Anda di halaman 1dari 21

APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN PADA NY M


DENGAN PERSALINAN NORMAL
DI RUANG VK RS UMUM DAERAH LIMPUNG

DISUSUN OLEH

ERNAWATI
NPM : 1419002762

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan wanita. Proses
persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum adanya pengalaman
akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama proses persalinan.
Keadaan ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2014).
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyowati & Nugraheny, 2013)

Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir), passanger (janin),
power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal (Euthocia) apabila ketiga faktor
terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi proses persalinan
yaitu psikologis dan penolong (Rohani dkk, 2011). Pada ibu yang pertama kali menjalani
proses persalinan akan takut, cemas, khawatir yang berakibat pada peningkatan nyeri selama
proses persalinan dan dapat menganggu jalan persalinan menjadi tidak lancar (Wijaya dkk,
2014).

Beberapa wujud nyata peran laki- laki saat istrinya melahirkan adalah memberian dukungan
berupa pendampingan selama proses persalinan terjadi, sehingga dapat mempermudah proses
persalinan, memberikan perasaan nyaman, semangat, rasa percaya diri ibu meningkat, serta
mengurangi tindakan medis. Dukungan seorang suami dalam proses persalinan merupakan
sumber kekuatan yang tidak dapat diberikan oleh tenaga kesehatan. Dukungan suami berupa
penguatan, memberikan semangat istri baik moral maupun material seperti memberikan
dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi, penilaian dan keuangan atau finansial (Marmi,
2012)

Selain memberikan dukungan dan pendampingan peran seorang suami selama persalinan

diantaranya mengambil keputusan tentang tempat pengiriman/ tempat rujukan persalinan,


menyiapkan transportasi untuk menuju tepat persalinan dan juga yang terpenting adalah
mengetahui akan komplikasi saat kehamilan dan persalinan(Iliyasuet al, 2010).
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Intranatal/persalinan/partus merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup, dari dalam uteri melalui vagina atau jalan lain kedunia luar (Hutahaean
2009,).
Persalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir
(Mochtar, 2005).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 bulan), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin
2006)
B. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas.
Terdapat beberapa teori antara lain (Muchtar, 2005) :
1. Penurunan kadar progesteron :
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
Progesteron dan Estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
Progesteron menurun sehingga timbul his.
2. Teori oxytocin :
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi
otot-otot rahim.
3. Peregangan otot-otot rahim:
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh
karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian
pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh hipofisis dan hipotalamus :
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori Prostaglandin :
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.

Menurut Lowdermilk, 2004, ada lima faktor esensial yang mempengaruhi proses
persalinan dan kelahiran :

1. Passenger ( penumpang, yaitu janin dan plasenta )


Cara penumpang (passenger ) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yaitu :
a. Ukuran kepala janin
Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku, kepala janin sangat mempengaruhi
proses persalinan. Dalam persalinan, setelah selaput ketuban pecah, pada periksa
dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi, dan
sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan
bayi baru lahir.

Meskipun ukuran bahu janin dapat mempengaruhi proses kelahirannya, namun


posisi bahu relatif mudah berubah selama persalinan, sehingga posisi bahu yang
satu dapat lebih rendah daripada bahu yang lain. hal ini membuat diameter bahu
yang lebih kecil dapat melalui jalan lahir. Lingkar paha janin biasanya sempit,
sehingga tidak menimbulkan masalah.
b. Presentasi janin
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul
dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Tiga presentasi janin
yang utama adalah kepala ( kepala lebih dahulu ) 96 %, sungsang (bokong lebih
dahulu) 3%, dan bahu 1%. Bagian presentasi adalah bagian tubuh janin yang
pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan periksa dalam. Faktor-
faktor yang menentukan bagian presentasi ialah letak janin, sikap janin, dan
ekstensi atau fleksi kepala janin.
c. Letak janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu
panjang ( punggung ) ibu. Ada dua macam letak :
1) Memanjang atau vertikal, dimana sumbu panjang janin paralel dengan
sumbu panjang ibu.
2) Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut
terhadap sumbu panjang ibu.

Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi sakrum


(sungsang). Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang pertama
memasuki panggul ibu.

d. Sikap janin
Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain.
janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada di dalam rahim. Hal ini
sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat
penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal punggung
janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada, dan paha fleksi ke arah sendi lutut.
Sikap ini disebut fleksi umum. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat
terletak di antara lengan dan tungkai.
e. Posisi janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum / dagu,
sinsiput / puncak kepala yang defleksi atau menengadah) terhadap empat kuadran
panggul ibu.
Stasiun adalah hubungan antara bagian presentasi janin dengan garis imajiner
(bayangan) yang ditarik dari spina iskhiadika ibu. Stasiun dinyatakan dalam
sentimeter, yakni di atas atau di bawah spina.
2. Passageway ( jalan lahir )
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan intoitus ( lubang luar vagina ). Meskipun jaringan lunak, khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu
jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang reletif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
3. Powers ( kekuatan )
a. Kekuatan primer
Kontraksi uterus involunter, yang disebut kekuatan primer, menandai dimulainya
persalinan. Kontraksi involunter berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat
pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Kekuatan primer
membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi dan janin turun.
Effacement (penipisan) serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama
tahap pertama persalinan.

Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran muara dan saluran serviks,
yang terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat dari sekitar 1cm sampai
dilatasi lengkap (sekitar 10 cm) supaya janin aterm dapat dilahirkan. Apabila
dilatasi serviks lengkap (dan retraksi telah sempurna), serviks tidak lagi dapat
diraba. Dilatasi serviks lengkap menandai akhir tahap pertama persalinan.
b. Kekuatan sekunder
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi
berubah, yakni bersifat mendorong keluar. Wanita merasa ingin mengedan.
Usaha mendorong ke bawah (kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha volunter
yang sama dengan yang dilakukan saat buang air besar (mengedan). Namun,
dalam usaha mendorong keluar ini, digunakan seperangkat otot dengan jenis yang
berbeda-beda. Otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong
keluar isi jalan lahir. Hal ini menghasilkan peningkatan tekanan intraabdomen.
Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk
mendorong keluar.

4. Position ( Posisi ibu )


Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi (Melzack, dkk, 1991). Posisi tegak
meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.

Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membentu penurunan janin. Kontraksi


uterus biasanya lebih kuat dan efisien. Untuk membantu penipisan dan dilatasi
serviks sehingga persalinan menjadi lebih singkat. Selain itu, posisi tegak dianggap
mengurangi insiden penekanan tali pusat.

5. Psychologic respons ( respon psikologi )


Pengeluaran hormon persalinan sangat dipengaruhi kondisi psikologis/emosional
seseorang. Jika terjadi kecemasan pada ibu, hormon untuk berkontraksi tidak ada,
sehingga his tidak ada maka persalinan terganggu.

C. Faktor presdiposisi
Sebab terjadinya partus merupakan teori yang kompleks. Faktor - Faktor hormonal,
sirkulasi uterus, struktur uterus, pengaruh syara" dan nutrisi merupakan Faktor- Faktor
yang mengakibatkan partus dimulai. Progesteron yang merupakan penenang bagi oto-
otot uterus kadarnya akan menurun pada 1 – 2 minggu sebelum partus sehingga akan
menyebabkan terjadinya kontraksi. Plasenta jugaakan menjadi tua dengan tuanya
kehamilan. & Villi koriales mengalami perubahan- perubahan sehingga kadar estrogen
dan progesteron menurun. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot- otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat
mengganggu sirkulasi utero plasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi dengan
demikian nutrisi menjadi berkurang. Bila nutrisi pada janin berkurang maka konsepsi
akan segera dikeluarkan

