Buku Gambaran Umum Ok PDF
Buku Gambaran Umum Ok PDF
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 1
2 Buku Laporan
DAFTAR ISI
Latar Belakang 4
Kerangka konsep penanggulangan stunting 5
Tujuan dan Kerangka Program Logis 6
Kegiatan dan Sub-Kegiatan; 7
Penguatan Sisi Suplai (Supply Side Activity) 8
I. Pelatihan 8
II. Penyediaan gizi mikro 10
III. Higiene dan Sanitasi 11
IV. Pengembangan insentif penyelenggara pelayanan
V. Pelibatan pihak swasta 12
Komunikasi Perubahan Perilaku dan Manajemen 13
Lokasi Proyek 19
Pelaksanaan kegiatan 20
Integrasi sosial dan gender 20
Pengorganisasian 21
Pemantauan dan Evaluasi 22
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 3
LATAR BELAKANG
4 Buku Laporan
Untuk mempercepat upaya penurunan prevalensi stunting , pemerintah
menerbitkan Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi dengan fokus pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Gerakan Nasional tersebut merupakan upaya bersama antara pemerintah dan
masyarakat untuk bersama-sama menurunkan prevalensi stunting dengan
memenuhi kebutuhan dasar ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun.
Pemerintah Indonesia, dengan dukungan hibah dari Amerika Serikat melalui
Millenium Challenge Corporation, akan melaksanakan inisiatif baru untuk
mengurangi anak pendek. Inisiatif baru ini adalah Proyek Kesehatan dan Gizi
Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Anak Pendek (PKGBM). PKGBM adalah
sebuah peluang bagi Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan program
yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mencegah anak pendek di lokasi
terpilih.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 5
KERANGKA KONSEP PENANGGULANGAN
STUNTING
Stunting dapat berawal dari kandungan. Kondisi gizi ibu hamil, bahkan sebelum
hamil akan menentukan pertumbuhan janin. Ibu hamil yang kekurangan gizi
akan berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, dan ini merupakan
penyebab utama stunting . Setelah lahir, bayi yang tidak disusui secara baik akan
berisiko menderita berbagai infeksi penyakit karena pola makan yang tidak cukup
asupan gizinya dan tidak higienis. Pemberian Makanan Bayi dan Anak sangat
menentukan petumbuhan anak. Setelah usia 6 bulan anak perlu mendapat
asupan gizi dapat memenuhi kebutuhan asupan gizi mikro, gizi makro serta
aman. Kondisi sosial ekonomi, ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan
akses terhadap berbagai sarana pelayanan dasar berpengaruh pada tingginya
prevalensi stunting .
Terdapat bukti-bukti ilmiah yang kuat tentang intervensi gizi yang efektif untuk
pencegahan anak stunting . Intervensi tersebut adalah intervensi spesifik atau
intervensi langsung dan intervensi sensitif atau intervensi tidak langsung.
Intervensi spesifik dilakukan melalui peningkatan konsumsi makanan dalam hal
kuantitas dan kualitas, dan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit. Jumlah
dan komposisi zat gizi dalam makanan harus sesuai dengan kebutuhan untuk
pertumbuhan optimal dan harus menjaga kebersihan dan keamanan terutama
makanan untuk anak bayi berusia 0-6 bulan (ASI eksklusif ), 6-23 bulan (makanan
pendamping) dan makanan bergizi seimbang untuk ibu hamil dan wanita
6 Buku Laporan
menyusui. Intervensi sensitif merupakan upaya peningkatan kualitas lingkungan
misalnya air bersih, fasilitas sanitasi dan kebiasaan-kebiasaan bersih dan sehat
seperti cuci tangan dengan sabun dan buang air besar di jamban.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 7
TUJUAN DAN KERANGKA PROGRAM LOGIS
Tujuan proyek ini adalah untuk mengurangi dan mencegah bayi lahir dengan
berat badan rendah dan anak stunting , dan kekurangan gizi pada anak-anak di
lokasi proyek. Dalam jangka panjang, proyek diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan rumah tangga melalui penghematan biaya kesehatan dan
peningkatan produktivitas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat
untuk Mengurangi Stunting (PKGBM) akan melakukan beberapa kegiatan yang
berorientasi pada perbaikan status gizi ibu hamil dan anak melalui peningkatan
peran serta masyarakat, perbaikan asupan gizi, pengurangan kasus diare,
meningkatkan ketersediaan makanan bergizi yang terjangkau dan meningkatkan
kesadaran Pemerintah Indonesia dan masyarakat tentang pentingnya isu anak
pendek.
Untuk mencapai tujuan tersebut PKGBM akan melakukan kegiatan penguatan
masyarakat, meningkatkan kapasitas penyelenggara pelayanan dan melakukan
komunikasi perubahan perilaku serta manajemen proyek. Kerangka logis dari
Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Anak Pendek
(PKGBM) dijelaskan pada bagan berikut.
8 Buku Laporan
KEGIATAN DAN SUB KEGIATAN
Proyek ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: 1) Kegiatan proyek masyarakat; 2)
Kegiatan sisi suplai dan 3) Kegiatan komunikasi dan manajemen proyek, termasuk
evaluasi.
