DISUSUN OLEH
ERNAWATI
NPM : 1419002762
PENDAHULUAN
Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan wanita. Proses
persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum adanya pengalaman
akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama proses persalinan.
Keadaan ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2014).
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyowati & Nugraheny, 2013)
Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir), passanger (janin),
power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal (Euthocia) apabila ketiga faktor
terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi proses persalinan
yaitu psikologis dan penolong (Rohani dkk, 2011). Pada ibu yang pertama kali menjalani
proses persalinan akan takut, cemas, khawatir yang berakibat pada peningkatan nyeri selama
proses persalinan dan dapat menganggu jalan persalinan menjadi tidak lancar (Wijaya dkk,
2014).
Beberapa wujud nyata peran laki- laki saat istrinya melahirkan adalah memberian dukungan
berupa pendampingan selama proses persalinan terjadi, sehingga dapat mempermudah proses
persalinan, memberikan perasaan nyaman, semangat, rasa percaya diri ibu meningkat, serta
mengurangi tindakan medis. Dukungan seorang suami dalam proses persalinan merupakan
sumber kekuatan yang tidak dapat diberikan oleh tenaga kesehatan. Dukungan suami berupa
penguatan, memberikan semangat istri baik moral maupun material seperti memberikan
dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi, penilaian dan keuangan atau finansial (Marmi,
2012)
Selain memberikan dukungan dan pendampingan peran seorang suami selama persalinan
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Intranatal/persalinan/partus merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup, dari dalam uteri melalui vagina atau jalan lain kedunia luar (Hutahaean
2009,).
Persalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir
(Mochtar, 2005).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 bulan), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin
2006)
B. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas.
Terdapat beberapa teori antara lain (Muchtar, 2005) :
1. Penurunan kadar progesteron :
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
Progesteron dan Estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
Progesteron menurun sehingga timbul his.
2. Teori oxytocin :
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi
otot-otot rahim.
3. Peregangan otot-otot rahim:
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh
karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian
pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh hipofisis dan hipotalamus :
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori Prostaglandin :
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.
Menurut Lowdermilk, 2004, ada lima faktor esensial yang mempengaruhi proses
persalinan dan kelahiran :
d. Sikap janin
Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain.
janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada di dalam rahim. Hal ini
sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat
penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal punggung
janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada, dan paha fleksi ke arah sendi lutut.
Sikap ini disebut fleksi umum. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat
terletak di antara lengan dan tungkai.
e. Posisi janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum / dagu,
sinsiput / puncak kepala yang defleksi atau menengadah) terhadap empat kuadran
panggul ibu.
Stasiun adalah hubungan antara bagian presentasi janin dengan garis imajiner
(bayangan) yang ditarik dari spina iskhiadika ibu. Stasiun dinyatakan dalam
sentimeter, yakni di atas atau di bawah spina.
2. Passageway ( jalan lahir )
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan intoitus ( lubang luar vagina ). Meskipun jaringan lunak, khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu
jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang reletif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
3. Powers ( kekuatan )
a. Kekuatan primer
Kontraksi uterus involunter, yang disebut kekuatan primer, menandai dimulainya
persalinan. Kontraksi involunter berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat
pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Kekuatan primer
membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi dan janin turun.
Effacement (penipisan) serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama
tahap pertama persalinan.
Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran muara dan saluran serviks,
yang terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat dari sekitar 1cm sampai
dilatasi lengkap (sekitar 10 cm) supaya janin aterm dapat dilahirkan. Apabila
dilatasi serviks lengkap (dan retraksi telah sempurna), serviks tidak lagi dapat
diraba. Dilatasi serviks lengkap menandai akhir tahap pertama persalinan.
b. Kekuatan sekunder
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi
berubah, yakni bersifat mendorong keluar. Wanita merasa ingin mengedan.
Usaha mendorong ke bawah (kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha volunter
yang sama dengan yang dilakukan saat buang air besar (mengedan). Namun,
dalam usaha mendorong keluar ini, digunakan seperangkat otot dengan jenis yang
berbeda-beda. Otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong
keluar isi jalan lahir. Hal ini menghasilkan peningkatan tekanan intraabdomen.
Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk
mendorong keluar.
C. Faktor presdiposisi
Sebab terjadinya partus merupakan teori yang kompleks. Faktor - Faktor hormonal,
sirkulasi uterus, struktur uterus, pengaruh syara" dan nutrisi merupakan Faktor- Faktor
yang mengakibatkan partus dimulai. Progesteron yang merupakan penenang bagi oto-
otot uterus kadarnya akan menurun pada 1 – 2 minggu sebelum partus sehingga akan
menyebabkan terjadinya kontraksi. Plasenta jugaakan menjadi tua dengan tuanya
kehamilan. & Villi koriales mengalami perubahan- perubahan sehingga kadar estrogen
dan progesteron menurun. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot- otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat
mengganggu sirkulasi utero plasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi dengan
demikian nutrisi menjadi berkurang. Bila nutrisi pada janin berkurang maka konsepsi
akan segera dikeluarkan
Proses Persalinan
1. Kala I.
Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8 jam.
a. Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm)
Proses ini terbagi menjadi 2 fase :
1) fase laten/ kala I awal (8 jam) : his belum terlalu kuat, timbul setiap 10-15
menit dengan amplitudo 40 mmhg, lamanya 20-30 detik, serviks berdilatasi
dari 3cm (terus meningkat) dan tidak mengganggu ibu hingga ia sering masih
dapat berjalan
2) fase aktif/ kala I lanjutan : serviks berdilatasi kurang lebih 10 cm, terjadi
peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuatsampai 60 mmhg, frekuensi 2-4
kali/10 menit, lama 60-90 detik, kecepatan pembukaan 1cm atau lebih perjam,
kontraksi akan lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah banyak.
