PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan
akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (WHO, 2013).
Salah satu program pemerintah di bidang kesehatan adalah sustainable
development goals (SDGs), yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah
acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia.
Cakupan tujuan dari SDGs yang terdiri dari tujuh belas (17) tujuan dan target
SDGs naik menjadi 17 goals, 169 target dan 252 indikator," Salah satu
tujuannya adalah Menurunan AKI sampai dengan angka 70 per 100 ribu
kelahiran hidup pada tahun (2015).
Peran bidan dalam hal ini adalah sebagai pelaksana, pendidik, peneliti
dan pengelola yang ikut berperan dalam menurunkan angka kematian ibu.
Adapun peran bidan sebagai pelaksana adalah melakukan dan melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin sesuai dengan rencana standar persalinan
dengan 60 langkah yang berlaku secara baik dan benar (Sumarah, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
normal secara holistik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data subyektif pada kasus asuhan kebidanan pada
ibu bersalin normal.
b. Mengidentifikasi data obyektif pada kasus asuhan kebidanan pada ibu
bersalin normal.
c. Mengidentifikasi penatalaksanaan pada kasus asuhan kebidanan pada
ibu bersalin normal.
d. Mengevaluasi asuhan pada kasus asuhan kebidanan pada ibu bersalin
normal.
e. Mengidentifikasi kesenjangan pada kasus asuhan kebidanan pada ibu
bersalin normal.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Persalinan
1. Pengertian
a. Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, beserta
plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Mochtar,
2011).
b. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau jalan lain (Manuaba, 2012).
c. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke jalan lahir (Winkjosastro, 2009).
2. Mulainya persalinan
Menurut Sulistyawati (2013), sebab mulainya persalinan belum
diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang
kompleks. Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang didominan saat
hamil, yaitu:
a. Estrogen
1) Meningkatkan sensitivitas otot rahim.
2) Memudahkan penerimaan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.
b. Progesteron
1) Menurunkan sensitivitas otot rahim.
2) Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.
3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
3. Teori penyebab persalinan
Menurut Rohani (2011), teori penyebab persalinan yaitu:
a. Teori Keregangan
1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregangkan dalam batas
tertentu.
3
2) Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai.
b. Teori Penurunan Progesteron
1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
2) Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin.
3) Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton Hiks.
3) Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas
sehingga persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
1) Kontraksi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
3) Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
4. Tanda persalinan
Menurut Yanti (2016), tanda-tanda persalinan antara lain :
a. Kekuatan his masih sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
b. Adanya pengeluaran lendir bercampur darah (show) yang lebih
banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks
4
c. Dapat disertai dengan ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks
e. Penurunan serviks
f. Pendataran serviks
g. Dapat terjadi pembukaan serviks
5. Tahapan Persalinan
Menurut (Asri Dwi, 2014), tahapan persalinan ada 4 yaitu :
a. Kala I
Kala ini dimulai dari adanya his atau tanda-tanda adanya
persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm) untuk primigrafida
berlangsung ± 12 jam 12 sedangkan untuk multigravida ± 18 jam.
Kurve Friedam diperhitungkan dalam pembukaan primigrafida (1 jam
1 cm). Multigravida (1 jam 2 cm). Dalam kala I untuk mengetahui
majunya persalinan maka dilakukan observasi / pengawasan 10 yaitu
KU, TTV, PPV, bendle Ring, Dan Tanda-tanda kala II.
Kala I terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif:
b. Kala II
Kala II atau disebut juga kala penegluaran janin dimulai dari
pembukaan lengkap (Ø 10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam . pada multipara. Pada kala
ini his menjadi lebih kuat dan cepat kurang lebih 2-3 menit sekali.
Dalam kondisi yang normal pada kala ini kapan kepala janin sudah
masuk dalam ruang panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek xoris yang
menimbulkan rasa mengejan. Ibu merasakan adanya tekanan pada
rectum dan ibu merasa seperti mau BAB dengan tanda anus
membuka. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar
dengan labia membuka tidak lama kepala janin tampak pada vulva
saat ada his. Dengan kekuatan his dan mengejan maksimal kepala
janin dilahirkan dengan subocsiput dan dahi , muka, dagu melewati
5
perineum.setelah his istirahat sebentar maka akan mulai lagi untuk
mengeluarkan badan bayi.
c. Kala III
Kala III merupakan kala dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah
bayi lahir uterus teraba keras dengan tinggi fundus uteri setinggi
pusat. Setelah beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi
untuk melepaskan plasenta dari dindingnya . pengeluaran plasenta
biasanya disertai dengan pengeluaran plasenta biasanya disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
d. Kala IV
Kala ini adalah kala pengeluaran yang dimulai dari saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam pertama post portum.tujuan asuhan persalinan
kala IV ini adalah memberikan asuhan memadai selama persalinan
dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman
dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Observasi
yang harus dilakukan pada asuhan kala IV ini adalah:
1) Tingkat kesadaran
2) Peneriksaan tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Pernafasan, Nadi,
Dan Suhu)
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
6
memiliki konstribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada
bayi yang kurang bulan (Nugroho, 2012).