Kegiatan Proyek Masyarakat akan dilaksanakan melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM GSC atau
PNPM Generasi), yang bertujuan untuk memberdayakan dan mempermudah
masyarakat memperoleh layanan kesehatan dan pendidikan. Kegiatan ini terdiri
dari perencanaan partisipatif, penyediaan dana bantuan langsung masyarakat
dan bantuan teknis.
Perencanaan Partisipatif
Pada perencanaan partisipatif, masyarakat didorong untuk melakukan proses
perencanaan mulai dari melakukan identifikasi masalah hingga perumusan
kegiatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Proses
perencanaan partisipatif dimulai dari tingkat dusun, desa, hingga kecamatan
dengan melibatkan kelompok masyarakat laki-laki maupun perempuan. Hasil
dari proses perencanaan partisipatif ini adalah usulan kegiatan yang akan
dipertimbangkan untuk dibiayai oleh dana bantuan langsung masyarakat.
Setiap kegiatan yang dilakukan di tingkat desa diarahkan pada pencapaian tujuan
proyek, yang diukur dengan menggunakan beberapa indikator keberhasilan.
Ukuran keberhasilan ini dimaksudkan agar masyarakat fokus pada pencapaian
tujuan proyek dan tidak hanya melakukan kegiatan pendidikan dan kesehatan
secara umum. Ukuran keberhasilan yang digunakan adalah sebagai berikut.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 9
bulannya mengikuti grafik pertumbuhan
7. Setiap anak usia 6 bulan sampai 59 bulan wajib mendapatkan Vitamin A, 2 kali dalam setahun.
8. Setiap anak balita (dibawah lima tahun) ditimbang sebulan sekali secara rutin.
9. Setiap ibu hamil dan/atau pasangannya mengikuti kegiatan konseling perawatan kehamilan
dan gizi minimal satu bulan sekali.
10. Setiap orang tua/pengasuh yang memiliki bayi usia 0-2 tahun mengikuti kegiatan pengasuhan
balita dan pemenuhan gizi minimal satu bulan sekali.
Bantuan Teknis.
Dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan Generasi, masyarakat dan aparat
pemerintah kabupaten dan kecamatan mendapatkan pendampingan dari
fasilitator. Peran pendampingan ditujukan bagi penguatan atau peningkatan
kapasitas masyarakat dan aparat pemerintah dalam mengelola pembangunan
secara mandiri di wilayahnya. Fasilitator dapat bersinergi dan bergerak
bersama-sama dengan instansi terkait (Dinas Pendidikan dan Kesehatan) dalam
memfasilitasi proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan Generasi agar hasil kegiatan bermutu baik.
Penjelasan lebih rinci dari Kegiatan Proyek Masyarakat ini akan diberikan dalam
Petunjuk Teknis Operasional yang telah disusun oleh Kementerian Dalam Negeri.
10 Buku Laporan
KEGIATAN PENGUATAN SUPLAI
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan
melalui: kegiatan pelatihan, penyediaan suplemen gizi mikro, pemicuan sanitasi,
melibatkan pihak swasta dan penyembangan sistem insentif kepada petugas
kesehatan.
I. Pelatihan.
Untuk meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan melalui peningkatan
kapasitas petugas kesehatan yang akan menyediakan layanan terkait gizi, proyek
ini akan melakukan beberapa kegiatan pelatihan untuk petugas kesehatan, kader
masyarakat dan konsultan proyek. Kegiatan pelatihan yang akan dilakukan yaitu
Pelatihan Konseling Pemberian Makanan untuk Ibu, Bayi dan Anak (PMIBA) dan
Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 11
Pelatihan Konseling PMIBA yang akan dilakukan terdiri dari empat tingkatan,
yaitu:
1. Pelatihan Pelatih Nasional (master trainer ),
2. Pelatihan Pelatih (training of trainers ) provinsi dan kabupaten yang
diikuti oleh petugas provinsi dan kabupaten,
3. Pelatihan Pelatih bagi petugas puskesmas yang diikuti oleh 2 orang
per Puskesmas ,
4. Pelatihan untuk bidan di desa dan kader. Khusus untuk Pelatihan
Kader Posyandu, satu tahun setelah pelatihan pertama akan dilakukan
pelatihan penyegaran untuk Kader Posyandu di seluruh lokasi proyek.
12 Buku Laporan
Pelatihan untuk Pelatih Nasional (master trainer ). Peserta pelatihan ini adalah
calon master trainer yang berasal dari Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Perguruan Tinggi, lembaga swadaya
masyarakat. Calon master trainer dipilih oleh Kementerian Kesehatan dengan
kriteria bahwa setiap peserta harus sudah mengikuti Pelatihan Pemantauan
Pertumbuhan dan Pelatihan Konselor Menyusui. Pelatihan akan dilakukan
selama 48 jam di kelas dan praktik melatih Kader Posyandu sebanyak dua kali.
Sedangkan pelatihnya adalah master trainer yang sudah ada.
Pelatihan untuk Pelatih di Provinsi. Peserta pelatihan ini adalah tiga orang
perwakilan dari setiap Dinas Kesehatan Provinsi dan dua orang dari setiap Dinas
Kesehatan Kabupaten. Calon peserta dipilih oleh Dinas Kesehatan Provinsi/
Kabupaten dan diharuskan telah mengikuti Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan
atau Pelatihan Konselur Menyusui. Pelatihan akan dilakukan selama 48 jam di
kelas dan praktik melatih Kader Posyandu sebanyak dua kali.
