Anda di halaman 1dari 4

BUDAYA KERJA

Pengertian Budaya Kerja

Setiap perusahaan pasti memiliki budaya kerja unik yang berbeda satu sama lain. Budaya ini
diciptakan dengan maksud untuk membuat karyawan lebih produktif dan mencapai hasil yang
sejalan dengan visi perusahaan. Lebih dari sekadar aturan berpakaian atau desain interior kantor,
budaya kerja juga mencakup relasi antar karyawan dan gaya kepemimpinan di suatu organisasi.
Singkatnya, budaya kerja merupakan konsep yang mengatur perilaku serta mewakili nilai
kolektif, keyakinan, dan prinsip dari anggota organisasi.

Menurut Schein (1992), budaya kerja adalah:

“A pattern of shared basic assumption that the group learned as it solves its problems of
external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid
and, therefor, to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in
relation to those problems. “

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya kerja adalah kumpulan dari asumsi-
asumsi dasar yang dipelajari sebagai hasil dari memecahkan masalah yang ada di luar maupun di
dalam perusahaan dalam proses penyesuaian.

Tiga Tingkatan Budaya Kerja

Budaya kerja timbul akibat hasil belajar bersama antar anggota yang dirasa merupakan jalan yang benar
untuk memahami, berpikir, dan merasakan satu sama lain agar bisa memecahkan masalah yang
ada. Schein sendiri membagi budaya kerja menjadi tiga tingkatan, yaitu:

Perilaku dan Artifact


Perilaku adalah tingkatan yang mudah sekali terlihat, seperti perilaku otoriter, luwes, maupun perilaku
yang keras. Perilaku yang ada pada karyawan atau anggota dalam perusahaan dapat mencerminkan nilai-
nilai tertentu.

Nilai-nilai
Berbeda dengan tingkat perilaku dan artifact, nilai-nilai tidak terlihat, hanya saja nilai-nilai bisa
terungkap melalui pola-pola tertentu. Misalnya saja nilai keterbukaan bisa terungkap dari perilaku yang
mau mendengarkan segala kritik dan saran. Atau misal nilai hemat bisa terungkap dari bekerja dengan
menggunakan kertas seminimal mungkin.
Keyakinan
Tingkat keyakinan ini memang tingkat yang paling dalam dibandingkan kedua nilai di atas. Di samping
tingkat ini tidak mudah dilihat, keyakinan juga terdiri dari berbagai asumsi dasar. Misalkan orang yang
punya nilai kepercayaan akan punya prioritas tinggi yang akan terungkap dalam perilakunya, yakni
seperti mudah percaya pada orang lain.

Ciri Perusahaan dengan Budaya Kerja Positif

Budaya kerja positif akan menciptakan lingkungan yang nyaman dan juga kesempatan bagi karyawan
untuk berkembang. Tidak hanya mengutamakan kesuksesan organisasi, budaya kerja yang baik juga
seharusnya bisa membawa dampak positif bagi anggota di dalamnya. Berikut merupakan beberapa ciri
perusahaan dengan budaya kerja yang baik.

Lingkungan Kerja Produktif


Karyawan merasa senang dan menikmati suasana saat bekerja? Bisa jadi ini merupakan tanda bahwa
mereka nyaman dengan suasana kantor yang kondusif. Adanya kecemasan dan intimidasi justru malah
menandakan sebaliknya, bahwa karyawan takut dan merasa tidak nyaman berada di lingkungan kantor.

Komunikasi yang Terbuka dan Jujur


Sudah bukan rahasia lagi bahwa politik kantor biasanya menyebabkan suasana dan budaya kerja menjadi
sangat tidak kondusif. Jika karyawan bisa menciptakan komunikasi yang jujur, terbuka terhadap
feedback, serta bahu membahu untuk menyelesaikan suatu masalah, maka selamat! Karena itu
menandakan budaya kerja yang positif di suatu organisasi.

Suasana yang Seru


Tidak ada salahnya untuk sesekali tertawa bersama dan menikmati candaan di tengah-tengah penatnya
bekerja. Dengan begini, karyawan bisa merasa rileks dan lebih tidak stress dibandingkan mereka yang
hanya serius bekerja selama seharian penuh.