2. Etiologi
Menurut Nugroho (2012), penyebab ketuban pecah dini masih
belum diketahuai dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
ketuban pecah dini, namun faktormana yang lebih berperan sulit
diketahui. Kemungkinan yang terjadi faktor predisposisinya adalah :
a. Infeksi, infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban
bisa menyebabkan terjadinya KPD (Mufdlilah, 2009).
b. Serviks yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu
terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri.
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion.
d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini karena biasanya disertai infeksi.
e. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
f. Faktor Lain
1) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak
yang tidak sesuia dapat menimbulkan kelemahan bawaan
termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
2) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3) Faktor multigraviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C)
7
3. Patofisiologi
Menurut Norma (2013), ketuban pecah dini biasanya terjadi
karena berkurangnya kekuatan membran atau penambahan tekanan
intrauteri ataupun oleh sebab kedua-duanya. Kemungkinan tekanan
intrauteri yang kuat adalah penyebab independen dari ketuban pecah
dini dan selaput ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya jaringan
ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air
ketuban.
Menurut Taylor dkk (2013), terjadinya ketuban pecah dini
ternyata hubungannya dengan hal-hal berikut:
a. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum
ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis,
servisitas dan vaginitis.
b. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
c. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
d. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi
ialah multipara, malposisi, disproporsi, cervix
incompetent.
4. Faktor risiko Ketuban Pecah Dini
Menurut Nugroho dalam Sujiyatini dkk (2009), beberapa faktor
risiko dari ketuban pecah dini adalah:
a. Inkompetensi serviks (leher rahim).
b. Polihidramnion (cairan ketuban berlebihan).
c. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya.
d. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
e. Kehamilan kembar.
f. Trauma.
g. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu (Hidayat, 2009).
h. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.
8
9
5. Tanda dan Gejala
Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala ketuban pecah dini
adalah sebagai berikut:
a. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah (Sujiyatini, 2009).
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
terus sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal”
atau “ menyumbat” kebocoran untuk sementara (Norma, 2013).
d. Demam, bercak vagina yang banyak,nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi.
6. Diagnosa
Menurut Nugroho (2012), Menegakkan diagnosa KPD secara
tepat sangat penting. Karena diagnosa yang positif palsu berarti
melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau
melalui sectio caesarea yang sebetulnya tidak ada indikasinya.
Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu
dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam
kehidupan janin, ibu dan keduanya. Oleh karena itu diperlukan
diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa KPD ditegakkan dengan
cara :
a. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan
cairan yang banyak atau merembes secara tiba-tiba dari jalan
lahir. Cairan ini berbau khas dan perlu juga diperhatikan warna
keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau atau bahkan
10
belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah (Nugroho
dalam Norma, 2013).
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa, akan tampak keluarnya
cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air
ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas terlihat
(Mufdlilah, 2009).
c. Pemeriksaan dengan Spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada kasus ketuban pecah dini
akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksternum (OUE),
kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita
diminta batuk, mengejan atau mengadakan manuver valsava, atau
bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri eksternum dan terkumpul pada fornik anterior
(Nugroho dalam Norma, 2013).
d. Pemeriksaan Dalam
Menurut Nugroho (2012), Di dapat cairan didalam vagina
dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan
dalam vagina toucher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan
yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan
dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim
dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa
dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya
dilakukan apabila KPD sudah dalam dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
e. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2012), pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada kasus Ketuban Pecah Dini adalah
1) Pemeriksaan Laboratorium
11
a) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna,
konsentrasi, bau dan pH nya.
b) Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air
ketuban, urine atau sekret vagina.
c) Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin
tidak berubah warna, tetap kuning.
d) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH
air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkaan tes yang positif palsu.
e) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
2) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
a) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri.
b) Pada kasus Ketuban Pecah Dini terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita oligohidramnion karena jumlah cairan ketuban
(Nugroho, 2012).