Pelatihan untuk Pelatih di Kabupaten. Peserta pelatihan ini adalah dua orang
staff Puskesmas dari setiap lokasi Proyek yang dipilih oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten. Pelatihan akan dilakukan selama 48 jam di kelas dan praktik melatih
Kader Posyandu sebanyak dua kali dan difasilitasi oleh Staff Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten yang sudah dilatih.
Pelatihan untuk Bidan Desa. Peserta pelatihan ini akan diikuti oleh satu orang bidan
desa dari setiap desa yang berada di lokasi proyek, dipilih oleh Kepala Puskesmas
dan pelatihnya adalah Petugas Puskesmas yang sudah dilatih. Pelatihan ini akan
dilakukan di tingkat Kecamatan/Puskesmas dalam 24 jam pelatihan.
Pelatihan untuk Kader Posyandu. Peserta pelatihan ini adalah dua orang
perwakilan Kader dari setiap desa yang dipilih oleh bidan desa dan Petugas
Puskesmas. Pelatihan akan dilakukan selama 24 jam di Kecamatan atau Puskesmas
dan difasilitasi oleh petugas Puskesmas yang sudah dilatih.
Pelatihan Penyegaran untuk Kader Posyandu. Satu tahun setelah pelaksanaan
pelatihan pertama, akan dilaksanakan Pelatihan Penyegaran bagi kader
Posyandu. Peserta pelatihan ini adalah dua orang perwakilan Kader Posyandu
dari setiap desa yang dipilih oleh bidan desa dan petugas Puskesmas. Pelatihan
akan dilakukan selama 24 jam di Kecamatan atau Puskesmas dan difasilitasi oleh
petugas Puskesmas yang sudah dilatih.
Modul Pelatihan Konseling PMIBA telah disusun oleh Kementerian Kesehatan
dan UNICEF (Dana Anak-Anak Persatuan Bangsa-Bangsa) serta telah diujicobakan
di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur,
Gorontalo, dan Sulawesi Barat pada tahun 2012. Uji coba di NTB dilakukan untuk
pelatihan pelatih di provinsi dan kabupaten, pelatihan untuk bidan desa dan
pelatihan untuk kader Posyandu. Sedangkan uji coba untuk pelatihan lainnya
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 13
hanya Pelatihan untuk Pelatih di tingkat provinsi
Pelatihan Konseling PMIBA amulai dilaksanakan pada Bulan Maret 2014, yaitu
dengan pelatihan untuk master trainer . Selanjutnya dilakukan pelatihan untuk
pelatih hingga pelatihan untuk Kader Posyandu di 10 provinsi, yaitu: Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara dan Maluku. Pada
tahun 2015 akan dilanjutkan dengan Pelatihan Penyegaran untuk Kader Posyandu
di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan pada tahun 2016 akan dilaksanakan untuk 10
provinsi yang disebutkan di atas.
b. Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan.
Pelatihan ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada petugas kesehatan dalam melakukan pemantauan pertumbuhan,
terutama bagi anak di bawah usia dua tahun, termasuk tindak lanjut hasil
pemantauan. Pelatihan ini akan terdiri dari dua tingkatan pelatihan, yaitu
Pelatihan untuk Pelatih dan Pelatihan untuk Petugas Puskesmas.
Pelatihan untuk Pelatih. Peserta pelatihan ini adalah staf Dinas Kesehatan
provinsi dan kabupaten. Dua orang peserta yang ditentukan oleh masing-
masing dinas akan mewakili Dinas Kesehatan. Total peserta pelatihan ini
adalah 150 orang dan pelatihnya adalah master trainer yang selama ini
sudah ada.
Pelatihan untuk Petugas Puskesmas. Pelatihan ini akan diikuti oleh staf
Puskesmas yang ada di lokasi proyek. Masing-masing Puskesmas akan
diwakili oleh dua orang peserta yang ditentukan oleh masing-masing Dinas
Kesehatan. Total peserta pelatihan ini adalah 1.220 orang dan pelatihnya
adalah Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten yang sudah dilatih.
Pelatihan ini akan mulai dilakukan pada bulan Mei hingga Desember 2014.
Kemenkes telah mempunyai modul untuk pelatihan Pemantauan
Pertumbuhan ini. Tetapi, untuk kepentingan pelatihan yang akan dilakukan
melalui kerjasama dengan MCA-Indonesia, Kementerian Kesehatan
sedang melakukan revisi terhadap modul tersebut. Revisi dilakukan untuk
menyesuaikan beberapa materi dengan perkembangan dan kondisi terkini,
serta menambahkan beberapa sesi terkait dengan tata laksana gizi buruk.
Revisi modul selesai pada Juni 2014.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 15
Setiap anak usia 6-23 bulan akan diberikan sekurangnya 60 bungkus (sachet)
Taburia, untuk dikonsumsi selama empat bulan, dengan frekuensi pemberian dua
hari sekali, satu bungkus (sachet).
