Anda di halaman 1dari 79

RANCANG BANGUN ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN

ASAP CAIR DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH


TEMPURUNG KELAPA

SKRIPSI

OLEH

HENRI SAPUTRA HARAHAP


060308033

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara


RANCANG BANGUN ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN
ASAP CAIR DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH
TEMPURUNG KELAPA

SKRIPSI

OLEH :

HENRI SAPUTRA HARAHAP


060308033/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana
di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh :

Komisi Pembimbing

( Ainun Rohanah, STP, M.Si) (Taufik Rizaldi, STP, MP)


Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
HENRI SAPUTRA HARAHAP : Rancang Bangun Alat Pirolisis Untuk
Pembuatan Asap Cair dengan Memanfaatkan Limbah Tempurung Kelapa,
dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan TAUFIK RIZALDI.
Salah satu cara untuk membuat asap cair adalah dengan
mengkondensasikan asap hasil pembakaran tidak sempurna dari tempurung kelapa.
Asap memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya
senyawa asam, fenolat dan karbonil. Salah satu bahan yang digunakan untuk
pembuatan asap cair adalah tempurung kelapa karena tempurung kelapa merupakan
bahan sisa dari buah kelapa sehingga dapat dimanfaatkan lagi hingga bernilai
ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, dan menguji alat
pirolisis pembuat asap cair yang dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai dengan
bulan April 2011 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, melakukan
eksperimen, serta pengamatan dan pengujian terhadap alat. Parameter yang diamati
adalah kapasitas efektif alat, rendemen, dan analisis ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas efektif alat sebesar 2,44 L/jam
dengan rendemen sebesar 41,073%. Sedangkan biaya pokok yang harus
dikeluarkan untuk membuat 1 liter asap cair adalah sebanyak Rp. 4.034,669.
Kata kunci : alat, pirolisis, tempurung kelapa.

ABSTRACT
HENRI SAPUTRA HARAHAP : The Engineering of pyrolysis equipment for
making liquid smoke by utilizing waste of coconut shell, supervised by AINUN
ROHANAH and TAUFIK RIZALDI.
One way to make liquid smoke is by condensing of smoke resulted from
incomplete combustion of coconut shell. Smoke has the ability to preserve food
stuff because of the existence of acid compound, phenol and carbonyl. One of the
materials used to produce liquid smoke is coconut shell which is waste from
coconut fruit so it can be used again to increase economic value. The aim of this
research was to engineer, make, and test the pyrolysis liquid smoke equipment
from January 2011 until April 2011 at the Laboratory of Agricultural Engineering,
Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan, using of literature
study, experiment, and also observation and testing of the equipment. Parameters
observed were effective capacity of the equipment, yield, and economic analysis.
Based on the research, the effective capacity of the equipment was 2.44L/h
with a yield of 41.073%.. While the basic costs to be incurred to make 1 liter of
liquid smoke is as much as Rp. 4.034.669.
Keywords: equipment, pyrolysis, coconut shell.

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Henri Saputra Harahap, dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 18

Februari 1988 dari Ayah Maksum Harahap dan Ibu Siti Samsuri Lubis. Penulis

merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 2 Kota Padangsidimpuan dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur

Panduan Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Teknik

Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif menjadi Wakil Sekretaris

Bidang Pengkaderan Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) dan pernah

mengikuti kegiatan organisasi Agriculture Technology Moslem (ATM) sebagai

anggota. Selain itu penulis juga aktif sebagai Asisten Laboratorium Perbengkelan

tahun 2009, tahun 2010 aktif sebagai Asisten Laboratorium Thermodinamika dan

Pindah Panas serta sebagai Asisten Koordinator Laboratorium Perbengkelan, dan

pada tahun 2011 sebagai Asisten Koordinator Laboratorium Thermodinamika dan

Pindah Panas.

Pada tanggal 07 Juni 2009 sampai dengan 07 Juli 2009, penulis

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT Perkebunan Nusantara IV

Unit Kebun Pabatu, Kabupaten Serdang Berdagai.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ”Rancang Bangun Alat Pirolisis untuk Pembuatan Asap Cair

dengan Memanfaatkan Limbah Tempurung Kelapa”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan

mendidik penulis selama ini. Penulis juaga mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Ainun Rohanah, STP, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Taufik

Rizaldi, STP, MP., sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing

dan memberikan berbagai masukan berharga bagi penulis dari mulai menetapkan

judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian, serta semua rekan

mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juni 2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Hal
ABSTRAK .................................................................................................. i
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................. ........ . vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 4
Batasan Penelitian ......................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa ........................................................................................... 5
Tempurung Kelapa ....................................................................................... 5
Asap Cair . .................................................................................................... 6
Komosisi Asap Cair ...................................................................................... 7
Manfaat Asap Cair . ...................................................................................... 9
Proses Pirolisis ............................................................................................. 9
Jenis Asap Cair ............................................................................................. 12
Komponen Alat Pengolahan Asap Cair ........................................................ 12
Reaktor Pirolisis ................................................................................ 12
Pipa Penghubung .............................................................................. 13
Tabung endapan fraksi berat .............................................................. 13
Kondensor......................................................................................... 13
Logam yang Digunakan ............................................................................... 14
Mekanisme Pembuatan Alat ......................................................................... 16
Prinsip Kerja Alat Pirolisis ........................................................................... 16
Analisa Ekonomi dan Analisa Kelayakan Usaha .......................................... 17
Break Even Point/BEP ...................................................................... 17
B/C Ratio .......................................................................................... 18
Net Present Value (NPV) .................................................................. 19
Internal Rete of Returns (IRR) ......................................................... 20
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 22
Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................ 22
Metode Penelitian ........................................................................................ 22
Komponen Alat ............................................................................................ 22
Persiapan Penelitian ..................................................................................... 24
Prosedur Penelitian ...................................................................................... 25
Parameter yang Diamati ................................................................................ 26
Kapasitas Efektif Alat ....................................................................... 26
Rendemen ......................................................................................... 26
Analisis Ekonomi .............................................................................. 27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kapasitas Efektif Alat .................................................................................. 33

Universitas Sumatera Utara


Rendemen .................................................................................................... 34
Analisis Ekonomi ......................................................................................... 36
Break Event Point (Perhitungan Titik Impas) ............................................... 37
Net present value ......................................................................................... 37
Internal rate of return (IRR) ........................................................................ 38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................... 39
Saran ............................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 41
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Komposisi buah kelapa ............................................................................ 5

2. Komposisi kimia tempurung kelapa ......................................................... 6

3. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses


karbonisasi kayu ....................................................................................... 11