D. Patofisiologi dan patway


Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan ukuran dirinya
dengan ukuran panggul saat melewati panggul. Ada tujuh gerakan janin dalam
persalinan/gerakan kardinal yaitu :
1. Engangement
Engangement adalah peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu atas panggul
dengan sutura sagitalis melintang/oblig di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi.
2. Penurunan kepala
Adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Kekuatan yang mendukung
antara lain :
- Tekanan cairan amnion
- Tekanan langsung fundus pada bokong
- Kontraksi otot-otot abdomen
- Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin
3. Fleksi
Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin
terhambat oleh servik., dinding panggul atau dasar panggul. Posisi dagu bergeser ke
arah dada janin.
4. Rotasi dalam
Rotasi dalam atau putaran paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari
posisi sebelumnya ke arah depan sampai di bawah simpisis.
5. Ekstensi
Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada margo
inferior simpisis pubis. Penyebabnya adalah karena sumbu jalan lahir pada pintu
bawah panggul mengarah ke depan dan atas,sehingga kepala menyesuaikan dengan
cara ekstensi agar dapat melaluinya.
6. Rotasi luar
Terjadinya gerakan rotasi luar atau putaran paksi luar dipengaruhi oleh faktor panggul
sama seperti pada rotasi dalam.
7. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochilion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah
trochanter depan dan belakang sampai jalan lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran
bahu depan, bahu belakang dan badan seluruhnya.

Proses Persalinan

1. Kala I.
Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8 jam.
a. Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm)
Proses ini terbagi menjadi 2 fase :
1) fase laten/ kala I awal (8 jam) : his belum terlalu kuat, timbul setiap 10-15
menit dengan amplitudo 40 mmhg, lamanya 20-30 detik, serviks berdilatasi
dari 3cm (terus meningkat) dan tidak mengganggu ibu hingga ia sering masih
dapat berjalan
2) fase aktif/ kala I lanjutan : serviks berdilatasi kurang lebih 10 cm, terjadi
peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuatsampai 60 mmhg, frekuensi 2-4
kali/10 menit, lama 60-90 detik, kecepatan pembukaan 1cm atau lebih perjam,
kontraksi akan lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah banyak.
2. Kala II
a. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam multipara.
b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datangnya tiap 2 – 3
menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan
yang kekuningan secara tiba-tiba dan banyak.
c. Pasien mulai mengejan akibat stimulasi dari tekanan bagian bawah janin yang
menekan anus dan rectum.
d. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
e. Dipuncak his, bagian terkecil dari kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi
waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar
lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka
pintu.
f. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala
terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan
tulang ubun – ubun saat ini telah lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada
saat ini disebut kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi
lahirlah ubun – ubun besar, dahi dan mulut pada komisura posterior.
g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran paksi luar,
sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pada leher dan dada tertekan
oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan disusul
oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi jalan lahir.
i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang lebih 20
menit.
3. Kala III
a. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
b. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya memakan
waktu 2 – 3 menit.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum, kemudian
dilakukan observasi 7 pokok penting yang harus diperhatikan kala IV:
a. Kontraksi uterus baik
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau alat genital lain
c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d. Kandung kemih harus kosong
e. Luka-luka diperineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
f. Resum keadaan ibu dan bayi
Pathway
Kehamilan aterm

Penurunan hormon estrogen dan progesteron

Penuaan plasenta

 Distesi peregangan
 serviks 

Power Iritasi mekanik


Pasanger Passage

- HIS (kontraksi otot rahim)  plasenta


Janin dan jalan lahir
- Kontraksi otot dinding perut
- Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan HIS masuk pintu PAP
Penurunan kepala
- Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum

Penurunan TFU, pelunakan serviks, pendataran serviks, dilatasi pembukaan serviks



Pembukaan lengkap 
Pengeluaran plasenta
 Bayi lahir Partus spontan

Pengeluaran janin Luka Hipofise anterior Hipofise posterior
Hidup Mati
Penurunan hormon estrogen dan progesteron
 Nyeri Resiko tinggi  
 
Berduka
akut infeksi Kontraksi
Trauma jalan lahir Prolaktin OksitosinEjeksi ASI
 Perubahan uterus
 Kurang
peran  p
Perubahan Aktifitas pengetahua Kuat Lemah
Traumaeliminasi
kandung kemih terbatas 
n Produksi ASI
Nyeri  
danurine
sekitarnya
 