Untuk ibu-ibu hamil, proyek ini akan menyediakan Tablet Tambah Darah (TTD),
yang terdiri dari sekurangnya asam folat 400mg dan Fumarat 60mg. Setiap
Ibu hamil diharapkan mengkonsumsi minimal 90 butir pil TTD selama masa
kehamilan.
Sasaran yang diharapkan adalah setidaknya 80% anak usia 6-23 bulan di daerah
proyek menerima Taburia dan 80% ibu hamil di daerah proyek menerima Tablet
Tambah Darah.
Suplemen gizi mikro akan disediakan oleh proyek dan didistribusikan melalui
jalur yang sudah digunakan oleh Kementerian Kesehatan. Distribusi awal akan
di lakukan selama dua tahun, dengan kemungkinan perpanjangan satu tahun
berikutnya.
Untuk menjamin kualitas Taburia, mulai dari penyediaan premiks sampai ke
anak, akan dilakukan pengecekan mutu berdasarkan aspek-aspek kritis Taburia.
Berdasarkan hasil riset pasar, pengawasan Taburia mulai dari penyediaan premiks
sampai dikonsumsi oleh anak sebagaimana disampaikan dalam gambar sebagai
berikut;
Untuk memudahkan dalam proses pencatatan dan menelusuri jika terjadi sesuatu
hal negatif yang diakibatkan oleh suplemen gizi mikro, MCA-Indonesia bersama
Kementerian Kesehatan akan mengembangkan sistem yang memudahkan
penelusuran setiap suplemen gizi mikro yang dibagikan. Kegiatan studi riset
pasar yang sedang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan tentang
mekanisme penelusuran yang dapat diterapkan bagi suplemen gizi mikro. Diskusi
intensif dengan tim monitoring dan evaluasi serta tim sosial dan lingkungan
akan dilakukan dalam proses pengembangan mekanisme ini. Mekasnime ini
diharapkan tersedia pada Bulan Juli 2014.
Untuk mendorong masyarakat agar tahu dan mau mengkonsumsi suplemen gizi
mikro, MCA-Indonesia bersama Kementerian Kesehatan akan mengembangkan
media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang akan didistribusikan kepada
masyarakat. Melalui kegiatan kampanye yang akan dilakukan, proyek juga akan
berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi mikro.
Selain itu, pada pelatihan PMIBA, peserta pelatihan diajarkan tentang pentingnya
gizi mikro dan bagaimana cara mengkonsumsinya. Diharapkan, para kader
Posyandu, bidan desa dan petugas Puskesmas dapat memberikan informasi
tersebut kepada masyarakat pada kegiatan rutin Posyandu.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 17
a. Pemilihan lokasi desa.
Untuk menjamin kelancaran implementasi dan menghindari tumpang
tindih dengan kegiatan pemicuan dari program lain, beberapa kriteria
pemilihan lokasi adalah sebagai berikut;
1. Pemilihan desa berdasarkan adanya peminatan dari desa setelah
dilakukan sosialisasi,
2. Desa yang belum SBS dan tidak sedang mengikuti pemicuan dari
program lain,
3. Diprioritaskan di Puskesmas yang memiliki sanitarian.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan meliputi kegiatan sosialisasi di tingkat nasional sampai
kecamatan, pelatihan petugas mulai dari pelatihan pelatih sampai
pelatihan kader, pemicuan di tingkat desa, pembinaan paska pemicuan,
dan monitoring. Berikut ilustrasi kegiatan-kegiatan tersebut:
18 Buku Laporan
b. Sosialisasi di Tingkat Provinsi, dan Kabupaten.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menyampaikan informasi
kegiatan yang akan dilakukan dan untuk memperoleh dukungan dari
Pemerintah Daerah, yang ditunjukkan dengan disusunnya rencana kerja
pelaksanaan STBM di lokasi proyek oleh Dinas Kesehatan sebagai bagian
dari rencana kerja STBM Kabupaten yang didukung oleh Kelompok Kerja
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL).
c. Sosialisasi tingkat kecamatan
Dihadiri oleh lintas sektor terkait tingkat kecamatan dan perwakilan desa
(kepala desa dan tokoh masyarakat). Tujuan sosialisasi tingkat kecamatan
adalah mendapatkan dukungan dan komitmen pemerintah desa untuk
pelaksanaan pemicuan sanitasi. Sosialisasi tingkat kecamatan diharapkan
menghasilkan pernyataan peminatan dari desa untuk melakukan
pemicuan. Desa-desa yang menyatakan berminat akan mendapatkan
tindak lanjut dengan pelatihan kader dan kegiatan pemicuan selanjutnya.
Peminatan desa dinyatakan dalam pernyataan/perjanjian yang dibuat oleh
kepala desa dan disetujui oleh camat dan pimpinan Puskesmas.
d. Pelatihan.
Kegiatan pelatihan yang akan dilakukan terdiri dari:
√ Pelatihan pemicuan STBM bagi tenaga sanitarian atau tenaga promosi
kesehatan di Puskesmas dan kader desa yang ada di lokasi proyek.
√ Pelatihan pemantauan pemicuan STBM bagi tenaga sanitarian atau
tenaga promosi kesehatan.