4. Kebutuhan Bahan untuk satu kali pembuatan asap cair .............................. 32

5. Data Laju Kenaikan Suhu Pada Saat Proses Pirolisis ................................. 33

6. Hasil Pembakaran Tempurung Kelapa dengan Alat Pirolisis ..................... 33

7. Berat Asap Cair yang Dihasilkan............................................................... 35

8. Berat Arang dari Sisa Pembakaran ............................................................ 35

9. Volume Tar yang Tertampung................................................................... 36

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 43

2. Data Hasil Pengamatan ............................................................................. 45

3. Kapasitas Efektif Alat dan Rendemen ....................................................... 46

4. Perhitungan Massa Jenis Asap Cair ........................................................... 47

5. Analisis Ekonomi ...................................................................................... 48

6. Break Event Point ..................................................................................... 52

7. Net Present Value ..................................................................................... 53

8. Internal Rate Of Return ............................................................................. 57

9. Prinsip Kerja Alat ..................................................................................... 58

10. Perawatan Alat ........................................................................................ 59

11. Keselamatan Kerja .................................................................................. 60

12. Spesifikasi alat pirolisis ........................................................................... 61

13. Gambar Teknik Alat ................................................................................ 62

14. Gambar ................................................................................................... 65

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
HENRI SAPUTRA HARAHAP : Rancang Bangun Alat Pirolisis Untuk
Pembuatan Asap Cair dengan Memanfaatkan Limbah Tempurung Kelapa,
dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan TAUFIK RIZALDI.
Salah satu cara untuk membuat asap cair adalah dengan
mengkondensasikan asap hasil pembakaran tidak sempurna dari tempurung kelapa.
Asap memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya
senyawa asam, fenolat dan karbonil. Salah satu bahan yang digunakan untuk
pembuatan asap cair adalah tempurung kelapa karena tempurung kelapa merupakan
bahan sisa dari buah kelapa sehingga dapat dimanfaatkan lagi hingga bernilai
ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, dan menguji alat
pirolisis pembuat asap cair yang dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai dengan
bulan April 2011 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, melakukan
eksperimen, serta pengamatan dan pengujian terhadap alat. Parameter yang diamati
adalah kapasitas efektif alat, rendemen, dan analisis ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas efektif alat sebesar 2,44 L/jam
dengan rendemen sebesar 41,073%. Sedangkan biaya pokok yang harus
dikeluarkan untuk membuat 1 liter asap cair adalah sebanyak Rp. 4.034,669.
Kata kunci : alat, pirolisis, tempurung kelapa.

ABSTRACT
HENRI SAPUTRA HARAHAP : The Engineering of pyrolysis equipment for
making liquid smoke by utilizing waste of coconut shell, supervised by AINUN
ROHANAH and TAUFIK RIZALDI.
One way to make liquid smoke is by condensing of smoke resulted from
incomplete combustion of coconut shell. Smoke has the ability to preserve food
stuff because of the existence of acid compound, phenol and carbonyl. One of the
materials used to produce liquid smoke is coconut shell which is waste from
coconut fruit so it can be used again to increase economic value. The aim of this
research was to engineer, make, and test the pyrolysis liquid smoke equipment
from January 2011 until April 2011 at the Laboratory of Agricultural Engineering,
Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan, using of literature
study, experiment, and also observation and testing of the equipment. Parameters
observed were effective capacity of the equipment, yield, and economic analysis.
Based on the research, the effective capacity of the equipment was 2.44L/h
with a yield of 41.073%.. While the basic costs to be incurred to make 1 liter of
liquid smoke is as much as Rp. 4.034.669.
Keywords: equipment, pyrolysis, coconut shell.

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa merupakan tanaman berpotensial tinggi karena seluruh bagiannya

bisa dimanfaatkan. Potensi kelapa di Indonesia amat besar dan telah ditanam

hampir di seluruh Indonesia dan luas arealnya terus meningkat. Pada tahun 2005,

luas perkebunan kelapa mencapai 3,8 juta hektar. Area tersebut tersebar di seluruh

pelosok Tanah Air, bahkan hingga di pulau-pulau terpencil. Kepemilikan kebun

tersebut 98%-nya merupakan perkebunan rakyat (Prihandana dan Roy, 2007).

Dilihat dari luas areal, posisi perkelapaan Indonesia di dunia berada di

tingkat pertama, yang tahun 2005 seluas 3,8 juta hektar (31,2%) dari total area di

dunia (11,909 juta hektar). Lalu disusul Filipina 3,077 juta hektar (25,8%), India

1,908 juta hektar (16,0%), Srilanka 442.000 hektar (3,7%), Thailand 372.000

hektar (3,1%), dan negara lainnya 2,398 juta hektar (20,2%). Data diatas

menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara paling tinggi produksi

kelapanya (Prihandana dan Roy, 2007).

Berdasarkan data dari Dirjen Tanaman Perkebunan Deptan pada tahun 2007

yang dikutip dari majalah TRUBUS edisi Desember (2008), luas area perkebunan

kelapa di Sumatera Utara adalah 123.770 Ha. Sedangkan produksi kelapa tiap

tahunnya adalah 654.042 butir/tahun. Dengan tingginya produksi kelapa di

Sumatera Utara, maka diperkirakan limbah yang dihasilkan dari kelapa tersebut

cukup tinggi. Lain halnya lagi dengan tingkat komsumtif masyarakat Sumatera

Utara yang cukup tinggi terhadap penggunaan santan kelapa untuk berbagai produk

olahan makanan. Tentunya hal ini akan semakin menambah volume limbah di

Sumatera Utara berupa limbah batok kelapa dan sabut kelapa.

1
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengatasi peningkatan produksi sampah karena keterbatasan lahan

tempat pembuangan akhir (TPA), maka upaya pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi dikembangkan untuk mengolah beberapa hasil sampingan kelapa

seperti tempurung, dan sabut agar dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai

ekonomi yang tinggi, seperti arang tempurung kelapa yang sangat potensial untuk

diolah menjadi arang aktif. Namun dengan meningkatnya produksi arang aktif yang

menggunakan bahan dasar tempurung kelapa maka akan mengakibatkan terjadinya

pencemaran udara karena adanya penguraian senyawa-senyawa kimia dari

tempurung kelapa pada proses pembakaran. Pada proses pirolisis juga dihasilkan

asap cair, tar dan gas-gas yang tak terembunkan. Asap cair yang merupakan hasil

sampingan dari industri arang aktif tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi

jika dibandingkan dengan dibuang ke atmosfir. Asap cair diperoleh dari

pengembunan asap hasil penguraian senyawa-senyawa organik yang terdapat

dalam tempurung kelapa sewaktu proses pirolisis.

Selama pirolisis akan terbentuk berbagai macam senyawa. Senyawa-

senyawa yang terdapat di dalam asap dikelompokkan menjadi beberapa golongan

yaitu, fenol, karbonil (terutama keton dan aldehid), asam furan, alkohol dan ester,

lakton, hidrokarbon alifatik, dan hidrokarbon poliiklis aromatis (Darmadji, 1996).

Seiring dengan fenomena yang terjadi baru-baru ini, masyarakat Indonesia

mulai menyadari bahwa betapa lamanya masyarakat Indonesia dijejali dengan

bahan-bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan yang dikonsumsi.

Padahal, Badan Pengawas Obat dan Makanan melarang penggunaan formalin

untuk mengawetkan makanan karena formalin berdampak buruk pada kesehatan

seperti memicu depresi susunan saraf, memperlambat peredaran darah, dan kencing

Universitas Sumatera Utara


darah. Tanpa menyadari dampak yang ditimbulkannya masyakat tetap

menggunakannya. Formalin dan Borax sebetulnya adalah pengwet mayat.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan ternyata asap cair bisa

digunakan sebagai bahan pengawet alami. Pelzar and Chan (1995) menyatakan

senyawa yang mendukung sifat antibakteri dari asap cair adalah senyawa fenol dan

asam. Senyawa fenol menghambat pertumbuhan bakteri dengan memperpanjang

fase lag secara proporsional di dalam sel. Selain itu Balai Penelitian Sembawa

sebagai Pusat Penelitian Karet (2002) melaporkan bahwa asap cair bisa digunakan

untuk mempersingkat waktu pengolahan karet Ribbed Smoked Sheet (RSS), secara

konvesional memerlukan waktu 5-6 hari dipersingkat hanya 36 jam dengan

menghemat kayu bakar sebanyak 2,45 m3 perton karet serta ramah lingkungan

karena dapat mengurangi polusi udara akibat pembakaran pada pengolahan RSS

secara konvensional.

