PENDAHULUAN
1
Dari 129 balita yang diperiksa, terdapat 97 balita yang sampai dengan ASI
E6.
Berdasarkan prioritas masalah gizi yang dilakukan pada wilayah kerja
Puskesmas Perak, masalah pemberian ASI Eksklusif menjadi masalah
utama pertama yang menjadi prioritas. Hal tersebut dimasukkan dalam
prioritas masalah gizi karena target pemberian ASI Eksklusif hingga 6 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Perak belum mencapai target nasional yang
ditetapkan. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh
pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif yang rendah mengenai manfaat ASI
Eksklusif sehingga peluang ibu dalam memberikan ASI Eksklusif hanya
sedikit (Wahyuningrum, 2007). Faktor lainnya yaitu ibu yang susah dalam
memberikan ASI karena rata-rata ibu memiliki kesibukan bekerja diluar
rumah dan ibu yang bekerja rata-rata lebih memilih susu formula karena
lebih praktis (Pebriana, 2015). Selain itu ibu yang melahirkan ditolong
tenaga medis ataupun tidak cenderung tidak memberikan ASI Eksklusif
karena penolong persalinan kurang memberikan informasi mengenai
pentingnya ASI Eksklusif (Pebriana, 2015). Pengaruh media yang terpasang
di institusi kesehatan khususnya tempat bersalin dipasang gambar atau
poster mengenai keunggulan susu buatan mempengaruhi ibu untuk lebih
memilih susu buatan daripada ASI (Safitri, 2006). Menurut penelitian Josefa
(2011) mengatakan bahwa promosi susu formula merupakan faktor yang
mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif yang rendah.
Hal lain yang mempengaruhi rendahnya cakupan pemberian ASI
Eksklusif yaitu kebiasaan dalam keluarga untuk memberikan
makanan/minuman selain ASI pada usia bayi kurang dari 6 bulan (Pebriana,
2015). Dukungan keluarga berpengaruh terhadap perilaku ibu untuk tidak
memberikan ASI Eksklusif (Atik, 2010). Kegagalan pemberian ASI
eksklusif dikarenakan kakek dan nenek bayi dijadikan sebagai acuan atau
sumber informasi namun kakek dan nenek bayi tidak memiliki pengetahuan
cukup seputar ASI (Grassley et al, 2012). Anjuran pemberian makanan
prelakteal sebelum waktunya dan pemberian susu formula disarankan oleh
kakek dan nenek dan diikuti oleh ibu karena anggapan bahwa saran tersebut
2
pasti akan membuat bayi lebih baik (Safitri, 2012). Pemberian makanan
padat secara dini pada bayi sudah menjadi kebiasaan dan kepercayaan pada
kakek dan nenek bayi agar bayi tidak lapar dan gampang tidur (Manalu,
2005). Dari hasil penelitian Saputri (2013) mengatakan bahwa pola
pengasuhan anak biasanya dilakukan oleh ibu atau ibu mertua atau kakek
dan nenek bayi terutama dalam pemberian makanan atau minuman secara
dini dan sudah turun temurun. Ibu yang tinggal dengan kakek dan nenek
bayi mempunyai peluang sangat besar dalam pemberian makanan
pendamping secara dini pada bayi terutama ibu yang bekerja sehingga
bayinya di asuh oleh kakek atau nenek bayi (Afifah, 2007). Dari penelitian
Suharni (2017) di Puskesmas Kebayoran Lama didapatkan anggapan oleh
kakek dan nenek bayi dalam pemberian makanan dan minuman sebelum
bayi berusia 6 bulan dianggap tidak memiliki dampak atau penyakit yang
ditimbulkan justru memiliki keuntungan dengan bayi tidurnya lebih
nyenyak, lebih kenyang, pelancar BAB, sebagai obat dan menambah berat
badan.
1.2 Tujuan Kegiatan
Program perbaikan gizi masyarakat yang dilaksanakan memiliki tujuan
sebagai berikut:
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatan cakupan ASI Eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Perak
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan lansia terkait pengertian dan pentingnya
ASI Eksklusif, kandungan ASI dan susu lain, MP ASI dan bahaya MP
ASI dini.
2. Meningkatkan informasi terkait fakta dari mitos yang beredar di
masyarakat terkait ASI dan MP ASI.
3. Meningkatkan motivasi lansia untuk mendukung ibu dalam
menerapkan ASI Eksklusif.
4. Pembentukan Paguyuban Kakek Nenek ASI (YUKENSI) di salah satu
desa di wilayah kerja Puskesmas Perak yaitu Kepuhkajang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Asi sebagai makanan tunggal yang cukup dalam memenuhi kebutuhan
bayi hingga usia 6 bulan. Selain itu ASI mudah dicerna dan diserap oleh
pencernaan bayi.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan lebih terlindungi dari infeksi
sehingga bayi sehat dan jarang sakit. Hal tersebut karena ASI
mengandung zat kekebalan bagi bayi.
3. ASI meningkatkan kecerdasan bayi
ASI mengandung nutrisi khusus yaitu taurin, laktosa, dan asam lemak
ikatan panjang yang berguna untuk bayi dalam perkembengan otak.
Nutrisi tersebut tidak ada atau sedikit kandungannya dalam susu lain.
5
kadar oksitosin saat ibu menyusui akan meningkat dan membantu dalam
mengecilkan kembali rahim ke ukuran sebelum hamil.
2.3 Perbandingan ASI dan Susu Lainnya Dan Bahaya Pemberian Susu
Formula
6
Judarwanto (2007) menjelaskan bahwa anak yang diberi susu formula
lebih sering muntah/gumoh, kembung, buang angin, rewel dan susah
tidur terutama malam hari. Saluran cerna dapat terganggu karena
pengenceran susu yang salah.