√ Pelatihan kewirausahaan sanitasi bagi anggota masyarakat yang
berminat melakukan usaha penyediaan produk dan jasa STBM.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 19
trainer tingkat nasional. Jumlah peserta yang akan mengikuti pelatihan ini
diperkirakan sebanyak 150 orang.
Pelatihan untuk Sanitarian. Pelatihan ini akan diikuti oleh sanitarian
Puskesmas yang ada di lokasi proyek atau petugas promosi kesehatan.
Master trainer bersama dengan staff Dinas Kesehatan propinsi dan
kabupaten yang sudah dilatih akan memfasilitasi proses pelatihan ini.
Di setiap Puskesmas akan dilatih satu orang, dengan demikian jumlah
sanitarian yang akan dilatih diperkirakan sebanyak 619 orang.
Pelatihan untuk Kader Desa. Pelatihan akan dilakukan di lecamatan oleh
sanitarian dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten. Setiap desa
yang berminat akan diwakili oleh dua orang kader yang dipilih oleh Kepala
Desa. Jumlah kader desa yang akan ikut dalam pelatihan ini diperkirakan
5.400 orang.
20 Buku Laporan
Modul yang akan digunakan dalam pelatihan STBM adalah modul yang
sudah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan. Khusus untuk pelatihan
pemantauan dan evaluasi, Kementerian Kesehatan mengembangkan
modul pelatihan dengan fasilitasi MCA-Indonesia
22 Buku Laporan
• Sosialiasi akan dilakukan oleh MCA-Indonesia dan Kementerian
Kesehatan, bersamaan dengan sosialisasi kegiatan sanitasi. Pada
kesempatan ini akan disampaikan rencana pelaksanaan kegiatan
insentif beserta mekanisme dan prosedur pelaksanaannya.
• Verifikasi dan Evaluasi Pelaksanaan, untuk memastikan status desa
SBS. MCA-Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan
akan melakukan evaluasi dan verifikasi ke lapangan. Instrumen
evaluasi dan verifikasi akan dikembangkan bersama oleh MCA-
Indonesia dan Kementerian Kesehatan. Hasil evaluasi dan verifikasi
akan menentukan apakah insentif layak diberikan atau tidak kepada
petugas layanan kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Evaluasi
dan verifikasi akan dilakukan secara berkala, sesuai dengan
kesepakatan yang akan dibangun dengan Kemenkes
Untuk melakukan verifikasi dan evaluasi atas pernyataan telah SBS, MCA-
Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan akan melakukan
evaluasi dan verifikasi ke lapangan. Instrumen evaluasi dan verifikasi
akan dikembangkan bersama oleh MCA-Indonesia dan Kementerian
Kesehatan. Hasil evaluasi dan verifikasi akan menentukan apakah insentif
layak diberikan atau tidak kepada petugas layanan kesehatan yang ada
di wilayah tersebut. Evaluasi dan verifikasi akan dilakukan secara berkala,
sesuai dengan kesepakatan yang akan dibangun dengan Kementerian
Kesehatan.
Pemberian Insentif. Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi yang dilakukan
bersama dengan kemenkes, bagi Desa yang dinyatakan lolos verifikasi,
MCA-Indonesia akan menyediakan sejumlah insentif bagi tenaga layanan
kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Mekansime pembayaran insentif,
saat ini masih dalam proses diskusi antara MCA-Indonesia dan Kementerian
Kesehatan.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 23
Kegiatan ini diharapkan dapat menjamin keberlanjutan dan memenuhi kebutuhan
akan suplemen gizi mikro di masyarakat setelah pelaksanaan proyek berakhir.
Proyek akan menyediakan sejumlah dana bagi pihak swasta untuk melakukan
penelitian, pengembangan produk dan pemasaran makanan bergizi yang murah.
Sub kegiatan ini akan dilakukan mulai tahun 2015 dan proses persiapan dimulai
pada pertengahan tahun 2014.
Beberapa produk yang telah diidentifikasi dan diharapkan dapat dikembangkan
oleh swasta antara lain suplemen gizi mikro untuk anak usia 6 bulan sampai 5
tahun, suplemen gizi mikro untuk ibu hamil, MPASI yang difortifikasi yang bergizi
dengan harga terjangkau. Produk lain dapat dikembangkan sesuai dengan
inovasi perusahaan.
Untuk melakukan persiapan pengembangan desain pelibatan pihak swasta
dalam penyediaan suplemen gizi mikro, MCA-Indonesia akan merekrut Spesialis
Kemitraan Swasta dan Publik. Konsultan ini akan membantu MCA-Indonesia dan
Kementerian Kesehatan dalam melakukan kajian tentang mekanisme pelibatan
swasta pada bidang kesehatan yang selama ini ada dan mengembangkan desain
yang paling mungkin dilakukan oleh MCA-Indonesia dalam melibatkan pihak
swasta untuk menyediakan gizi mikro di masyarakat. Kegiatan ini diharapkan
akan selesai pada pertengahan tahun 2015.
Kegiatan ini terdiri dari tiga sub kegiatan, yaitu kampanye gizi nasional untuk
mengatasi anak stunting ; manajemen proyek; pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan proyek.
Kampanye Komunikasi.