Berdasarkan hal di atas penulis berinisiatif untuk merancang dan

mengembangkan alat untuk memproduksi asap cair yang sudah ada dengan

konstruksi yang cukup sederhana sehingga tidak membutuhkan keahlian khusus

dan pelatihan bagi pengguna pemula. Alat tersebut dinamakan Alat Pirolisis yang

menggunakan metode pembakaran secara pirolisa yaitu pembakaran dengan sedikit

O 2 dan suhu yang tinggi. Pada komponen alat ini dilakukan penambahan pipa

sebanyak 3 batang pada bagian dalam reaktor pirolisis dengan tujuan agar peroses

pembakaran lebih cepat berlangsung.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, dan menguji alat

pirolisis untuk memproduksi asap cair.

Universitas Sumatera Utara


Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik

Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai pembuatan asap cair

3. Bagi masyarakat, untuk membantu dan memotivasi dalam proses produksi

asap cair.

Batasan Penelitian

Asap cair yang dimaksud disini adalah asap cair yang merupakan hasil

kondensat peroses pembakaran secara pirolisa dari bahan tempurung kelapa.

Penelitian ini hanya sebatas mendesain, membuat, dan menguji alat pirolisis untuk

memproduksi asap cair.

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kelapa

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman yang

termasuk dalam famili Palmae dan banyak tumbuh di daerah tropis, seperti di

Indonesia. Tanaman kelapa membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai untuk

pertumbuhan dan produksinya. Faktor lingkungan itu adalah sinar matahari,

temperatur, curah hujan, kelembaban, dan tanah (Palungkun, 2001).

Kelapa dikenal sebagai tanaman yang serbaguna karena seluruh bagian

tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia serta mempunyai nilai ekonomis

yang cukup tinggi. Salah satu bagian yang terpenting dari tanaman kelapa adalah

buah kelapa. Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu kulit luar (epicarp),

sabut (mesocarp), tempurung kelapa (endocarp), daging buah (endosperm), dan air

kelapa. Adapun komposisi buah kelapa dapat kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Komposisi buah kelapa


Bagian buah Jumlah berat (%)
Sabut 35
Tempurung 12
Daging buah 28
Air kelapa 25
(Palungkun, 2001).

Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa merupakan bagian buah kelapa yang fungsinya secara

biologis adalah pelindung inti buah dan terletak di bagian sebelah dalam sabut

dengan ketebalan berkisar antara 3–6 mm. Tempurung kelapa dikategorikan

sebagai kayu keras tetapi mempunyai kadar lignin yang lebih tinggi dan kadar

selulosa lebih rendah dengan kadar air sekitar enam sampai sembilan persen

Universitas Sumatera Utara


(dihitung berdasarkan berat kering) dan terutama tersusun dari lignin, selulosa dan

hemiselulosa (Tilman, 1981).

Apabila tempurung kelapa dibakar pada temperatur tinggi dalam ruangan

yang tidak berhubungan dengan udara maka akan terjadi rangkaian proses

penguraian penyusun tempurung kelapa tersebut dan akan menghasilkan arang,

destilat, tar dan gas. Destilat ini merupakan komponen yang sering disebut sebagai

asap cair (Pranata, 2008).

Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar

enam sampai sembilan persen (dihitung berdasar berat kering), dan terutama

tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa. Data komposisi kimia tempurung

kelapa dapat kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Komposisi kimia tempurung kelapa


Komponen Persentase %
Selulosa 26,6
Hemiselulosa 27,7
Lignin 29,4
Abu 0,6
Komponen ekstraktif 4,2
Uronat anhidrat 3,5
Nitrogen 0,1
Air 8,0
(Suhardiyono, 1988).

Asap Cair

Asap cair adalah cairan kondensat dari asap yang telah mengalami

penyimpanan dan penyaringan untuk memisahkan tar dan bahan-bahan partikulat.

Salah satu cara untuk membuat asap cair adalah dengan mengkondensasikan asap

hasil pembakaran tidak sempurna dari kayu. Selama pembakaran, komponen utama

kayu yang berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin akan mengalami pirolisis.

Universitas Sumatera Utara


Selama proses pirolisis akan terbentuk berbagai macam senyawa. Senyawa-

senyawa yang terdapat di dalam asap dikelompokkan menjadi beberapa golongan

yaitu, fenol, karbonil (terutama keton dan aldehid), asam furan, alkohol dan ester,

lakton, hidrokarbon alifatik, dan hidrokarbon poliiklis aromatis. Asap memiliki

kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam,

fenolat dan karbonil (Pranata, 2008).

Komposisi Asap Cair

Menurut Astuti dalam Pranata (2008), asap cair mengandung berbagai

senyawa yang terbentuk karena terjadinya proses pirolisis dari tiga komponen kayu

yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap

telah berhasil diidentifikasi. Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam

jumlah yang bervariasi tergantung jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan

kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim dan tanah. Komponen-komponen tersebut

meliputi asam yang dapat mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk

asapan; karbonil yang bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat

dan fenol yang merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas

antioksidan.

Diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang

paling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Kandungan maksimum senyawa-

senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis 600 0C.

Tetapi produk yang diberikan asap cair yang dihasilkan pada temperatur 400 0C

dinilai mempunyai kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan dengan asap

cair yang dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi.

Menurut Girard (1992), senyawa-senyawa penyusun asap cair meliputi:

Universitas Sumatera Utara


1. Senyawa-senyawa fenol merupakan senyawa yang berperan sebagai

antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan.

Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur

pirolisis kayu. Kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10-

200 mg/kg. Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan

adalah guaiakol, dan siringol.

2. Senyawa-senyawa karbonil merupakan senyawa yang berperan pada

pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai

aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat

dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida.

3. Senyawa-senyawa asam merupakan senyawa yang berperan sebagai

antibakteri dan membentuk cita rasa produk asapan. Senyawa asam ini antara

lain adalah asam asetat, propionat, butirat dan valerat.

4. Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis merupakan senyawa yang dapat

terbentuk pada proses pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti

benzo(a)pirena merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena

bersifat karsinogen.

5. Senyawa benzo(a)pirena merupakan senyawa yang mempunyai titik didih

310 0C dan dapat menyebabkan kanker kulit jika dioleskan langsung pada

permukaan kulit. Akan tetapi proses yang terjadi memerlukan waktu yang

lama.

Universitas Sumatera Utara


Manfaat Asap Cair

Menurut Darmadji (1999), asap cair memiliki banyak manfaat dan telah

digunakan pada berbagai industri, antara lain :

1. Industri pangan

Asap cair ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai pemberi rasa

dan aroma yang spesifik juga sebagai pengawet karena sifat antimikrobia dan

antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan tradisional

dengan menggunakan asap secara langsung yang mengandung banyak kelemahan

seperti pencemaran lingkungan, proses tidak dapat dikendalikan, kualitas yang

tidak konsisten serta timbulnya bahaya kebakaran, yang semuanya tersebut dapat

dihindari.

2. Industri perkebunan

Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional

asap cair seperti antijamur, antibakteri dan antioksidan tersebut dapat memperbaiki

kualitas produk karet yang dihasilkan.

3. Industri kayu

Kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap

serangan rayap dari pada kayu yang tanpa diolesi asap cair.

Proses Pirolisis

Menurut Widjaya dalam Pranata (2008), pirolisis adalah proses pemanasan

suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian komponen-komponen

penyusun kayu keras. Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur

dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa

berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa

Universitas Sumatera Utara


apabila tempurung dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu

yang cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa

kompleks yang menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk

yaitu padatan, cairan dan gas.