2. Infeksi saluran pernapasan
Susu formula tidak mengndung sel darah putih hidup dan antibiotik
sebagai perlindungan infeksi. Proses penyiapan susu formula yang
kurang steril dapat menyebabkan bakteri mudah masuk (Khasanah,
2011).
3. Meningkatkan risiko serangan asma
Pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko terhadap asma dan
penyakit alergi (Roesli, 2008).
4. Meningkatkan risiko kematian
Bayi yang tidak pernah diberi ASI berisiko meninggal 25% lebih tinggi
dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang mendapat ASI.
5. Meningkatkan risiko infeksi
Susu formula yang tercemar dalam pembuatannya oleh mikroorganisme
pathogen meningkatkan risiko infeksi. Terlebih jika susu formula terlalu
encer akan mengakibatkan kekurangan gizi secara tidak langsung
sehingga anak rentan sakit.
6. Meningkatkan risiko kelebihan berat badan
Kejadian obesitas mencapai 4,5-40% lebih tinggi pada anak yang tidak
pernah diberi ASI. Hal tersebut karena berat badan bayi yang mendapat
susu formula diperkirakan kelebihan air dan komposisi lemak tubuh
yang berbeda dengan bayi ASI.
7. Menurunkan perkembangan kognitif
Susu formula mengandung glutamate yang merusak fungsi
hypothalamus pada otak. Glutamate adalah salah satu zat yang dicurigai
sebagai penyebab autis (Nasir, 2011).
7
2.4 Tahapan, porsi dan jenis MP ASI
2.4.1 Tahapan dan Porsi MP ASI
Menurut booklet Paket Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak UNICEF
tahapan pemberian MP ASI berdasarkan usia anak diketegorikan menjadi:
1. Pada usia 6 sampai 9 bulan
a. Memberikan makanan lumat dalam 2-3 kali sehari dengan takaran yang
cukup yaitu pada saat 6 bulan awal hanya 2-3 sendok makan kemudian
meningkat menjadi ½ cangkir.
b. Memberikan makanan selingan satu hari sekali dengan porsi kecil
c. Memberikan makanan dengan bahan yang beragam
2. Pada usia lebih dari 9 sampai 12 bulan
a. Memberikan makanan lembik dalam 3-4 kali sehari dengan takaran ¾
cangkir yang diberikan secara bertahap
b. Memberikan makanan selingan 1-2x sehari dengan porsi kecil
c. Memperkenalkan bayi atau anak dengan beraneka ragam bahan
makanan
3. Pada usia lebih dari 12 sampai 24 bulan
a. Memberikan makanan keluarga 3-4 kali sehari dengan takaran 1
cangkir secara bertahap
b. Memberikan makanan selingan 1-2 kali sehari
c. Memberikan beraneka ragam bahan makanan setiap hari
2.4.2 Jenis MP ASI
Dalam pemilihan jenis makanan, biasanya diawali dengan pengenalan
mengenai jenis makanan yang tidak menyebabkan alergi, umumnya yang
mengandung kadar protein rendah seperti serealia (beras merah atau beras
putih). Khusus sayuran, mulailah dengan yang rasanya hambar seperti kentang,
kacang hijau, labu. Kemudian memperkenalkan makanan buah seperti alpukat,
pisang, apel dan pir. Sebaiknya dalam satu menu hanya menggunakan 1 bahan
makanan terlebih dahulu kemudian meningkat menjadi 2 dan lebih dari dua
jenis bahan makanan (DiMaggio, 2017).
Menurut Depkes RI (2007) jenis makanan pendamping ASI yang baik adalah
terbuat dari bahan makanan yang segar, seperti tempe, kacang-kacangan, telur
ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan. Jenis-jenis makanan
8
pendamping yang tepat dan diberikan sesuai dengan usia anak adalah sebagai
berikut:
1. Makanan lumat
Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan, dihaluskan atau
disaring dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa ampas. Biasanya
makanan lumat ini diberikan saat anak berusia enam sampai sembilan
bulan. Contoh dari makanan lumat itu sendiri antara lain berupa bubur susu,
bubur sumsum, pisang saring atau dikerok, dan dan puree buah.
2. Makanan lembik
Makanan lembik adalah makanan yang dimasak dengan banyak air atau
teksturnya agak kasar dari makanan lumat. Makanan ini diberikan ketika
anak usia 9 sampai 12 bulan. Makanan ini berupa bubur nasi, bubur ayam,
nasi tim, atau makanan lain yang telah di cincang halus.
3. Makanan padat
Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan
biasanya disebut makanan keluarga. Makanan ini mulai dikenalkan pada
anak saat berusia 12-24 bulan. Contoh makanan padat antara lain berupa
lontong, nasi, lauk-pauk, sayur dan buah-buahan.
2.5 Ukuran Lambung dan Kondisi Pencernaan Bayi
9
menjadi sebesar bola ping pong saat berumur 1 minggu dan menjadi sebesar
telur ayam saat berumur 1-6 bulan. Oleh karena itu bayi berumur 0-6 bulan
sudah cukup jika diberi ASI saja tanpa tambahan cairan apapun seperti air
putih, madu dan lain-lain. Ketika bayi berumur 6-12 bulan ukuran lambung
bayi berkembang pesat sebesar bola sepak takraw sehingg bayi sudah bisa
mulai mengkonsumsi makanan tambahan, karena ASI saja tidak cukup
(Ambarwati, dkk, 2015).
Kondisi saluran cerna bayi saat lahir pada umumnya fungsinya belum
matang atau belum sempurna sehingga akan menyebabkan beberapa gejala
atau gangguan. Menurut Juffrie (2018) gangguan tersebut bisa berupa
terjadinya reflux atau kembalinya makanan dari lambung ke mulut sehingga
bayi muntah atau disebut gumoh. Produksi enzim juga belum sempurna
sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti intoleransi.