7. Komplikasi
Menurut Nugroho dalam Hidayat (2009), komplikasi yang dapat
terjadi pada kasus ketuban pecah dini, antara lain sebagai berikut:
a. Komplikasi yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan
(respiratory distress syndrom), pada 10-40% bayi baru lahir.
b. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.
c. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi
untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada
korion dan amnion).
12
d. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi
pada KPD.
e. Risiko kecacatan dan kematian janin pada KPD preterm.
f. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD
preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD
preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
8. Penatalaksanaan
Menurut Nugroho (2012), Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
adalah sebagai berikut:
a. Konservatif
1) Rawat dirumah sakit.
2) Beri antibiotik, bila ketuban pecah > 6 jam berupa: Ampisillin
4 x 500 mgatau Gentamycin 1 x 80 mg.
3) Umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
tidak keluar lagi.
4) Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban,
maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk
terminasi kehamilan (hal yang sangat tergantung pada
kemampuan perawatan bayi prematur).
5) Nilai tanda-tanda infeksi.
6) Hindari VT yang tidak perlu (Varney, 2010).
7) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama
untuk memacu kematangan paru-paru janin.
b. Aktif
1) Kehamilan > 35 minggu lakukan induksi oksitosin,bila gagal
dilakukan SC. Melakukan induksi 1 ampul syntosinom/
oksitosin dalam RL atau dektrose 5%, dimulai 4 tetes/menit
(tetesan dipertahankan bila kontraksi baik sampai bayi lahir).
2) Pada keadaan KPD, letak lintang dilakukan sectio cesaria.
3) Bila ada tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.
13
4) Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada
selang waktu 6 sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan
(Manuaba, 2012).
5) Pemeriksaan USG untuk mengukur distansia biparietal dan
perlu melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui
perbandingan (Varney, 2010).
14
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan
dan evaluasi berdasarkan assesment sebagai langkah V, VI, VII
Varney.
15
BAB III
TINJAUN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGI PADA NY
“M” UMUR 23 TAHUN G1P0A0Ah0UMUR KEHAMILAN 38 MINGGU
DI PUSKESMAS MLATI II
Dirawat Diruang : VK
DATA SUBYEKTIF
a. Biodata
Ibu Suami
Pendidikan : SMP SD
16
Alamat : Kuwiran
a. Alasan Datang
Ibu mengatakan bahwa telah hamil 9 bulan dan merasa ingin
melahirkan.
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa sejak pukul 22.00 WIB tanggal 10 Maret 2019
ibu merasakan adanya rembesan yang begitu sering dengan disertai
adanya kenceng-kenceng.
b. Riwayat Menstruasi
HPHT : 17-06-2018
HPL : 24-03-2019
Menarche : 11 tahun
Lamanya : 6 hari
c. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : sah menurut agama dan negara
Perkawinan ke : pertama
Lamanya : 1 tahun
d. Riwayat KB
17
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis
apapun.
Ham
Persalinan Nifas
il ke
Ham
il Ini
1) TM 1 ANC 2x di BPS
2) TM II ANC 2x di BPS
3) TM III ANC 3x di RS
f. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
18
Ibu mengatakan bahwa saai ini ibu tidak sedang menderita
penyakit apapun seperti asma, diabetes, TBC maupun penyakit seksual
lainnya seperti HIV AIDS.
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit
seperti asma, TBC, jantung, hepatitis, hipertensi, dan diabetes.
Porsi : 1 piring
Porsi : 1 gelas
2) Eliminasi
a) BAK Terakhir pukul 05.35 WIB tanggal 16 April 2016
Warna : jernih kekuningan
19
Warna : kuning kecoklatan
Konsistensi : lunak
3) Personal hygiene
Mandi terakhir pukul 06.00 WIB tanggal 16 April 2016
4) Istirahat atau tidur terakhir pukul 21.00 WIB tanggal 15 April 2016
5) Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak pernah merokok, minum-minuman
keras dan juga minum jamu ataupun obat-obatan terlarang/sembarangan.
DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran umum : Baik
20
2) Kesadarn : Composmentis
3) TTV : TD : 110/80
:R : 22x/menit
:N : 80x/menit
:S : 36,50 C
4) BB sebelum hamil : 80 kg
BB sekarang : 90 kg
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada massa yang abnormal, bersih, tidak rontok, tidak ada
ketombe.
Hidung : tidak ada polip, bersih, tidak ada sekret yang keluar, tidak ada
gerakan cuping hidung.
Mulut : tidak ada stomatitis, gigi tidak ada caries,tidak ada ginggivitis,
bibir tidak kering.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, parotis tidak ada
bendungan pada vena jugularis.