Ada Penghargaan dan Motivasi


Setiap individu di dalam organisasi sudah bekerja keras untuk mencapai target. Tidak ada salahnya untuk
memberikan penghargaan dan motivasi berupa bonus, promosi, sertifikat, atau hadiah lainnya kepada
karyawan yang sudah berjasa bagi perusahaan. Dengan begini, karyawan tentunya juga akan merasa
dihargai.
Kerjasama yang Baik
Bukannya tidak mungkin apabila ada anggota tim yang menggunakan cara kotor untuk mendapatkan
kesuksesannya sendiri. Budaya kerja yang baik diharapkan bisa mengurangi karyawan seperti ini, dan
malah mendorong mereka untuk membangun tim dengan kerjasama yang baik. Berkompetisi boleh, tapi
bukan berarti harus dilakukan secara negatif, kan? Ingat, masih ada kompetisi yang sehat tanpa disertai
pengkhianatan dan agenda balas dendam dengan rekan kerja sendiri.

Empat Jenis Budaya Kerja

Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) mengklasifikasikan empat jenis budaya kerja
berdasarkan parameter spesifik. Dibagi berdasarkan tujuan dan fokus perusahaan, yaitu Clan Culture,
Adhocracy Culture, Market Culture, dan Hierarchy Culture.

Budaya Kerja Clan Culture


Budaya kerja yang pertama yaitu clan culture. Bagaikan kelompok atau klan yang hidup bersama, budaya
satu ini menekankan aspek kolaborasi di mana anggotanya menganggap diri mereka sebagai satu keluarga
besar yang saling terlibat satu sama lain. Organisasi yang mengadopsi budaya ini diikat oleh komitmen
dan tradisi, dengan nilai utama berupa teamwork, komunikasi, dan kesepakatan. Kepemimpinan yang ada
pada clan culture berbentuk mentorship.

Salah satu perusahaan yang diketahui mengadopsi clan culture yaitu Tom’s of Maine, perusahaan yang
memproduksi berbagai produk perawatan tubuh natural. Sang founder, Tom Chappell, berfokus untuk
membangun hubungan yang baik dengan karyawan, konsumen, pemasok, hingga lingkungan.

Budaya Kerja Adhocracy Culture


Budaya ini didasarkan oleh energi dan kreativitas. Setiap karyawan diharapkan berani mengambil risiko,
dengan sosok pemimpin yang dipandang sebagai inovator. Nilai utama yang dianut biasanya didasari oleh
perubahan yang ada, dan salah satu hal yang menyatukan perusahaan yaitu eksperimen yang diikuti
dengan kebebasan individu.

Facebook merupakan salah satu perusahaan yang menganut budaya adhocracy. Mark Zuckerberg sebagai
CEO terkenal dengan nasihatnya yang berbunyi “Move fast and break things – unless you are breaking
stuff, you are not moving fast enough.” (Bergerak cepat dan hancurkan hal lain – kamu belum bergerak
cepat sampai kamu merusak berbagai hal).

Budaya Kerja Market Culture


Di antara 4 budaya kerja yang ada bisa dibilang budaya ini yang paling agresif. Kebalikan
dari clan culture, market culture justru dianggap sebagai budaya kerja yang bisa menghambat proses
pembelajaran. Budaya kerja satu ini tidak hanya menekankan aspek kompetitif dengan pesaing di industri,
tetapi juga antar karyawan dalam organisasi. Karyawan akan dituntut untuk memenuhi tujuan yang sulit
dan performa mereka akan menentukan hasil yang didapat, apakah itu bonus ataupun hukuman.

Penekanan pada performa ini sebenarnya diharapkan bisa menjadi motivasi bagi karyawan untuk
berprestasi. Namun, banyak kritik justru berpendapat bahwa hal ini bisa menimbulkan budaya yang tidak
sehat, seperti ketidakjujuran dan mengurangi produktivitas.

Budaya Kerja Hierarchical Culture


Struktur perusahaan menjadi salah satu faktor penentu di budaya hierarchical. Praktik bisnis pada budaya
ini ditentukan oleh struktur, aturan, dan kontrol atasan. Proses yang terkontrol serta pengawasan yang
cukup dianggap penting bagi produktivitas dan kesuksesan karyawan. Perusahaan disatukan oleh aturan
dan kebijakan formal untuk mencapai stabilitas.

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai budaya kerja, tentunya sekarang kamu tahu dong apakah
budaya kerja di lingkungan kantor kamu itu positif atau tidak? Nah, selain pengetahuan mengenai ini ada
satu hal lagi nih yang bisa mendukung budaya kerja positif kantor kamu. Apakah itu? Adalah aplikasi
HRIS (Human Resources Information System) yaitu software pembantu kinerja HRD di bidang
penggajian, manajemen pengeluaran dan absensi.

Anda mungkin juga menyukai