Fungsi motilitas yang belum baik juga dapat menyebabkan bayi mengalami
konstipasi. Adanya ketidakmampuan bayi dalam melawan infeksi
dikarenakan system kekebalan tubuh yang masih baru berkembang
sehingga pencernaan bayi juga belum sempurna hingga bayi berusia 6
bulan. Pencernaan bayi baru bisa mencerna sempurna ketika berumur 12
bulan sehingga bayi umur 12 bulan keatas bisa diberikan makanan keluarga
atau makanan biasa (Jeffrie, 2018).
2.6 Bahaya MP ASI dini
MP ASI dini (kurang dari 6 bulan) sama saja dengan membua gerbang
penyakit karena kuman masuk ke pencernaan, nelum lagi jika makanan
tersebut tidak higienis. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2008, bayi yang mendapat MP ASI dini banyak terserang
penyait seperti diare, sembelit, infeksi saluran napas seperi batuk pilek dan
bayi bisa muntah dan demam. Bayi yang diberi makanan pendamping
sebelum usia 6 bulan akan mengakibatkan ganggaun kesehatan dimana bayi
akan rentan terhadap penyakit yang menyebabkan kekebalan tubuh
menurun (Murminingsih, 2008).
Karena kondisi pencernaan bayi yang belum matang atau belum
berkembang sempurna, enzim yang di produksi pun belum sempurna
10
sehingga jika diberi makanan terlalu dini bayi bisa mengalami alergi
terhadap makanan atau intoleransi yang menimbulkan gejala ruam dan kulit
kemerahan (Jeffrie, 2018). Bayi juga rentan terhadap berbagai penyakit
karena makanan selain belum bisa dicerna dengan sempurna, kekebalan
tubuh bayi juga belum sempurna dan banyak didapatkan dari ASI
(Baharudin, dkk, 2013). Di beberapa kasus, dikarenakan pencernaan yang
belum bekerja sempurna beberapa makanan menumpuk dan belum bisa
dicerna oleh bayi sehingga terjadi penumpukan makanan di usus.
Penumpukan tersebut dapat mengakibatkan terlipatnya usus bayi dan
peradangan usus bayi.
2.7 Mitos dan fakta tentang ASI dan MP ASI
1. Mitosnya madu adalah bahan makanan yang sehat dan baik untuk bayi
karena kandungan gizi dan manfaatnya. Namun faktanya madu tidak
direkomendasikan untuk anak kurang dari 12 bulan dikarenakan
pencernaan yang belum sempurna sehingga pencernaan bayi belum siap
berssing melawan spore bakteri C. Botulinum (Husna, 2016).
2. Batasi frekuensi pemberian ASI saat anak mulai diberikan MP ASI
karena bayi tidak perlu konsumsi banyak. Hal tersebut salah
dikarenakan ASI hanya memberikan kontribusi sebesar 50% total
kebutuhan bayi berusia 6-24 bulan sehingga perlu diberikan makanan
pendamping ASI guna menambah pemenuhan kebutuhan zat gizi bayi
(Kurnia, 2016).
3. Banyak makan telur dapat mengakibatkan bayi terkena bisulan.
Faktanya bisulan yang didapatkan bayi bukan dikarenakan konsumsi
telur. Bisul didapatkan bayi dari masuknya bakteri pada kulit bayi yang
terluka atau tertular dari anak yang bisulan. Menurut Journal and
Agricultural Chemistry dalam buku “Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan”
karangan Nutrifood Research Center, jika memang bayi mengalami
alergi telur bayi akan gatal dan timbul ruam di kulit bukan bisul serta
mual dan sakit kepala. Telur justru memiliki kandungan protein, mineral
dan vitamin B yang baik untuk bayi (Muhsin, 2016).
11
4. Bayi perlu diberikan pisang sebelum 6 bulan karena bayi tidak akan
kenyang jika diberikan ASI saja yang dianggap sebagai minuman.
Faktanya pencernaan bayi belum matang sebelum berusia 6 bulan
sehingga belum bisa mencerna makanan selain ASI. Pemberian MP ASI
terlalu dini akan menyebabkan beberapa penyakit yang tidak
diharapkan. Dan ASI adalah makanan seimbang dan kandungan
nutrisinya dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan (Husna,
2016).
5. Ibu menyusui tidak boleh mengkonsumsi ikan karena ASI yang keluar
akan menjadi amis dan bayi juga ditunda diberi ikan agar tidak berbau
amis. Hal tersebut salah karena ikan memiliki kandungan protein dan
asam lemak omega 3 yang baik bagi ibu, ASI dan bayinya. Sedangkan
bau amis atau Fish Odor Syndrome timbul bukan karena konsumsi ikan
tapi karena gangguan metabolisme trimethylamine yang sangat jarang
terjadi (Apriana, 2016).
6. ASI yang pertama keluar yang berwarna kuning merupakan ASI basi.
Hal tersebut salah dikarenakan ASI yang berwarna kuning yang keluar
pertama kali setelah kelahiran bayi merupakan kolostrum. Kolostrum
baik untuk perkembangan fisik dan mental bayi serta mencegah
penyakit karena kandungan zat kekebalan tubuh yang lengkap (Savitri,
2016).
7. Ibu menyusui harus meminum jamu agar ASI menjadi kental dan tidak
amis. Menurut Marni (2012) kekentalan ASI memang berbeda, ada ASI
yang encer (foremilk) yang kaya akan protein dan ASI yang kental
(handmilk) yang kaya lemak. Oleh karena itu, kekentalan ASI tidak ada
hubungannya dengan konsumsi jamu.