Pembakaran tidak sempurna pada tempurung kelapa menyebabkan senyawa

karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon dioksida dan peristiwa tersebut

disebut sebagai pirolisis. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya

oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks terurai, sebagian besar menjadi

karbon atau arang. Istilah lain dari pirolisis adalah “destructive distillation” atau

destilasi kering, dimana merupakan proses penguraian yang tidak teratur dari

bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan

dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung

dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi

maka akan terjadi rangkaian reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks

yang menyusun tempurung dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan,

cairan dan gas.

Tempurung kelapa dan kayu keras memiliki komponen-komponen yang

hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-

beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian

selulosa, satu bagian hemiselulosa serta satu bagian lignin. Girard (1992)

menyatakan bahwa produk dekomposisi termal yang dihasilkan melalui reaksi

pirolisis komponen-komponen kayu adalah sebanding dengan jumlah komponen-

komponen tersebut dalam kayu.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Tahir (1992), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam

penggolongan produk yaitu :

1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa

gas CO 2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO,

CH 4 , H 2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain. Komposisi rata-rata dari total

gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu disajikan pada tabel dibawah

ini.

Tabel 3. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses
karbonisasi kayu
Komponen gas Persentase (%)
Karbondioksida 50,77
Karbonmonoksida 27,88
Metana 11,36
Hidrogen 4,21
Etana 3,09
Hidrokarbon tak jenuh 2,72

2. Destilat berupa asap cair dan tar

Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah metanol dan asam

asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam

format, asam butirat dan lain-lain.

3. Residu (karbon).

Tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen yang

hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-

beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian

selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin.

Universitas Sumatera Utara


Jenis Asap Cair

Jenis Asap Cair dibedakan atas penggunaannya. Ada 3 jenis grade asap cair,

yaitu sebagai berikut :

1. Grade 1 yaitu warna bening, rasa sedikit asam, aroma netral, digunakan untuk

makanan, ikan,

2. Grade 2 yaitu warna kecoklatan transparan, rasa asam sedang, aroma asap

lemah, digunakan untuk makanan dengan taste asap (daging asap, bakso, mie,

tahu, ikan kering, telur asap, bumbu-bumbu barbaque, ikan asap/bandeng

asap),

3. Grade 3 yaitu warna coklat gelap, rasa asam kuat, aroma asap kuat, digunakan

untuk penggumpal karet pengganti asam semut, penyamakan kulit, pengganti

antiseptik untuk kain, menghilangkan jamur dan mengurangi bakteri patogen

yang terdapat di kolam ikan

(Buckingham, 2010).

Komponen Alat Pengolahan Asap Cair

Reaktor Pirolisis

Reaktor Pirolisis adalah alat pengurai senyawa-senyawa organik yang

dilakukan dengan proses pemanasan tanpa berhubungan langsung dengan udara

luar dengan suhu 300-600 0C. Reaktor pirolisis dibalut dengan selimut dari bata

dan tanah untuk menghindari panas keluar berlebih, memakai bahan bakar kompor

minyak tanah atau gas. Proses pirolisis menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu

padat, gas dan cairan (Buckingham, 2010).

Cara penggunaan alat ini yaitu dengan memasukkan sampel ke dalam

reaktor pirolisis dan ditutup rapat. Reaktor kemudian dipanaskan selama 5 jam.

Universitas Sumatera Utara


Destilat yang keluar dari reaktor ditampung dalam dua wadah. Wadah pertama

untuk menampung fraksi berat, sedangkan wadah kedua untuk menampung fraksi

ringan. Fraksi ringan ini diperoleh setelah dilewatkan tungku pendingin yang

dilengkapi pipa berbentuk spiral.

Pipa penghubung

Pipa penghubung merupakan bagian komponen dari alat pengolahan asap

cair yang berfungsi sebagai penghubung antara reaktor pirolisis dengan kondensor.

Asap dari proses pembakaran pirolisa akan mengalir menuju kondensor akibat

adanya perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan temperatur antara

reaktor piirolisis dengan kondensor.

Tabung endapan fraksi berat

Tabung endapan praksi berat merupakan komponen alat yang berfungsi

untuk menampung fraksi berat seperti tar, slug, pasir,dan benda-benda lainnya dari

uap asap sebelum sampai pada kondensor. Komponen alat ini terdapat pada bagian

pipa penghubung yang berbentuk tabung. Pada saat asap mengalir pada pipa maka

kandungan asap dengan fraksi berat seperti tar, slug, dan benda-benda lainnya akan

jatuh dan tertampung pada tabung endapan akibat adanya gaya grafitasi.

Kondensor

Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger)

yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida kerja. Pada alat ini kondensor

merupakan komponen alat yang berfungsi untuk mengembunkan asap menjadi cair.

Kondensor yang digunakan merupakan kondensor tipe vertikal. Uap asap yang

mengalir dari reaktor pirolisis melalui pipa penghubung akan masuk pada

kondensor dan akan mengembun pada pipa kondensat yang terdapat dalam

Universitas Sumatera Utara


kondensor. Pipa kondensat ini berbentuk spiral dengan arah vertikal. Selama asap

tersebut dalam pipa kondensat maka akan terjadi pengembunan sehingga terbentuk

asap cair (Bagasvaniwaran, 2010).

Logam yang Digunakan

Logam yang digunakan merupakan logam baja perkakas (tool steel) dan

logam baja tahan karat Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah

tahan pakai, tajam atau mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet. Baja tahan karat

(stainless steel) yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda. Akan

tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang

membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam tiga

kelompok dasar, yaitu :

a. Baja Tahan Karat Ferit

Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04 % C) dan

sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu

kromium sekitar 13 % - 20 % dan tambahan kromium tergantung pada

tingkat ketahanan karat yang diperlukan. Baja ini tidak dapat dikeraskan

dengan cara disepuh dan cocok untuk dipres, ditarik, dan dipuntir. Baja

yang mengandung 13 % kromium digunakan untuk garpu dan sendok,

sedangkan yang mengandung 20 % kromium untuk tabung sinar katoda.

b. Baja Tahan Karat Austenit

Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat tinggi,

nikel akan membuat temperatur transformasinya rendah, sedangkan

kromium akan membuat kecepatan pendinginan kritisnya rendah.

Campuran kedua unsur itu menghasilkan struktur lapisan austenit pada

Universitas Sumatera Utara


temperatur kamar. Baja ini tidak dapat dikeraskan melalui perlakuan panas,

tetapi dapat disepuh keras. Pekerjaan dan penyepuhan tersebut membuat

baja sukar dikerjakan dengan mesin perkakas. Seperti baja austenit yang

lain, baja tahan karat austenit tidak magnetis. Baja tahan karat yang

mengandung 0,15 % C, 18 % Cr, 8,5 % Ni, dan 0,8 % Mn sesuai untuk

digunakan sebagai alat-alat rumah tangga dan dekoratif. Baja tahan karat

yang mengandung 0,05 % C, 18,5 % Cr, 10 % Ni, dan 0,8 % Mn, baik

untuk dikerjakan dengan cara penarikan dalam karena kandungan

karbonnya rendah. Baja tahan karat yang mengandung 0,3 % C, 21 % Cr, 9

% Ni, dan 0,7 % Mn sesuai untuk dituang. Kebanyakan baja tahan karat

austenit mengandung sekitar 18 % kromium dan 8 % nikel. Proporsi unsur

kromium dan nikel sedikit berbeda dengan penambahan dalam proporsi

yang kecil dari unsur molibdenum, titanium, dan tembaga untuk

menghasilkan sifat-sifat yang spesial. Baja dalam kelompok ini digunakan

apabila diperlukan ketahanannya terhadap panas.

c. Baja Tahan Karat Martensit

Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon dan

dapat dikeraskan melalui perlakuan panas, juga mempengaruhi sifat-

sifatnya melalui pengerasan dan penyepuhan. Baja yang mengandung 0,1 %

C, 13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan untuk memperbaiki

kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan. Baja ini seringkali disebut

besi tahan karat dan digunakan khususnya untuk peralatan gas turbin dan

pekerjaan dekoratif. Apabila baja ini digunakan untuk alat-alat pemotong

maka terlebih dahulu ditemper atau disepuh pada temperatur sekitar 1800C,

Universitas Sumatera Utara


dan jika digunakan untuk pegas terlebih dahulu ditemper pada temperatur

sekitar 4500C.

