Gresik,2010
Penulis
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pengertian Belajar dan Pembelajaran 1
A. Pengertian Belajar 1
B. Jenis-jenis Belajar 2
C. Pengertian Pembelajaran 3
Bab II Prinsip - Belajar dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran 5
A. Prins'p Belajar menurut Gestalt (dalam Darhayati, 2001) 5
B. Prinsip Belajar menurut Robert H. Davies 6
C. Prinsip Belajar yang RelatifBerlaku Umum 9
D. Implikasi Prinsip-prinsip Belajar Bagi siswa 11
E. Implikasi Prinsip-prinsip Belajar Bagi Guru 13
Bab III Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran 16
A. Pendahuluan 16
B. Teori - Teori Belajar 17
1. Teori Belajar Behaviorisme 18
2. Teori Belajar Kognitif 20
3. Teori Belajar Humanisme 24
4. Teori Belajar Konstruktifisme 25
Bab IV Strategi Pembelajaran 29
A. Pengertian Srategi Pembelajaran 29
B. Komponen Strategi Pembelajaran 30
1. Urutan (Sequence) Kegiatan Pembelajaran 30
2. Metode Pembelajaran 30
3. Media yang digunakan 31
4. Waktu Tatap Muka 31
5. Pengelolaan Kelas 31
C. Pemilihan Strategi Pembelajaran 32
D. Implementasi Strategi Pembelajaran 32
Bab V Landasan Teoritik Desain Pembelajaran 34
A. Asumsi Tentang Desain Pembelajaran 34
B. Langkah-langkah Desain Pembelajaran 34
C. Syarat-syarat Perancang Pembelajaran 36
Daftar Pustaka 38
A. Pengertian Belajar
Menurut Pengertian Psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan lingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku.
2. Menurut Walker
Belajar adalah suatu perubahan dalam melaksanakan tugas yang terjadi
sebagai hasil dari pengalaman (Riyanto 2002).
4. Menurut Gagne
Belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat
dipertahankan selama proses pertumbuhan.
5. Menurut "Degeng"
Belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang
sudah dimiliki pelajar. Hal ini mempunyai arti bahwa "Dalam proses belajar,
siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah
tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkannya dengan
pengetahuan yang baru".
B. Jenis-jenis Belajar
1. Belajar "Bagian" (Part Learning)
Umumnya, belajar "bagian" dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan
pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif. Misalnya: mempelajari
sajak atau gerakan motorik seperti bermain silat.
Dalam hal ini, individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-
bagian yang satu sarna lainnya berdiri sendiri. Lawan dari cara belajar "bagian"
adalah cara belajar keseluruhan atau Global.
C. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata "Instruction" yang berarti
menyampaikan pikiran. Dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan
pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran
(mengarah pada guru sebagai pelaku perubahan).
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik, melalui interaksi antar peserta didik, peserta
didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai
kompetensi dasar (BSNP 2006 : 16). Pengalaman belajar yang dimaksud dapat
terwujud melalui penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi dan berpusat
pada peserta didik (Student centered). Pengalaman belajar memuat kecakapan
hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta
didik (Sadiman, dkk., 1986: 7). Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran
(Instruksional) adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang
membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu (Miarso, 2004: 538).
Prinsip belajar adalah konsep-konsep ataupun asas (kaidah dasar) yang harus
diterapkan di dalam proses belajar rnengajar ini mengandung maksud bahwa
pendidik akan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik apabila dapat
menerapkan cara mengajar sesuai dentin prinsip-prinsip belajar.
"Dimyati" mendefinisikan prinsip belajar sebagai beberapa pedoman yang
relatif berlaku umum, yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran,
baik bagi anak didik yang perlu meningkatkan upaya belajarnya, maupun bagi
pendidik dalam upaya meningkatkan kualitas mengajarnya.
[adi, prinsip-prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan
sumber motivasi dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai, dan tumbuhnya
proses belajar mengajar anatar anak didik dan pendidik yang dinamis dan terarah.
4. Terjadi Transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting pada penyesuaian pertama adalah
memperoleh response yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama
adalah masalah pengamatan, bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-
betul, maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
3. Prinsip Percontohan
Prinsip percontohan adalah siswa mungkin lebih mendapatkan perilaku
baru jika ia ditunjukkan contoh pekerjaan dan menirukannya.
Ada lima petunjuk yang dapat membantu guru melaksanakan prinsip ini yaitu:
a. Para guru harus memberikan nama pad •. aspck penting dari perilaku yang
dicontohkan sebagaimana ditunjukkan..
b. Para siswa harus menyaksikan contoh penerima penghargaan atas
perilakunya.
c. Contoh terse but harus dirasakan sebagaimana suatu status tinggi seseorang.
d. [ika suatu perilaku yang dicontohkan bertentangan dengan nilai dan
kepercayaan siswa, siswa tersebut sangat mungkin tidak meniru contoh itu.
e. Percontohan diterapkan ketika mengajar teknis atau keahlian sosial.
8. Prinsip Penghapusan
Prinsip penghapusan adalah seorang siswa lebih mungkin belajar apabila
instruksional seger~ dikeluarkan secara berangsur-angsur.
Pada pemulaan instruksi, guru/pendidik I1)etr$C'lntupara siswa belajar
dengan memberikan petunjuk atau isyarat. [ik- siswa menjadi ahli, maka guru /
pendidik menarik atau menghilangkan secara sisiematis bantuan, petunjuk dan
isyarat tadi.
2. Keaktifan
Anak adalah makhluk yang aktif, mempunyai dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa
dipaksakan oleh orang lain dan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami
sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyakut apa yang
harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari
siswa sendiri.
3. Keterlibatan langsung/Berpengalaman
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, demikian juga siswa harns
mengalami sendiri, belajar tidak bisa dilmpahkan kepada orang lain. Edgar
Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan kerucut
pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik dalam belajar
adalah melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman
langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi juga terlibat
langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
5. Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewis mengemukakan bahwa siswa
belajar dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar,
siswa menghadapi tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan,
yaitu mempelajari bahan belajar. Maka timbullah motif untuk mengatasi
hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan
itu telah diatasi, tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam
medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul
motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar
haruslah menantang.
Penggunaan metode eksperimen, inquiry, discovery juga memberikan
tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh.
7. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis. Tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.
Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya,
Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa,
karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita
kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas yang melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata, kebiasaan dan pengetahuannya yang kurang lebih sarna.
2. Keaktifan
Sebagai "Primus motor' (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran
maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan
mengolah perlahan belajamya. Untuk dapat memproses dan mengolah
perolehan belajamya secara efektif, siswa dituntut untuk aktf secara fisik,
intelektual dan emosional.
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti
mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan,
membuat karya tulis, dan sebagainya.
4. Pengulangan
Penugasan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987: 32). Dari pernyataan inilah
pengulangan masih diperlukan untuk kegiatan pembelajaran.
Implikasi prinsip ini menuntuk kesadaran siswa untuk bersedia
mengerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang.
7. Perbedaan Individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu
dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menuntut tempo
(kecepatan)-nya sendiri dan untuk setiap kelornpok urnur terdapat variasi
kecepatan belajar (Davies, 1987: 32).
Irnplikasi prinsip ini adalah menentukan ternpat duduk di kelas, menyusun
jadwal belajar,dan sebagainya. Di samping itu, perbedaan individu pada siswa
dapat berupa perilaku fisik rnaupun psikis.
2. Keaktifan
Siswa dituntut selalu aktif meneari, memperoleh, dan mengolah perolehan
belajarnya. Adapun implikasi prinsip ini adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan multimedia dan multimetode.
b. Memberikan tugas seeara individual dan kelompok.
e. Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam
kelompok keeil.
d. Memberikan tugas untuk membaea bahan belajar.
e. Mengadakan tanya jawab dan diskusi.
4. Pengulangan
Irnplikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah rnarnpu mernulihkan antara
kegiatan pernbelajaran yang berisi pesan yang rnernbutuhkan pengulangan.
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip ini adalah sebagai berikut:
a. Merancang pelaksanaan perulangan.
b. Mengernbangkan atau rnerurnuskan soal-soallatihan.
c. Mengernbangkan petunjuk kegiatan psikornotorik yang harus diulang.
d. Mengernbangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan.
e. Mernbuat kegiatan perulangan yang bervariasi.
5. Tantangan
Tantangan dalarn kegiatan pernbelajaran dapat diwujudkan oleh guru
melalui bentuk kegiatan, bahan dan alat pernbelajaran yang dipilih untuk
kegiatan pernbelajaran. Perilaku guru yang rnerupakan irnplikasi prinsip ini
adalah sebagai berikut:
a. Merancang dan rnengelola kegiatan eksperirnen yang rnernberikan
kesernpatan kepada siswa untuk rnelakukannya secara individual atau
kelompok kecil (3-4 orang).
b. Mernberikan tug as pada siswa rnemecahkan masalah yang rnembutuhkan
inforrnasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber inforrnasi.
c. Memberikan tugas pada siswa untuk menyirnpulkan isi pelajaran yang
selesai diajarkan.
d. Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, handout, modul, dan yang
lain) yang memperhatikan kebutuhan siswa mendapatkan tantangan di
dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara
detail tanpa memberikan kesempatan siswa rnencari dari surnber lain.
e. Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep prinsip dan
generalisasi sendiri.
f. Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk rnenyelenggarakan
masalah-rnasalah yang disajikan dalam topik diskusi.
7. Perbedaan Individual
Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam
satu kelas berarti menghadapi 30 macam keunikan dan karakteristik. Guru
sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan
perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada setiap siswa.
a. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani
kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
b. Merancang pemanfaatan bebagai media dalam menyajikan pesan
pembelajaran.
c. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan
pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan.
d. Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang
membutuhkan.
A. Pendahuluan
Teknologi pernbelajaran telah berkernbang sebagai teori dan praktek, dirnana
proses, surnber dan sisiem belajar pada rnanusia baik perorangan rnaupun dalarn
suatu ikatan organisasi dapat dirancang, dikernbangkan, dirnanfaatkan, dikelola
dan dievaluasi. Pada hakekatnya, teknologi pernbelajaran adalah suatu disiplin
yang berkepentingan dengan pernecahan rnasalah belajar, dengan berlandaskan
pada serangkaian prinsip dan rnenggunakan berbagai rnacarn pendekatan atau teori
belajar dan pernbelajaran.
Setiap teknologi dibangun atas dasar suatu teori tertentu, dernikian pula
teknologi pernbelajaran. Teknologi ini dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang
ditarik dari teori psikologi terutarna teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalarn
kegiatan pernbelajaran. Teori belajar rnerupakan surnber hipotesis atau dugaan-
dugaan tentang proses belajar yang telah teruji kebenarannya melalui penelitian
dan pengalarnan. Sedangkan prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus
diterapkan di dalarn proses pernbelajaran.
Sernentara itu, prinsip pernbelajaran berusaha rnerurnuskan cara-cara untuk
rnernbuat orang dapat belajar dengan baik, rnaka tidak sernata-rnata rnerupakan
penerapan dari teori atau prinsip-prinsip belajar walaupun berhubungan dengan
proses belajar.
Dalarn teori pernbelajaran, dibicarakan tentang prinsip yang dipakai untuk
rnernecahkan rnasalah-rnasalah praktis di dalarn pernbelajaran dan bagairnana
rnenyelesaikan rnasalah-rnasalah yang terdapat dalarn pernbelajaran sehari-hari.
(Snelbacker, 1974) Teori pernbelajaran tidak saja berbicara tentang bagairnana
peserta didik belajar, tetapi juga mempertirnbangkan hal-hal lain yang
rnernpengaruhi peserta didik secara psikologis,biologis, antropologis dan sosiologis.
Dengan dernikian, perrnasalahannya adalah "Bagairnanaperanan teori belajar
dalarn teknologi pernbelajaran?". Selain itu "Bagairnana aplikasi atau penerapan
teori belajar dalarn kegiatan pernbelajaran?".
Prinsip-prinsip Behaviorismeadalah:
a. Obyek psikologisadalah tingkah laku.
b. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan kepada reflek.
c. Mementingkan terbentuknya kebiasaan.
4. Teori BelajarKonstruktifisme
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal di dalam kehidupan
manusia. Pendidikan dipandang sebagai kegiatan manusia untuk
-~
memanusiakan manusia sendiri yaitu sebagai manusia berbudaya.
Konstruktivis sebagai suatu konsep yang banyak membicarakan masalah
pembelajaran diharapkan menjadi landasan intelektual untuk menyusun dan
menganalisa problem pembelajaran dalam dunia pendidikan.
Konstruktivis berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan. Konstruktifisme merupakan suatu aliran yang berupaya
membangun tata , susunan hidup kebudayaan yang bercorak modem.
Konstruktivis berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
(Jalaludin, 1997)
Pandangan klasik yang selama ini berkembang adalah bahwa pengetahuan
ini secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran anak didik. Penelitian
pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah mengungkapkan bahwa
pengetahuan itu dibangun dalam pikiran seseorang. Pandangan inilah yang
dianut oleh konstruktifisme.
Dalam proses pembelajaran. Konsep ini menghendaki agar anak didik dapat
dibandingkan kemampuannya untuk secara konstruktif menyesuaikan diri
dengan tuntutan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam penyesuaian
seperti itu, anak didik akan tetap berada dalam suasana aman dan bebas (Imam
Bemadib, 1997)
Tujuan pembelajaran Konstruktivis ini ditentukan pada bagaimana belajar,
yaitu menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif, produktif
dalam konteks nyata yang mendorong anak didik untuk berpikir dan berpikir
ulang lalu mendemonstrasikan.
Menurut teori ini, satu prinsip penting dalam proses pendidikan adalah
bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa,
tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya. Guru
dapat memberikan kemudahan dalam proses ini dengan memberikan
kesempatan pada siswa untuk menentukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa "Anak Tangga"
yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan, siswa
------- sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.
------
~
-
-------
Diktat Landasan Pembelajaran 25
---
--
1. Implikasi Teori Konstrktifisme
a. Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak tidak
sekedar pada hasilnya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru juga
hams memahami proses yang digunakan siswa sehingga sampai pada
jawaban tersebut.
b. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri untuk terlibat
aktif dalam kegiatan pebelajaran di kelas konstruktif, penyajian
pengetahuan jadi (ready made) tidak mendapat penekanan.
c. Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan
pengajaran "(OP DOWN daripada BOTIOM UP.
d. DISCOVERY LEARNING. Dalam Discovery Learning, siswa didorong
untuk belajar sendiri secara mandiri.
e. Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran khas menerapkan
SCAFOLDING, dengan siswa semakin lama semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajarannya sendiri.
Strategi Pembelajaran
- - 2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai
--- tujuan pembelajaran. Guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan
metode pembelajaran untuk disesuaikan dengan materi yang diberikan dan
--- karakteristik peserta didik.
-----
Di dalain kegictan pembelajaran, terdapat kegiatan memilih, memantapkan
dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Pembelajar.,n lebih menekankan pada cara-cara untuk
mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan dan mengelola
pembelajaran. (Sutikno, 2007 : 50)
-
-_ ------....
kelas yang optimal schingga terjadi proses pembelajaran yang efektif dan
efisien (Iklim belajar yang kondusif).
Suasana kelas yang kondu.if mampu mengantarkan pada prestasi akademik
dan non akademik anak didik, maupun kelasnya secara menyeluruh.
Ciri kelas yang kondusif, antara lain:
Tenang, dinamis, tertib, saling menghargai, saling mendorong, kreatifitas
tinggi, persaudaraan yang kuat, saling berinteraksi dengan baik, dan bersaing
sehat untuk kemajuan.
yang dinilai lebih sesuai bagi pembelajaran. Strategi pembelajaran banyak macamnya,
guru dapat memilih satu atau beberapa strategi sekaligus dan dapat diterapkan secara
bervariasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, materi, siswa, lingkungan serta
kemampuan pengajar itu sendiri dalam melaksanakannya.
-~
-
Diktat Landasan Pembelajaran 33
Bab ~T
1. Kernampuananalitik
Kemampuan analitik diperlukan ketika melewati langkah analisis kondisi
pembelajaran, yang meliputi kemarnpuan untuk menganalisa tujuan dan
karakteristik mata pelajaran, kemampuan menganalisis kendala dan sumber-
sumber belajar yang tersedia dan kemampuan menganalisis karakteristik siswa.
Untuk kerja analisis ini hanya mungkin dapat ditampilkan pada saat perancang
telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hakekat dan klasifikasi
tujuan pembelajaran, hakikat dan klasifikasi tipe isi dan struktur mata
pelajaran, hakekat dan klasifikasi sumber belajar serta hakekat dan klasifikasi
karakteristik siswa.
2. Kemampuan pengembangan
Kemampuan pengembangan perlu dimiliki oleh seorang perancang
pembelajaran agar dapat menampilkan langkah penetapan strategi-strategi
pembelajaran, strategi pengorganisasian, penyampaian dan pengelolaan
pembelajaran. Kemarnpuan pengembangan dalarn konteks ini mencakup
kemampuan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan strategi-
strategi pembelajaran yang paling optimal untuk mencapai hasil yang
diinginkan, diasumsikan bahwa kemampuan-kernampuan ini hanya mungkin
dapat ditampilkan apabila perancang pembelajaran memiliki pengetahuan
dasar yang cukup baik mengenai cara-cara mengorganisasi isi pembelajaran,
cara-cara menyarnpaikan isi pembelajaran dan cara-cara mengelola
pembelajaran.
Kajian mengenai strategi penyampaian isi pembelajaran dipusatkan pada
cara yang dapat dipilih oleh perancang pembelajaran atas dasar
tersedialtidaknya sumber-sumber belajar (media belajar) yang diperlukan.
Kajian lain yang dikaitkan dengan butir ini adalah begaimana bentuk interaksi
belajar siswa dengan setiap sumber belajar yang dipakai. Termasuk pula kajian
mengenai struktur atau bentuk belajar mengajar yang sebaiknya dipakai bila
sumber belajar tertentu tidak tersedia. Kajian mengenai strategi pengelolaan
pembelajaran dipusatkan pada penjadwalan penggunaan suatu sumber belajar,
pembuatan catatan tentang kemarnpuan belajar, pengelolaan motivasional dan
kontrol belajar.
~ Daftar Pustaka OJ
-
--. Degeng, Nyoman S. Teori Pembelajaran 2 (Terapan). Universitas Negeri
Malang, Malang.
-
-- Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta, Jakarta. 2002.