8. Ibu menyusui tidak boleh tidur siang dikarenakan darah putih ibu akan
naik ke kepala ibu. Faktanya ibu menyusui pada umumnya sering
begadang dikarenakan bayi yang lapar ingin menyusu atau menangis
ketika malam hari sehingga jam tidur ibu berkurang. Sedangkan ibu
menyusui perlu istirahat yang cukup, ibu justru disarankan untuk ikut
12
tidur saat bayi tidur siang agar ibu cukup istirahat karena kurang istirahat
akan mengurangi produksi ASI (Marmi, 2014).
13
BAB III
PROBLEM TREE
Peran Media
Faktor Pola Asuh Anak dan Tenaga Ibu
Budaya Tidak Memadai Kesehatan Bekerja
14
lakukan pada bayi sebelum usia 6 bulan sehingga capaian pemberian ASI Eksklusif
menjadi rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan ibu karena 5 dari ibu yang
diwawancara memiliki kesibukan diluar rumah yaitu bekerja sehingga lebih
memilih memberikan susu formula kepada bayinya yang dititipkan pada orang tua
ibu dirumah. Ketika dirumah bayi cenderung dipercayakan kepada kakek atau
neneknya mengenai pemberian makanan atau minuman. Dari ke-5 ibu yang bekerja
terbut 4 dari bayinya sudah diberikan makanan pendamping secara dini berupa
pisang kerok dan madu oleh kakek dan nenek bayi. Selain itu 2 dari 5 ibu yang
bekerja tidak meninggalkan ASI perah untuk diberikan pada bayinya saat di asuh
oleh kakek dan nenek bayi, justru menyarankan untuk memberikan susu formula.
Kemudian 2 dari 7 ibu saat melahirkan di puskesmas, karena ASI saat setelah
melahirkan tidak keluar disarankan oleh petugas kesehatan untuk memberikan susu
formula. Sehingga ibu beranggapan bahwa susu formula sama fungsinya dengan
ASI. Kemudian salah satu ibu menjelaskan bahwa ibu mengetahui susu formula
bernutrisi baik untuk perkembangan bayi dari iklan di tv. Oleh karena itu pemberian
makanan pendamping yang terlalu dini masih dilakukan ibu sehingga pemberian
ASI Eksklusif tidak dijalankan selama 6 bulan.
15
BAB IV
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
16
Lanjutan Tabel 4.1
MP ASI dini
4 Pendampingan pada keluarga yang
4 4 3 4 12 V
tidak memberikan ASI Eksklusif
5 Memberikan pelatihan mengenai
program pemberian ASI Eksklusif
4 4 3 3 16 IV
pada tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan.
Keterangan:
M : Magnitude (besarnya masalah yang dihadapi)
I : Important (pentingnya jalan keluar menyelesaikan masalah)
V : Vulnerability (ketepatan jalan keluar untuk masalah)
C : Cost (biaya yang dikeluarkan)
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa prioritas utama dari
pemecahan masalah cakupan ASI Eksklusif yang rendah yaitu melakukan
penyuluhan ASI Eksklusif dan bahaya MP ASI dini pada lansia. Penilaian
alternative pemecahan masalah tersebut didapatkan dari hasil diskusi
kelompok dengan bidan gizi Puskesmas Perak yang merupakan
pembimbing instansi selama magang.
Usulan program penyuluhan ASI Eksklusif dan bahaya pemberian MP
ASI terlalu dini diberikan skor 4 pada magnitude. Karena permasalahan ASI
Eksklusif yang rendah merupakan masalah yang memiliki dampak jangka
panjang yang negative bagi perkembangan bayi dan balita. Pemberian skor
4 pada important dikarenakan penyebab paling dominan dari ibu dalam
memberikan MP ASI dini sehingga ASI Eksklusif tidak tercapai karena
pengaruh pemberian MP ASI dini maupun susu formula oleh orang tua ibu
yang menjaga bayi saat ibu bekerja. Anggapan orang tua ibu mengenai
pemberian makan sebelum usia 6 bulan yang dianggap benar disebabkan
17
karena kurangnya pengetahuan orang tua ibu atau kakek dan nenek bayi
sehingga perlu dilakukan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan.
Pada vulnerability diberikan skor 5 mengingat yang menjadi akar masalah
adalah kurangnya pengetahuan baik dari ibu atau kakek dan nenek bayi yang
mengasuh sehingga penyuluhan dirasa paling tepat. Pemberian skor 2 pada
cost karena program penyuluhan tidak memerlukan biaya yang terlalu
banyak dan tergolong murah.
Usulan program pemberian konseling pada lansia mengenai
pentingnya ASI Eksklusif dan bahaya MP ASI terlalu dini diberikan skor 4
pada magnitude. Karena permasalahan ASI Eksklusif yang rendah
merupakan masalah yang memiliki dampak jangka panjang yang negative
bagi perkembangan bayi dan balita. Pemberian skor 4 pada important
dikarenakan penyebab paling dominan dari ibu dalam memberikan MP ASI
dini sehingga ASI Eksklusif tidak tercapai karena pengaruh pemberian MP
ASI dini maupun susu formula oleh orang tua ibu yang menjaga bayi saat
ibu bekerja. Anggapan orang tua ibu mengenai pemberian makan sebelum
usia 6 bulan yang dianggap benar disebabkan karena kurangnya
pengetahuan orang tua ibu atau kakek dan nenek bayi. Pada vulnerability
diberikan skor 4 karena melalui sesi konseling kurang menjangkau banyak
sasaran karena keterbatasan waktu. Untuk cost diberikan skor 2 karena
program konseling tidak memerlukan biaya yang terlalu banyak dan
tergolong murah.