Involusi Resiko

Immobilisasi Konstipasi Pembengkakan uteri perdaraha
Over distensi payudara n

  
Penurunan
peristaltik


E. Tanda dan gejala
a. Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada primigravida
kepala anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun kedalam rongga
panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut sudah kendor
kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak kebawah tidak
seberapa, biasanya kepala baru turun pada permulaan persalinan.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah BAK karena vesika urinaria karena tertekan oleh
bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his, kekuatan his makin sering
terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, terjadi pembukaan serviks, sekresi
bertambah, kadang – kadang bercampur darah.
f. Dapat disertai ketuban pecah.

Penurunan kepala janin.

PERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN

5/5 1. kepala diatas PAP

2. mudah digerakkan

4/5 3. sakit digerakkan

4. bagian terbesar PAP belum masuk


H I – II
panggul

3/5 5. bagian terbesar kepala belum

masuk panggul
H II – III

2/5 6. bagian terbesar kepala sudah

masuk panggul
H III +
1/5 7. kepala didasar panggul

H III - IV

0/5 8. diperineum

HV

Ket :

: kepala janin

: PAP

HI : sama dengan atas pintu panggul / PAP

H II : sejajara dengan H I melalui pinggir bawah simpisis

H III : sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika

HV : sejajar dengan H I melalui ujung os coxigius

F. Pemeriksaan penunjang
Beberapa Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada saat ibu hamil akan melakukan
persalinan adalah :
1. Laboratorium ( Pemeriksaan darah, pemeriksaan urin rutin, pemeriksaan urin gula)
2. USG
3. Kartditokografi (KTG)

G. Pengakajian
1. Pengumpulan data.
a. Biodata meliputi:
1) Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang
satu dengan yang lain agar tidak keliru.
2) Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak.
3) Pendidikan pemberian informasi yang tepat bagi klien.
4) Penghasilan mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien.

Pada persalinan fisiologis biodata didapatkan; Umur dalam kategori usia subur
(15 – 49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu
tua (lebih dari 35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi. (Depks RI, 1993:
65).

b. Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his
yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air
kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993,7).
c. Riwayat penyakit sekarang .
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38 –42 minggu
(Cristina’s Ibrahim, 1993,3) disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada
daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show
(pengeluaran darah campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Manuaba
1998, h. 165).
d. Riwayat penyakit dahulu.
Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC, Hepatitis, penyakit
kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan. (Depkes RI,
1993:66).
e. Riwayat penyakit keluarga.
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada
klien, TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan
pada klien, sehingga memperberat persalinannya. Depkes RI, 1993,66)
f. Riwayat Obstetri.
1) Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristina’s Ibrahim, 1993,3), prematur
kurang dari 37 minggu (Jellife 1994, h. 28).
2) Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada primigravida
persalinan berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga pada
multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam (Sarwono Prawirohardjo, 1999,183).
g. Riwayat psikososialspiritual dan budaya.
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan fantasi . Pada
trimester II adanya ketidak nyamanan kehamilan (mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan
introvert. Pada trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan
tubuhnya,ketakutan akan kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan
sekarat selama persalinan berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302).
h. Pola Kebutuhan sehari-hari.
1) Nutrisi.
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang menurun. (Sharon J
Reeder Et all, 1987: 405).
2) Istirahat tidur.
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak punggung
anak,klien sulit tidur terutama kala I – IV. (Sarwono 1999, h. 192).
3) Aktivitas.
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I
apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien
dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin. (Sarwono 1999, h.
192). Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke
kanan / kiri . (Sarwono 1999, h. 195)
4) Eliminasi.
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan
(Chritina”s Ibrahim, 1993:7). Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi. (Sharon JR
Et all, 1987, h. 406).
5) Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang longgar dan
mudah dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi. (Sarwono
Prawirohardjo, 1999,160).
6) Seksual.
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari sek yang
tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. (Sharon J R Et all, 1987, h. 285).

