Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Terorisme adalah kata dengan beragam interpretasi


yang paling banyak diperbincangkan dan dilansir media massa
di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme sampai saat ini masih
menjadi perdebatan meskipun sudah ada ahli yang merumuskan
dan juga dirumuskan di dalam Peraturan perundang-undangan. Akan
tetapi ketiadaan definisi yang seragam menurut Hukum Internasional
mengenai terorisme tidak serta-merta meniadakan definisi hukum
terorisme itu. Masing-masing negara mendefinisikan menurut hukum
nasionalnya untuk mengatur, mencegah dan menanggulangi terorisme.Kata
“teroris” dan terorisme berasal dari kata latin “terrere” yang kurang lebih berarti
membuat gemetar atau menggetarkan. Kata teror juga bisa
menimbulkan kengerian. Akan tetapi sampai saat ini belum ada definisi
terorisme yang bisa diterima secara universal.

Pada dasarnya istilah terorisme merupakan sebuah konsep yang


memiliki konotasi yang sensitif karena terorisme mengakibatkan
timbulnya korban warga sipil yang tidak berdosa.Terorisme adalah
suatu masalah yang sangat serius yang menimpa bangsa Indonesia saat ini,
dan sudah menjadi masalah yang menglobal yang dapat merusak sikologis
suatubangsa.Sampai sekarang pengertian terorisme masih dalam pandangan
yang subjektif, namun yang terkandung pada inti terorisme itu sendiri ialah
perilaku yang tidak berprikemanusiaan yang melakukan tindakan tindakan
yang merugikan seluruh bangsa.

Pada Tanggal 13 Mei 2018 terjadi aksi teror bom di Surabya yang
dillakukan di Gereja - Gereja di Surabaya.Untuk itu penulis ingin menganalisis
hubungan terorisme dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2. Rumusan masalah