Proyek akan melaksanakan Kampanye Nasional tentang Anak Stunting. Tujuan
dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
• Meningkatkan kesadaran dan pemahaman pejabat pemerintah,
masyarakat umum, petugas kesehatan, orang tua, tentang penyebab,
tanda-tanda, dampak jangka panjang, dan pencegahan anak stunting ,
• Memperoleh komitmen dari para pemangku kepentingan yang luas
24 Buku Laporan
pada sektor publik dan swasta untuk mengatasi anak stunting , dan
• Untuk mendorong perubahan perilaku individu dan masyarakat terkait
dengan kesehatan dan gizi pada orang tua, pengasuh, dan para
penyelenggara kesehatan dan gizi di masyarakat.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 25
akses terhadap teknologi, dan bahasa yang digunakan setiap hari, yang
meliputi tetapi tidak terbatas pada media social, media digital, broadcast dan
media cetak; mobilisasi masyarakat, kegiatan hiburan yang mendidik (drama
seri, musik, video, konser, lagu dan atau pertunjukan permaianan); kegiatan
advokasi, strategi dan kegiatan komunikasi yang inovatif, seperti penggunaan
telepon genggam dan peningkatan kapasitas untuk mendorong perubahan
perilaku.
Kampanye akan fokus pada penciptaan perubahan perilaku pada masyarakat
terkait dengan anak stunting , gizi pada masa kehamilan dan anak-anak,
praktek pemberian makan untuk anak, ibu hamil dan menyusui, sanitasi dan
kebersihan, pengasuhan oleh orang tua (ayah dan Ibu) dan pengasuh lainnya
(anggota keluarga), dan penyediaan layanan serta para pengambil kebijakan.
Seluruh materi yang sudah disusun akan diuji coba di lima wilayah tempat
pelaksanaan penelitian formatif.
c. Penyusunan Kerangka Pemantauan dan Evaluasi (M&E)
Kampanye.
Berdasarkan hasil penelitian formatif, MCA-Indonesia bersama dengan
konsultan akan menyusun kerangka M&E dengan indikator yang cukup
sensitive untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan praktek terkait
gizi dan sanitasi pada akhir kampanye. Evaluasi pelaksanaan kampanye,
yang juga akan termasuk dalam matrik kerangka M&E yang diusulkan, akan
dikoordinasikan oleh bagian M&E di MCA-Indonesia. Fase 2 dan 3 akan
dilakukan secara bersamaan.
Penyusunan dan distrisbusi pembelajaran. Dalam rangka menginformasikan
kegiatan kepada kegiatan lanjutan yang sejenis, MCA-Indonesia akan
mengembangkan dokumen pembelajaran dari pelaksaan proyek. Dokumen
ini kemudian akan didistribusikan kepada sakeholders yang lebih luas
(pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, masayarakat, lembaga donor
dan proyek lain yang sejenis) menggunakan pendokumentasian multi meda,
termasuk didalamnya dalam bentuk film, televisi, koran, buku, atau media
lain yang didiskusikan dan distujui oleh MCA-Indonesia dan Kementerian
Kesehatan.
26 Buku Laporan
LOKASI PROYEK
Proyek ini akan dilaksanakan di 11 provinsi, yaitu: Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi
Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Lokasi ini
meliputi 64 kabupaten dan 499 kecamatan.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 27
PELAKSANAAN KEGIATAN
Secara umum, proyek ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi
a. Tahap Persiapan.
Proyek ini telah mulai dipersiapkan sejak tahun 2010 hingga tahun 2013. Tahap
persiapan meliputi penyusunan desain proyek, pemilihan lokasi, sampai pada
persiapan pengadaan barang dan jasa. Proses persiapan dikoordinasikan oleh
Kelompok Kerja Teknis Kesehatan yang terdiri dari Bappenas, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Keuangan bersama
dengan MCA-Indonesia. Selain itu, pihak lain yang terlibat pada proses ini adalah
Bank Dunia dan PNPM Support Facility (PSF).
b. Tahap Pelaksanaan.
Proyek akan mulai dilaksanakan pada awal tahun 2014 hingga akhir tahun
2018. Kegiatan Proyek Masyarakat akan dilaksanakan melalui kerjasama dengan
Kementerian Dalam Negeri dan PSF, sementara itu Kegiatan Sisi Suplai dan
Kegiatan Komunikasi, Manajemen dan Evaluasi akan dilakukan melalui kerjasama
dengan Kementerian Kesehatan.
Untuk mendapatkan dukungan komitmen dari lintas sektor dan dari pemerintah
daerah proyek akan melakukan sosialisasi dan rapat koordinasi teknis secara
berjenjang dan berkala. Kemendagri akan melakukan pertemuan advokasi dan
rapat-rapat koordinasi yang fokus pada penyiapan kegiatan. Pertemuan tersebut
akan mengundang pejabat dari Kementerian Kesehatan tingkat kabupaten.
Sosialisasi dan rapat koordinasi teknis akan fokusn pada penguatan kegiatan sisi
suplai, yang akan mengundang pejabat/pelaksanan kegiatan
c. Tahap Evaluasi.