i. Pemeriksaan.
1) Pemeriksaan umum meliputi:
(a) Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada kehamilan pertama,
tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat
badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil
antara 10–12 kg. ( Depkes RI, 19993: 67).
(b) Tekanan Darah.
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan biasanya tekanan
darah akan naik kira-kira 10 mmHg (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45).
(c) Suhu badan nadi dan pernafasan.
Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan antara 360-370 C, bila suhu lebih dari
37,50C dianggap ada kelainan. Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu badan 37,50C-
37,80C masih dianggap normal karena kelelahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46). Keadaan
nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, Biola suhuu naik keadaan nadi akan bertambah
pula dapat disebabkan karena adanya perdarahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46).
Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak pendek karena kelelahan,
kesakitan dan karena membesarnya perut (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45), pernafasan
normal antara 80 – 100 X / menit, kadang meningkat menjadi normal kembali setelah
persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam.
2) Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik luar :
(a) Kepala dan leher.
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya pembengkakan pada kelopak
mata, konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada
polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar ( Depkes 1993, h. 69).
(b) Dada.
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola dan papila
mamae serta ditemukan adanya kolustrum. ( Depkes RI, 1993: 69).
(c) Abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
(1) Menentukan tinggi fundus uteri.
(2) Memantau konstruksi uterus.
(3) Memantau denyut jantung janin.
(4) Menentukan presentasi.
(5) Menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah
mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring. Tempatkan
bantal dibawah kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu
gugup, beri bantuan agar ia memperoleh nyaman dengan meminta ibu untuk menarik
nafas dalam berulang kali. Jangan biarkan ibu dalam posisi terlentang dalam waktu lebih
dari sepuluh menit.
Menentukan tinggi fundus :
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi. Ukur tinggi
fundus denga menggunakan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubis kemudian
rentangkan pita pengukur hingga ke puncak fundus mengikuti aksis atau linea medialis
dinding abdomen(lihat gambar 2.1). lebar pita harus menempel pada dinding abdomen
ibu. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.

Memantau konstruksi uterus :


Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau
kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong diatas uterus dan palpasi
jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi danlama
setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10
menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Diantara dua kontraksi akan terjadi
relaksasi dinding uterus.
Memantau denyut jantung janin :
Gunakan fetoskop Pinnards atau Dopler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ)
dalam rahim ibu dan untuk menghitung jumlah denyut jantung per menit, gunakan jarum
detik pada jam dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu
dimana suara DJJ terdengar paling kuat.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum atau
selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai
sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih
dari satu kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang
dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit. Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang
kurang dari 120 atau lebih dari 180 kali per menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi
kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan
sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami
perbaikan maka siapkan ibu untuk segera dirujuk.
Menentukan presentasi :
Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala atau bokong) :
- Berdiri disamping dan menghadap ke arah kepala ibu (minta ibu mengangkat tungkai
atas dan menekukkan lutut).
- Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati-hati dan mantap), pegang bagian
terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (diatas simfisis pubis) ibu. Bagian
yang berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong adalah penunjuk presentasi bayi.
- Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga penggul maka bagian tersebut
masih dapat digerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul maka bagian terbawah
janin sulit atau tidak dapat digerakkan lagi.
- Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau bokong maka perhatikan
dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk
bulat, teraba keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga
panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih
besar dan sulit dipegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong.
Istilah sungsang digunakan untuk menunjukkan bahwa bagian terbawah adalah kebalikan
dari kepala atau diidentikkan sebagai bokong.