2. Kala II
a. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam multipara.
b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datangnya tiap 2 – 3
menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan
yang kekuningan secara tiba-tiba dan banyak.
c. Pasien mulai mengejan akibat stimulasi dari tekanan bagian bawah janin yang
menekan anus dan rectum.
d. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
e. Dipuncak his, bagian terkecil dari kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi
waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar
lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka
pintu.
f. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala
terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan
tulang ubun – ubun saat ini telah lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada
saat ini disebut kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi
lahirlah ubun – ubun besar, dahi dan mulut pada komisura posterior.
g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran paksi luar,
sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pada leher dan dada tertekan
oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan disusul
oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi jalan lahir.
i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang lebih 20
menit.
3. Kala III
a. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
b. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya memakan
waktu 2 – 3 menit.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum, kemudian
dilakukan observasi 7 pokok penting yang harus diperhatikan kala IV:
a. Kontraksi uterus baik
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau alat genital lain
c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d. Kandung kemih harus kosong
e. Luka-luka diperineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
f. Resum keadaan ibu dan bayi
Pathway
Kehamilan aterm
Penuaan plasenta
Distesi peregangan
serviks
E. Tanda dan gejala
a. Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada primigravida
kepala anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun kedalam rongga
panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut sudah kendor
kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak kebawah tidak
seberapa, biasanya kepala baru turun pada permulaan persalinan.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah BAK karena vesika urinaria karena tertekan oleh
bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his, kekuatan his makin sering
terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, terjadi pembukaan serviks, sekresi
bertambah, kadang – kadang bercampur darah.
f. Dapat disertai ketuban pecah.
2. mudah digerakkan
masuk panggul
H II – III
masuk panggul
H III +
1/5 7. kepala didasar panggul
H III - IV
0/5 8. diperineum
HV
Ket :
: kepala janin
: PAP
F. Pemeriksaan penunjang
Beberapa Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada saat ibu hamil akan melakukan
persalinan adalah :
1. Laboratorium ( Pemeriksaan darah, pemeriksaan urin rutin, pemeriksaan urin gula)
2. USG
3. Kartditokografi (KTG)
G. Pengakajian
1. Pengumpulan data.
a. Biodata meliputi:
1) Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang
satu dengan yang lain agar tidak keliru.
2) Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak.
3) Pendidikan pemberian informasi yang tepat bagi klien.
4) Penghasilan mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien.
Pada persalinan fisiologis biodata didapatkan; Umur dalam kategori usia subur
(15 – 49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu
tua (lebih dari 35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi. (Depks RI, 1993:
65).
b. Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his
yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air
kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993,7).
c. Riwayat penyakit sekarang .
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38 –42 minggu
(Cristina’s Ibrahim, 1993,3) disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada
daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show
(pengeluaran darah campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Manuaba
1998, h. 165).
d. Riwayat penyakit dahulu.
Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC, Hepatitis, penyakit
kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan. (Depkes RI,
1993:66).
e. Riwayat penyakit keluarga.
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada
klien, TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan
pada klien, sehingga memperberat persalinannya. Depkes RI, 1993,66)
f. Riwayat Obstetri.
1) Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristina’s Ibrahim, 1993,3), prematur
kurang dari 37 minggu (Jellife 1994, h. 28).
2) Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada primigravida
persalinan berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga pada
multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam (Sarwono Prawirohardjo, 1999,183).
g. Riwayat psikososialspiritual dan budaya.
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan fantasi . Pada
trimester II adanya ketidak nyamanan kehamilan (mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan
introvert. Pada trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan
tubuhnya,ketakutan akan kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan
sekarat selama persalinan berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302).
h. Pola Kebutuhan sehari-hari.
1) Nutrisi.
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang menurun. (Sharon J
Reeder Et all, 1987: 405).
2) Istirahat tidur.
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak punggung
anak,klien sulit tidur terutama kala I – IV. (Sarwono 1999, h. 192).
3) Aktivitas.
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I
apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien
dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin. (Sarwono 1999, h.
192). Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke
kanan / kiri . (Sarwono 1999, h. 195)
4) Eliminasi.
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan
(Chritina”s Ibrahim, 1993:7). Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi. (Sharon JR
Et all, 1987, h. 406).
5) Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang longgar dan
mudah dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi. (Sarwono
Prawirohardjo, 1999,160).
6) Seksual.