Usulan program pemberian pelatihan pada kader posyandu lansia
mengenai pentingnya ASI Eksklusif dan bahaya MP ASI terlalu dini
diberikan skor 4 pada magnitude. Karena permasalahan ASI Eksklusif yang
rendah merupakan masalah yang memiliki dampak jangka panjang yang
negative bagi perkembangan bayi dan balita. Pemberian skor 4 pada
important dikarenakan penyebab paling dominan dari ibu dalam
memberikan MP ASI dini sehingga ASI Eksklusif tidak tercapai karena
pengaruh pemberian MP ASI dini maupun susu formula oleh orang tua ibu
yang menjaga bayi saat ibu bekerja. Anggapan orang tua ibu mengenai
pemberian makan sebelum usia 6 bulan yang dianggap benar disebabkan
18
karena kurangnya pengetahuan orang tua ibu atau kakek dan nenek bayi.
Pada vulnerability diberikan skor 4 karena melalui pelatihan kader dengan
diberi penyuluhan, kader diharapkan dapat menyampaika informasi tersebut
pada lansia tanpa harus selalu didampingi bidan. Untuk cost diberikan skor
3 karena program pelatihan kader memerlukan biaya yang agak banyak
untuk memberikan konsumsi berupa makanan dan media yang dapat
dipelajari kader saat dirumah yang tidak hanya leaflet namun berupa
booklet.
Usulan program pendampingan pada keluarga yang tidak memberikan
ASI Eksklusif diberikan skor 4 pada magnitude. Karena permasalahan ASI
Eksklusif yang rendah merupakan masalah yang memiliki dampak jangka
panjang yang negative bagi perkembangan bayi dan balita. Pemberian skor
4 pada important dikarenakan penyebab paling dominan dari ibu dalam
memberikan MP ASI dini sehingga ASI Eksklusif tidak tercapai karena
pengaruh pemberian MP ASI dini maupun susu formula oleh orang tua ibu
yang menjaga bayi saat ibu bekerja. Anggapan orang tua ibu mengenai
pemberian makan sebelum usia 6 bulan yang dianggap benar disebabkan
karena kurangnya pengetahuan orang tua ibu atau kakek dan nenek bayi.
Pada vulnerability diberikan skor 3 karena kegiatan ini memerlukan banyak
tenaga dan waktu dan ketersediaan dari keluarga untuk dilakukan
pendampingan. Untuk cost diberikan skor 4 karena biaya yang dikeluarkan
pada pendampingan cukup banyak seperti biaya kerja dan transportasi.
Usulan program pelatihan tenaga kesehatan lain mengenai pentingnya
ASI Eksklusif dan bahaya MP ASI terlalu dini diberikan skor 4 pada
magnitude. Karena permasalahan ASI Eksklusif yang rendah merupakan
masalah yang memiliki dampak jangka panjang yang negative bagi
perkembangan bayi dan balita. Pemberian skor 4 pada important
dikarenakan penyebab paling dominan dari ibu dalam memberikan MP ASI
dini sehingga ASI Eksklusif tidak tercapai karena pengaruh pemberian MP
ASI dini maupun susu formula oleh orang tua ibu yang menjaga bayi saat
ibu bekerja. Anggapan orang tua ibu mengenai pemberian makan sebelum
usia 6 bulan yang dianggap benar disebabkan karena kurangnya
19
pengetahuan orang tua ibu atau kakek dan nenek bayi. Pada vulnerability
diberikan skor 4 karena melalui pelatihan petugas kesehatan diharapkan
dapat berkoordinasi untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI
Eksklusif. Untuk cost diberikan skor 3 karena program konseling tidak
memerlukan biaya yang terlalu banyak dan tergolong murah.
20
BAB V
METODE PELAKSANAAN
21
desa tersebut tidak ada yang mencapai target nasional yaitu 80%.
Berdasarkan data cakupan ASI Eksklusif Puskesmas Perak dapat diketahui
bahwa desa yang memiliki cakupan ASI Eksklusif terendah untuk usia 0-5
bulan yaitu Plosogenuk, Pagerwojo, Kepuhkajang dan Perak. Keempat desa
tersebut tidak ada yang mencapai target nasional yaitu 80%.
Berdasarkan data dari ASI Eksklusif 0-6 bulan dan 0-5 bulan
didapatkan bahwa desa yang memiliki prevalensi rendah dan target cakupan
tidak tercapai yaitu Pagerwojo, Perak, Jantiganggong, Kepuhkajang,
Plosogenuk dan Temuwulan. Dari keenam desa tersebut desa yang terpilih
untuk digunakan sebagai tempat pelaksanaan program yaitu Jantiganggong
dan Kepuhkajang. Selain karena prevalensi yang termasuk rendah,
pemilihan kedua desa tersebut juga didukung dengan bidan dan pihak
posyandu desa yang dapat diajak kerjasama.
5.2.2 Kegiatan 1 (Penyuluhan ASI Ekslusif dan bahaya MP ASI dini)
Tempat : Balai Desa Jantiganggong
Tanggal : Sabtu, 10 November 2018
Waktu : 08.00-10.30
5.2.3 Kegiatan 2 (Pembentukan YUKENSI)
Tempat : Posyandu Lansia Kajangan Desa Kepuhkajang
Tanggal : Senin, 12 November 2018
Waktu : 08.00-10.00
5.3 Strategi
Strategi yang dilakukan dalam program peningkatan cakupan ASI
Eksklusif yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada lansia pada saat
posyandu lansia dan prolanis. Sebelumnya dilakukan penyuluhan dilakukan
wawancara kepada Bidan penanggung jawab gizi Puskesmas Perak, Bidan
Desa Kepuhkajang dan Bidan bagian Perkesmas untuk mengetahui kondisi
permasalahan cakupan ASI yang rendah dan latar belakang dan kondisi
lansia yang berada di wilayah Kepuhkajang dan Jantiganggong. Penyuluhan
dipilih karena menurut hasil wawancara masih banyak ibu yang bekerja
sehingga yang mengasuh anaknya adalah kakek dan neneknya yang
pengetahuan tentang ASI Eksklusif masih kurang dan masih mempercayai
22
mitos-mitos kurang benar serta sering mempraktekkan MP ASI yang terlalu
dini. Setelah itu dilakukan penyusunan problem tree untuk mengetahui akar
masalah yang harus di tangani. Dalam pelaksaan program ini melibatkan
sasaran secara langsung dengan pemberian sesi tanya jawab saat
penyuluhan mengenai pentingnya ASI Eksklusif dan bahaya MP ASI dini
sehingga sasaran mampu memahami dan mendukung pemberian ASI
Eksklusif.
