Anda di halaman 1dari 3

DIABETES MELLITUS

No. Dokumen : 445 / / SPO / / 2016


S
No. Revisi :-
P
Tanggal Terbit : November 2016
O
Halaman : 1/3
UPT PUSKESMAS SUPRIYONO, S.Kep.
LIWA NIP.197711291999031004
1. Pengertian Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolik yang ditandai
oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin)
dan sekresi insulin atau keduanya.

Kriteria diagnostik DM meliputi :

a. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma


sewaktu > 200 mg/dL, atau

b. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa > 126 mg/dL.


Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya
8 jam, atau

c. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa terganggu


(TTGO) > 200 mg/dL. TTGO dilakukan dengan standard WHO
menggunaan beban glukosa anhidrus 75 gram
2. Tujuan Sebagai acuan dalam tatalaksana pasien Diabetes Mellitus dengan
tepat.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445 / / SK/ I / 2016 tentang Standar
Layanan Klinis

4. Referensi Permenkes No.5 tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

5. Alat dan Bahan a. Alat pengukur gula darah

b. Alat pengukur berat dan tinggi badan, antropometri

6. Prosedur 1. Petugas menerima pasien dengan baik.


2. Petugas melakukan anamnesis, mengidentifikasi adanya :
a. Keluhan klasik (polifagia, poliuri, polidipsi, penurunan berat
badan yang tidak jelas sebabnya)
b. Keluhan tidak khas DM (lemah, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita, luka
yang sulit sembuh)
c. Faktor risiko DM tipe 2 (berat badan lebih dan obese, riwayat
DM di keluarga, hipertensi, penyakit kardiovaskular,
dislipidemia, melahirkan bayi BBL >4000 gram atau riwayat DM
gestasional, riwayat Polycystic Ovary Syndrome, riwayat
glukosa darah puasa terganggu atau toleransi glukosa
terganggu, aktifitas jasmani kurang).
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
4. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium : gula
darah sewaktu, atau gula darah puasa dan gula darah 2 jam post
prandial.
5. Petugas menentukan diagnosis sesuai hasil pemeriksaan
6. Petugas melakukan tatalaksana komprehensif
a. Modifikasi gaya hidup sehat (GHS) dengan pelaksanaan
pilar : pemberian nasehat umum/edukasi, perencanaan
makan, latihan jasmani, pengaturan berat badan ideal.
b. Apabila dengan modifikasi GHS belum berhasil, dilakukan
terapi Tahap I berupa GHS + obat monoterapi.
c. Apabila terapi Tahap I belum berhasil, dilakukan terapi
Tahap II berupa GHS + kombinasi 2 OHO (obat
hipoglikemik oral).
d. Apabila terapi Tahap II belum berhasil, dilakukan terapi
Tahap III berupa GHS + kombinasi 2 OHO + basal insulin.
Alternatif apabila pasien menolak insulin yaitu GHS +
kombinasi 3 OHO.
e. Apabila terapi tahap III belum berhasil, dilakukan
pemberian insulin intensif (insulin basal bersamaan dengan
insulin prandial).
7. Petugas melakukan pemantauan berkala untuk menilai
perkembangan manajemen terapi.
7. Hal-hal yang Kriteria rujukan :
harus a. DM dengan komplikasi
diperhatikan b. DM dengan kontrol gula buruk

2/3
c. DM dengan infeksi berat
d. DM dengan kehamilan
8. Unit Kerja Poli Umum, UGD, Rawat Inap, KIA, Puskesmas Pembantu

9. Dokumen terkait 1. Rekam Medis


2. Catatan tindakan

3/3

Anda mungkin juga menyukai