Anda di halaman 1dari 35

Makalah “RESPIRASI”

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah FisiologiTumbuhan Dosen


pengampu oleh Ibu Khalida Ulfa, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Chairunnisa (1730207056)
2. Dwi Trisnawati (1730207067)
3. Farah Dwi Hasri (1730207072)
4. Febri Nurwahyuni (1730207073)
5. Fuja Delas Junira (1720207074)

Kelompok 8
Pendidikan Biologi 2 (2017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Respirasi” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhir
nanti. Makalah ini berisikan tentang “Respirasi”.
Tersusunnya makalah ini, diharapkan agar kami dapat lebih memahami
secara mendalam tentang Struktur Buah dan Biji. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini.
Demikian, akhir kata kami sampaikan terima kasih. semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita semua. Aamiin.

Palembang, Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................ 2
C. MANFAAT ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
A. RESPIRASI .................................................................................................... 3
B. PROSES RESPIRASI ..................................................................................... 5
C. FAKTOR PENGENDALI GLIKOLISIS ..................................................... 16
D. MAKNA PENTING GLIKOLISIS DALAM PROSES EVOLUSI ............ 17
E. ASAM SITRAT (SIKLUS KREBS) ............................................................ 17
F. KEISTIMEWAAN ASAM SITRAT BAGI TANAMAN ............................ 22
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU RESPIRASI ......................... 25
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 27
KESIMPULAN ................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28
LAMPIRAN ......................................................................................................... 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya
dengan penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis
karbohidrat baik monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang
dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati.
Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama bagi
pembentukkan energi di dalam tubuh. Berdasarkan bentuknya, molekul glukosa
dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu molekul D-Glukosa dan L-Glukosa.
Faktor yang menjadi penentu dari bentuk glukosa ini adalah posisi gugus
hidrogen (-H) dan alkohol (-OH) dalam struktur molekulnya. Glukosa yang
berada dalam bentuk molekul D dan L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh sistem
tumbuh-tumbuhan, sedangkan sistem tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan
D-Glukosa (Lakitan, 2015).
Di dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus
kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. Di
dalam tubuh, glukosa tidak hanya dapat tersimpan dalam bentuk glikogen di
dalam otot dan hati namun juga dapat tersimpan pada plasma darah dalam bentuk
glukosa darah (blood glucose). Di dalam tubuh selain berperan sebagai bahan
bakar bagi proses metabolisme, glukosa juga akan berperan sebagai sumber
energi utama bagi kerja otak. Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-
sel tubuh, glukosa kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP
(adenosine triphosphate) yang merupakan molekul-molekul dasar penghasil
energi di dalam tubuh. Dalam konsumsi keseharian, glukosa akan menyediakan
hampir 50-75% dari total kebutuhan energi tubuh (Winarno, 1981).
Untuk dapat menghasilkan energi, proses metabolisme glukosa akan
berlangsung melalui 2 mekanisme utama yaitu melalui proses anaerobik dan
proses aerobik. Proses metabolisme secara aerobik dan proses metabolisme
aerobik akan berlangsung di dalam sitoplasma (cytoplasm). Dalam memecah
karbohidrat yang digunakan untuk menghasilkan energi yang berfungsi sebagai

1
metabolisme tubuh maka akan kita bahas dalam makalah mengenai respirasi ini
(Syamsuri, 2000).
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Jelaskan pengertian respirasi pada tumbuhan?
2. Bagaimana proses respirasi pada tumbuhan?
3. Apa sajakah faktor pengendali glikosis pada tumbuhan?
4. Jelaskan makna penting glikolisis dalam proses evolusi?
5. Jelaskan pengertian Asam Sitrat?
6. Jelaskan keistimewaan Asam Sitrat bagi tanaman?
7. Jelaskan faktor yang mempengaruhi laju respirasi sel tumbuhan?

C. MANFAAT
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut.
1. Untuk memahami pengertian respirasi pada tumbuhan.
2. Untuk menjelaskan proses respirasi pada tumbuhan.
3. Untuk mengetahui factor pengendali glikolisi pada tumbuhan.
4. Untuk mengetahui makna penting glikolisis dalam proses evolusi.
5. Untuk menjelaskan proses pembentukan asam sitrat.
6. Untuk mengetahui keistimewaan asam sitrat pada tumbuhan.
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laju respirasi
pada tumbuhan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. RESPIRASI
Respirasi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh mikroorganisme
hidup baik tumbuhan, manusia maupun hewan. Respirasi merupakan proses
pernafasan dan metabolisme dengan menggunakan O2 dalam pembakaran
senyawa makromolekul seperti karbohidrat, protein dan lemak yang akan
menghasilkan CO2, air dan sejumlah energi.
C6H12O6 + O2 6CO2 + 6H2O + Energi
Tumbuhan melakukan respirasi untuk menghasilkan energi guna
melakukan proses fotosintesis. Tumbuhan yang telah mengalami pasca panen
akan tetap mengalami proses respirasi dengan laju yang lebih tinggi
dibandingkan saat masih ditanam dipohonnya. Respirasi yang dilakukan oleh
buah akan mengalami panas yang mana sangat penting dalam menghitung
kebutuhan refrigerasi dan ventilasi selama penyimpanan. Laju perusakan
komoditas biasanya berbanding lurus dengan laju respirasinya. Respirasi
adalah suatu proses metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam
pembakaran senyawa makromolekul seperti karbohidrat, protein dan lemak
yang akan menghasilkan CO2, air dan sejumlah besar electron-elektron.
Beberapa senyawa penting yang dapat digunakan untuk mengatur proses
respirasi ini adalah glukosa, ATP, CO2 dan O2 (Winarno, 1981).
Konsentrasi O2 yang rendah dapat berpengaruh terhadap laju respirasi dan
penurunan proses oksidasi subtrat, pematangan tertunda dan sebagai akibatnya
umur komoditi menjadi lebih panjang, perombakan klorofil tertunda, produksi
C2H4 rendah, laju pembentukan asam askorbat berkurang, perbandingan asam-
asam lemak tak jenuh berubah, laju degredasi senyawa pektin tidak secepat
seperti dalam udara normal. Bila kandungan CO2 dalam ruang penyimpanan
bertambah, jumlah CO2 yang terlarut dan tergabung dengan beberapa zat
penyusun dalam sel pun meningkat (Pantastisco, 1986).
Proses respirasi pada buah sangat bermanfaat untuk melangsungkan proses
kehidupannya. Proses respirasi ini tidak hanya terjadi pada waktu buah masih
berada dipohon, akan tetapi setelah dipanen buah-buahan juga masih