5.3.1 Materi
Materi yang diberikan mengenai:
1. Pengertian ASI dan MP ASI
2. Anjuran pemberian ASI dan MP ASI
3. Manfaat pemberian ASI Ekslusif dan Kolostrum
4. Perbandingan ASI dan susu lainnya dan bahaya pemberian susu
formula
5. Tahapan, porsi dan jenis MP ASI
6. Ukuran lambung dan kondisi pencernaan bayi
7. Bahaya MP ASI dini
8. Mitos dan fakta tentang ASI dan MP ASI
5.3.2 Metode
Materi penyuluhan melalui metode ceramah atau pemaparan materi
dan diskusi dengan tanya jawab. Hal tersebut dipilih karena metode ini
melibatkan partisipasi peserta saat tanya jawab. Dengan adanya komunikasi
dua arah antara petugas kesehatan dan peserta diharapkan materi yang
disampaikan dapat lebih dipahami.
5.3.3 Media
Media yang digunakan pada pelaksanaan program ini adalah berupa
proyektor untuk menyajikan PPT materi dan video, leaflet untuk peserta dan
booklet untuk kader Posyandu Lansia. Dengan adanya media diharapkan
dapat membantu lansia untuk lebih mudah memahami dan tertarik dengan
apa yang disampaikan. Media leaflet diberikan kepada peserta dengan
tujuan sebagai media pembelajaran untuk dibaca dirumah dan dibagikan ke
anaknya atau orang lain. Sedangkan booklet diberikan kepada kader untuk
23
memberikan pedoman atau pegangan kader dalam memahami dan
memberikan materi di pertemuan selanjutnya.
5.4 Inovasi Program
Inovasi dari program penyuluhan yang dilakukan yaitu:
1. Selain menggunakan materi di power point terdapat juga penggunaan
video dalam penyampaian materi. Hal ini berbeda dengan penyuluhan
yang biasanya dilakukan oleh Puskesmas Perak.
2. Kegiatan dilakukan serangkaian yaitu selain penyuluhan juga dibentuk
organisasi YUKENSI yang dapat sebagai wadah atau fasilitator yang
mampu menaungi segala kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Selain itu karena dibentuknya YUKENSI telah ditetapkan anggota tetap
yang akan selalu mengikuti kegiatan selanjutnya.
3. Selain leaflet juga disediakan booklet sebagai panduan materi yang akan
disampaikan untuk pertemuan selanjutnya yang dapat dipelajari oleh
kader dan bidan.
4. Menyampaikan mengenai mitos-mitos yang beredar di masyarakat.
5.5 Pelaksanaan Kegiatan
Alur kegiatan yang dilakukan yaitu:
1. Mengumpulkan data cakupan ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Perak
2. Penentuan lokasi wilayah yang belum mencapai target dan kerjasama
dengan bidan desa.
3. Mengumpulkan data jumlah lansia di posandu lansia Kepuhkajang
melalui bidan desa dan jumlah peserta prolanis Jantiganggong.
4. Persiapan penyelenggaraan program (materi, media, pre & post-test).
5. Pelaksanaan kegiatan dimulai dari pengisian pre-test, pembagian media
yaitu leaflet pada responden, penyampaian materi dan sesi tanya jawab.
Kemudian dilakukan review materi yang telah diberikan dan pengisian
post-test.
6. Pembentukan YUKENSI (Paguyupan Kakek Nenek ASI).
7. Analisis hasil pre-test dan post-test.
24
5.6 Biaya
Pelaksanaan program kegoatan membutuhkan alokasi dana untuk
memperlancar kegiatan sesuai rencana. Biaya yang dikeluarkan untuk
pelaksanaan penyuluhan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1. Rincian Biaya Program
No Kebutuhan Unit Harga Satuan Jumlah
1 Leaflet 15 Rp 1.000 Rp 15.000
2 Fotokopi 45 Rp 300 Rp 13.500
3 Pre-post test 60 Rp 200 Rp 12.000
4 Doorprize 3 Rp 10.000 Rp 30.000
5 Konsumsi 60 Rp 1.500 Rp 90.000
6 Banner 1 Rp 36.000 Rp 36.000
7 Booklet 5 Rp 5.000 Rp 25.000
Total Rp 221.500
5.7 Jadwal
5.7.1 Kegiatan 1 (Penyuluhan ASI Eksklusif dan bahaya MP ASI dini)
Hari, tanggal : Sabtu, 10 November 2018
Waktu : 08.00 – 10.30
Tempat : Balai Desa Jantiganggong
Tabel 5.2. Jadwal Kegiatan 1
Waktu Kegiatan
07.45 Registrasi
08.00-08.30 Pemeriksaan Kesehatan
08.30-09.00 Senam
09.00-09.15 Istirahat dan pembagian konsumsi
09.15-09.30 Pembukaan dan review materi bulan lalu
09.30-09.40 Pengisian pre-test
09.40-10.15 Pemberian Leaflet, materi dan tanya jawab
10.15-10.30 Review materi, pengisian post-test dan penutup
25
Tabel 5.3. Jadwal Kegiatan Pembentukan YUKENSI
Waktu Kegiatan
07.45 Registrasi
08.00-08.30 Pemeriksaan Kesehatan
08.30-08.40 Pembukaan dan pengisian pre-test
08.40-09.20 Pembagian leaflet, materi dan tanya jawab
09.20-09.30 Pengisian post-test
09.30-09.50 Pembentukan dan peresmian YUKENSI oleh
ibu kepala desa
09.50-10.00 Pembagian konsumsi dan penutup
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
ditanyakan langsung serentak kemudian peserta angkat tangan di jawaban
yang dirasa benar. Alasan tidak dilakukan pendampingan satu persatur
karena saran dari bidan untuk dikerjakan bersama karena mencegah
beberapa hal. Seperti lansia yang bosan karena terlalu lama dan merasa
terintimidasi karena beberapa lansia terlalu sensitif dan kurang terbuka.
Acara dilanjut dengan pemberian materi dan diskusi tanya jawab kemudian
pelaksanaan post-test dilakukan seperti pre-test awal. Peserta cukup
antusias saat membahas mitos-mitos yang ada karena mereka menyadari
bahwa apa yang telah mereka yakini ternyata salah. Setelah post-test
dilakukan pembentukan YUKENSI yang diresmikan oleh Ibu Kepala Desa,
Bidan Desa dan ibu kader.
Hasil pre-test dan post-test Lansia di Desa Jantiganggong dan Desa
Kepuhkajang (terlampir). Hasil menggambarkan bahwa beberapa ada
peningkatan jumlah jawaban benar pada post-test dibandingkan dengan pre-
test.
86%
28
sehingga cakupan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Perak dapat
meningkat.
Dibawah ini merupakan tabel hasil analisis pre-post test yang
diberikan pada saat program:
Tabel 6.1 Hasil Analisis Pre-post Test
Pre-test Post-test
No. Pertanyaan Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Benar (%) Benar (%)
ASI banyak mengandung
1. zat gizi yang di butuhkan 47 92,15 51 100
oleh bayi
ASI eksklusif diberikan
2. selama bayi berumur 0-6 42 82,35 48 94,12
bulan
ASI eksklusif dapat
memenuhi 100%
3. 39 76,47 49 96
kebutuhan gizi bayi 0-6
bulan
Bayi memerlukan
makanan tambahan pada
4. umur 3 bulan keatas 3 5,88 20 39,21
karena ASI kurang
(sebagai minum saja)
Pencernaan bayi sudah
5. bisa mencerna sempurna 34 66,67 42 82,35
sejak dilahirkan
MP ASI diberikan pada
6. 13 25,49 23 45
bayi berusia 6-24 bulan
MP ASI hanya boleh
7. 12 23,53 18 35,29
buah saja atau sayur saja
MP ASI dini atau lebih
awal sebelum usianya
8. 26 50,98 46 90,19
dapat mengakibatkan bayi
sering terkena penyakit
29
banyak salah dikarenakan pertanyaan hanya benar atau salah sehingga
karena kurang mengetahui responden lebih memilih menjawab benar pada
pernyataan yang harusnya salah. Dari hasil tersebut juga dapat diketahui
bahwa lansia masih memahami mengenai ASI namun kurang memahami
mengenai MP ASI terlihat dari jawaban pernyataan yang masih banyak
kesalahan.
Hasil langsung dari program yang dilaksanakan adalah adanya
perubahan pengetahuan ibu hamil yang diharapkan adalah peningkatan
pengetahuan mengenai ASI Eksklusif, bahaya MP ASI dini dan lainnya. Hal
ini dapat ditandai dengan adanya peningkatan jumlah jawaban benar pada
post-test. Jumlah peningkatan jawaban benar pada post-test dapat dilihat
dengan peningkatan nilai hasil post-test yang mengalami kenaikan sebanyak
44 orang dari 51 orang dengan persentase 86%.
Kelebihan dari diadakannya penyuluhan yaitu biaya cukup
terjangkau karena dengan mengadakan dua kegiatan hanya menghabiskan
dana Rp. 221.500. Kemudian penyuluhan mudah dilakukan tidak perlu
kemampuan tertentu seperti menggali informasi mendalam seperti
konseling. Sehingga bisa dilakukan siapapun yang mengerti tentang materi
atau memiliki dasar ilmu tentang gizi dan bisa menyampaikan ke banyak
orang. Selain itu penyuluhan juga lebih efisien waktu. Dari program ini
materi yang disampaikan juga cukup mudah sehingga kader, bidan dan
peserta dapat menyampaikan ulang informasi ke orang lain. Khususnya
kader dan bidan dapat menerapkan program ini ke posyandu-posyandu
lainnya.
Kekurangan dari program yaitu tidak dapat menggali informasi secara
mendalam per individu. Belum dapat menjamin bahwa informasi yang
diterima merata karena kondisi lapangan terkadang kurang kondusif.
Memerlukan kesadaran individu untuk mendengarkan karena beberapa saat
peserta terlihat bosan sehingga perlu pengontrolan situasi agar perhatian
tertuju ke pemateri lagi. Selain itu kurangnya informasi terkait latar
belakang peserta juga sempat menghambat berjalannya pengisian pre-test
dan post-test karena beberapa peserta tidak bisa menulis.
30
Pada saat penyuluhan sebaiknya latar belakang sasaran perlu digali lebih
dalam sebelum pelaksanaan agar penyuluhan dapat diterima dengan baik.
Kemampuan pemateri untuk menarik perhatian sasaran diperlukan agar
sasaran mendengarkan selama materi di sampaikan. Selain itu perlu
dilakukan inovasi dengan pemberian waktu jeda dengan bermain atau tanya
jawab dengan hadiah agar sasaran tertarik.