(Amanto dan Daryanto, 1999).

Mekanisme Pembuatan Alat

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan

dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-

hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas, antara lain

mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin

gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani

bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk

pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi peralatan

untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti dengan baja

tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan biaya membuat

mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat sering sekali

tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan

untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan non

logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Prinsip Kerja Alat Pirolisis

Pada alat pirolisis terjadi proses penguraian senyawa-senyawa organik pada

bahan. Penguraian ini disebabkan oleh proses pemanasan tanpa berhubungan

langsung dengan udara luar dengan suhu 400-600 0C. Untuk mencapai suhu 400-

600 0C dilakukan pemanasan reaktor selama 5 jam sehingga akan diperoleh destilat

Universitas Sumatera Utara


berupa asap cair setelah melalui proses pengembunan pada kondensor yang

dilengkapi dengan pipa spiral (anonimus, 2010).

Pada proses pemanasan yang terjadi pada reaktor pirolisis, asap yang

dihasilkan akan mengalir menuju kondensor melalui pipa yang mengubungkan

reaktor pirolisis dengan kondensor. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tekanan

yang disebabkan perbedaan temperatur antara reaktor pirolisis dan kondensor.

Sebagaimana yang kita ketahui pada reaktor pirolisis terjadi proses pemanasan

sehingga temperatur naik, sedangkan pada kondensor temperaturnya akan lebih

rendah karena dialiri oleh air, maka akan terjadi perpindahan fluida berupa asap

karena sifat fluida mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan yang lebih rendah.

Analisa Ekonomi dan Analisa Kelayakan Usaha

Break Even Point/BEP (Analisis Titik Impas)

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat

produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai

sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing).

Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan

dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan

menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh

keuntungan.

Analisis titik impas juga digunakan untuk:

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha,

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi

untuk peralatan produksi,

Universitas Sumatera Utara


3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan)

dari dua alternatif usulan investasi

(Waldiyono, 2008).

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada out put yang

dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak

bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar. Sedangkan, Biaya

tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan

dihasilkan (Soeharno, 2007).

Analisis finansial yaitu menghitung tingkat keuangan yang diterima dari

modal yang sudah diinvestasikan pada alat yang akan dibuat. Kriteria investasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

B/C Ratio

Metode B/C Ratio adalah metode dengan memberikan penekanan terhadap

nilai perbandingan antara aspek manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan

aspek biaya dan kerugian yang akan ditanggung (cost) dengan adanya sebuah

investasi.

Adapun metode analisis benefit cost ratio (B/C Ratio) ini akan di jelaskan

sebagai berikut:

Benefit ΣBenefit
Rumus umum B/C Ratio = atau .........................................( 1 )
Cost ΣCost

Jika analisis dilakukan terhadap present:

PWB
∑ Cb ( FBP)
t =0
t t
B/C Ratio = atau n
............................................................( 2 )
∑ Cc ( FBP)
PWC
t t
t =0

Universitas Sumatera Utara


Jika analisis dilakukan terhadap annual:

EUAB
∑ Cb ( FBA)
t =0
t t
B/C Ratio = atau n
.........................................................( 3 )
∑ Cc ( FBA)
EUAC
t t
t =0

Dimana :

PWB = Present Worth of Benefit

PWC = Present Worth of Cost

Cb = Cash flow benefit

Cc = Cash flow cost

FBP = Faktor bunga present

FBA = Faktor bunga annual

EUAB = Equivalent Uniform Annual of Benefit

EUAC = Equivalent Uniform Annual of Cost

n = Umur investasi

t = periode waktu

Dengan kriteria:

Untuk mengetahui apakah suatu rencana investasi layak ekonomis atau

tidak setelah melalui metode ini:

Jika B/C Ratio ≥ berarti investasi layak (feasible)

Jika B/C Ratio < berarti investasi tidak layak (unfeasible) (Giatman, 2006).

Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur

suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan NPV merupakan net

benefit yang telah didiskon dengan discount factor.

Universitas Sumatera Utara


t =n
( Bt − C t )
NPV = ∑ ……………………………….................................. ( 4 )
t =i (1 + i ) t

Keterangan :

B = manfaat penerimaan tiap tahun

C = ongkos yang dikeluarkan tiap tahun

t = tahun kegiatan usaha (t = 1,2,...n)

i = tingkat suku bunga yang berlaku

Kriteria NPV yaitu :

NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;

NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan;

NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan

(Pujosumarto, 1998).

Internal Rete of Returns (IRR)

Dengan menggunakan metode IRR kita akan mendapatkan informasi yang

berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi

yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan

seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa

besar pula kewajiban yang harus dipenuhi. Kemampuan ini yang disebut dengan

IRR. Sedangkan kewajiban disebut dengan Minimum Atractive Rate of Return

(MARR) (Giatman, 2006).

t =n
( Bi − Ci )
IRR = ∑ = 0……………………………………………. ………….. ( 5 )
t =i (1 + i )t

Keterangan :

B = manfaat penerimaan tiap tahun

Universitas Sumatera Utara


C = manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun

t = tahun kegiatan usaha ( t = 1,2,…,n )

i = tingkat suku bunga

Kriteria IRR yaitu :

IRR > social discount rate berarti usaha layak dilaksanakan

IRR < social discount rate berarti usaha tidak layak untuk dilaksanakan

(Pujosumarto, 1998).

Universitas Sumatera Utara


BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan April

2011 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air,

tempurung kelapa kering, plat baja perkakas,plat besi, gelas ukur, kompor gas, pipa

stainless steel, kran air, pompa air sentrifugal, termometer, selang plastik, pipa

besi, botol plastik, pipa paralon, driken, baut dan mur.

Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis,

gergaji besi, kunci pas, kalkulator, gerinda, komputer, palu, mesin las, dan mesin

bor.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur

(kepustakaan), lalu melakukan eksperimen tentang alat pirolisis ini. Selanjutnya

dilakukan perancangan bentuk, pembuatan, dan kemudian dilakukan pengujian alat

dengan pengamatan parameter.

Komponen Alat

Alat pirolisis ini mempunyai beberapa komponen yaitu :

1. Reaktor pirolisis

Reaktor pirolisis ini merupakan bagian komponen alat yang berfungsi

sebagai tempat pembakaran tempurung kelapa kering agar menghasilkan

asap. Alat ini berbentuk tabung silinder dengan diameter 50 cm, dan tinggi

22
Universitas Sumatera Utara
70 cm. Dan di bagian atas berbentuk kerucut dengan tinggi 20 cm yang

disambungkan dengan pipa penghubung uap asap menuju kondensor.

2. Pipa penghubung

Pipa ini berdiameter 1 inchi dan berfungsi sebagai tempat aliran uap asap

yang menghubungkan reaktor pirolisis menuju tabung endapan praksi berat

dan kondensor.

3. Tabung endapan fraksi berat

Komponen ini berfungsi untuk menampung fraksi berat seperti tar, slug,

pasir,dan benda-benda lainnya dari uap asap sebelum sampai pada

kondensor.

4. Kondensor

Kondensor ini terdiri dari drum, pompa air sentrifugal, pipa stainless steel

yang berbentuk spiral, dan air. Di sisi samping bawah dan atas drum akan

dibuat lubang untuk aliran masuk dan keluar air yang dipompakan oleh

pompa sentrifugal tersebut. Air ini akan menurunkan temperatur asap

sehingga berubah fase menjadi cair.