Evaluasi proyek akan dilakukan pada tahun terakhir pelaksanaan proyek. Hasil
evaluasi kemudian menjadi masukan bagi MCA-Indonesia dalam menyusun
laporan akhir proyek. Laporan akhir proyek akan disampaikan kepada Pemerintah
Indonesia dan MCC.
28 Buku Laporan
INTEGRASI SOSIAL DAN GENDER
Dalam integrasi sosial dan gender, proyek ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu:
1) melakukan pemberdayaan perempuan dan 2) meningkatkan keterlibatan
kaum laki-laki dalam upaya peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, proyek ini akan fokus pada beberapa kegiatan,
yaitu:
1. Meningkatkan akses laki-laki dan perempuan terhadap informasi terkait
dengan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya terkait dengan
upaya untuk mengatasi anak stunting ,
2. Meningkatkan kesadaran dan keterlibatan laki-laki dalam perbaikan
kesehatan dan gizi masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta
keluarga,
3. Meningkatkan kemampuan perempuan dalam pengambilan keputusan
baik pada rumah tangga maupun masyarakat,
4. Meningkatkan kapasitas perempuan dalam hal perbaikan kesehatan
dan gizi, khususnya kesehatan ibu dan anak,
5. Meningkatkan kapasitas pelayan kesehatan tentang dimensi gender
dalam upaya perbaikan kesehatan ibu dan anak.
Dalam pelaksanaan, modul terkait gender diintegrasikan kedalam modul yang
ada, seperti modul fasilitator PNPM Generasi, modul pelatihan PMIBA. Melalui
kegiatan ini juga akan diadakan orientasi khusus gender kepada para master
trainer PMIBA, Pemantauan Pertumbuhan dan Sanitasi.
Secara lebih rinci, kegiatan yang akan dilakukan untuk memastikan aspek gender
dalam proyek ini, dijelaskan dalam dokumen Social and Gender Implementation
Plan (SGIP) yang sudah disusun oleh MCA-Indonesia dan disetujui oleh MCC.
PENGORGANISASIAN
Tingkat pusat
Untuk mengelola Proyek, MCA-Indonesia telah membentuk Tim Proyek Kesehatan
dan Gizi. Tim ini dipimpin oleh Direktur Proyek Kesehatan dan Gizi dan akan
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 29
bertanggungjawab untuk mengelola proyek sehari-hari mulai dari perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pemantaun dan evaluasi. Tim ini terdiri dari Direktur
Proyek Kesehatan dan Gizi, Spesialis Manajemen Proyek, Spesialis Gizi, Spesialis
Pelatihan Bidang Kesehatan, Spesialis Sanitasi, Spesialis Perubahan Perilaku,
Staf Operasional Proyek dan 3 orang asisten, yaitu Asisten Administrasi, Asisten
Spesialis Manajemen Proyek dan Asisten Spesialis Gizi.
MCA-Indonesia mempunyai perjanjian kerjasama dengan PSF untuk melaksanakan
Kegiatan Proyek Masyarakat. PSF akan menggunakan struktur PNPM Generasi
yang selama ini ada dalam melaksanakan Kegiatan ini.
MCA-Indonesia juga mempunyai perjanjian kerjasama dengan Kementerian
Kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan 2 dan 3. Berdasarkan perjanjian tersebut,
Kementerian Kesehatan akan membentuk struktur pengelolaan proyek yang
terdiri dari Tim Pengarah (TP) Tim Teknis (TT) dan Tim Sekretariat Nasional (TSN).
Tim Pengarah (TP) akan bertanggungjawab untuk memberikan arahan dan
pengawasan strategis terhadap Proyek. Tim ini terdiri dari pejabat Eselon I dari
Kementerian Kesehatan dan akan berkoordinasi dengan Direktur Eksekutif MCA-
Indonesia melalui pertemuan rutin, jika diperlukan. TP terdiri dari satu orang
ketua, sekretaris dan beberapa orang anggota yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan.
Tim Teknis (TT) akan bertanggungjawab mengelola dan mengkoordinasikan
pelaksanaan proyek dan akan terdiri dari pejabat Eselon II dari Kementerian
Kesehatan. TT akan diisi oleh beberapa kepala bidang yang terkait dengan
substansi kegiatan proyek dan akan dikoordinasikan oleh Direktur Bina Gizi.
Direktur Bina Gizi akan berkoordinasi dengan Direktur Proyek Kesehatan MCA-
Indonesia melalui pertemuan rutin atau sewaktu-waktu jika diperlukan.
Tim Sekretariat Nasional (TSN) terdiri dari konsultan dan kontraktor yang direkrut
oleh MCA-Indonesia. Mereka akan bekerja untuk para kepala bidang dalam TT
dan akan bertanggungjawab dalam mengelola pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan bidangnya, mempersiapkan rencana keuangan, rencana pengadaan,
dan rencana pencairan dana dan kebutuhan laporan atau pengawasan terhadap
proyek.