3
melangsungkan proses respirasi. Dalam proses ini oksigen diserap untuk
digunakan pada proses pembakaran yang menghasilkan energi dan diikuti oleh
pengeluaran sisa pembakaran dalam bentuk CO2 dan air. Dalam suatu proses
reaksi pada makhluk hidup tentunya hanya akan terjadi pada tempat tertentu.
Begitu pula dengan respirasi pada tumbuhan. Reaksi ini terjadi pada sitoplasma
dan mitokondria (Winarno, 1981).
Menurut Nugroho (2006), mitokondria merupakan organel membran
ganda yang mempunyai ukuran diameter 1-2 µm dan jumlahnya di dalam sel
bervariasi, tergantung pada masing-masing spesies. Di antara dua membran
tersebut terisi larutan yang banyak mengandung koensim. Membran dalam
mengadakan perlipatan ke arah dalam yang disebut cristae. Masing-masing
mitokondria mengandung asam deoksiribonukleat dan sistem enzim oksirasi
sel (mengandung enzim-enzim respirasi).

Sumber: Taiz & Zeiger, 2002


Gambar 1. Struktur Mitokondria Pada Sel Tumbuhan
Proses respirasi tumbuhan terdiri dari beberapa tahapan yaitu mula-mula
terjadinya penangkapan oksigen dari udara bebas ke lingkungan, proses
transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara
difusi, selajutnya oksigen masuk ke dalam sel tumbuhan dan mengalami difusi
melalui ruang antar sel, sitoplasma dan membran sel. Kemudian karbondiksida
yang dihasilkan akan dikeluarkan dari sel tumbuhan melalui proses difusi juga

4
ke dalam ruang antar sel. Setelah O2 diambil dari udara bebas kemudian,
mulailah proses respirasi yang terdiri dari tahapan glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus asam sitrat dan transporelekrton (Winarno, 1981).

B. PROSES RESPIRASI
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan.
Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung
secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap
sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel,
sitoplasma dan membran sel. Demikian juga dengan CO2 yang dihasilkan
respirasi akan berdifusi keluar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini
karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi
kedua gas tersebut (Syamsuri, 2000).
Proses respirasi bertujuan untuk memperoleh energi. Respirasi pada
tumbuhan merupakan proses pembebasan energi kimia yang diubah menjadi
energi yang diperlukan dalam aktifitas hidup tumbuhan. Pada peristiwa
bernapas terjadi pelepasan energy (Syamsuri, 2000).
Respirasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Respirasi aerob
Respirasi aerob merupakan respirasi yang membutuhkan adanya
oksigen di udara. Pada respirasi aerob terjadi proses oksidasi (pembakaran)
glukosa secara sempurna dan akan menghasikan energi yang besar yaitu
sebesar 36 ATP. Reaksinya dapat ditulis seperti berikut:
C6H12O6 + 6H2O 6H2O + 6CO2 + 675 kal
Dalam kenyataannya reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak
tahapan yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi
itu dapat dibedakan menjadi 4 tahapan yaitu glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus krebs dan transport elektron (Syamsuri, 2000).
a. Glikolisis
Glikolisis dapat diartikan dari kata latin, glykos = gula; lysis =
pemecahan. Glikolisis merupakan proses pemecahan gula, padatahap
awal dari glikolisis, karbohidrat diubah menjadi heksosa fosfat, yang
kemudian dipecah menjadi dua molekul trosa fosfat. Selajutnya kedua

5
molekul triosa fosfat tersebut dioksidasi menjadi dua molekul piruvat.
Disamping menyiapkan substrat untuk oksidasi dalam siklus asam
sitrat, glikolisis juga menghasilkan sejumlah kecil ATP dan NADH
(Salisbury, 1985).
Ketika oksigen molekul tidak tersedia, seperti pada akar yang
terendam, glikolisis dapat menjadi sumber utama bagi sel. Dalam
kondisi seperti ini, fermentasi yang berlangsung di dalam sitosol,
mendaur ulang NADH yang dihasilkan dari glikolisis dengan cara
mereduksi piruvat. Glikolisis terjadi pada semua organisme (prokariot
dan eukariot). Secara prinsip reaksi-reaksi dalam glikolisis dan
fermentasi dalam tumbuhan hampir sama dengan terjadi dalam sel
hewan. Tetapi glikolisis pada tumbuhan memiliki mekanisme
pengaturan yang khas, berlangsung secara paralel antara glikolisis
sitosol dan plastida, serta jalur-jalur alternative dari reaksi-reaksi
glikolisis di dalam sitosol. Pada hewan, substrat utama respirasi
adalah glukosa dan produk akhirnya adalah piruvat. Pada tumbuhan,
sukrosa merupakan bentuk gula utama yang ditranslokasikan dan oleh
karenanya merupakan jenis gula utama yang diimpor oleh
jaringan/organ non fotosintesis, maka sukrosa diyakini merupakan
substrat utama respirasi tumbuhan dan hasil akhirnya tidak hanya
piruvat, tetapi juga dapat berupa asam organik lainnya yaitu malat
(Salisbury, 1985).

6
Sumber: http://www.edubio.info/2015/08/prosesdantahapanglikolisis.html?m=1

Gambar 2. Proses Glikolisis.


Hasil Glikolisis: 2 NADH + 2ATP + 2H2O + 2 Asam Piruvat

Alur langkah glikolisis adalah sebagai berikut:


1) Tahap pertama, glukosa akan diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh
enzim hexokinase. Tahap ini membutuhkan energi dari ATP
(adenosin trifosfat). ATP yang telah melepaskan energi yang
disimpannya akan berubah menjadi ADP.
2) Glukosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang
dikatalisis oleh enzim fosfohexosa isomerase.
3) Fruktosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat, reaksi
ini dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase. Dalam reaksi ini
dibutuhkan energi dari ATP.
4) Fruktosa 1,6-bifosfat (6 atom C) akan dipecah menjadi
gliseraldehida 3-fosfat (3 atom C) dan dihidroksi aseton fosfat (3
atom C). Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim aldolase.