Dada : tidak ada sesak nafas, tidak ada retraksi dinding dada.
Abdomen : tidak ada pembesarran hepar dan limpa, tidak ada nyeri tekan
pada epigastrum, tidak ada luka bekas operasi, tidak ada linea
nigra nigra dan strie gravidarum.
21
Ekstremitas
Atas : tidak ada sianosis, tidak oedem, tidak cacat, turgor kulit
kurang.
Bawah : tidak sianosis, tidak ada oedema, tidak ada varises,tidak ada
cacat dan turgor kulit kurang.
c. Pemeriksaan Khusus
Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xifoideus. Pada bagian
fundus ibu teraba bulat, lunak dan tidak melenting
(bokong janin).
Leopold III : bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat dan tidak
melenting (kepala janin), bagian terendah janin teraba
4/5 bagian.
22
Tujuan: untuk mengetahui apakah sudah masuk kedalam persalinan atau
belum.
Indikator: ketuban sudah pecah dari tanggal 09 Maret 2019 pukul 22.00
WIB dan kenceng-keceng yang semakin sering;
DATA PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 10,8 gr
b. Pemeriksaan penunjang lain : tidak ada
c. Catatan medic lain : tidak ada
ANALISA
23
Keluarga mengatakan siap dan bersedia mendampingi ibu
4. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri agar oksigenasi ke janin lancar dan
mempercepat pembukaan.
Ibu sudah miring ke kiri dan merasa lebih nyaman
5. Mengajari ibu teknik relaksasi yang benar saat ada his
Ibu dapat melakukannya
6. Melakukan observasi kala I : HIS dan DJJ
Telah dilakukan dilembar observasi
7. Menyiapkan alat dan bahan untuk persalinan
Alat sudah disiapkan
Praktikan
Kala II
DATA SUBYEKTIF
a. Ibu mengatakan kenceng semakin sering dan sakit
b. Ibu mengatakan seperti ingin BAB dan ada dorongan ingin meneran.
DATA OBYEKTIF
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaraan : Composmentis
c. Vital sign :
TD : 120/70 mmHg
N : 90 x/menit
R : 23 x/menit
S : 36,5 C
d. Pemeriksaan DJJ : 136 x/menit
e. HIS : 4x /10’/40’’
f. Genetalia : Dorongan mengejan, tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva membuka, lendir darah (+)
24
g. Periksa dalam kedua tanggal 7 februari 2014 jam 12.30 WIB oleh Bidan
Indikasi : His semakin sering, ibu selalu ingin mengejan, lendir
darah semakin banyak.
Tujuan : Untuk mengetahui kemajuan persalinan.
Hasil : V/U tenang, dinding vagina teraba licin, porsio tidak
teraba, pembukaan 10 cm, selket (-), presentasi kepala, molase (-), UUK
jam 12, penurunan kepala di hodge I 1/5 bagian , ST = LD (+), AK (-),
mekonium (+).
ANALISA
25
8. Meletakkan perlak dan underpad di bawah bokong ibu.
Sudah terpasang
9. Memberikan dukungan mental dan spiritual kepada ibu dan suami.
Ibu dan suami sudah lebih tenang menghadapi persalinan
10. Membimbing ibu meneran saat ada his.
Ibu meneran saat ada his
11. Pimpin meneran dan dampingi ibu bersalin
1) Perineum menonjol
2) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
3) Menggelar kain diatas perut ibu.
4) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set.
5) Pakai celemek plastik yang bersih.
6) Buka set partus
7) Gunakan sarung tangan steril
8) Bila selaput ketuban belum pecah maka lakukan amniotomi saat
tidak ada kontraksi
9) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran. (pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman).
10) Pada saat perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala bayi
sudah terlihat pada saat kontraksi dilakukan episiotomi
(indikasi?) perineum kaku.
11) Pada saat kepala turun tangan kanan menahan perinium dengan
arah tahanan kedalam dan kebawah, sedangkan tangan kiri agar
kepala bayi tidak terjadi defleksi
12) Setelah kepala lahir periksa adanya lilitan tali pusat, biarkan bayi
melakukan putaran paksi luar.
13) Posisikan tangan biparietal, arahkan ke bawah (lahirkan bahu
depan) lalu arahkan keatas (melahirkan bahu belakang)
26
14) Pindahkan tangan kanan menyangga kepala dan bahu bayi tangan
kiri melakukan sangga susur dari punggung sampai kaki
15) Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan hangatkan dengan
handuk, lakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir
16) Mengeklem tali pusat, klem 1 berjarak 3 cm dari jarak tali pusat
bayi, klem II berjarak 2 cm dari jarak klem 1, topang kedua klem
lalu potong tali pusat antara kedua klem, ikat tali pusat, langsung
lakukan IMD.