TSN akan dipimpin oleh seorang Koordinator yang akan berkoordinasi dengan
Direktur Bina Gizi dan melaporkannya kepada Direktur Kesehatan dan Gizi
MCA-Indonesia. TSN termasuk didalamnya Spesialis Perencanaan, Pemantauan
dan Evaluasi, Spesialis Pelatihan, Ahli Gizi, Spesialis Sanitasi dan Perilaku Hidup
Bersih, staf administrasi, keuangan dan staf pendukung lainnya untuk membantu
pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Lembaga Mitra dalam pelaksanaan
proyek
30 Buku Laporan
Tingkat Propinsi
Kegiatan PKGBM di tingkat propinsi mencakup;
a. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan di
tingkat propinsi,
b. Menyusun rencana kegiatan terpadu dengan mengintegrasikan kegiatan
program dengan kegiatan di Dinas Kesehatan Propinsi,
c. Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan pelatihan PMBA,
Pemantauan Pertumbuhan, Pemicuan Sanitasi, sesuai dengan standar
modul pelatihan yang ada,
d. Melakukan pertemuan koordinasi lintas program secara berkala
setiap bulan,
e. Melakukan pemantauan distribusi Taburia, Tablet Tambah Darah,
Modul Pelatihan dan kit antropometri,
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Tingkat Kabupaten
Kegiatan PKGBM di tingkat kabupaten mencakup;
a. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan di
tingkat kabupaten,
b. Menyusun rencana kegiatan terpadu dengan mengintegrasikan kegiatan
program dengan kegiatan di Dinas Kesehatan kabupaten,
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 31
c. Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan pelatihan PMBA,
Pemantauan Pertumbuhan, Pemicuan Sanitasi, sesuai dengan standar
modul pelatihan yang ada,
d. Melakukan pertemuan koordinasi lintas program secara berkala setiap
bulan,
e. Melakukan pemantauan distribusi Taburia, Tablet Tambah Darah, Modul
Pelatihan dan kit antropometri,
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Berdasarkan Kerangka Program Logis dan desain kegiatan yang telah disusun,
telah dikembangkan indikator kinerja program, yang terdiri dari indikator
dampak (outcome ) yaitu yang terkait dengan status gizi. Pemantauan dan
evaluasi sangatlah penting untuk pengelolaan proyek. Ini adalah komponen
kunci dari desain proyek dan akan dimasukan dalam seluruh siklus proyek sampai
proyek selesai. Pemantauan dan evaluasi akan dilakukan sesuai dengan Rencana
Pemantauan dan Evaluasi MCA Indonesia yang sudah disetujui MCC.
Pemantauan
Untuk memastikan bahwa Proyek dilaksanakan sesuai harapan untuk mencapai
tujuan, proyek akan melakukan kegiatan pemantauan. Kegiatan pemantauan akan
dilakukan secara berkala oleh MCA-Indonesia dan lembaga mitra menggunakan
indicator yang ada dalam ITT sebagaimana dimuat dalam Rencana M&E MCA-
Indonesia.
Evaluasi
Meskipun pemantauan proyek yang baik merupakan hal penting bagi manajemen
proyek, tetapi tidaklah cukup untuk menilai pencapaian tujuan. Oleh karena itu,
proyek akan melakukan kegiatan evaluasi. Sebagaimana didefinisikan dalam
Kebijakan M&E, evaluasi adalah kajian yang sistematis terhadap tujuan, desain,
32 Buku Laporan
pelaksanaan dan hasil dari proyek. Pengembangan desain dan pelaksanaan
evaluasi akan dilakukan oleh perusahaan atau lembaga yang direkrut dan
dikoordinasikan oleh bagian Monitoring dan Evaluasi MCA-Indonesia.
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 33
34 Buku Laporan
LAMPIRAN
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 35
Lampiran 1
PROVINSI KABUPATEN
1. Banyu Asin
2. Empat Lawang
1 Sumatera Selatan 3. Musi Banyu Asin
4. Ogan komering Ulu Selatan
5. Ogan komering Ilir
1. Bengkayang
2. Kapuas hulu
3. Ketapang
4. Kubu Raya
2 Kalimantan Barat 5. Landak
6. Melawi
7. Sekadau
8. Sintang
9. Kayong Utara
1. Barito Utara
2. Gunung Mas
3. Kapuas
4. Katingan
3 Kalimantan Tengah
5. Lamandau
6. Murung Raya
7. Pulang Pisau
8. Seruyan
36 Buku Laporan
PROVINSI KABUPATEN
1. Sukabumi
2. Cianjur
3. Garut
4 West Java / Jawa Barat 4. Kuningan
5. Sumedang
6. Subang
7. Bandung Barat
1. Trenggalek
2. Malang
5 Jawa Timur 3. Nganjuk
4. Magetan
5. Pamekasan
1. Lombok Barat
2. Lomok Tengah
3. Lombok Timur
4. Sumbawa
6 Nusa Tenggara Barat
5. Sumbawa Barat
6. Lombok Utara
7. Dompu
8. Bima
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 37
PROVINSI KABUPATEN
1. Gorontalo
2. Boalemo
8 Gorontalo
3. Pohuwato
4. Gorontalo Utara
1. Mamuju
9 Sulawesi Barat 2. Polewali Mandar
3. Majene
1. Maluku Tengah
10 Maluku 2. Maluku Tenggara
3. Maluku Tenggara Barat
1. Kepulauan Sangihe
11 Sulawesi Utara 2. Kepulauan Talaud
3. Minahasa utara
38 Buku Laporan
Gambaran Umum Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) 39
40 Buku Laporan