambung. Bila
lamina keibrosa patah atau diduga patah, kateter lambung harus
dipasang melalui mulut untuk mencegah masuknya NGT dalam
rongga otak
h. Heart Monitoring
Monitor hasil resusitasi didasarkan pada ABC penderita.
 Airway: seharusnya sudah diatasi
 Breathing: pemantauan laju nafas
 Circulation: nadi, tekanan nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan
jumlah urin setiap jam
 Disability: nilai tingkat krsadaran penderita

9
i. Foto Rontgen
Pemakaian foto ronsen harus selektif, dan jangan mengganggu
proses resusitasi. Pada penderita dengan trauma benda tumpul harus
dilakukan 3 foto rutin:
 Servical
 Toraks
 Pelvis
Foto servikal AP harus terlihat ke-7 ruas tulang servikal, apabila
tidak terlihat harus dengan menarik kedua bahu kearah kaudal,
ataupun dengan swimmers view.
4. Secondary Survey
Survey sekunder adalah pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
a. Anamnesis
Anamnesis yang harus diingat :
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian
perlukaan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit Kepala
Seluruh kulit kepala diperiksa. Cukup sering terjadi bahwa
penderita yang nampaknya cedera ringan, tiba-tiba ada darah di
lantai yang berasal dari tetesan luka di belakang kepala.
Lakukan inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk
adanya laserasi, kontusi, fraktur, dan luka termal.
2) Wajah

10
 Mata: priksa kornea ada cedera atau tidak, pupil mengenai
isokori serta reflek cahaya, acies visus dan acies campus.
 Hidung: apabila ada pembengkakan, lakukan palpasi akan
kemungkinan krepitasi dari suatu fraktur.
 Zygoma: apabila ada pembengkakan jangan lupa mencari
krepitasi dengan adanya fraktur zygoma.
 Telinga: priksa dengan senter mengenai keutuhan
membrane timpani atau adanya hemotimpanum.
 Rahang atas: periksa stabilisasi rahang atas.
 Rahang bawah: periksa stabilisasi rahang bawah.
3) Vertebra servikalis dan leher
Periksa adanya cidera tumpul atau tajam, deviasi trakea, dan
pemakaian otot tambahan. Palpasi akan adanya nyeri,
deformitas, pembengkakan, emfisema subkutan, deviasi trakea,
dan simetri palpasi. Tetap jaga imibilisasi segaris dan proteksi
servikal.
4) Toraks
 Inspeksi bagian dada depan, samping dan belakang untuk
adanya trauma tumpul atau tajam, pemakaian otot
pernafasan tambahan dan ekspamsi toraks bilateral.
 Auskultasi pada bagian depan untuk bising nafas dan bunyi
jantung.
 Perkusi untuk adanya hipersonor dan keredupan.
 Pakpasi seluruh dinding dada untuk adanya trauma tajam
atau tumpul, emfisema subkutan, nyeri tekan dan krepitasi.
5) Abdomen
Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang untuk adanya
trauma dan adanya pendarahan internal.Auskultasi bising
usus.Perkusi abdomen untuk mengetahui suara perkusi
abdomen. Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau
tidak.
6) Pelvis

11
Cedera pada pelvis yang berat, akan Nampak pada pemeriksaan
fisik. Pada cedera berat ini kemungkinan penderita akan masuk
dalam keadaan syok, yang harus segera diatasi. Bila ada indikasi
pasang PASG/gurita untuk control pendarahan dan fraktur
pelvis.
7) Ekstremitas
Inspeksi adanya luka dekat fraktur, denyut nadi, dan pada saat
digerakkan jangan dipaksakan jika terjadi fraktur.
8) Bagian Punggung
Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan
penderita dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh). Pada saat
ini dapat dilakukan pemeriksaan punggung.
5. Tambahan Pada Secondary Survey
a. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan
penderita dengan teliti dan pastikan hemodinamik stabil
b. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena
pemeriksaan tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain
c. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :
 CT scan kepala, abdomen
 USG abdomen, transoesofagus
 Foto ekstremitas
 Foto vertebra tambahan
 Urografi dengan kontras
6. Re-Evaluasi Penderita
a. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan
melaporkan setiap perubahan pada kondisi penderita dan respon
terhadap resusitasi.
b. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin
c. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan
7. Transfer Ke Pusat Rujukan Yang Lebih Baik
Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien
karena keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih

12
memungkinkan untuk dirujuk.Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan
dan kebutuhan penderita selama perjalanan serta komunikasikan dengan
dokter pada pusat rujukan yang dituju.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Initial asessment atau pengkajian awal pada kasus kegawat daruratan sangat
penting dilakukan sebelum melakukan tidakan resusitasi atau pertolongan pada
korban/pasien kegawat daruratan.Tujuan dari pengkajian awal adalah untuk
mengetahui atau menilai kondisi korban dengan cepat dan tepat sehingga dapat
melakukan resusitasi sesegera mungkin dengan prosedur yang tepat sehingga
dapat mengurangi resiko kematian dini pada korban gawat darurat.Secara umum
tindakan yang dilakukan dalam pengkajian awal ini ialah primery suvey,
secondary survey primary survey, secondary survey dan penanganan definitive
(menetap) yang meliputi airway, breathing, circulation, disability dan exposure.
B. Saran
Sebagai calon perawat atau tegana medis, hal yang penting ditingkatkan
mengenai kondisi kegawat daruratan ialah skill dalam melakukan resusitasi
kepada pasien salah satunya dengan menguasai ilmu dan skill dalam initial
asessment ini sehingga pertolongan kepada pasien dengan kondisi gawat darurat
dapat kita lakukan dengan cepat dan tepat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Diklat yayasan ambulans gawat darurat 118.Basic Trauma Life Support and
Basic Cardiac Life Support. Edisi enam. Jakarta : Yayasan ambulans gawat
darurat 118; 2015.

15

Anda mungkin juga menyukai