Praktikan
Kala III
DATA SUBYEKTIF
a. Ibu mengatakan sangat bahagia dan lega atas kelahiran anaknya
b. Ibu mengatakan perutnya terasa mules
DATA OBYEKTIF
1) Menjelaskan pada ibu bahwa placenta belum lahir dan akan dibantu
untuk melahirkannya
27
Ibu bersedia
2) Memastikan adanya janin tunggal
Tidak ada janin kedua
3) Memberitahu bahwa akan disuntik oksitosin 10 UI, IM di 1/3 atas
bagian paha luar aspirasi dan suntik.
Ibu bersedia
4) Melahirkan plasenta
Pindahkan klem 5 cm didepan vulva
Tangan kiri memeriksa kontraksi uterus, tangan kanan melakukan
PTT
Saat muncul tanda pelepasan plasenta ( tali pusat memanjang,
adanya semburan darah) Pegang plasenta dengan kedua tangan, putar
searah jarum jam dengan hati-hati
Melakukan Massase fundus uteri sambil mengecek kelengkapan
plasenta
Sambil dimassase, observasi perdarahan dan kontraksi uterus.
Pratikan
(Rika Gustin)
KALA IV
DATA SUBYEKTIF
Ibu mengatakan sudah sangat lega bayi dan ari-arinya sudah lahir
DATA OBYEKTIF
1. Ibu
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : CM
c. Kontraksi uterus : Keras
d. Perdarahan : 50 cc
e. TFU : 1 jari dibawah pusat
28
f. Kandung Kemih : Kosong
2. Bayi
a. Keadaan Umum : Baik
b. Antropometri
BB : 3400 gram
PB : 50 cm
LK : 33 cm
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Tidak ada cacat bayi
ANALISA
Ny. M umur 23 tahun P1A0AH1 dalam kala IV.
PENATALAKSANAAN
1. Menyalakan lampu sorot dan didekatkan
Telah dinyalakan dan didekatkan
2. Melakukan pemeriksaan laserasi
Laserasi derajat 3
3. Menjelaskan pada ibu akan dilakukan penyuntikan dan penjahitan karena
ada robekan jalan lahir.
Ibu menyetujui
4. Melakukan penyuntikan anastesi dan dilakukan penjahitan
Tindakan sudah dilakukan
5. Memberi tahu ibu bahwa kan dibersihkan badannya agar lebih nyaman
Ibu bersedia untuk dibersihkan
6. Membersihkan ibu dan mendekontaminasi tempat bersalin
Ibu dan tempat bersalin sudah bersih
7. Membantu ibu memakai pembalut dan mengganti pakaian
Ibu mengatak sudah lebih merasa nyaman
8. Pada bayi diberi suntikan vitamin K1 0,5 cc secara IM 1/3 atas paha kiri
membedong dan memberi obat mata
29
Sudah dilakukan tindakan pada bayi
9. Mengobservasi keadaan umum, vital sign, TFU, kontraksi uterus, jumlah
perdarahan.
Keadaan umum ibu baik, kontraksi bagus bulat keras
10. Merendam partus set dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
Telah dilakukan
11. Melengkapi partograf dan pendokumentasian
Telah dilakukan
Pratikan
30
BAB IV
PEMBAHASAN
31
Berdasarkan asuhan yang diberikan bidan memberikan asuhan yang
sesuai dengan kewenngan bidan dan berkolaborasi dengan dokter. Maka tidak
terdapat kesenjangan teori maupun lahan dalam asuhan kebidanan dengan ibu
bersalin patologi dengan ketuban pecah dini.
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulam
Dari pembahasan yang kita dapat bisa kita ambil kesimpulannya
yaitu tidak ada kesenjangan mengenai pengumpulan data subjektif,
objektif serta hasil dari subyektif dan obyektif untuk analisa sudah
berdasarkan teori yang ada yaitu berdasarkan subyektif dan obyektif dan
penatalaksanaan asuhan persalinan patologi dengan ketuban pecah dini
menurut teori dengan penatalaksanaan sudah sesuia dengan melakukan
observasi dan kolaborasi dengan dokter sehingga asuhan yang diberikan
di lahan tidak ada kesenjangan antara teori yang ada dengan lahan.
B. Saran
Untuk petugas kesehatan bisa untuk selalu up date ilmu,
sehinggan dapat mendeteksi secara dini adanya kemungkinan komplikasi
yang dapat terjadi kepada ibu dalam persalinan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34