Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut hukum yang berlaku, bayi yang baru lahir merupakan individu yang belum dewasa
sampai mencapai usia kematangan yang legal yang di Amerika saat ini mencapai usia 18 bulan. Menurut
istilah medis bayi adalah seorang anak yang mudah usianya tetapi tidak ditetapkan batasan usia berapa
individu tidak lagi tergolong bayi dan menjadi seorang anak.
Banyak ahli psikologis yang menggunakan kata bayi seperti yang digunakan sebagai anggota
propesi medis dan seperti halnya mereka, tidak berhasil menetapkan batas usia untuk masa bayi.
Akibatnya, status periode ini dalam rentang kehidupan menjadi kabur.
Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi setiap anggota
keluarga. Orang asing telah masuk dalam kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba
keseimbangan keluarga berubah setiap anggota keluarga memangku peran baru dan memulai hubungan
yang baru. Selain seorang bayi yang baru saja dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah, kakek, nenek pun
lahir. Istri sekarang harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup dan juga sebagai ayah dan
sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak sebelumnya, pengaruh kehadiran seorang bayi
sangat berarti bagi saudaranya sama seperti pasangan yang menikah. (Williams dan Leanman, 1973)
Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orang tua menggambarkan tujuan yang teramat
penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya sebagai perubahan hidup yang
sangat sulit. Penyesuaian diri tehadap perkawinan biasanya tidak sesulit penyesuaian terhadap menjadi
orang tua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan,
kedatangan bayi membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting yang menambah
kesukaran dalam menerima peran orang tua adalah bahwa kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan
untuk menjadi orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya dan tidak realistis yang meromantiskan
pengasuhan anak di dalam masyarakat kami (Fulcomer,1977). Menjadi orang tua merupakan satu-
satunya peran utama yang sedikit dipersiapkan dan kesulitan dalam transisi peran mempengaruhi
hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan bayi secara merugikan. Semakin meningkatnya biaya
perawatan dan memiliki anak merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap awal siklus kehidupan
pengasuhan anak (Bradt,1988; Miller dan Myers-Walls,1983).
B. Tujuan
Ø Tujuan Umun :
Dengan adanya pengkajian yang dilakukan akan didapatkan data yang dapat menunjang timbulnya
masalah dalam keluarga dengan tahap perkembangan anak baru lahir. Serta dengan adanya asuhan
keperawatan yang akan diberikan akan dapat membantu dan mengurangi masalah-masalah yang timbul
pada keluarga tersebut.
Ø Tujuan Khusus :
· Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat pada anggota keluarga yang sakit,
mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan keluarga yang membutuhkan bantuan sesuai dengan
kemampuan keluarga.
· Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial) sehingga dapat
meningkatkan kesehatan keluarga
· Memanfaatkan sumber daya yang ada dalam masyarakat (misal, puskesmas, posyandu, atau sarana
kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
BAB II
TINJAUAN TEORI
· Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan
kegiatan
1. Perkembangan fisik
Rata-rata berat badan lahir 3400 g, panjang 50 cm.Sampai 10% berat lahir hilang dalam beberapa hari
pertama, utamanya karena kehilangan cairan melalui pernapasan, uri, defekasi, dan penurunan
pemasukan. Berat lahir akan naik kembali pada minggu kedua kehidupan, dan terjadi peningkatan secara
bertahap dalam berat badan, tinggi badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Pada bulan pertama, berat
badan rata-rata meningkat 120-240 g per minggu, tinggi badan 0,6-2,5 cm, dan 2 cm dalam lingkar
kepala.
Denyut jantung neonatus secara bertahap menurun dari denyut jantung janin 130 sampai 160 kali per
menit turun menjadi 120 sampai 140 kali per menit. Rata-rata tekanan darah 74/46 mmHg. Rata-rata
waktu pernapasan adalah 30 sampai 50 kali per menit. Karena neonatus bernapas melalui hidung,
penting untuk menjaga saluran hidung bersih. Temperatur aksila berada dalam rentang antara 36oC
sampai 37,5o C dan secara umum menjadi stabil dalam 24 jam setelah lahir.
Karakteristik fisik yang normal termasuk tetap adanya lanugopada kulit di bagian belakang ; sianosis
pada tangan dan kaki, khususnya selama aktivitas ; dan abdomen yang lebih lembut dan menonjol.
Fungsi neorologis dikaji dengan mengobservasi tingkat aktivitas neonatus, kewaspadaan, iritabilitas, dan
respon terhadap stimulus dan kehadiran serta kekuatan dari refleks. Refleks normal termasuk berkedip
dalam berespon terhadap cahaya yang terang dan gerakan terkejut dalam respon terhadap suara ribut
yang tiba-tiba dan keras.
Karakteristik perilaku bayi baru lahir yang normal meliputi periode mengisap, menangis, tidur, dan
beraktivitas.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif yang awal mulai dengan perilaku bawaan, refleks, dan fungsi sensori. Bayi baru
lahir memulai aktivitas refleks, menyesuaikan benda-benda yang baru ke dalam perilaku, dan
mengakomodasikan perilaku ini untuk mencapai keinginan mereka. Fungsi sensori membantu
perkembangan kognitif pada bayi baru lahir. Pada saat baru lahir, anak-anak dapat berfokus pada benda
berjarak kira-kira 8 sampai 10 inci dari wajah mereka dan dapat melihat benda. Sistem auditorius dan
vestibular berfungsi dari saat lahir. Kemampuan sensori ini memberikan neonatus untuk mengeluarkan
stimulus lebih daripada hanya menerima stimulus. Orang tua harus diajarkan pentingnya memberikan
stimulus sensori, misalnya berbicara dengan bayi mereka dan memegang mereka untuk melihat wajah
mereka. Hal ini memungkinkan bayi untuk mencari atau mengambil stimulus, dengan demikian
memperbesar pembelajaran dan peningkatan perkembangan kognitif.
Untuk neonatus menangis adalah komunikasi. Mereka menangis untuk suatu alasan, walaupun pada
saatnya alasan ini sulit untuk ditentukan. Dengan bantuan perawat, orang tua belajar untuk mengenali
arti tangisan bayi dan mengambil tindakan yang sesuai jika dibutuhkan.
3. Perkembangan Psikososial
Selama bulan pertama kehidupan, orang tua dan bayi baru lahir normalnya membangun hubungan yang
kuat yang tumbuh ke dalam kedekatan yang dalam. Interaksi selama perawatan rutin memperbesar atau
memperkecil proses kedekatan. Tindakan menyusui, kebersihan, dan memberikan rasa nyaman sebanyak
mungkin ketika bayi terjaga. Pengalaman interaksi ini memberi dasar untuk terjadi bentuk kedekatan
yang dalam. Neonatus merupakan partisipan yang aktif dalam proses ini.
Jika orang tua atau anak-anak mengalami komplikasi kesehatan setelah lahir, hubungan dapat terganggu.
Isyarat perilaku bayi mungkin lemah atau tidak ada. Perawatan dan pengasuh secara bersama kurang
memuaskan. Rasa lelah, orang tua yang sakit memiliki kesulitan untuk mengartikan dan merespons bayi
mereka.
Melihat tidak adanya koordinasi yang merupakan ciri dari aktifitas bayi neonatal, tidaklah masuk akal
untuk mengharapkan emosi yang khusus, yang jelas, pada saat bayi dilahirkan. Reaksi emosional hanya
dapat diuraikan sebagai keadaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Yang pertama ditandai
oleh tubuh yang tenang dan yang kedua ditandai oleh tubuh yang tegang.
Ciri yang menonjol dari keadaan emosi adalah tidak adanya tingkatan reaksi yang menunjukkan tingkat
intensitas yang berbeda. Apapun rangsangannya, yang dihasilkan adalah emosi yang kuat (intens) dan
tiba-tiba.
5. Kemampuan Belajar
Perkembangan otak dan saraf yang memungkinkan proses belajar belum terdapat pada bayi neonatal
terutama pada hari-hari pertama kehidupan pascanatal. Bayi neonatal sering tidak mampu melakukan
bentuk belajar yang sangat sedehana atau belajar melalui asosiasi. Kecuali situasi makan, reaksi yang
berupa kebiasaan sulit diperoleh. Kalau reaksi ini tampak biasanya tidak stabil dan kurang bernilai.
6. Bermain
· Sensomotorik : ini adalah bentuk permainan yang paling awal dan terdiri dari tendangan, gerakan-
gerakan mengangkat tubuh, bergoyang-goyang, menggerak-gerakkan jari jemari tangan dan kaki,
memanjat, berceloteh dan mengelinding.
· Menjelajah : dengan berkembangnya koordinasi lengan dan tangan, bayi mulai mengamati tubuhnya
dengan menarik rambut, menghisap jari tangan dan kaki, memasukkan jari-jari ke dalam pusar, dan
memainkan alat kelamin. Mereka mengocok, membuang, membanting, menghisap dan menarik-narik
mainan dan menjelajah dengan cara menarik, membanting dan merobek benda-benda yang dapat
diraihnya.
· Meniru : dlam tahun kedua, bayi mencoba meniru kelakuan orang-orang di sekitar mereka, seperti
membaca majalah, menyapu lantai atau menulis dengan pensil atau krayon.
· Berpura-pura : selama tahun kedua, kebanyakan bayi memberikan sifat kepada mainannya seperti
sifat-sifat yang sesungguhnya. Boneka-boneka hewan diberi sifat hewan sungguhan sama halnya boneka
atau mobil-mobilan dianggap seperti orang atau mobil.
· Permainan : sebelum berusia satu tahun bayi memainkan permainan-permainan tradisional seperti
”Cilukba”, ”Petak umpet (sembunyi-sembunyian)” dsb. Biasanya dilakuakan bersama orang tua, nenek,
atau kakak-kakak.
· Hiburan : bayi senang dinyanyikan, diceritai, dan dibacakan dongeng-dongeng. Kebanyakan bayi
menyenangi siaran radio dan televisi dan melihat gambar-gambar.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak baru lahir meliputi bahaya fisik, bahaya fisiologis, dan
bahaya psikologis.
1. Bahaya Fisik
· Kematian
Selama tahun pertama, kematian biasanya disebabkan oleh penyakit yang parah sedangkan dalam tahun
kedua kematian lebih banyak disebabkan oleh kecelakaan. Sepanjang masa bayi, lebih banyak anak laki-
laki yang mati dari pada anak perempuan.
· Penyakit
Meskipun benar bahwa banyak kematian dalam bulan-bulan pertama disebabkan karena penyakit
gastrointestinal atau komplikasi pernapasan, tetapi jumlah kematian yang dulu disebabkan karena
penyakit parah sekarang jauh berkurang karena sekarang bayi diberi suntikan dan vaksinasi untuk
memperkebal tubuh terhadap penyakit yang dulu merupakan penyakit yang fatal.
Tetapi penyakit ringan seperti selesma dan gangguan pencernaan umum terjadi. Diagnosa yang tetap
dan perawatan medis yang baik dapat mencegah akibat yang buruk. Tetapi kalau diabaikan, seperti yang
terjadi dalam selesma, gangguan-gangguan yang lebih parah berkembang cepat, terutama radang
telinga.
Penyakit yang lama dapat mengganggu pola pertumbuhan normal. Tidak semua bayi setelah sembuh
dapat mengejar perkembangan pertumbuhannya.
Seberapa jauh pola pertumbuhan dipengaruhi oleh penyakit yang lama diderita sampai sekarang belum
dapat ditentukan.
· Kecelakaan
Pada tahun pertama kecelakaan tidak banyak terjadi karena bayi sangat terlindung dalam tempat tidur
atau kereta tidurnya. Namun dalam tahun kedua pada saat bayi dapat bergerak lebih bebas dan tidak
sangat dilindungi, kecelakaan lebih sering terjadi. Kecelakaan seperti luka memar dan luka garuk
merupakan kecelakaan ringan dan tidak meninggalkan akibat yang permanen. Jenis lain seperti pukulan
di kepala atau sobekan-sobekan merupakan kecelakaan yang cukup parah dan dapat meninggalkan
bekas luka atau bahkan mengakibatkan akibat yang fatal. Tetapi kecelakaan ringan sekalipun dapat
meninggalkan luka psikologis. Bayi sering menakuti situasi yang sama dengan situasi yang menimbulkan
kecelakaan atau ia mengembangkan sikaf takut sebagai akibat seringnya mengalami kecelakaan.
· Kurang Gizi
Kekurangan gizi yang dapat disebabkan karena kurang makan atau diet yang tidak seimbang, tidak saja
dapat merusak pertumbuhan fisik tetapi juga merusak perkembangan mental. Hal ini dapat
menyebabkan rintangan dalam pertumbuhan dan mengakibatkan cacat fisik seperti gigi busuk, kaki
bengkak dan kecenderungan menderita banyak penyakit.
Karena otak tumbuh dan berkembang sangat cepat dalam masa bayi maka dapat sangat dipengaruhi
oleh kurangnya gizi. Dua tahun pertama disebut periode kritisdalam pertumbuhan otak karena adanya
peningkatan yang mencolok dalam perkembangan sel-sel otak pada masa ini, oleh karena itu merupakan
periode dimana otak sangat rentan terhadap kerusakan. Kalau pada saat ini bayi menderita kekurangan
gizi tidak dapat dijamin bahwa perkembangan selanjutnya akan berjalan normal.
Kalau pertumbuhan dan perkembangan otak terganggu anak tidak dapat mencapai potensi-potensi
intelektualnya, sekalipun sudah menjadi lebih besar anak tidak dapat melakukan tugas-tugas intelektual
yang seharusnya dapat dilakukan seandainya perkembangan yang normal tidak terganggu oleh rusaknya
perkembangan otak karena kekurangan gizi.
2. Bahaya Fisiologis
· Kebiasaan Makan
Bayi yang menetek terlampau lama menunjukkan tanda-tanda tegang. Mereka lebih lama terlibat dalam
kegiatan menghisap lainnya (seperti menghisap ibu jari), lebih banyak mengalami kesulitan tidur dan
lebih gelisah dari pada bayi yang periode meneteknya lebih singkat. Kalau terlambat disapih bayi
cenderung menolak jenis makanan yang baru dan cenderung menghisap ibu jari sebagai pengganti
puting susu ibu. Bayi juga akan menolak makanan yang agak padat kalau makanan agak keras terlampau
cepat diperkenalkan, bukan karena rasanya melainkan karena kekerasannya.
· Kebiasaan Tidur
Menangis, permainan yang berat dengan orang dewasa, atau kegaduhan dapat membuat anak menjadi
tegang dan sulit tidur. Jadwal tidur yang tidak memenuhi persyaratan membuat bayi tegang dan menolak
tidur.
· Kebiasaan Pembuangan
Kebiasaan ini tidak dapat dibentuk sebelum saraf dan otot-otot berkembang dengan baik. Mencoba
melatih pembuangan terlampau awal membuat bayi tidak mau berkerja sama dalam membentuk
kebiasaan ini kalau ia sudah matang nantinya. Sebaliknya, penundaan melatih pembuangan
mengakibatkan kebiasaan yang tidak teratur dan kurangnya motivasi. Mengompol merupakan hal yang
umum bila latihan bila tidak dilakukan sesuai dengan kesiapan perkembangan bayi.
3. Bahaya Psikologis
Kalau perkembangan motorik terlambat, bayi akan sangat dirugikan pada saat mulai bermain dengan
teman-teman sebaya. Semakin banyak kelambatan dalam pengendalian motorik, akan semakin lambat ia
memperoleh keterampilan yang dimiliki anak-anak lain. Lagi pula, karena keinginan mandiri sudah mulai
berkembang pada awal tahun kedua, maka bayi yang perkembangan motoriknya terlambat akan merasa
kecewa kalau gagal dalam usahanya melakukan sesuatu secara sendirian. Yang juga sangat mengganggu
dalam penyesuaian diri anak adalah tekanan dari orang tua untuk mencapai pengendalian motorik dan
untuk belajar keterampilan motorik sebelum ia cukup matang untuk melakukannya. Di bawah kondisi ini
bayi sering mengembangkan sikap menolak dan negativistik yang akan melemahkan motivasinya dan
menyebabkan tertunda mempelajari tugas-tugas yang seharusnya sudah dapat kuasai.
Kelambatan dalam berbicara, seperti halnya kelambtan dalam pengendalian motorik, menjadi serius
dalam masa bayi karena pada masa ini diletakkan dasar-dasar untuk alat komunikasi yang nanti
diperlukan kalau cakrawala sosial meluas. Dalam masa awal kanak-kanak, ketika minat terhadap orang-
orang di luar rumah mulai timbul, anak yang mengalami kelambatan berbicara akan merasa dikucilkan.
Kelambatan berbicara disebabkan karena beberapa hal, yang paling sering adalah intelegensi yang
rendah, kurangnya perangsangan (terutama dalam tahun pertama) dan kelahiran kembar. Kalau orang
tua atau pengasuh tidak merangsang anak untuk berceloteh atau mencoba mulai bicara, maka
kebanyakan bayi akan kehilangan minat untuk mencoba bicara. Kelambatan bicara pada bayi kembar
banyak dapat disebabkan karena kelambatan perkembangan yang merupakan ciri dari bayi tersebut atau
karena bayi biasanya belajar saling berkomunikasi dengan bentuk prabicara.
- Tekanan
· Bahaya Sosial
Bahaya sosial yang utama adalah kurangnya kesempatan dan motivasi untuk belajar menjadi sosial.
Ini mendorong lambatnya sifat-sifat egosentris berlangsung, yang merupakan ciri dari setiap bayi, dan
mengakibatkan perkembangan sikaf introvert. Kurangnya kesempatan untuk kontak sosial dalam setiap
usia akan mengganggu, terutama dari usia 6 minggu sampai 6 bulan yang merupakan saat keritis dalam
pengembangan sikap yang mempengaruhi pola sosialisasi. Meskipun sikap sosial dapat dan memang
berubah, banyak individu yang membentuk sikap sosial yang kurang baik pada saat bayi akan terus
bersikap kurang sosial kalau besar nanti.
· Bahaya Bermain
Bermain pada masa bayi merupakan bahaya potensial, baik secara fisik maupun psikologis. Banyak
mainan dapat menimbulkan goresan, memar atau menyebabkan bayi tercekik karena ada bagian yang
lepas. Bahaya psikologis yang utama adalah bahwa bayi sangat bergantung pada mainan untuk
memperoleh hiburan dan tidak belajar bermain yang melibatkan interaksi dengan orang-orang lain.
Televisi, yang digunakan pengganti pengasuh, tidak mendorong anak untuk memainkan peran aktif
dalam bermain.
Meskipun pengertian merupakan tahap perkembangan yang masih sangat sederhana namun dapat
merupakan bahaya psikologis yang bahaya. Dalam perkembangan konsep, relatif mudah untuk
memperbaiki konsep yang salah tentang orang, benda atau situasi dengan konsep yang benar. Tetapi,
semua konsep mempunyai bobot emosi, dan disinilah letak bahayanya. Kalau, misalnya, bayi belajar
mengasosiasikan kembang gula dengan perilaku yang baik dan menganggap sayur-sayuran sebagai
bentuk hukuman, bobot emosi dari konsep ini akan mengakibatkan suka atau tidak terhadap jenis
makanan.
· Bahaya Moralitas
Bahaya psikologis yang serius untuk perkembangan moral di masa depan terjadi bila bayi mendapatkan
bahwa ia lebih banyak memperoleh perhatian kalau ia melakukan sesuatu yang mengganggu atau
melawan orang lain daripada kalau melakukan tindakan yang lebih diterima.
- Terlampau melindungi
- Penganiayaan anak
PERANAN PERAWAT
Ada beberapa peran perawat yang bisa dilakukan pada keluarga dengan tahap perkembangan anak baru
lahir :
Memberikan bantuan kepada Ny.A bagaimana cara perawatan bayi termasuk imunisasi.
Memberi pengetahuan kepada Ny.A tentang Perawatan payudara yang baik untuk memperlancar
produksi ASI.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Dalam tahap pengkajian, data yang perlu diperoleh oleh perawat, yaitu data yang berhubungan dengan
keluarga dan anak.
Identitas
Ø Pekerjaan : Tani
Ø Pendidikan : SMA
Ø Komposisi Keluarga :
Hubungan
No. Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan
Keluarga
Ø Agama : Islam.
Ø Status Sosial Ekonomi : Pencari nafkah adalah Bpk. F dan Ny. A hanya sebagai ibu rumah tangga
yang bertugas untuk mengurus rumah dan mengasuh anak mereka yang baru lahir.
Ø Aktivitas Keluarga : Keluarga tidak pernah melakukan aktivitas lain selain bekerja.
Keluarga Bpk. F termasuk Ny. A dan An.W tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius.
Lingkungan
Ø Karakteristik Rumah
Rumah Bpk. F terdiri dari satu kamar mandi, dua kamar tidur, dan satu dapur serta satu ruang tamu.
Lantai rumah cukup bersih terbuat dari semen dan dinding terbuat dari papan serta batu bata. Atap
rumah terbuat dari seng dan belum mempunyai plapon sehingga terasa panas. Halaman rumah tampak
bersih. sumber air berasal dari sumur.
Keluarga Bpk. F baru satu setengah tahun tinggal di sp. Timbangan Indralaya, sebelum menikah
mereka tinggal di rumah orang tua masing-masing.
Keluarga Bpk.F tidak aktif mengikuti kegiatan dalam masyarakat karena Bpk.F mempunyai kesibukan
yang banyak menyita waktunya dan perasaan lelah setelah pulang bekerja.
Struktur Keluarga
Ø Struktur Peran
Bpk. F adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai petani yang bekerja dari pagi sampai siang bahkan
bisa sampai sore. Ny. A adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang bertugas mengurus rumah dan
mengasuh anak mereka. Dalam menjalankan peran masing-masing anggota keluarga tidak ada masalah.
Keluaraga Bpk.F menerapkan aturan sesuai dengan ajaran agama islam karena keluarga ini
mengajarkan kepada anggota keluarga untuk membaca doa sebelum makan dan harus mencuci tangan
sebelum makan serta menjaga kebersihan anak bayi mereka.
Pola komunikasi yang digunakan dalam keluarga Bpk.F adalah komunikasi terbuka setiap anggota
keluarga bila ada masalah maka Bpk. F dan Ny.A akan berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Pemegang keputusan pada keluarga Bpk.F adalah Bpk.F. Namun, tetap saja berkomunikasi atau
meminta pendapat dengan Ny.A
Fungsi Keluarga
Ø Fungsi Ekonomi
Bpk.F bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keluarga Bpk.F juga memiliki tabungan untuk
keperluan anak sekolah dan keperluan mendadak.
Keluarga Bpk.F adalah keluarga biasa yang tidak mempunyai peran dalam kegiatan dan struktur
organisasi yang ada dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan mereka adalah keluarga baru dan juga
disebabkan oleh kesibukan pekerjaan dan mengasuh anak.
Ø Fungsi Pendidikan
Ø Fungsi Sosialisasi
Setiap anggota keluarga memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anggota keluarga yang
lain. Tanggung jawab mengurus anak merupakan tanggung jawab bersama terutama oleh Bpk.F dan
Ny.A. ketika malam hari Bpk.F suka mengajak an.W bermain dan mengobrol. Akan tetapi, Bpk.F dan Ny.A
jarang bahkan mungkin tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan.
Ny.A mengatakan apabila Ny.A, Bpk.F, bayi mereka sakit mereka selalu membawa ke puskesmas
atau ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.
Ø Fungsi Religius
Keluarga Bpk.F menjalankan sholat tetapi tidak 5 waktu. Keluarga Bpk.F tidak aktif mengikuti
kegiatan pengajian yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
Ø Fungsi Rekreasi
Keluarga Bpk.F tidak ada jadwal atau rencana khusus untuk berekreasi karena keterbatasan
masalah ekonomi dan waktu, keluarga Bpk.F juga tidak terlalu senang untuk keluar rumah, mereka lebih
senang tinggal diam di rumah.
Ø Fungsi Reproduksi
Keluarga Bpk.F mempunyai 1 orang anak kandung yang masih berusia 1 bulan. Keluarga ini tidak
mempunyai masalah pada fungsi refroduksi.
Ø Fungsi Afeksi
Semua anggota keluarga Bpk.F saling menyayangi satu sama lain, jika ada yang sakit atau
mengalami kesusahan maka anggota keluarga akan saling membantu.
Keluarga Bpk.F berharap An.W dapat tumbuh sehat seperti anak lain yang seusia dengan An.W
tersebut dan mereka berharap juga agar anggota keluarga yang lain dapat sehat.
Keluarga Bpk.F berharap agar An.W nantinya dapat menjadi anak yang sehat serta dapat memenuhi
dan melakukan kebutuhan untuk dirinya sendiri tanpa melibatkan oarang lain.
Jika ada masalah keluarga maka Bpk.F dan Ny.A selalu membahas masalah tersebut secara bersama-
sama.
Bpk.F mengatakan jika ada masalah Beliau selalu membahas bersama istrinya Ny.A sehingga masukan
dari Ny.A tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah.
Dari pengkajian tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah secara maladaftif.
1. Identitas Anak
Ø Nama : An.W
Ø Usia : 3 Bulan
Ø Panjang Badan : 65 cm
DIAGNOSA KEPERAWTAN YANG MUNGKIN TIMBUL
1. Kecemasan keluarga Bpk.F berhubungan dengan Perubahan peran menjadi orang tua pada Bpk.F
dan Ny.A
2. Ketidakefektifan menyusui pada Ny.A berhubungan dengan kurangnya produksi ASI pada Ny.A
3. Gangguan pola tidur pada keluarga Bpk.A berhubungan dengan kehadiran anggota keluarga baru
sehingga sering terbangun pada malam hari.
Ø Gangguan pola tidur Ø Keluarga Bpk. F dapatØ Anjurkan Ibu untuk istirahat
pada keluarga Bpk.A mengatur jadwal aktivitasng cukup.
berhubungan dengan dalam mengurus an.W
Ø Jelaskan pada keluarga
kehadiran anggota keluarga
baru sehingga sering penyebab gangguan tidur dan
terbangun pada malam hari kemungkinan cara untuk
mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan praktik Edisi 4 /
Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi
Yulianti, Monica Ester. Jakarta : EGC.
Suprajidno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga (Aplikasi dalam Praktik). Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil
NOC. Jakarta : EGC
0 KOMENTAR:
Posting Komentar
▼ 2014 (24)
► Agustus (7)
▼ April (17)
-01- Proses
ABOUT ME
DEVI ASRIANTI
Anak Kedua dari Syarif Hasan dan Asriah... Istri dari Oppa Riyan ... Saudara kandung dari Kak eka, Aan,
Ixcal, dan Rani...
PROFIL
Devi Asrianti
PENGUNJUNG