7
5) Satu molekul dihidroksi aseton fosfat yang terbentuk akan diubah
menjadi gliseraldehida 3-fosfat oleh enzim triosa fosfat isomerase.
Enzim tersebut bekerja bolak-balik, artinya dapat pula mengubah
gliseraldehida 3-fosfat menjadi dihdroksi aseton fosfat.
6) Gliseraldehida 3-fosfat kemudian akan diubah menjadi 1,3-
bifosfogliserat oleh enzim gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase.
Pada reaksi ini akan terbentuk NADH.
7) 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat kinase. Para reaksi ini akan dilepaskan energi dalam
bentuk ATP.
8) 3-fosfogliserat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat mutase.
9) 2-fosfogliserat akan diubah menjadi fosfoenol piruvat oleh enzim
enolase.
10) Fosfoenolpiruvat akan diubah menjadi piruvat yang dikatalisis oleh
enzim piruvat kinase. Dalam tahap ini juga dihasilkan energi dalam
bentuk ATP.
b. Dekarboksilasi oksidatif
Pada kondisi cukup O2, maka asam piruvat akan dibongkar atau
dioksidasi lebih lanjut. Dengan enzim NAD+ dehydrogenase
kompleks, asam piruvat akan dioksidasikan dan dipecah
(dekarboksilasi) menjadi Asam Acetil KoA (senyawa 2-C) dan
dilepaskan CO2.

Sumber: Poedjiadi,1994
Gambar 3. Tahap Dekarboksilasi Oksidatif

8
Hasil Dekarboksilasi Oksidatif : 1 molekul Asetil KoA + NADH +
CO2
Menurut Poedjiadi (1994), asetil KoA dibentuk pada reaksi antara
asam piruvat dengan Koenzim A. disamping itu asam lemak juga
dapat menghasilkan asetil KoA pada proses oksidasi. Reaksi
pembentukan asetil KoA menggunakan kompleks piruvat
dehidrogenase sebahai katalis yang terdiri atas beberapa jenis enzim.
Koenzim yang ikut dalam reaksi ini ialah tiamin pirofosfat (TTP),
NAD+ asam lipoat dan ion Mg++ sebagai aktivator. Reaksi ini bersifat
tidak reversible dan asetil KoA yang terjadi merupakan penghubung
antara proses glikolisis dengan siklus asam sitrat.
c. Siklus krebs
Menurut Lakitan (2015), Siklus krebs disebut juga siklus asam
sitrat, karena asam sitrat merupakan senyawa antara yang penting dan
juga disebut siklus asam trikarboksilat, karena asam sitrat atau asam
isositrat sebagai senyawa antara tersebut memiliki 3 gugus karboksil.
Reaksi-reaksi siklus krebs ini berlangsung pada mitokondria.
Tahap awal dari siklus krebs adalah oksidasi (dan lepasnya CO2)
dari piruvat (yang dihasilkan dari reaksi glikolisis). Kemudian unit
asetat dengan 2-C yang tersisa bergabung yang disebut koenzim A
(disingkat CoA atau KoA) untuk membentuk asetil CoA. Rekasi
dekarboksilasi piruvat ini melibatkan thiamin (vitamin B1) dalam
bentuk terfosforilasi sebagai gugusprostetik. Peran ini yang
menjelaskan fungsi esensial vitamin B1 bagi tumbuhan. Disamping
kehilangan CO2, juga dibebaskan 2 atom H dari asam piruvat selama
pembentukan asetil CoA. Enzim yang berperan dalam reaksi asetil
CoA ini adalah asam piruvat dehidrogenase. Enzim ini sesunggunya
merupakan suatu kompleks yang terdiridari 3-4 enzim yang berbeda.
Atom H yang dibebaskan akan diterima oleh NAD+ untuk
menghasilkan NADH. Reaksi-reaksi siklus krebs dapat dilihat pada
gambar (Lakitan, 2015).

9
Sumber: wirahadi kusuma, 2001
Gambar 4. Tahapan siklus krebs
Hasil Siklus Krebs : 3 NADH + 1 FADH2 + 2 CO2

d. Transfor Elektron
Disebut dengan transfer elektron karena dalam prosesnya terjadi
transfer elektron dari satu protein ke protein yang lain. Elektron yang
ditransfer berasal dari NADH dan FADH2 yang telah terbentuk
sebelumnya. Elektron akan ditransfer dari tingkat energi tinggi
menuju tingkat energi yang lebih rendah sehingga akan melepaskan
energi yang akan digunakan untuk membentuk ATP. Pada membran
dalam mitokondria terdapat komplek protein I, komplek protein II,
Quinon (Q), komplek protein III, sitokrom c (cyt c), dan komplek
protein IV. Elektron akan ditransfer ke masing-masing protein
tersebut untuk membentuk ATP. Sedangkan molekul O2 akan
berperan sebagai penerima elekron terakhir yang nantinya akan
berubah menjadi H2O. ATP akan dihasilkan oleh enzim ATP sintase
melalui proses yang disebut kemiosmosis (Panji, 2015).
Jika NADH dan FADH2 yang dihasilkan dari glikolisis maupun
Siklus Krebs dioksidasi, maka akan dihasilkan ATP. Walaupun dalam
reaksi oksidasi ini akan diserap O2 dan dihasilkan H2O, namun NADH

10
DAN FADH2 tidak dapat bereaksi langsung dengan oksigen dan
molekul air tersebut. Elektron yang terlibat ditransfer malalui
beberapa senyawa perantara sebelum H2O dibentuk. Senyawa-
senyawa yang berperan ini membentuk sistem pengangkutan elektron
pada mitokondria. Pengangkutan elektron berlangsung mulai dari
senyawa perantara yang secra termodinamis sulit direduksi (senyawa
dengan potensial reduksi negatif) menuju senyawa yang mempunyai
kecenderungan yang lebih besar untuk menerima elektron (senyawa
dengan potensial direduksi yang lebih tinggi atau bahkan positif).
Oksigen mempunyai kecenderungan tertinggi untuk menerima
elektron. Setiap senyawa pembawa elektron dalam sistem ini
hanyamenerima elektron dari senyawa pembawa lainnya yang
letaknya berdekatan dengannya. Senyawa-senyawa pembawa eletron
ini tersusun secara terbaris pada bagian bagian dalam mitokondria.
Pada setiap mitokondria terdapat ribuan sistem pengangkut elektron
(Lakitan, 2015).

www.edubio.info
Gambar 5. Transfer Elektron

Tahapan transfer elektron adalah sebagai berikut.


1) NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein
I. Peristiwa ini membebaskan energi yang memicu dipompanya

11
H+ dari matriks mitokondria menuju ruang antar membran. NADH
yang telah kehilangan elektron akan berubah menjadi NAD+.
2) Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
3) Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini
akan memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
4) Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
5) Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga
akan memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar
membran.
6) Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang
kemudian berikatan dengan 2 ion H+ membentuk H2O.
7) Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi
memicu dipompanya 3 H+ keluar menuju ruang antar membran.
H+ atau proton tersebut akan kembali menuju matriks mitokondria
melalui enzim yang disebut ATP sintase.
8) Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut
membentuk ATP secara bersamaan. Karena terdapat 3 H+ yang
masuk kembali ke dalam matriks, maka terbentuklah 3 molekul
ATP.
9) Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut
dinamakan dengan kemiosmosis.
FADH2 akan mentransfer elektronnya bukan kepada komplek
protein I, namun pada komplek protein II. Transfer pada komplak
protein II tidak memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar
membran. Setelah dari komplek protein II, elektron akan ditangkap
oleh ubiquinon dan proses selanjutnya sama dengan transfer elektron
dari NADH. Jadi pada transfer elektron yang berasal dari FADH2 ,
hanya terjadi 2 kali pemompaan H+ keluar menuju ruang antar
mebran. Oleh sebab itu dalam proses kemiosmosis hanya terbentuk 2
molekul ATP saja.

Selama proses transfor tersebut, elektron akan melewati


serangkaian reaksi untuk membentuk ATP melalui mekanisme
fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif adalah proses menghasilkan
ATP secara aerob di dalam krista mitokondria dengan menggunakan
sistem transfor elektron. Pada tahapan akhir dari perjalanan elektron

12
(H+), maka elektron akan berekasi dengan O2 membentuk air. Selama
proses respirasi, alur utama untuk menghasilkan energi yakni
glukosa→NADH/FADH2 → Transfor elektron→ATP. Dalam respirsi
aerob ATP dihasilkan pada proses transfor elektron. Selama proses
transfor elektron, 1 molekul NADH menghasilkan 3 ATP sedangkan
1 molekul FADH2 menghasilkan 2 ATP. Gambar alur di bawah
menggambarkan rincian perhitungan per molekul glukosa saat proses
katabolisme. Hasil netto yakni 36 hingga 38 ATP. Angka 38 adalah
hasil maksimum, sedangkan hasil 36 ATP dikarenakan 2 NADH hasil
dari glikolisis di sitoplasma ketika masuk ke mitokondria dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ketika 2 molekul NADH dari
sitoplasma tidak menuju mitokondria, maka tidak dihitung menjadi
ATP (Yoni, 2004).

Sumber : www.generasibiologi.com
Gambar 6. Proses pemindahan glukosa menjadi ATP

2. Respirasi anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak membutuhkan
oksigen. Respirasi ini dapat disebut juga proses fermentasi. Respirasi
anaerob terjadi pada jaringan yang oksigennya rendah, biji-biji yang

13
kulitnya tebal dan sulit untuk ditembus oksigen, akar tumbuhan yang
terendam air, bakteri anaerob dan sel-sel ragi. Reaksinya:
Ragi
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 21 kal

Terlihat bahwa oksigen tidak dibutuhkan dalm reaksi tersebut. Pada


proses respirasi anaerob energi yang dihasilkan jumlahnya lebih kecil
dibandingkan pada respirasi aerob, yaitu hanya 2 ATP (Syamsuri, 2000).
a. Fermentasi
Fermentasi adalah cara memanen energi kimia tanpa menggunakan
oksigen maupun rantai transport elektron manapun dengan kata lain
tanpa respirasi seluler. Oksidasi hanya mengacu pada berpindahnya
electron ke penerima elektron, sehingga tidak perlu melibatkan oksigen.
Glikolisis mengoksidasi glukosa menjadi dua molekul piruvat. Agen
pengoksidasi pada glikoilisis adalah NAD+, dan oksigen meupun rantai
transfer elektronn apapun sama sekali tidak terlibat (Campbell,2010).
Walupun glikolisis dapat berlangsung dengan tanpa kehadiran O2,
tetapi tahap berikutnya, yakni oksidasi piruvat dan NADH
membutuhkan O2, jika oksigen tidak tersedia maka piruvat dan NADH
akan terakumulasi dan tumbuhan akan melangsungkan proses
fermentasi (respirasi anaerobik) yang akan menghasilkan etanol atau
asam malat. Fermentasi terdiri atas glikolisis plus reaksi-reaksi yang
meregenerasi (membentuk kembali) NAD+ kemudian dapat digunakan
ulang untuk mengoksidasi gula melalui glikolisis, dengan hasil netto 2
ATP melalui fosforilasi tingkat subtrat. Ada banyak tipe fermentasi
yang berada dalam hal produk akhir yang terbentuk dari piruvat. Dua
bentuk tipe fermentasi yang umum adalah fermentasi alkohol dan
fermetasi asam laktat (Campbell, 2010).

14
Sumber: http://satujam.com/respirasi-anaerob/
Gambar 7. Fermentasi alkohol dan asam laktat.
Pada fermetasi alkohol, piruvat diubah menjadi etanol dalam dua
langkah. Langkah pertama melepaskan karbon dioksida dari piruvat,
yang diubah menjadi senyawa berkarbon dua, asetal dehida. Pada
langkah kedua asetal dehida direduksi menjadi etanol oleh NADH.
Reduksi ini meregenerasi suplai NAD+ yang dibutuhkan agar glikolisis
berlanjut. Fermentasi alkohol umumnya terjadi pada bakteri dan
tumbuhan. Fermentasi asam laktat piruvat direduksi secara langsung
oleh NADH untuk membentuk laktat sebagai produk akhir tanpa
pelepasan CO2. Fermentasi asam laktat umumnya terjadi pada mamalia
dan hewan (Campbell, 2010).
3. Perbedaan Respirasi Aerob dan Respirasi Anaerob
Menurut Syamsuri (2000), Perbedaan antara respirasi aerob dan
respirasi anaerob dapat ditunjukkan seperti tabel dibawah ini:
Tabel. Perbedaan respirasi aerob dan anaerob
Perbedaan Respirasi Aerob Respirasi Anaerob
Keberadaan oksigen Membutuhkan Tidak membutuhkan
Energi yang Menghasilkan 36 ATP Menghasilkan 2 ATP
dihasilkan energi. energi.
Hidrogen yang Menghasilkan Menghasilkan
terlepas karbondioksida dan air karbondioksida dan
secara sempurna

15
air secara tidak
sempurna.
Hasil samping Hidrogen yang terlepas Membentuk asam
membentuk air. laktat dan etanol.
Proses dan tahapan Kompleks, yaitu Sederhana, yaitu
glikolisis, glikolisis atau
dekarboksilasi fermentasi
oksidatif, siklus krebs
dan transpor elektron.
Lokasi Mitokondria Sitoplasma

C. FAKTOR PENGENDALI GLIKOLISIS


Menurut Suhara (2008), mejelaskan bahwa seluruh reaksi kimia yang
terjadi di dalam sel tidak berjalan terus menerus. Terdapat berbagai regulasi
atau pengaturan sehingga sel dapat berjalan dalam kesetimbangan, begitupun
dengan proses glikolisis. Tahap pengendali reaksi glikolisis berlangsung
melalui pengaturan kerja enzim fosfofruktokinase (PFK) dan heksosinase atau
piruvat kinase merupakan sisi pengontrol tambahan. PFK adalah alosentrik
yang dihambat oleh ATP, tetapi penghambatan ini dihilangkan oleh AMP.
Asam sitat juga menghambat PFK. Pembentukan fruktosa-6-fosfat memicu
pembentukan 2,6-bisfosfat dan selanjutnya memicu PFK. PFK juha dihambat
oleh ion H+ dan mencegah penyusunan asam laktat yang berlebihan dalam
kondisi anaerob.heksosinase dihambat oleh glukosa 6-fosfat yang terbentuk
setelah PFK dihambat. Piruvat kinase diaktivasi oleh fruktosa-1,6-
bisfosfattetapi dihambat oleh ATP dan alanin. PFK dan piruvat kinase
dipengaruhi oleh hormon glukagon.
Menurut Taiz dan zeiger, (2003) mejelaskan bahwa proses glikolisis pada
tumbuhan dikendalikan oleh produk yang dihasilkan. Glikolisis diatur oleh
proses konversi fosforilasi fruktosa-6-fosfat dan jumlah PEP yang
dihasilkan.Konsentrasi sitosol dari PEP merupakan inhibitor ampuh dari
tanaman.Fruktosa-6-bisfosfat memainkan peran utama dalam partisi fluks

16
antara jalur ATP-dependent dan Ppi-depedent dari metabolisme fruktosa fosfat
pada titik persimpangan antara sintesis sukrosa dan glikolisis.
D. MAKNA PENTING GLIKOLISIS DALAM PROSES EVOLUSI
Menurut Campbell, et.al, (2008), menjelaskan bahwa peran glikolisis
dalam fermentasi maupun respirasi memiliki dasar evolusi. Prokariota purba
mungkin menggunakan glikolisis untuk membuat ATP lama sebelum oksigen
ada di atmosfer bumi. Fosil bakteri tertua yang diketahui berasal dari 3,5 milyar
tahun lalu, namun kuantitas oksigen yang memadai mungkin belum
terakumulasi di atmosfer sampai sekitar 2,7 miliar tahun silam. Sianobakteri
menghasilkan O2 ini sebagai produk sampingan fotosintesisi. Oleh karena itu,
prokariota awal mungkin membuat ATP hanya dari proses glikolisis. Hal
tersebut menunjukan bahwa glikolisis berevolusi sangat awal. Lokasi glikolisis
di sitosol juga menyiratkan bahwa glikolisis tidak membutuhkan organel
terselubung apapun pada sel eukariot yang berevolusi sekitar 1 miliar tahun
setelah sel prokariot hati.
Menurut Campbell et al. (2017) Glikolisis di ambil dari kata Yunani
glykys, yang berarti “manis”, dan lisis, yang berarti “pemecahan atau
kerusakan”, dapat didefinisikan sebagai urutan reaksi enzimatik yang terjadi di
sitosol, tanpa adanya oksigen, mengarah pada konversi atau molekul glukosa,
gula enam karbon, secara bersamaan memperoduksi dua molekul adenosin
trifosfat (ATP). Glikolisis yang berevolusi sebelum sejumlah besar oksigen
terakumulasi di atmosfer adalah jalur metabolik dengan fluks karbon terbesar
di sebagian besar sel hidup, dan hadir di hampir semjua organisme. Glikolisis
adalah reaksi pemecahan molekul karbohidrat yang memiliki 6 karbon menjadi
dua bagian. Tahapan reaksi kimia glikolisis ada 9 langkah. Cara mudah untuk
memahami langkah tersebut yakni: (1) perhatikan jumlah molekul karbon, (2)
jumlah molekul tambahan seperti fosfat, dan (3) posisi fosfat pada urutan
molekul karbon, (4) pelepasan fosfat akan menghasilkan ATP. Selain itu
perhatikan juga posisi zat yang dibutuhkan maupun dihasilkan dalam tiap
tahapannya.
E. ASAM SITRAT (SIKLUS KREBS)
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada
daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan

17
bahan pengawetyang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa
masam pada makanandan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal
sebagai senyawa antaradalam siklus asam sitrat, yang penting dalam
metabolisme makhluk hidup, sehinggaditemukan pada hampir semua makhluk
hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah
lingkungan sebagai antioksidan. Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah
dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai
8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk
purut). Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7. Asam sitrat digunakan oleh
banyak industri di dunia sebagai bahan baku produksi seperti industri makanan,
farmasi, kosmetik dan lain-lain. Berdasarkan kenyataan bahwa penggunaan
asam sitrat yang luas dalam dunia industri, maka kebutuhan pemenuhan bagi
asam sitrat baik di dalam maupun di luar negeri masih sangat besar (Damayanti,
2010).
Siklus krebs juga disebut siklus Asam sitrat, karena asam sitrat merupakan
senyawa antara yang penting; dan juga disebut Siklus Asam Sitrat
Trikarboksilat, karena asam sitrat atau asam isositrat sebagai senyawa antara
tersebut memiliki 3 gugus karboksil. Reaksi-reaksi Siklus Krebs ini berlangsung
pada mitokondria, mitokondria baru dapat diisolasikan dari sel secara utuh dan
fungsional pada awal tahun 1950-an (Lakitan,2015).

Sumber : https://warstek.com/2018/05/24/mitokon/
Gambar 10. Mitokondria

18
Menurut Starr (2009) siklus kreb memecah asetil-KoA menajdi CO2 siklus
ini seperti roda. Siklus ini merupakan jalur, urutan reaksi yang mediasi enzim.
Disebut siklus, karena reaksi terakhir dalam urutan ini menghasilkan substrat
untuk reaksi pertama. Dalam siklus kreb substrat reaksi pertama dan produk
reaksi terakhir berupa oksaloasetat empat karbon. Untuk mengikuti apa yang
terjadi selama reaksi siklus kreb. Pertama, atom-dua karbon dari asetil KoA
ditransfer menjadi oksaloasetat empat karbon, membentuk sitrat suatu bentuk
asam sitrat. siklus kreb juga disebut siklus asam sitrat setelah produk
intermediat ini. Dalam reaksi selanjutnya, dua CO2 terbentuk dan meninggalkan
sel, dua NADH+ menerima ion hidrogen dan elektron sehingga membentuk
NADH. ATP terbentuk dalam fosforilasi tingkat substrat. FAD dan NAD+ lain
menerima ion hidrogen dan elektron. Tahap akhir jalur ini menghasilkan
oksaloasetat. Glikolisis mengubah suatu molekul glukosa menjadi dua piruvat,
kemudian diubah menjdi dua asetil-KoA ketika memasuki kompartemen dalam
mitokondri. Disana tahap kedua reaksi mengubah dua molekul asetil-KoA
menjadi enam CO2. Pada tahap respirasi aerob ini, satu molekul glukosa terpecah
sempurna:6 atom karbon meninggalkan sel, dalam 6 CO2. Dua ATP terbentuk,
yang mana menambah total energi neto glikolisis. Bagaimanapun 6 NAD+
tereduksi menjadi 6 NADH dan 2 FAD yang tereduksi menjadi FADH+.

Sumber : cicie starr 2009

Gambar 11. Reaksi terjadi di siklus kreb dalam mitokondria

19
1. Struktur Molekul Asam Sitrat
Rumus molekul Asam Sitrat adalah C6H8O7 atau CH2(COOH)-
COH(COOH)-CH2(COOH), struktur asam ini tercermin pada nama
International Union of Pure And Applied Chemistry ( IUPAC)-nya, asam
2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat. Keasaman Asam Sitrat didapatkan
dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan.
Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat (Ditjen, 1995).

Sumber : Ditjen, 1995


Gambar 12. Rumus Bangun Asam Sitrat ( Ditjen,
1995).

2. Sifat Fisika Asam Sitrat


Sifat – sifat fisik asam sitrat yaitu sebagai berikut :
a. Berat molekul : 192 gr/mol
b. Spesific Gravity : 1,54 ( 20° C )
c. Titik Lebur : 153° C
d. Titik didih : 175° C
e. Kelarutan dalam air : 207,7 gr / 100 ml ( 25° C )
f. Pada titik didihnya asam sitrat terurai ( Terdekomposisi )
g. Berbentuk 20ristal berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki rasa
asam (Ditjen, 1995).
3. Sifat Kimia Asam Sitrat
Sifat-sifat kimia asam sitrat adalah sebagai berikut :
a. Kontak langsung (paparan) dengan asam sitrat yang bersifat kering
dan larut, akan mengakibatkan iritasi pada kulit dan mata.

20
b. Mampu mengikat ion-ion logam sehingga dapat digunakan sebagai
pengawet dan kesadahan dalam air
c. Keasaman pada asam sitrat, didapatkan dari gabungan tiga gugus
karboksi-COOH yang dapat melepas proton dalam larutan.
d. Asam sitrat dapat berupa kristal anhidrat yang bebas air atau berupa
kristal monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap
molekulnya.
e. Bentuk anhidrat asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan
bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air
dingin.
f. Bentuk monohidrat Asam sitrat dapat diubah menjadi bentuk, anhidrat
dengan pemanasan pada suhu 70 – 75° C
g. Jika dipanaskan diatas suhu 175°C akan terurai terdekomposisi)
dengan melepaskan karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) (Ditjen
POM, 1995).
4. Kegunaan Asam Sitrat
Penggunaan utama Asam Sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita
rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan.
Kode Asam Sitrat sebagai zat aditif makanan (E number) adalah E330.
Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan sebagai pengendali pH
dalam larutan pembersih dalam rumah tangga. Kemampuan Asam Sitrat
untuk mengikat ion-ion logam menjadikannya berguna sebagai bahan
sabun dan deterjen. Dengan mengikat ion-ion logam pada air sadah (air
yang mengandung kaslium dan magnesium), Asam Sitrat akan
memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan
baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan (air yang mengandung
kaslium dan magnesium). Asam Sitrat juga digunakan untuk memulihkan
bahan penukar ion yang digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan
menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan penukar ion
tersebut sebagai kompleks sitrat. Asam Sitrat dapat pula ditambahkan pada
es krim untuk menjaga terpisahnya gelembung-gelembung lemak, dan
dalam resep makanan Asam Sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari

21
jeruk. Asam Sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh
semua badan pengawasan makanan nasional dan internasional utama
(Jianli, 2006).
5. Mekanisme Asam Sitrat
Terdapat dua cara tumbuhan mengatasi cekaman Al (logam berat
Alumunium) tersebut, yaitu dengan mekanisme eksternal dan mekanisme
internal. Pada mekanisme eksternal, 16 tumbuhan mencegah Al masuk
kedalam jaringan antara lain dengan mengeksudasi asam organik dari akar
yang dapat berikatan denganAl di rizosfer. Asam organik tersebut dapat
membentuk kompleks dengan Al di rizosfer sehingga tidak bersifat racun
bagi tumbuhan. Mekanisme kedua adalah secara internal di mana
tumbuhan dapat mentolerir kehadiran Al di dalam jaringan dengan cara
menghasilkan asam organik atau ligan organik yang dapat berikatan
dengan Al sehingga terbentuk kompleks yang tidak bersifat racun
(Watanabe dan Osaki 2002).

F. KEISTIMEWAAN ASAM SITRAT BAGI TANAMAN


Beberapa spesies tumbuhan mempunyai sifat yang berbeda dengan
kebanyakan tumbuhan lainnya, yakni membuka stomata pada malam hari dan
menutup stomata pada msiang hari. Kelompok tumbuhan ini umunya adalah
tumbuhan jenis sukulen yang tumbuh di daerah kering. Dengan menutup
stomatanya pada siang hari tumbuhan ini akan dapat mengurangi laju
transpirasinya, sehingga lebih mampu untuk beradaptasi pada daerah kering
tersebut. Prilaku stomata yang unik ini akan mempengaruhi metabolisme CO2
yang berlangsung pada tumbuhan ini, karena CO2 hanya akan diserap oleh
tumbuhan ini pada malam hari. Karena metabolisme yang unik ini pertama kali
diteliti pada tumbuhan dari famili Crassulaceae, maka metabolisme CO2 ini
disebut sebagai metabolisme Asam Crassulacean. Pada saat sekarang telah
diketahui, bahwa metabolisme ini juga ditemukan pada bebrapa anggota dari 20
famili tumbuhan, termasuk Cactaceae, Orchidaceae, Bromeliaceae, Liliaceae,
dan Euphorbiaceae. Perlu diketahui bahawa tidak semua tumbuhan CAM
adalah tumbuhan sukulen, sebaliknya juga tidak semua tumbuhan sukulen
merupakan tumbuhan CAM. Kebanyakan tumbuhan halofita (tumbuhan yang

22
beradaptasi pada tempat dengan salinitas/kadar garam tinggi) bukan merupakan
tumbuhan CAM. Tumbuhan CAM umumnya tidak memiliki lapisan sel palisade
yang teratur. Sel daun dan ranting merupakan mesofil bunga karang (spongy).
Terdapat sel bundle shealth tetapi sel tersebut tidak banyak berbeda dengan sel
mesofil (Lakitan,2015).
Dan disinilah kita ketahui bahwa keistimewaan Asam Sitrat terdapat pada
tumbuhan CAM, dimana keunikan CAM adalam pembentukan asam malat pada
malam hari dan penguraiannya pada siang hari dibarengi dengan penguraian
gula, pati, atau polimer glukosa yang mirip dengan pati. Asam malat merupakan
jenis asam paling banyak terbentuk, tetapi pada bebrapa jenis juga terakumulasi
dalam jumlah yang lebih rendah jenis asam-asam lainnya, seperti asam sitrat dan
asam isositrat (yang disintesis dari asam malat). Akan tetapi, konsentratsi asam
sitrat dan asam isositrat tidak berubah pada siang dan malam hari (Lakitan,
2015).
Model fiksasi CO2 pada tumbuhan CAM dapat dilihat pada gambar di
bawah dibawah di mana pada malam hari , pati diurai melalui reaksi glikolisis
sampai asam phosphoenolpyruvic (PEP) terbentuk. CO2 (lebih tepatnya HCO3-)
beraksi dengan PEP untuk membentuk oksaloasetat dengan bantuan enzim PEP
karboksilase. Oksaloasetat selanjutnya direduksi menjadi malat dengan bantuan
enzim malat dehidrdrogenase dan pereduksi NADH. Malat yang terbentuk
kemudian disimpan pada vakuola dalam bentuk asam malat.

Sumber : Lakitan, 2015

23
Gambar 13. Model Fiksasi CO2 Pada tumbuhan CAM
Pada siang hari, asam malat diangkut keluar dari vakuola secara difusi pasif.
Dalam sitosol, asam malat akan didekarboksilasi untuk membebaskan kembali
CO2. Ada 3 alternatif reaksi dekarboksilasi malat dalam tumbuhan CAM pada
gambar di atas. Alternatif tersebut agaknya tergantung pada spesies
tumbuhannya. CO2 yang dibebaskan oleh rubiscoakan difiksasi kembali untuk
membentuk 3-PGA. Reaksi-reaksi selanjutnya adalah sama dengan reaksi-
sreaksi Siklus Calvin sebgaiamana berlangsung pada tumbuhan C-3. Yang
menarik untuk dipertanyakan adalah mengapa rubisco yang berperang
memfiksasi CO2 pada siang hari dan bukan PEP karboksilase, padahal PEP
karboksilase berada pada sitosol, sedangkan rubisco berada pada sebelum
diangkut ke kloroplas. Di samping itu enzim PEP karboksilase dan rubisco
memiliki tingkat afinitas(penarikan elektron yang bersifat negatif dari perubahan
energi) yang sama terhadap CO2 . alasan yang dikemukakan sehubungan dengan
fakta ini adalah bahwa PEP karboksilase pada tumbuhan CAM akan dikonveksi
ke bentuk tak aktif pada siang hari. Bentuk tak aktif PEP karboksilase ini
mempunyai afinitas yang rendah terhadap PEP dan kativitasnya sangat dihambat
oleh malat (Lakitan, 2015).
Menurut Taiz dan Zeiger (2003), pada akhir proses glikolisis, tanaman
memiliki jalur alternatif untuk metabolisme PEP (fosfoenolpiruvat). Dalam satu
jalur PEP yang terkarboksilasi oleh enzim sitosolik karboksilase PEP untuk
membentuk oksaloasetat asam organik (OAA). OAA tersebut kemudian
dikurangi menjadi malat oleh aksi malat dehidrogenase, menggunakan NADH
sebagai sumber elektron, dan melakukan peran yang sama dengan yang ada pada
dehidrogenase selama metabolisme fermentasi . Malat yang dihasilkan dapat
disimpan oleh ekspor ke vakuola atau diangkut ke mitokondria, di mana ia dapat
memasuki siklus asam sitrat. Dengan demikian pengoperasian kinase piruvat dan
karboksilase PEP dapat menghasilkan alternatif asam organik berupa piruvat
atau malat untuk respirasi mitokondria, meskipun piruvat mendominasi dalam
jaringan.

24
Sumber : www.google.com
Gambar 14. contoh tanaman nanas dan kaktus yang mengandung asam sitrat dan
zat malat.

G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU RESPIRASI


1. Faktor internal yang mempengaruhi laju respirasi pada tumbuhan
a. Faktor protoplasmik
Faktor ini akan mempengaruhi laju respirasi dan juga dipengaruhi oleh
kuantitas (banyak) dan kualitas (mutu) dari suatu protoplasma. Kuantitas
dan kualitas suatu protoplasma dalam sel dipengaruhi oleh umur sel
tumbuhan. Dalam rentang umur dari muda sampai dewasa semakin
bertambah umur suatu sel, semakin bertmabah bertambah kuantitas dan
kualitas protoplasma sel. Pertambahan kuantitas protoplasma disebabkan
karena sel masih melakukan pertumbuhan. Seiring dengan bertambahnya
massa protoplasma serta diikuti dengan penambahan dan penyempurnaan
enzim di dalam protoplasma. Dengan demikian jelaslah bahwa semakin
bertambah umur suatu sel, maka semakin cepat laju respirasinya.
b. Konsentrasi substrat respirasi yang tersedia
Laju respirasi sangat bergantung pada konsentarsi substrat respirasi
yang tersedia. Substrat yang semakin banyak tersedia di dalam sel, maka
laju respirasinya akan mengalami peningkatan.
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi laju respirasi pada tumbuhan
a. Temperatur
Seperti proses-proses yang lain, laju respirasi juga dipengaruhi oleh
temperatur. Di dalam rentang tempertaur 0°C sampai denagn 45°C,
peningkatan temperatur akan diikuti oleh peningkatan laju respirasi. Pada
temperatur yang tinggi, maka laju respirasi akan menurun seiring dengan
bertambahnya waktu. Faktor waktu ini, berkaitan dengan sifat dari reaksi
enzimatis. Meyer dan Anderson (1952) menyebutkan bahwa menurunnya
laju respirasi pada temperatur yang tinggi disebabkan oleh beberapa hal,

25
yakni:Masuknya oksigen ke dalam sel tidak cepat karena pada temperatur
yang tinggi konsentrasi oksigen menurun.Keluarnya CO2 tidak cepat
sehingga banyak mengalami akumulasi di dalam sel serta dapat
menyebabkan hambatan pada proses respirasi.Pada temperatur tinggi
substrat respirasi yang tersedia menurun sehingga substrat respirasi
menjadi faktor pembatas. Disamping itu dengan tingginya temperatur dan
lamanya temperatur tersebut akan menyebabkan kerusakan pada protein
enzim yang dapat menjadikan laju respirasi menurun. Begitu juga
sebaliknya, pada temperatur yang sangat rendah, maka laju respirasi akan
menurun karena terjadi perubahan konformasi struktur protein enzim.
b. Cahaya
Peningkatan intensitas cahaya menyebabkan peningkatan laju respiarsi.
Faktor pengaruh cahaya terhadap laju respirasi dapat ditinjau dari tiga
aspek, yaitu:
1). Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan laju fotosintesis
yang berarti substrat rspirasi yang tersedia meningkat. Dengan
demikian laju respirasi juga meningkat.
2). Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan tempertaur
sehingga laju respirasi meningkat.
3). Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkat hasil fotosintesis di
dalam sel penutup stoma sehingga akan menyebabkan stomata
membuka. Kondisi tersebut dapat menyebabkan proses pertukaran gas
O2 dan CO2 akan berlangsung dengan cepat yang dapat
mempengaruhi peningkatan laju respirasi.
c. Konsentrasi oksigen di udara
Oksigen merupakan faktor yang utama untuk berlangsungnya prsoses
respirasi aerob. Oleh sebab itu laju respirasi aerob juga sangat bergantung
pada konsentrasi yang tersedia.
d. Konsentrasi karbon dioksida
Peningkatan konsentrasi karbon dioksida di udara dapat mengakibatkan
terjadinya penutupan stomata. Sebagai akibatnya, pertukaran gas menjadi
berkurang dan akan terjadi penurunan laju respirasi.

26
e. Tersedianya air
Air merupakan medium tempat terjadinya reaksi respirasi. Oleh sebab
itu tidak tersedianya air menyebabkan turunnya laju respirasi.
f. Luka pada organ tumbuhan
Luka pada organ tumbuhan pada umumnya dapat menyebabkan inisiasi
jaringan meristematik pada daerah luka sehingga akhirnya dapat
berkembang menjadi kalus. Dengan adanya inisiasi meristematik tersebut,
maka dapat menyebabkan peningkatan laju respirasi karena sel-sel yang
bersifat meristematik tersebut banyak mengandung substrat respirasi yang
cukuptersedia.
g. Senyawa kimia
Beberapa senyawa kimia seperti karbomonoksida, sianida, aseton,
kloroform, eter, formaldehid, alkaloid, dan glukosida, bila dalam jumlah
sedikit, dapat meningkatkan laju respirasi pada tahapan di awal namn bila
keberadaan senyawa kimia dalam jumlah banyak, maka akan menurunkan
laju respirasi. Turunnya laju respirasi disebabkan karena senyaa- senyawa
tersebut diatas bersifat menghambat reaksi enzimatis pada proses respirasi.
h. Perlakuan mekanik
Beberapa perlakuan mekanik seperti adanya pembengkokan serta
pengusapan dan penggosokan dapat meningkatkan laju respirasi. Akan
tetapi jika perlakuan mekanik diberikan secara berulang-ulang maka
efeknya tidak nampak lagi.

BAB III
PENUTUP

27
KESIMPULAN
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan
energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan
maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun
malam hari. Berdasarkan ada tidaknya oksigen bebas, respirasi dibagi manjadi
dua yaitu, respirasi aerob dan anaerob. Glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus
krebs dan transport elektron merupakan tahapan dari respirasi aerob, sedangkan
fermentasi merupakan tahap dari respirasi anerob.

DAFTAR PUSTAKA

28
Campbell, dkk. 2010. Biologi. Jakarta: Erlangga

Campbell et al. 2017. Biology 11th edition

Damayanti, Oktavia.2010. Pabrik Asam Sitrat dari Nira Siwalan Dengan


ProsesSubmerged Fermentation. Surabaya: ITs

Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.
http://satujam.com/respirasi-anaerob/

https://www.edubio.info/2015/08/proses-dan-tahapan-transfer-elektron.html
https://www.edubio.info/2015/08/proses-dan-tahapan-glikolisis.html
https://www.edubio.info/2015/08/proses-dan-tahapan-siklus-krebs.html
http://www.edubio.info/2015/08/prosesdantahapanglikolisis.html?m=1

http://www.generasibiologi.com/2016/10/faktor-internal-yang-mempengaruhi-
laju-respirasi-tumbuhan.html#

Jianli Yang,2006. Critrate Transporters Play a Critical Role in Aluminium


stimulated Citrate Efflux in Rice Bean ( Vigna umbellata) Roots. China
University, Hangzhou.

Kamariyani. 1984. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.
Lakitan, Banyamin. 2015. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali
pers.
Nugroho, L, Hartanto. Purnomo. Issirep Sumardi. 2006. Struktur dan
Perkembangan Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pantastisco, E.B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Penerjemah
Kamaryani. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Poedjiadi, Ana.1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Salisbury,frank B. and Cleon W.Ross. 1985. Plant Physiology. Wadswort Publ.


Comp. Inc. California.

Syamsuri. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga.

29
Taiz, L. Dan Zeiger, E. (2003). Plant Physiology 3th. Sunderland: Sinauer.

Tjitrosomo. 1987. Biologi Umum 2. Bandung:Penerbit Angkasa.


Watanabe, Osaki. 2002. Effects of Masking Agents on the Separation of Copper(II)
from Iron(III) by Continuous Solvent Extraction with 8-Hydroxyquinoline,
Jap. Soc.Anal.Chemistry., 17, 671-674

Wills, R.H.T.H.Lee, D. Graham, W.B.McKasson, And E.G. Hall. 1981.


Postharvest, an Introduction to the Physiology and Handling Of Fruit and
Vegetables. New South Wales University Press, Kensington Australia.
Winarno, F.G. dan Aman, M. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Jakarta: Sastra
Hudaya.

Yoni,Suryani.2004. Biologi Sel dan Molekuler. Jakarta.

LAMPIRAN

30
NAMA : Chairunnisa
NIM : 1730207056

NAMA : Dwi Trisnawati


NIM : 1730207067

NAMA : Farah Dwi Hasri


NIM :1730207072

NAMA : Febri Nur Wahyuni


NIM :1730207073

NAMA : Fuja Delas Junira


NIM :1730207074

31
32

Anda mungkin juga menyukai