5. Pipa keluaran aliran

Pipa ini terbuat dari pipa stainless steel yang berukuran 1 inchi. Pipa ini

berfungsi mengalirkan asap yang telah mencair dari kondensor menuju

wadah penampungan sementara.

6. Wadah penampung

Komponen ini terdiri dari 2 wadah penampung yang dibuat dari botol

plastik. Komponen ini berfungsi sebagai wadah penampungan sementara

asap cair. Kapasitas dari volume 1 botol plastik adalah 1,5 L.

Universitas Sumatera Utara


7. Selang pembuangan gas

Komponen ini dibuat dari selang plastik yang berfungsi sebagai komponen

yang membuang asap yang mengandung gas metan yang dihasilkan selama

proses pembuatan asap cair.

8. Gelas ukur

Gelas ukur ini berfungsi untuk mengetahui jumlah volume asap cair yang

dihasilkan.

Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk

penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan bahan-

bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.

a. Pembuatan alat

Adapun langkah-langkah dalam pembuatan alat pirolisis ini adalah :

1. Dirancang bentuk alat sesuai dengan urutan proses.

2. Digambar serta ditentukan ukuran alat.

3. Dipilih bahan yang akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan alat.

4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan.

5. Dipotong bahan sesuai ukuran.

6. Dibentuk dan dilas plat besi untuk membentuk reaktor pirolisis.

7. Dipotong dan dilas pipa stainless steel untuk membentuk pipa penghubung.

8. Dibentuk dan dilas plat stainless steel untuk membentuk pipa pendinginan

pada kondensor.

9. Disiapkan drum kondensor dan pompa air sentrifugal.

Universitas Sumatera Utara


10. Dibuat satu lubang pada bagian bawah drum, kemudian pada sisi lainnya

dibuat dua lubang, yaitu pada sisi samping atas dan bawah.

11. Dihubungkan pompa pada kedua lubang yang telah dibuat pada sisi drum.

12. Dipasang pipa keluar aliran asap cair pada lubang bagian bawah pada drum

kondensor dengan wadah penampung.

13. Dihubungkan komponen alat yang telah dibuat sesuai dengan urutan proses.

b. Persiapan bahan

1. Disiapkan bahan yang akan dibakar secara proses pirolisa (dalam penelitian

bahan yang digunakan adalah tempurung kelapa).

2. Dikeringkan tempurung kelapa yang masih basah dibawah panas matahari

hingga menjadi kering.

3. Dipecah tempurung kelapa hingga berukuran lebih kecil.

4. Ditimbang bahan (pecahan tempurung kelapa) yang akan dibakar.

5. Tempurung kelapa siap untuk dibakar.

Prosedur Penelitian

1. Dimasukkan bahan ke dalam reaktor pirolisis berupa tempurung kelapa

sebanyak 30 Kg.

2. Dialirkan air ke dalam drum kondensor dengan menggunakan pompa

sentrifugal sebanyak 150 L

3. Dihidupkan kompor gas.

4. Dilakukan pembakaran dengan cara proses pirolisa terhadap bahan yang

terdapat dalam reaktor pirolisis.

5. Dilakukan pembakaran hingga mencapai suhu 400 0C.

6. Ditampung hasil pengembunan asap cair pada wadah penampung.

Universitas Sumatera Utara


7. Dilakukan pengendapan asap cair agar fraksi berat yang tercampur dapat

terpisah dengan asap cair.

8. Dilakukan pengukuran volume asap cair yang dihasilkan tiap satuan berat

bahan yang dimasukka ke dalam wadah bahan.

9. Dilakukan pengamatan parameter.

Parameter yang Diamati

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat dilakukan dengan menghitung banyaknya asap cair

yang dihasilkan (liter) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses

pembakaran (jam).

Vol
KA = …………………………………………………………… (1)
T

dimana :

KA = Kapasitas efektif alat (Liter/jam)

Vol = Volume asap cair yang dihasilkan (Liter)

T = Waktu yang dibutuhkan selama proses pembakaran (jam)

Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara asap cair yang dihasilkan dengan

bahan batok kelapa yang diolah. Perhitungan rendemen dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar rendemen yang dihasilkan oleh suatu alat dalam

memproduksi asap cair tiap satuan banyaknya bahan yang diolah.

BN
Re nd = x100% ………………………………………………….. (2)
BB

dimana :

Rend = Rendemen (%)

Universitas Sumatera Utara


BN = Berat asap cair yang dihasilkan tiap satu satuan

berat bahan yang diolah (kg)

BB = Berat bahan olahan (kg)

Analisis Ekonomi

a. Biaya Produksi Asap Cair

Perhitungan biaya produksi untuk menghasilkan asap cair dilakukan dengan

cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap,

atau lebih dikenal dengan biaya pokok.

 BT 
BP =  + BTT C …………………………………………………. (3)
 x 

dimana :

BP = Biaya pokok yang dikeluarkan

BT = Total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = Total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x = Total jam kerja per tahun (jam/tahun)

C = Kapasitas alat (jam/satuan produksi)

1. Biaya Tetap

Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :

1) Biaya Penyusutan (Metode Garis Lurus)

D=
(P − S ) ………………………………………………… (4)
n

dimana :

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)

Universitas Sumatera Utara


P = Nilai awal (harga beli/pembuatan) alat dan mesin (Rp)

S = Nilai akhir alsin (10 % dari P) (Rp)

n = Umur ekonomi (tahun)

2) Biaya bunga modal dan asuransi

i ( P)(n + 1)
I= ..................................................................... (5)
2n

dimana:

i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% per tahun)

3) Biaya pajak

Di negara ini belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk

mesin-mesin dan peralatan pertanian, diperkirakan bahwa biaya pajak

adalah 2% pertahun dari nilai awalnya.

4) Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1 %, rata-

rata diperhitungkan 1 % dari nilai awal (P) pertahun.

2. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari:

1) Biaya listrik (Rp/Kwh)

2) Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan

persamaan:

1,2 % ( P − S )
Biaya reparasi = ............................................... (6)
1000 jam

3) Biaya Perawatan

Universitas Sumatera Utara


12%.P
Biaya Perawatan = .................................................. (7)
1000 jam

4) Biaya Operator

Biaya operator tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari

gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

b. Break Event Point (Perhitungan Titik Impas)

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk

mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha

yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang

diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya

keuntungan.

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat digunakan

rumus sebagai berikut:

F
N= ……………………………………….(8)
(R − V )

Dimana:

N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)

F : biaya tetap per tahun (rupiah)

R : penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah)

V : biaya tidak tetap per unit produksi.

VN = total biaya tidak tetap per tahun (rupiah/unit).

c. Net Present Value (NPV)

Universitas Sumatera Utara


Menurut Darun (2002), identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis

dengan metode analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah

kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk

diusahakan.

NPV = ∑t = 0
n (Bt − Ct ) .................................................................. (9)
(1 + i )t
dimana :

B = Manfaat penerimaan tiap tahun

C = Manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun

t = Tahun kegiatan usaha (t=1,2,...,n)

i = Tingkat diskon yang berlaku

Dengan kriteria :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan.

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak

menguntungkan.

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

d. Internal Rate of Return (IRR)

Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi

yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan IRR.