31
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Kegiatan penyuluhan ASI Eksklusif dan bahaya MP ASI dini berlangsung
selama 2 hari di 2 tempat yang berbeda yaitu di Balai Desa Jantiganggong dan
penyuluhan serta pembentukan YUKENSI di Posyandu Lansia Kajangan
Desa Kepuhkajang. Kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan lansia
mengalami baik mengenai ASI Eksklsif maupun MP ASI. Pada Posyandu
Lansia Desa Kepuhkajang dibentuk YUKENSI (Paguyuban Kakek Nenek
ASI) dengan anggota 16 lansia di Desa terbut.
7.2 Saran
Perlu diadakan penyuluhan lebih lanjut yang berkaitan dengan ASI
Eksklusif dan materi lainnya di tempat yang digunakan saat program. Hal
tersebut bertujuan untuk lebih meningkatkan pengetahuan lansia mengenai
ASI dan lainnya. Program yang sudah berjalan ini juga bisa diterapkan di
posyandu lansia, prolanis atau posbindu di beberapa desa lain khususnya desa
yang prevalensi cakupan ASI Eksklusifnya rendah dan targetnya belum
tercapai. Kegiatan bisa ditambah dengan pelatihan pada kader posyandu
lansia, prolanis dan posbindu sehingga kader mampu memahami dan dapat
menyampaikan saat kegiatan-kegiatan posyandu setiap bulannya. Dan kader
juga dapat meneruskan kegiatan YUKENSI, posyandu, prolanis dan posbindu
dengan mandiri tidak selalu di isi dengan bidan gizi atau ahli gizi saja.
Selanjutnya perlu dibuat media kartu keanggotaan dan buku evaluasi per
anggota pada setiap kegiatan agar dapat memonitoring apakah terjadi
peningkatan pengetahuan atau tidak secara individu.
32
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Dina Nur. 2007. Faktor yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian
ASI Eksklusif (Studi Kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang).
Tesis, Universitas Diponegoro Semarang.
Ambarwati E dan Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra
Cendekia press.
Atik, B. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak
Memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi Usia Lebih Dari 6 Bulan Sampai
dengan 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kec. Belik Kab. Pemalang
Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
DiMaggio, Dina M., et al. 2017. Updates in Infant Nutrition. Pediatrics in Review
Vol 38, Issue 10, Oktober 2017.
Febriani Safitri. 2006. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif pada Ibu yang Bekerja di PT Perkebunan Nusantara VIII Ciater
Subang Jawa Barat. Program S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Grassley, JS., et al. 2012. A Grandmother’s Tea: Evaluation of Breastfeeding
Support Intervention. Journal of Preinatal Education, 21(2), 80-89.
Josefa, K G. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif pada Ibu (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran,
Kecamatan Semarang Barat). Artikel Penelitian, Universitas Diponegoro.
Juliatin, Lita. 2015. Analisa Faktor Internal dan Eksternal yang Berhubungan
dengan Pemberian MP ASI Sebelum Usia 6 Bulan di Desa Semingkir
Kecamatan Randudongkal.Skripsi, Universitas Muhammdiyah Purwokerto.
Juffrie, Mohammad., dkk. 2018. Perkembangan dan Kematangan Saluran Cerna.
Jurnal Maternal, Infant and Young Children Nutrition & Health, Juni 2016.
Kadir, N. A. (2014). Menelusuri Akar Masalah Rendahnya Persentase Pemberian
ASI Eksklusif di Indonesia. Jurnal Al Hikmah Vol. XV Nomor 1.
Kurnia., dkk. Kumpulan Esai Mitos Bayi dan Anak. 2016. Research Gate,
September 2016.
33
Manalu, Helper dkk. 2005. Faktor-faktor Sosial Budaya yang Melatar Belakangi
Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 4, No 2, Hal 241-
246.
Marmi, 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas "Peuperium Care". Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nutrisiani, Febrika. 2010. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP ASI) pada Anak Usia 0-24 Bulan dengan Kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan Tahun 2010. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pebriana, Naya. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Cakupan ASI
Eksklusif di Puskesmas Umbulharjo 1 Kota Yogyakarta Tahun 2015.
Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Yogyakarta.
Putri dan Aji Illahi. 2017. Hubungan Pola Menyusui dengan Frekuensi Kejadian
Sakit pada Bayi. Journal of Issues In Midwifery, April - Juli 2017, Vol. 1,
1-18.
Safitri, Yeni. 2012. Perilaku yang Menghambat Pemeberian ASI Eksklsif pada Ibu
di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Tahun 2009. Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol. 3, No. 3, Desember 2012: 161-169.
Saputri, K Chairani. 2013. Alasan Ibu Memberikan Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) Dini dengan Pendekatan Teori Health Belief Model di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Skripsi,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suharni. 2017. Gambaran Perilaku Ibu Kandung Atau Ibu Mertua Sebagai Kendala
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kebayoran Lama
Jakarta Selatan tahun 2016. Skripsi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Wahyuningrum, Novi. 2007. Survey Pengetahuan Ibu Tentenag ASI Eksklsif
dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Desa Sadang Kecamatan
Jekulo Kabupaten Kudus. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Wahana Visi Indonesia. Kasih Peduli. Volume 33 tahun 2015 dapat diakses pada:
www.wvindonesia.org
34
LAMPIRAN
35
Lanjutan Tabel 6.1
36
Lampiran 2. Media Leaflet
37
Lampiran 3. Media Booklet
38
39
40
41
42
Lampiran 4. Banner YUKENSI
43
Lampiran 5. Lembar Pre-test dan Post-test
PRETEST/POST TEST
MATERI YUKENSI 1
(ASI EKSKLUSIF DAN MP ASI)
44
Lampiran 6. Absensi Peserta
45
46
47
Lampiran 7. Hasil Foto Kegiatan
48