1. Pengertian Terorisme

2. Hubungan Pendidikan kewarganegaraan dengan Terorisme

3.Tujuan

1. Mengetahui Apa arti terorisme

2. Menganalisis Hubungan Pendidikan kewarganegaraan dengan


Terorisme di surabaya

BAB II
PEMBAHASAN

Aksi keji bom bunuh diri terjadi di Surabaya, Insiden ledakan bom itu
terjadi di tiga tempat di Surabaya, Jawa Timur. Diantara nya ledakan terjadi di
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya Nomor 1
Kelurahan Baratajaya, Kecamatan Gubeng, Surabaya.Tindakan bom bunuh
diri itu sangat kita prihatinkan secara bersama.Teror yang berarti sebuah
ancaman harus dihancurkan, karena berbahaya bagi kehidupan umat
manusia. Ideologi teroris itu terus yang justru membuat umat manusia
Indonesia semakin goyah. Teroris merupakan musuh bersama kemanusiaan,
karena tindakan mereka yang membuat orang lain tidak aman, tidak nyaman,
selalu diselimuti rasa ketakutan dan mengacaukan sistem sosial, dan hukum
yang sudah mapan dianut bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai pilar bangsa Indonesia sejatinya harus mampu
dipahami oleh seluruh bangsa Indonesia dan umat Islam di Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia ini tentunya, diharapkan mampu
menyelesaikan persoalan terorisme di Indonesia. Pancasila adalah petunjuk,
pandangan hidup masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berbuat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.Pelaku teroris di Indonesia sejatinya
tidak mampu memahami nilai-nilai pancasila secara komprehensif, mereka
cenderung mengagungkan ideologinya dengan cara menebar teror. Cara teror
atau kekerasan itulah yang menimbulkan disintegrasi bangsa Indonesia yang
sudah semestinya harus dihancurkan dan dimusnahkan dalam masyarakat
Indonesia.Persoalan munculnya terorisme di Indonesia dapat pula disebabkan
karena bangsa Indonesia melupakan nilai-nilai luhur Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika, yang sesungguhnya mempunyai nilai moral positif sebagai upaya
pencegahan terhadap aksi terorisme. Pancasila tidak pernah diamalkan
secara praksis sehingga menumbuh suburkan terorisme. Kalau bangsa
Indonesia ini mampu memahami secara komprehensif nilai-nilai pancasila,
maka tidak mungkin tercipta terorisme. Pancasila adalah penyelamat dan
pemersatu bangsa Indonesia.Karena itu, untuk mengatasi persoalan terorisme
di Indonesia dapat dilakukan dengan jalan mencegah melalui empat pilar
kebangsaan, yakni melalu nilai-nilai pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika serta
NKRI, UUD 1945. Merebaknya aksi terorisme saat ini karena manusia
Indonesia tidak mau secara bersungguh-sungguh mengamalkan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari.Bung Karno secara tegas berkata: ”
Apabila bangsa Indonesia ini melupakan Pancasila, tidak melaksanakan dan
bahkan mengamalkannya maka bangsa ini akan hancur berkeping-keping”.
Oleh karena itu, manusia Indonesia harus mengimplementasikan seluruh
nilai-nilai pancasila tersebut dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.Pancasila jangan hanya di sebuah wacana saja dan manis di bibir
saja, akan tetapi, nilai-nilai pancasila perlu di ejawantahkan dalam setiap
tindakan dan perbuatan manusia Indonesia. Penanaman dan pemberian
pemahaman pancasila menjadi sangat signifikant saat untuk memerangi aksi
terorisme, yang mana mereka telah mengabaikan nilai-nilai pancasila.
Pelaku terorisme saat ini telah menyalahi nilai-nilai pancasila, terutama
dalam Dalam sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam sila pertama,
setiap warga negara wajib berketuhanan Yang Maha Esa, sikap saling
menghormati dan bekerjasama antar umat beragama perlu diimplementasikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai upaya menjalankan sila
pertama dengan tujuan untuk menghindari praktik aksi terorisme dan
kekerasan atas nama agama dengan tujuan menciptakan kerukunan antar
umat manusia.Eksistensi manusia harus berdialog dalam hidup bersama
melalui nilai-nilai pancasila yang pada nantinya akan membawa kedamaiaan,
ketenteraman, dan penuh kasih sayang antar sesama manusia, dengan tujuan
agar Tuhan pun mencintai manusia. Jika sila pertama Ketuhanan Yang Maha
Esa ini mampu dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegera.
Tentunya, aksi terorisme dapat dihindari sejak dini. Pancasila memuat makna
keberagamaan dan kebersamaan yang dapat mencegah aksi terorisme.Sila
kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sila kedua ini menekankan
bahwa setiap warga negara harus selalu menghargai harkat dan martabat
orang lain, tidak boleh berbuat tercela menghina atau bahkan melakukan
ancaman atau teror. Harkat dan martabat manusia harus dijunjung dengan
cara yang adil dan beradab. Pengakuan atas harkat dan martabat
kemanusiaan yakni kedudukan dan derajat yang sama. Saling mencintai
sesama manusia.Sila ketiga, upaya merajut rasa kebangsaan dan cara
mengatasi persoalan terorisme harus dipererat kembali dengan
mengimplementasikan sila ketiga atas pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, sehingga aksi terorisme dapat diatasi dengan menggunakan
pemahaman atas sila ketiga, yakni mengedepankan rasa kebangsaan
bersama untuk persatuan dan kesatuan di antara warga negara Indonesia.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Terorisme terjadi karena kesalahan dalam memahamii nilai-nilai
pancasila, terutama dalam Dalam sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa,
dalam sila pertama, setiap warga negara wajib berketuhanan Yang Maha Esa,
sikap saling menghormati dan bekerjasama antar umat beragama perlu
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta salah
dalam memahami ajaran dalam agama yang dianutnya, sebagai upaya
menjalankan sila pertama dengan tujuan untuk menghindari praktik aksi
terorisme dan kekerasan atas nama agama dengan tujuan menciptakan
kerukunan antar umat manusia.Pelaku teroris di Indonesia sejatinya tidak
mampu memahami nilai-nilai pancasila secara komprehensif, mereka
cenderung mengagungkan ideologinya dengan cara menebar teror

Dengan demikian, di tengah merebaknya tindakan terorisme dan


radikalisme, pemerintah dan kepolisian harus bisa mencegah pelaku bomm
bunu diri. Karena itu, pada saat ini bangsa Indonesia harus banyak melakukan
banyak sosialisasi serta penghayatan dan pengamalan nilai-nilai pancasila,
menumbuhkan nilai-nilai rasa kebangsaan dan rasa kewarganegaraan
Indonesa harus dijadikan sebagai jalan memutus mata rantai aksi terorisme

Anda mungkin juga menyukai