Menurut Pujosumarto (1998), IRR dapat diketahui dengan menggunakan

rumus:

t =n
( Bi − Ci )
IRR = ∑ = 0……………………………………………..…( 10 )
t =i (1 + i )t

Kriteria IRR yaitu :

Universitas Sumatera Utara


IRR > social discount rate berarti usaha layak dilaksanakan

IRR < social discount rate berarti usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Asap cair adalah cairan kondensat dari asap yang telah mengalami

penyimpanan dan penyaringan untuk memisahkan tar dan bahan-bahan partikulat.

Salah satu cara untuk membuat asap cair adalah dengan mengkondensasikan asap

hasil pembakaran tidak sempurna dari tempurung kelapa. Selama pembakaran,

komponen utama tempurung kelapa yang berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin

akan mengalami pirolisis.

Untuk satu kali proses pembuatan asap cair dengan menggunakan alat

pirolisis, membutuhkan bahan dengan jumlah seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Kebutuhan Bahan untuk satu kali pembuatan asap cair


Jenis Bahan Jumlah yang Dibutuhkan
Bahan bakar/ gas elpiji (kg) 4
Air (L) 150
Tempurung Kelapa (kg) 30
Es batang ( kg) 1 x 10 kg

Jadi, untuk satu kali proses agar menghasilkan asap cair dengan

menggunakan alat pirolisis diperlukan bahan bakar berupa gas elpiji sebanyak 4 kg

untuk memanaskan tempurung kelapa sebanyak 30 kg selama 5 jam pembakaran

dengan proses pirolisis. Selain itu, untuk menghasilkan asap cair juga diperlukan

air sebanyak 150 liter dan es batang sebanyak 1 batang dengan ukuran 10 kg. Air

dan es batang ini digunakan sebagai pendingin pada konderson agar asap yang

dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa mengalami kondensasi sehingga uap

tersebut menjadi cair. Cairan yang dihasilkan ini disebut dengan asap cair. Agar air

pada kondensor tetap dingin dilakukan sirkulasi air dengan bantuan pompa air. Jika

tidak dilakukan sirkulasi air maka air yang ada pada kondensor akan mendidih,

sehingga proses kondensasi tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

32
Universitas Sumatera Utara
Selama proses pirolisis berlangsung kita dapat mengetahui laju kenaikan

suhu pada saat proses pirolisis berlangsung. Ada pun data tersebut adalah sebagai

berikut :

Tabel 5. Data Laju Kenaikan Suhu Pada Saat Proses Pirolisis


Waktu Kenaikan Suhu (menit)
Ulangan 0 0 0
30 C 50 C 100 C 1500C 2000C 2500C 3000C 3500C 4000C
I 0 13 23 58 118 168 230 260 292
II 0 12 23 57 119 166 228 262 296
III 0 12 20 57 119 166 227 270 -
Rataan 0 12,67 22 57,33 8,67 166,67 228.33 264 294

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa pada proses pirolisis diperlukan

waktu rata-rata selama 294 menit untuk mencapai suhu 400 0C. Namun pada

ulangan ke- 3, proses pirolisis tidak mencapai suhu 400 0C, hanya mencapai suhu

352 0C (Lampiran 2). Hal ini dikarenakan adanya terdapat kebocoran pada bagian

sambungan pipa penghubung karena pada bagian ini terdapat bagian pengelasan

yang kurang baik sehingga diperlukan lem besi sebagai bahan penambal

kebocoran. Pada proses pirolisis ini, asap cair pertama sekali dihasilkan pada suhu

75 0C dengan waktu pemanasan 16 menit.

Kapasitas Efektif Alat

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Pembakaran Tempurung Kelapa dengan Alat Pirolisis


Ulangan Volume (L) Lama Pembakaran (jam)
I 12 5
II 12,1 5
III 12,5 5
Rataan 12,2 5

Proses pembakaran tempurung kelapa dengan menggunakan alat pirolisis

pada penelitian ini memakan waktu selama 5 jam. Asap cair tidak langsung

dihasilkan pada menit pertama pembakaran karena memerlukan waktu untuk

Universitas Sumatera Utara


menghasilkan asap pada saat pembakaran tempurung kelapa. Cairan kondensat

asap cair akan berangsur-angsur keluar melalui kondensor secara perlahan setelah

mengalami proses kondensasi. Proses pirolisis dinyatakan selesai apabila asap cair

tidak lagi dihasilkan pada proses pirolisis tersebut.

Pada penelitian yang telah dilakukan diperoleh asap cair dengan

menggunakan alat pirolisis pada percobaan I sebanyak 12 liter, percobaan II

sebanyak 12,1 liter, dan percobaan III sebanyak 12,5 liter, sehingga diperoleh

volume rata-rata asap cair yang dihasilkan sebanyak 12,2 liter dengan lama

pembakaran selama 5 jam.

Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama

pengoperasian tiap satuan waktu. Dalam hal ini kapasitas efektif alat diukur dengan

mambagi banyaknya volume asap cair yang dihasilkan dari alat pirolisis terhadap

waktu yang dibutuhkan selama pengoperasian alat. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan (Tabel 6), diperoleh kapasitas efektif alat pirolisis ini sebesar 2,44

L/jam. Sedangkan pada alat pirolisis yang telah ada dipasaran tidak disebutkan

berapa nilai kafasitas efektif alatnya, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan

alat pirolisis ini.

Rendemen

Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

rendemen yang dihasilkan oleh suatu alat dalam memproduksi asap cair tiap satuan

banyak bahan yang diolah.

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 7. Berat Asap Cair yang Dihasilkan


Ulangan Berat Asap Cair Yang Dihasilkan (kg)
I 12,12
II 12,221
III 12,625
Rataan 12,322

Dari data di atas, diperoleh rendemen sebesar 41,073 %, yaitu dengan

membagi berat rataan asap cair sebesar 12,322 kg dengan berat bahan yang

digunakan yakni sebesar 30 kg kemudian dikali 100%.

Pada proses pirolisis tempurung kelapa dengan menggunakan alat pirolisis

juga dihasilkan produk lain selain asap cair, yaitu berupa gas-gas yang mudah

terbakar, destilat berupa tar, dan residu (karbon). Hal ini sesuai dengan literatur

Tahir (1992), yang menyatakan bahwa pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam

penggolongan produk yaitu gas-gas yang mudah terbakar, destilat berupa asap cair

dan tar, dan residu (karbon).

Adapun gas-gas yang mudah terbakar pada percobaan ini dapat dibuktikan

dengan dengan menyalakan api pada sisa asap yang tidak terkondensasi setelah

melewati komponen kondensor. Namun berapa jumlah gas-gas ini belum dapat

diketahui karena pada alat pirolisis ini belum ada komponen alat yang dapat

menampung gas-gas yang mudah terbakar tersebut.

Sedangkan arang atau residu (karbon) yang dihasilkan dari sisa pembakaran

pada percobaan ini dapat dilihat pada Table dibawah ini.

Tabel 8. Berat Arang dari Sisa Pembakaran


Ulangan Berat Arang yang Dihasilkan (kg)
I 8,8
II 8,5
III 7,9
Rataan 8,4

Universitas Sumatera Utara


Lain halnya lagi dengan destilat berupa tar, dimana tar ini merupakan

bagian fraksi berat pada kandungan asap cair yang tertampung pada komponen

tabung penampung fraksi berat. Destilat berupa tar ini hanya dapat dimanfaatkan

pada industri pengawetan kayu, karena senyawa ini tidak baik untuk dikonsumsi

sehingga tidak layak digunakan sebagai bahan pengawet pangan. Ada pun jumlah

tar yang dihasilkan dari percobaan dengan menggunakan alat pirolisis adalah

sebagai berikut :

Tabel 9. Volume Tar yang Tertampung


Ulangan Tar yang tertampung (Liter)
I 1,5
II 1,3
III 1,3
Rataan 1,36

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan.