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari sek yang
tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. (Sharon J R Et all, 1987, h. 285).
i. Pemeriksaan.
1) Pemeriksaan umum meliputi:
(a) Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada kehamilan pertama,
tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat
badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil
antara 10–12 kg. ( Depkes RI, 19993: 67).
(b) Tekanan Darah.
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan biasanya tekanan
darah akan naik kira-kira 10 mmHg (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45).
(c) Suhu badan nadi dan pernafasan.
Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan antara 360-370 C, bila suhu lebih dari
37,50C dianggap ada kelainan. Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu badan 37,50C-
37,80C masih dianggap normal karena kelelahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46). Keadaan
nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, Biola suhuu naik keadaan nadi akan bertambah
pula dapat disebabkan karena adanya perdarahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46).
Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak pendek karena kelelahan,
kesakitan dan karena membesarnya perut (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45), pernafasan
normal antara 80 – 100 X / menit, kadang meningkat menjadi normal kembali setelah
persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam.
2) Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik luar :
(a) Kepala dan leher.
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya pembengkakan pada kelopak
mata, konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada
polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar ( Depkes 1993, h. 69).
(b) Dada.
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola dan papila
mamae serta ditemukan adanya kolustrum. ( Depkes RI, 1993: 69).
(c) Abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
(1) Menentukan tinggi fundus uteri.
(2) Memantau konstruksi uterus.
(3) Memantau denyut jantung janin.
(4) Menentukan presentasi.
(5) Menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah
mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring. Tempatkan
bantal dibawah kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu
gugup, beri bantuan agar ia memperoleh nyaman dengan meminta ibu untuk menarik
nafas dalam berulang kali. Jangan biarkan ibu dalam posisi terlentang dalam waktu lebih
dari sepuluh menit.
Menentukan tinggi fundus :
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi. Ukur tinggi
fundus denga menggunakan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubis kemudian
rentangkan pita pengukur hingga ke puncak fundus mengikuti aksis atau linea medialis
dinding abdomen(lihat gambar 2.1). lebar pita harus menempel pada dinding abdomen
ibu. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.
(d) Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila terdapat pengeluaran
mekonium yaitu feses yang dibnetuk anak dalam kandungan, menandakan adannya
kelainan letak anak. (Cristina’s 1993,h. 50).
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan servic,
panggul serta keadaan jalan lahir (Depkes 1993h. 76).
(e) Ekstremitas
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karena pre eklamsia atau karena karena penyakit jantung / ginjal. (Cristina’s Ibrahim,
1993,:47). Ada varices pada ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan
pembesaran uterus yang menekan vena abdomen (Sharon J R Et all, 1987, h. 412).
Pemeriksaan Fisik Dalam :
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,
kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan
mencuci area genitalia (jika ibu belum melakukannya) dengan sabun dan air. Jelaskan
pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan hati dan
anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
(a) Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung dan selimut.
(b) Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin
akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu sama lain).
(c) Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan.
(d) Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT/larutan
antiseptik. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang untuk
menghindarkan kontaminasi feses (tinja).
(e) Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan) termasuk
kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
(f) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per vaginam
atau mekonium :
(1) Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.
(2) Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat pewarnaan
mekonium, nilai apakah kental atau ncer dan periksa DJJ:
- Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan seksama
menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadi gawat janin, lakukan
rujukan segera.
- Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera.
- Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi
(g) Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari
(gunakan sarung tangan periksa). Masukkan (hati-hati) jari telunjuk yang diikuti oleh jari
tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
Jika selaput ketuban belum pecah, jangan melakuka tindakan amniotomi (merobeknya).
(h) Alasannya : amniotomi sebelum waktunya dapat meningkatkan resiko infeksi
terhadap ibu dan bayi serta gawat janin.
(i) Nilai vagina. Luka parut di vagina mengidikasikan adanya riwayat robekan
perineum atau tidakan episiotomi sebelumnya. Hal ini merupakan informasi penting
untuk menentukan tindakan pada saat kelahiran bayi.
(j) Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
(k) Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba
pada saat melakukan periksa dalam. Jika teraba maka ikuti langkah-langkah gawat darurat
(lihat tabel 2-1) dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
(l) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut
telah masuk ke dalam rongga panggul. Bandingkan tingkat penurunan kepala dari hasil
periksa dalam dengan hasil pemeriksaan melalui dinding abdomen (perlimaan) untuk
kemajuan persalinan.
(m) Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, ubun-
ubun besar arau fontanela magne) dan celah (sutura) dagitalis untuk menilai derajat
penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai
dengan ukuran jalan lahir.
(n) Jika pemeriksaan terbawah sudah lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksaan (hati-
hati), celupkan sarung tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua
sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminan selama 10
menit.
(o) Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering.
(p) Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.
c. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
d. Rencana asuhan keperawatan
e. Discharge planing
BAB III
A. Identitas Pasien
B. Data fokus Pasien
C. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal EBNP Riset yang di telaah
D. Fokus intervensi dan rasional nya
E. Analisa sintesa justifikasi/ alasan penerapan EBNP (Dalaam Bentuk Skema)
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran