Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PENUTUP

Human Immunodeficiency Virus adalah retrovirus golongan RNA yang

spesifik menyerang sistem imun/kekebalan tubuh manusia. Penurunan sistem

kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV memudahkan berbagai infeksi,

sehingga dapat menyebabkan timbulnya Acquired Immunodeficiency Syndrome

(AIDS) yang merupakan sekumpulan gejala atau tanda klinis pada pengidap HIV.

Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tanpa upaya pencegahan atau

intervensi berkisar antara 20-50%. Dengan pelayanan pencegahan penularan HIV

dari ibu ke anak yang baik, risiko penularan dapat diturunkan menjadi kurang dari

2%. Pada masa kehamilan, plasenta melindungi janin dari infeksi HIV; namun bila

terjadi peradangan, infeksi atau kerusakan barier plasenta, HIV bisa menembus

plasenta, sehingga terjadi penularan dari ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke

anak lebih sering terjadi pada saat persalinan dan masa menyusui.

Ada tiga faktor risiko penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu kadar HIV,

CD4, gizi, penyakit infeksi selama hamil, dan masalah payudara, usia kehamilan,

periode pemberian asi, jenis dan lama persalinan, ketuban pecah dini maupun

tindakan obstetric lainnya.

Mulai kehamilan trimester ketiga, antibodi dari ibu termasuk antibodi

terhadap HIV ditransfer secara pasif kepada janin, dan dapat terdeteksi sampai anak

berumur 18 bulan. Oleh karena itu, pemeriksaan serologis HIV pada anak kurang

dari 18 bulan dapat menunjukkan hasil reaktif, walaupun anak tersebut tidak

26
27

terinfeksi HIV. Diagnosis HIV pada bayi dan anak dapat menggunakan uji virologi

dan serologi

Uji virologi digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik, yang biasanya

dilakukan setelah bayi berumur enam minggu dan dianjurkan untuk mendiagnosis

bayi berumur kurang dari 18 bulan. Uji serologi pada anak umur kurang dari 18

bulan digunakan sebagai uji untuk menentukan adanya paparan/pajanan HIV

selama kehamilan dan persalinan, sedangkan pada anak umur lebih dari 18 bulan

digunakan sebagai uji diagnostik.

Semua bayi lahir dari ibu dengan HIV, baik yang diberi ASI eksklusif

maupun susu formula, harus diberi zidovudin sejak hari pertama (umur 12 jam),

selama enam minggu. Bila pada minggu keenam, bila diagnosis HIV belum dapat

disingkirkan, maka diperlukan pemberian kotrimoksasol profilaksis sampai usia 12

bulan atau sampai dinyatakan HIV negative / non-reaktif. Keluarga pasien harus

diberitahu bahwa kotrimoksazol tidak mengobati dan menyembuhkan infeksi HIV

tetapi mencegah infeksi yang umum terjadi pada bayi yang terpajan HIV.

Profilaksis kotrimoksazol dapat dihentikan pada bayi yang terpajan HIV sesudah

dipastikan tidak tertular HIV. Pada anak umur 1 sampai 5 tahun yang terinfeksi

HIV, cotrimoksazol profilaksis dihentikan jika CD4 >25%.

Prinsip umum semua vaksinasi tetap diberikan seperti pada bayi lainnya,

termasuk memberikan vaksin hidup (BCG, polio oral, campak), kecuali bila

terdapat gejala klinis infeksi HIV.

Anda mungkin juga menyukai