Menentukan penurunan bagian terbawah janin :


Pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul melalui
pengukuran pada dinding abdomen akan memberikan tingkat kenyamanan yang lebih
baik bagi ibu jika dibandingkan dengan melakukan periksa dalam (vaginal toucher).
Selain itu, cara penilaian diatas (bila dilakukan secara benar) dapat memberikan informasi
yang sama baiknya dengan hasil periksa dalam tentang kemajuan persalinan (penurunan
bagian terbawah janin) dan dapat mencegah periksa dalam yang tidak perlu atau
berlebihan.
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah
janin yang masih berada diatas tep atas simfisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan
pemeriksa (per limaan). Bagian diatas simfisis adalah proporsi yang belum masuk pintu
atas panggul dan sisanya (tidak teraba) menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin
telah masuk kedalam rongga panggul.
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan) adalah :
- 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis pubis.
- 4/5 jika bagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
- 3/5 jika bagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
- 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simfisis dan
(3/5) bagian telah turun melalui bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
- 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada
diatas simfisis dab 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga pangul.
- 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan
seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul.

(d) Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila terdapat pengeluaran
mekonium yaitu feses yang dibnetuk anak dalam kandungan, menandakan adannya
kelainan letak anak. (Cristina’s 1993,h. 50).
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan servic,
panggul serta keadaan jalan lahir (Depkes 1993h. 76).
(e) Ekstremitas
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karena pre eklamsia atau karena karena penyakit jantung / ginjal. (Cristina’s Ibrahim,
1993,:47). Ada varices pada ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan
pembesaran uterus yang menekan vena abdomen (Sharon J R Et all, 1987, h. 412).
Pemeriksaan Fisik Dalam :
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,
kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan
mencuci area genitalia (jika ibu belum melakukannya) dengan sabun dan air. Jelaskan
pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan hati dan
anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
(a) Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung dan selimut.
(b) Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin
akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu sama lain).
(c) Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan.
(d) Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT/larutan
antiseptik. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang untuk
menghindarkan kontaminasi feses (tinja).
(e) Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan) termasuk
kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
(f) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per vaginam
atau mekonium :
(1) Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.
(2) Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat pewarnaan
mekonium, nilai apakah kental atau ncer dan periksa DJJ:
- Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan seksama
menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadi gawat janin, lakukan
rujukan segera.
- Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera.
- Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi
(g) Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari
(gunakan sarung tangan periksa). Masukkan (hati-hati) jari telunjuk yang diikuti oleh jari
tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
Jika selaput ketuban belum pecah, jangan melakuka tindakan amniotomi (merobeknya).
(h) Alasannya : amniotomi sebelum waktunya dapat meningkatkan resiko infeksi
terhadap ibu dan bayi serta gawat janin.
(i) Nilai vagina. Luka parut di vagina mengidikasikan adanya riwayat robekan
perineum atau tidakan episiotomi sebelumnya. Hal ini merupakan informasi penting
untuk menentukan tindakan pada saat kelahiran bayi.
(j) Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
(k) Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba
pada saat melakukan periksa dalam. Jika teraba maka ikuti langkah-langkah gawat darurat
(lihat tabel 2-1) dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
(l) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut
telah masuk ke dalam rongga panggul. Bandingkan tingkat penurunan kepala dari hasil
periksa dalam dengan hasil pemeriksaan melalui dinding abdomen (perlimaan) untuk
kemajuan persalinan.
(m) Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, ubun-
ubun besar arau fontanela magne) dan celah (sutura) dagitalis untuk menilai derajat
penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai
dengan ukuran jalan lahir.
(n) Jika pemeriksaan terbawah sudah lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksaan (hati-
hati), celupkan sarung tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua
sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminan selama 10
menit.
(o) Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering.
(p) Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.
c. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
d. Rencana asuhan keperawatan
e. Discharge planing

BAB III

APLIKASI JURNAL EVIDANCE BASED NURSING RISET DALAM ASKEP

A. Identitas Pasien
B. Data fokus Pasien
C. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal EBNP Riset yang di telaah
D. Fokus intervensi dan rasional nya
E. Analisa sintesa justifikasi/ alasan penerapan EBNP (Dalaam Bentuk Skema)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Justifikasi pemilihan tindkan berdasrkan EBNP


B. Mekanisme penerapan pada kasus
C. Hasil yang di capai dan bandingkan dengan teori
D. Kelebihan dan kekeurangan yang ditemui selama aplikasi EBNP

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai