Anda di halaman 1dari 8

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM

PERSPEKTIF ISLAM

Dina Auliyatus Sakinah


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
Jalan Gajayana 50 Malang 65145
Email: dina.aulia2515@gmail.com, 085754916836

Abstrak : Ilmu dan pengetahuan sudah ada sejak pertama kali manusia
diciptakan. Untuk menyetarai ilmu itu munculah teknologi sebagai hasil dari
ilmu pengetahuan tersebut hingga keduanya menjadi suatu kesatuan yang
disebut iptek. Dengan Iptek, manusia mampu dengan mudah mengelola
dunia sesuai dengan kedudukan manusia sebagai khalifah. Berkembang
tidaknya iptek sangat bergantung pada keaktifan manusia dalam mengkaji
fenomena alam, mengkaji ayat-ayat kawniyah, dan disertai dengan ayat-ayat
qouliyyah. Dalam Al-Qur’an pun sudah banyak dijelaskan tentang
perkembangan iptek. Hingga, selama beberapa abad iptek banyak dikuasai
oleh ilmuwan muslim. Namun Saat ini, telah banyak iptek yang berkembang
tanpa adanya pertimbangan moral, pertimbangan agama, pertimbangan etika,
itu semua adalah bukti kuatnya ilmuwan non-muslim. Yang mana apabila
dibiarkan tidak sekedar menenggelamkan nilai-nilai agama, tetapi juga terjadi
kerusakan peradaban dunia, yang akan mengancam kehidupan dunia. Untuk
membangkitkan kembali iptek yang berlandaskan lslam maka, harus
memenuhi persyratan yang sesuai dengan islam.

Kata Kunci : ilmu pengetahuan, teknologi, islam.

PENDAHULUAN
Berdasarkan sudut pandang filsafat, ilmu dan pengetahuan memiliki arti
yang berbeda. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dimiliki manusia melalui
panca indra. dengan berpikir manusia menemukan pengetahuan. Terdapat empat
jenis pengetahuan manusia yaitu: 1) pikiran manusia, hal ini melahirkan paham
rasionalisme yang berpendapat bahwa satu-satumya sumber pengetahuan adalah
rationya (akalnya), 2) pengalaman manusia, hal ini melahirkan paham empiris,
yang dikenal dengan teorinya ‘tabula rasa’ yang maksudnya manusia seperti
kertas putih maka pengalamanlah yang akan memberikan warna kepadanya, 3)
intuisi manusia, pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran, 4)
wahyu Allah, pengetahuan yang disampaikan oleh Allah melalui para nabi utusan-
Nya.
Sedangkan ilmu merupakan buah pikiran manusia. Sebuah pengetahuan
yang telah disusun sehingga menghasilkan kebenaran yang subjektif dan dapat
diuji kebenarannya. Ilmu berasal dari bahasa arab yaitu mashdar dari kata alima-
ya’lamu-ílmun yang artinya mengetahui. Dalam bahasa inggris science yang
merupakan proses mental ata proses psikologis yang diketahui. Dalam Alquran
ilmu digunakan sebagai proses pencapaian pengetahuan sehingga memperoleh
suatu kejelasan.
Teknologi merupakan produk atau hasil dari ilmu pengetahuan. Perbedaan
dari teknologi dan pengetahuan terletak pada sudut pandang budayanya, karena
teknologi merupakan saah satu unsur budaya dan hasil dari penerapan praktis
dalam ilmu pengetahuan. Sebuah teknologi dapat berdampak negatif pada
kehidupan manusia dan lingkungan jika yang menggunakannya kurang
kondisional. Sedangkan, dampak positifnya berupa kemajuan dan kesejahteraan
bagi manusia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah pasangan yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan modern. Pasangan ini dihasilkan untuk mengetahui
mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan melaksanakan
tanggungjawab manusia sebagai khalifah. Tuntutan untuk hidup modern menjadi
kebutuhan masyarakat untuk mensejahterakan hidupnya. Karna itu, pemanfaatan
iptek merupakan syarat untuk memenuhi kebutuhan hidup modern yang sudah
memasuki kehidupan manusia ini. Akan tetapi, perkembangan iptek yang sudah
menyebar dimasyarakat ini banyak melanggar norma-norma sehingga merubah
kebudayaan, norma-norma yang ada di masyarakat, seperti norma agama, etika,
dan lain-lain.
Dalam pandangan islam, ilmu pengtahuan dan teknologi sudah dijelaskan
dalam Al-Qur’an. Namun, al-Qurán tidak dapat memberikan hasilnya, hanya saja
menjelaskan beberapa kuncinya dan selanjutnya manusialah yang bertugas untuk
mengolah pengetahuan tersebut agar dapat membuahkan hasil yang dapat
bermanfaat bagi kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia.

Dalam artikel ini dibahas (a) iptek dan peradaban manusia (b) masa
kejayaan iptek dikalangan muslim (c) mundurnya iptek di kalangan umat islam
(d) konsep ipteks dalam islam (e) persyaratan bangkitnya iptek di dunia islam (f)
fakta iptek dalam Al-Qur’an.

IPTEK DAN PERADABAN MANUSIA


Pada saat awal Allah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga adalah
akibat dari kesalahan yang mereka perbuat. Namun, kesalahan itu sama sekali
tidak membawa dosa, karena Allah telah mengampuni doa mereka setelah mereka
bertaubat atas pelaggaran yang mereka perbuat. Dengan pernyataan ini, bukan
berarti Adam dan Hawa tidak akan diturunkan kebumi apabila mereka tidak
berbuat kesalahan, dalam ayat lain Allah berfirman dalam surat (Al-Baqoroh: 30):
‘’Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘’sesungguhnya
hendak menjadikan khalifah di muka bumi’’.
Dari ayat diatas dapat dipahami, bahwa sebelum Adam dan Hawa berbuat
kesalahan, Allah sudah merencanakan manusia untuk menjadi penghuni bumi,
bukan penghuni syurga. Khalifah berarti wakil, pengganti, sebagai pengemban
tugas dan kewajiban.
Terkait dengan ayat tersebut, tugas manusia sebagai pengemban tugas dan
kewajiban, tuhan memerintahkan agar manusia mau membaca fenomena alam.
Sebagaimana firmannya: ‘’ Bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan;
Dialah yang menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah dan Tuhanmulah
yang maha pengasih; Yang mengajar dengan perantara baca-tulis; dan
mengajarkan manusia semuanya yang belum diketahuinya’’ (QS. Al-Alaq :1-5).
‫ق • اكقمركأ مو مربَب م‬
‫ك اكلمككمرمم • اللمذىِ معللمم مباِلقملممم • معللمم‬ ‫ق املكنمساِمن ممكن معلم م‬ ‫ك اللمذيِ مخلم م‬
‫ق • مخلم م‬ ‫اكقمركأ مباِكسمم مربب م‬
‫• املكنمساِمن مماِ لمكم يمكعلمكم‬

Kata iqra’ dapat bermakna bacalah, terlihat, kajilah dan amatilah. Secara
umum, manusia tidak hanya beriman kepada Allah saja, melainkan semuanya
disuruh membaca, baik membaca bacaan yang telah tertulis dalam kitab sucinya
sebagai ayat qouliyyah maupun fenomena alam yang disebut ayat qouniyyah.

MASA KEJAYAAN IPTEK DIKALANGAN MUSLIM


Islam pernah berjaya di bidang iptek sekitar abad VIII sampai abad XIII.
Setelah abad tersebut islam meluncur dikalangan muslim sampai sekarang. Pada
abad kejayaan islam dibidang iptek tersebut, islam diseagani oleh kawan maupun
lawan. Tradisi keilmuan islam yang dipelopori oleh al-Kindi (filsuf penggerak
dibidang pengetahuan) yang berprinsip bahwa islam itu dapat memperoleh ilmu
pengetahuan dari manapun sumbernya, asal tidak bertentangan dengan syariat
islam, benar-benar dipegang oleh umat muslim. Al-Kindi mengatakan:
“ Maka bagi kita tidak lah bukan tempatnya untuk malu mengakui kebenaran dan
mencernakannya, dari sumber manaoun ia datang kepada kita. Bagi mereka yang
menghargai kebenaran, tidak ada sesuatu yang lebih tinggi dari suatu kebenaran
melainkan kebenaran itu sendiri, dan ia tidak akan pernah meremehkan ataupun
merendahkan martbat mereka yang mencarinya’’.
Hal ini sejalan dengan hadist nabia yang menyuruh ummat islam untuk menuntut
ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Yang mana negara cina adalah negara yang
mayoritas Non-muslim.
Nabi Muhammad menyuruh muslim berlayar ke Cina adalah untuk
merebut teknologinya, bukan jiwa dari teknologi tersebut. Jadi tidak masalah kita
belajar ke negeri non-muslim di bidang iptek. Dengan prinsip tersebut, kaum
muslimin berlomba-lomba mencari ilmu pengetahuan ke berbagai penjuru dunia.
Sains yang berasal dari Yunani, Persia, India, dan Cina dikembangkan oleh islam
menjadi sains yang islami, sehingga membawa kejayaan peradaban islam pertama
sebelum jatuhnya Baghdad. Masa kejayaan ini dibuktikan dengan lahirnya tokoh-
tokoh ilmuwan muslim yang berhasil mengembangkan sains di masa
keemasannya.
Sekitar abad VIII dan IX muncul ilmuwan muslim sebagai berikut: jabbir
ibn Hayyan (Bapak pendiri kimia, dan laboratorium pertama), Al-Khwarizmi
(Matematikawan ulung pertama), Al-Kindi (Filosuf penggerak dan pengembangan
ilmu pengetahuan), Zakariyya ar-Razi (Dokter penenemu penyakit cacar dan
darah tinggi), dan lain sebagainya.
Sekitar abad X muncul ilmuwan muslim seperti: Abu Qasim az-Zahrawi
(ahli bedah muslim yang reputasinya melebihi Galen dan Socrates), Al-Faraby
(Komentator Aristoteles sejak kecil), Ibn Aamajur (Astronomi pencatat perjalanan
bulan), Ibnu Rusta (Astronom yang teorinya berdasarkan Al-Qurán), Al-
Khwarizmi (Penulis ensiklopedia pelbagai ilmu disiplin).
Sekitar abad XI muncul ilmuwan muslim, sebagai berikut: Ibnu Hindu
(Sang penyair yang dokter), Ibnu sina (Raja dokter, penemu macam-macam ilmu),
Ibnu Zuhur (Keluarga sarjana yang amat berprestasi), Ibnu Saffar (Penulis
sejumlah tabel astronomi), dan lain-lain.
Sekitar abad XII muncul ilmuwan muslim seperti: Ibnu Bajjah (Ahli
filsafat sekaligus ahli musik), Ibnu Rusyd (Pengarang ilmu kedokteran umum),
Ibnu Thufayl (Pengarang hayy ibn Yaqzan), Al-Idrisi (Ahli geografi termasyhur).
Sekitar abad XIII ilmuwan muslim seperti: Abi Mahasin (Dokter spesialis
mata ternma), Ibn Al-banna (Sarjana serba bisa), Ibnu Nafis (Ibnu Sina kedua).
Setelah abad-abad diatas ilmuwan muslim semakin langka dan terus
meluncur hingga hampir tidak muncul ilmuwan muslim di dunia. Pada abad ke
XIV terakhir muncul di Indonesia dibidang kedirgantaraan, yaitu Prof. Dr. B.J.
Habibie.

MUNDURNYA IPTEK DALAM ISLAM


Kemunduran iptek dalam kalangan muslim kemungkinan disebabkan oleh
tiga hal yaitu: pertama, generasi ilmuwan terdahulu kurang menyiapkan generasi
berikutnya untuk mengkondisikan suasana ilmiah bagi kehidupan ummat. Kedua,
generasi berikutnya lebih puas menikmati hasil dari ilmuwan terdahulu, tanpa
berusaha meciptakan temuan baru. Ketiga, para penguasa di negara islam kurang
mendukunng perkembangan iptek, sehingga suasana iptek dikalangan muslim
menjadi kering.
Sekarang ini perkembangan iptek di dunia islam sungguh memprihatinkan.
Hampir 94% ilmuwan dan teknologi yang terlibat dalam dalam penelitian dan
pengembangan berada di negara-negara maju. Hampir dari 97% investasi total
dalam penelitian dan pengembangan terdapat negara maju, sedangkan modal yang
ditanamkan di negara-negara islam hanya kira-kira satu persen. Negara industri
maju memakai 3% dari pendapatan GNP untuk penelitian ilmiah, sedangkan di
negara-negara muslim tak satupun memberikan komitmen untuk memberikan 1%
dari total GNP nya untuk perkembangan iptek.
Kurangnya perhatian terhadap iptek dari para pengambil keputusan dan
sebagai akibat tidak berfungsinya sarana dan fasilitas, menyebabkan peneliti
hijrah ke negrara yang maju. Ditambah lagi penempatan ilmuwan muslim di
negara muslim tidak sesuai dengan keahliannya, sehingga memperparah kondisi
pengembangan iptek di dunia islam.

KONSEP IPTEK DALAM ISLAM


Sudah menjadi hal yang umum bahwa agama yang identik dengan
kesakralan tidak sejalan bahkan bertentangan dengan iptek yang notabene selalu
berkembang pesat. Namun, pemikiran ini tidak berlaku lagi ketika agama-agama
tidak hanya dilihat dari ritualitas belaka namun melihat nilai-nilai spiritualitas
yang hakiki.
Allah SWT, menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus untuk
setiap ciptaan itu sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh allah dalam bentuk
cair, mendidih apabila dipanaskan 100 C pada tekanan udara normal, menjadi es
bila didinginkan sampai 0 C. Ciri-ciri itu sudah melekat pada air sejak
diciptakannya air tersebut, kemudian manusia memahami ciri-ciri tersebut.
Karakteristik yang melekat pada suatu ciptaan itulah yang dinamakan
‘’sunnatullah’’. Dari Al-Qur’an banyak sekali yang mememrintahkan manusia
untuk memperhatikan, mengkaji, dan meneliti ciptaan Allah.
Allah SWT, telah memberikan isyarat tentang ilmu, baik dalam bentuk
uraian, maupun dalam bentuk kejadian. Contohnya seperti kasus mukjizat para
rasul. Manusia yang berusaha meningkatkan daya keilmuwannya mampu
mengangkap dan mengembangkan potensi itu, sehingga teknologi ilahiyah yang
diluar batas kemampuan manusia dapat ditranformasikan menjadi teknologi yang
dapat diterima manusia.
Dari sini dapat diketahui bahwa dalam islam, ilmu pengetahuan dan
teknologi digunakan sebagai sarana untuk mengenal Allah dan melaksankan
perintah allah sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga sains tersebut harus
membawa kemaslahatan kepada ummat manusia pada umumnya dan umat muslim
pada khususnya.

FAKTA IPTEK DALAM AL-QUR’AN


Salah satu sifat dari Al-Qurán adalah penegasan berulang-ulang tentang
kemaha kuasaaan tuhan, dan merujuk pada keberagaman gejala alam. Aspek
terpenting dari pemikiran ini adalah bahwa alqur’an berisi informasi yentang
fatwa-fatwa ilmiah yang amat sesuai dengan penemuan manusia, diantaranya
adalah:
 Bahwa seluruh kehidupan berasal dari air
QS. Al-Anbiya’ [21]: 30

‫ض مكاِنممتاِ مركتققاِ فمفمتمكقنْهممماِصلى مومجمعكلمنْاِ مممن المآمء مكلل‬


‫ت مو المكر م‬
‫أممولمكم يممرىِ اللمذكيمن مكفممركوا أملن المسمماِموا م‬
‫مشكيءء محييصلى أمفممل يمكؤممنْمكومن‬.
Artinya:
‘’Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami
pisahkan antara keduanya. dan dari air kammi jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka, mengapakah mereka tiada pula yang beriman.”

 Bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan gas


QS. Fushilat [41]: 11

‫ض اكئتممياِ طمكوقعاِ أمكو مككرقهاِ مقاِلممتآ امتمكيمنْاِ م‬


‫طآئممعكيمن‬ ‫ثممم ماكستمموىِ إمملى المسمآمء مومهمى مدمخاِنن فممقاِمل لممهاِ مو لمكلمكر م‬.
Artinya:
“ Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu ia berkata kepadanya dan kepada bumi: ‘’datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa’’.
Keduanya menjawab: ‘’kami datang dengan sesuka hati”.

Selain contoh fakta ilmiah tersebut, terdapat pula ayat yang mengisyaratkan
tentang teknologi kepada Umat manusia. Al-Qurán tidak menjelaskan teknologi
secara rinci, tetapi hanya menyinggung beberapa aspek penting dari hasil
teknologi itu dengan menyebutkan beberapa kasus atau peristiwa teknik. Dan
perlu diingat bahwasanya alqurán bukan buku teknik sebagaimana buku sejarah,
bukan buku fisika, buku pelajaran dan lain-lain, melainkan Al-Qurán adalah kitab
yang dimuliakan Allah.

PERSYARATAN BANGKITNYA IPTEK DI DUNIA ISLAM


Akibat dari kemunduran iptek yang terjadi di dunia islam, maka
diperlukan ‫ا‬suatu upaya untuk membangkitkan kembali iptek dalam islam.
Beberapa syarat mendasar yang harus dipenuhi oleh ummat islam apabila hendak
memajukan kembali iptek di dunia islam
Pertama, kita harus menyadari dan memahami kembali bahwa tugas
kekhalifahan kita itu tidak lain adalah untuk memakmurkan kehidupan dibumi.
Alat untuk mengemban tugas itu adalah dengan iptek. Allah berfirman:
‘’ Hai Adam dan sekalian ummat manusia keturunannya, Aku telah menciptakan
bumi dan langit seisinya, silahkan membuatnya dengan lebih baik demi
kepentinganmu sendiri”.
Jadi, untuk mengolah apa yang telah Allah sediakan bagi kita adalah dengan iptek.
Kedua, kita harus mampu menangkap pesan-pesan yang terkandung dalam
wahyu yang pertama kali turun, yaitu iqra’. Dalam perintah iqra’ kita dapati
bahwa tidak ada objek yang harus dibaca pada perintah tersebut. Dengan
demikian, maka objeknya bersifat umum, meliputi segala sesuatu yang dapat
dijangkau oleh kata itu, yaitu alam raya, masyarakat, dan manusia itu sendiri.
Jadi, perintah baca disini tidak hanya membaca ayat-ayat kitabiyyah, tetapi juga
ayat-ayat kawniyyah.
Ketiga, kaum muslimin harus menyadari dan memahami bahwa sebanyak
750 ayat-ayat kawniyah itu hampir seperdelapan isinya berasal dari ayat-ayat Al-
Qur’an. Dalam ayat tersebut sebenarnya kita ditegur agar kaum muslimin
mempelajari alam semesta, untuk berfikir dengan menggunakan penalaran yang
sebaik-baiknya, untuk menjadikan kegiatan ilmiah sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan ummat islam.
Keempat, kita harus ingat sabdah Nabi Muhammad SAW: ‘’sesungguhnya
orang berilmu adalah pewaris nabi’’. Kalimat ini memounyai dua sisi yang
merupakan satu kesatuan. Sisi pertama, memang hanya orang berilmulah yang
berhak untuk disebut sebagai pewaris nabi, dan sisi kedua, orang-orang yang
mewarisi akhlak nabilah yang berhak disebut pewaris nabi. Dengan demikian
seorang yang berilmu dan memiliki iman yang kokoh yang berhak mendapat
julukan sebagai pewaris nabi.
Kelima, kita harus menyadari dan memahami bahwa Al-Qurán sangat
menekankan pada orang yang alim, yaitu orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
Dalam surat Az-Zumar:9, Allah memberiakan teguran:

‫ت مءامناِمء اللكيمل مساِمجقدا مو مقاِئمقماِ يمكخمذمر اكلممخمرةم مو يمكرمجكوا مركحممةم مرببمه قلى قمكل همكل يمكستمموىِ اللمذكيمن يمكعلمممكومن‬‫أملمكن هممو مقاِنم ن‬
‫ب‬ ‫ك‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫م‬
‫• مواللمذكيمن مل يمكعلممكونم إمنمماِ يمتمذكمر أكولكوا اللمباِ م‬
‫م‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫قلى‬ ‫م‬

Artinya:
‘’Apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat tuhannya? Katakanlah: ‘’
Adakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui?’’
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.’’

Teguran semacam inilah yang diharapkan menyadarkan ummat islam agar


mempunyai kesadran ilmiah. Ayat diatas juga mengisyaratkan bahwa di surga
kelak, orang yang berilmu menduduki tingkatan yang paling tinggi dibandingkan
mereka yang tidak memiliki ilmu pengetahuan.
Keenam, para penguasa (pengambil keputusan), hendaknya menyadari dan
memahami bahwa kedudukan mereka sangat strategis di dalam membutuhkan
suasana kehidupan ilmiah di dalam negaranya, karena hidup suburnya iptek juga
tergantung kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilahirkannya.
Ketujuh, para ahli tafsir Al-Qurán hendaknya bekerja sama dengan para
ilmuwan ayat kauniyah, untuk menafsirkan isyarat-isyarat ilmiah yang terkandung
dalam Al-Qurán. Hal in akan membuat kitab suci dapat berdialog dengan
kehidupan oleh para ilmuwan dan dapat merangsang untuk meneliti secara jauh
tentang kebenaran statement Al-Qurán. Sehinga ilmu kita dapat lebih dulu
menemukan teori-teori ilmiah sebelum orang-orang non-muslim. Dengan
demikian harkat agama islam dimata non-muslim akan terangkat menjulang dan
dapat memberikan manfaat yang berarti bagi kehidupan manusia.
Kedelapan, para kolongmerat muslim hendaknya bersatu dalam satu
wadah untuk membiayai proyek atau program-program yang berkenaan dengan
penelitian dan pengembangan iptek.
Kesembilan, para pengasuh pondok pesantren (Indonesia) ataupun
lemabaga yang sejenis mulai memebuka diri terhadap iptek, dengan memasukkan
iptek kedalam kurikulum dan kegiatannya , tanpa menggeser pelajaran agama,
untuk mengantisipasi iptek masa kini dan dimasa yang akan adtang.
Sembilan persyaratan mendasar diatas, merupakan faktor yang penting
bagi kebangkitan kembali iptek dalam islam. Kerja sama yang erat antar
pengusaha yang adil, ulama’ dari berbagai spesialisnya, kolongmerat yang
merelakan hartanya dijalan Allah, masyarakat muslim yang sadar akan pentingnya
iptek untuk mengangkat derajatnya disis Allah, sudah saatnya diikat dengan satu
tali, yaitu tali Allah SWT.

SIMPULAN
Sebelum manusia diciptakan di bumi, Allah SWT sudah merencanakan
bahwa manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk menjaga bumi, artinya
manusia dibekali ilmu pengetahuan untuk menjalankan amanatnya sebagai
khalifah. Sejak diciptakannya manusia pertama yaitu Nabi Adam dan Hawa, Allah
telah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada mereka dengan mengurus para
malaikat untuk mengajarkan nama-nama benda yang ada di bumi. Kemudian ilmu
pengetahuan tersebut diturunkan kepada anak-anak adam dan semakin
berkembang hingga sekarang ini. Dan hasil produk dari ilmu pengetahuan itu
adalah teknologi.
Dalam sebuah hadist Nabi muhammad memerintahkan agar manusia
mencari ilmu walaupun sampai ke negeri yang notabene non-muslim. Melalui
hadist ini, maka dalam beberapa abad munculah ilmuwan-ilmuwan muslim dari
berbagai negara. Sehingga iptek dalam islam mengalami masa kejayaan. Namun,
karna kurangnya para ilmuwan dalam mempersiapkan kader-kader muslim dimasa
yang akan datang, akhirnya iptek dapat diambil alih oleh penemu-penemu non-
muslim yang sedikit demi sedikit dapat merusak moral penerus kehidupan
manusia.
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwasanya sumber dari iptek adalah berasal
dari islam. Jadi, pada dasarnya islam, ilmu pengetahuan, dan teknologi merupakan
suatu kesatuan yang sudah diajarkan oleh Allah kepada manusia untuk
menjalankan tugasnya di muka bumi sebagai khalifah. Namun, saat ini
pengetahuan dalam islam justru kalah dengan pengetahuan-pengetahuan yang
bersumber dari non-muslim. Sehingga diperlukan beberapa upaya untuk
mengembangkan kembali iptek yang berlandaskan islam.

DAFTAR RUJUKAN

Sidik, M. Ansorudin. 1995. Pengembangan wawasan iptek pondok pesantren.


Jakarta: Bumi Aksara.
Majid, Nurkholis. 1984. Khasanah Intelaktual Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Arsyad, M. Nastir. 1983. Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah. Bandung: Pustaka.
12.
http://academia.edu/iptek-dalam-pandangan-islam.
http://stiemamuju.ac.id/2015/hakikat-iptek-dalam-pandangan-islam.pdf
http://academia.edu/iptek-dalam-prespektif-pemikiran-islam

Anda mungkin juga menyukai