Dari analisis ekonomi (Lampiran 5), diperoleh biaya pembuatan asap cair

sebesar Rp. 4.034,669/L, yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan

biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat pirolisis. Untuk biaya tetap sebesar Rp. .

1.201.857,143 /tahun dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 9.041,543/jam.

Berdasarkan nilai diatas dapat diketahui bahwa biaya pokok yang harus

dikeluarkan untuk membuat asap cair sebanyak 1 liter adalah sebesar Rp.

4.034,669/ L. Dengan kapasitas 2,44 L/jam.

Universitas Sumatera Utara


Break Event Point (Perhitungan Titik Impas)

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk

mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar

usahayang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang

diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operational tanpa adanya keuntungan.

Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan

usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan

memperoleh keuntungan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan

(Lampiran 6), alat ini akan mencapai nilai break event point pada nilai 1.285,781

L/tahun, hal ini berarti alat ini akan mencapai keadaan titik impas apabila telah

menghasilkan asap cair sebanyak 1.285,781 L/tahun.

Net Present Value (NPV)

Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat

layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal dalam

penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah

satu alternatif dalam analisis financial. Dari percobaan dan data yang diperoleh

(Lampiran 7) pada penelitian dapat diketahui besarnya nilai NPV 15% dari alat ini

adalah sebesar Rp. 9.661.037,27 dan NVP 20% dari alat ini adalah sebesar Rp.

7.723.156,13. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih

besar ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darun (2002)

yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:

− NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;

Universitas Sumatera Utara


− NPV < 0, berarti sampai dengan tahun investasi proyek tidak

menguntungkan;

− NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

Internal rate of return (IRR)

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan umur

kepemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Hal ini sesuai

dengan literatur (2002) yang menyatakan untuk memperkirakan kelayakan lama

(umur) kepemilikan suatu alat atau mesin pada tinggkat keuntungan tertentu dapat

dipergunakan berbagai metode analisa ekonomi, diantaranya adalah metode

Internal rate of return (IRR). Dalam menginvestasikan sampai dimana kelayakan

usaha itu dapat dilaksanakan. Maka hasil yang didapat dari perhitungan ini adalah

sebesar 44,93% yang artinya kita dapat menaikkan bunga sampai pada 44,93%, jika

lebih dari itu maka akan mengalami kerugian (Lampiran 8). Usaha ini masih layak

dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi 44,93%, jika bunga

pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini tidak layak lagi

diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman dibank maka keuntungan yang

diperoleh dari usaha ini semakin kecil.

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas efektif rata-rata pada alat pirolisis ini adalah 2,44 L/jam.

2. Rendemen yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 41,073%.

3. Faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya asap cair yang diperoleh

adalah perlakuan terhadap bahan, keterampilan dalam membuat,

memperbaiki, serta mengoperasikan alat.

4. Hasil asap cair terbanyak diperoleh pada percobaan III yaitu sebesar 12,5 L,

sedangkan hasil terendah diperoleh pada percobaan I yaitu sebesar 12 L.

5. Nilai massa jenis asap cair yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar

1,01 gr/cm3.

6. Pada proses pirolisis dengan menggunakan alat pirolisis dihasilkan tiga

macam penggolongan produk yaitu gas-gas yang mudah terbakar, destilat

berupa asap cair dan tar, dan residu (karbon) atau arang.

7. Biaya pokok yang harus dikeluarkan untuk memproduksi asap cair adalah

sebesar Rp. 4.034,669/L.

8. Alat ini akan mencapai nilai Break Event Poin apabila telah memproduksi

asap cair sebesar 1.285,781 L/tahun.

9. Net Present Value 15% dan 20% dari alat pirolisis adalah sebesar Rp.

9.661.037,27 dan Rp. 7.723.156,13 yang artinya usaha ini layak untuk

dijalankan.

10. Internal rate of return pada alat pirolisis ini mencapai 44,93%

Universitas Sumatera Utara


Saran

1. Perlu diperhatikan sumber panas (api pembakaran) jangan sampai padam

pada saat pengoperasian alat karena akan sangat berpengaruh pada laju

kenaikan suhu pada reactor pirolisis..

2. Pada alat pirolisis ini perlu diperiksa dan diperbaiki bagian-bagian yang

bocor untuk mengurangi kehilangan hasil asap cair.

3. Setelah pemakaian alat, sebaiknya alat dibersihkan kembali untuk menjaga

alat agar tetap terawat.

4. Untuk penelitian lebih lanjut, panjang dan diameter pipa penghubung perlu

dilakukan penelitian lanjutan karena diduga ada pengaruh panjang dan

diameter pipa penghubung terhadap jumlah hasil produksi asap cair.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Amanto, H dan Daryanto., 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.

Buckingham, 2010. Asap Cair dan Etanol. Google.


http://google.co.id/google/Asap_cair_danEtanol. [20 April].

Bagasvaniwaran, 2010. Kondensor. Blog.


http://bagasnaviwaran’s_blog.wordPress.com/kondensor [8 November].

Balai Penelitian Sembawa. 2002. Asap Cair Ramah Lingkungan Percepat


pengolahan Karet Ribbed Smoked Sheet (RSS), Palembang.

Darmadji, P., 1996. Produksi asap Rempah dari Limbah Padat dengan cara
pirolisis. Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian, Yogyakarta.

Darmadji, P., 1999. Sifat Antioksidatif Asap Cair Hasil Redistilasi Selama
Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Pangan, Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.

Daryanto., 1984. Dasar – Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian


USU, Medan.

Giatman, M., 2006. Ekonomi Teknik. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Girrard, J.P., 1992. Technology of Meat and Meat Products, Ellis Horwood, New
York.

Palungkun, R., 2001, Aneka Produk Olahan Kelapa, Cetakan ke Sembilan, Penebar
Swadaya, Jakarta.

Pelzar and Chan. 1995. Dasar-Dasar Mikrobiologi . UI Press. Jakarta.

Pranata, J., 2008. Pemanfaatan Sabut dan Tempurung Kelapa serta Cangkang Sawit
untuk Pembuatan Asap Cair sebagai Pengawet Makanan Alami.
http://word-to-pdf.abdio.com [15 Juni 2010].

Prihandana, R., Roy, H., 2007. Energi Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pujosumarto, M., 1998. Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Brawijaya Malang.


Edisi Kedua. Liberty, Yogyakarta.

Smith, H. P., dan Lambert, H. W., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah
Mada University Press, Yoyakarta.

41
Universitas Sumatera Utara
Suhardiyono, L., 1988. Tanaman Kelapa, Budidaya dan Pemanfaatannya,
Kanisius, Yogyakarta.

Soeharno., 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.

Tahir, I., 1992. Pengambilan Asap Cair secara Destilasi Kering pada Proses
pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa. http://word-to-
pdf.abdio.com [15 Juni 2010].

Tilman, D., 1981. Wood Combution : Principles, Processes and Economics,


Academics Press Inc., New York.

Trubus, 2008. Majalah Trubus edisi Desember 2008. PT. Trubus Swadaya, Jakarta.

Waldiyono., 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian

Mulai

Merancang
bentuk alat

Menggambar dan
menentukan dimensi alat

Memilih bahan

Diukur bahan yang


akan digunakan

Dipotong, dibubut dan


dikikir bahan yang
digunakan sesuai dengan
dimensi pada gambar

Merangkai alat

Pengelasan

Digerinda permukaan
yang kasar

b a

Universitas Sumatera Utara


b a

Pengecatan

Pengujian alat

tidak

Layak?

ya

Pengukuran parameter

Analisa data

Selesai

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Data Hasil Pengamatan

Data Hasil Pembakaran dengan Proses Pirolisis


Percobaan I II III Rataan

Volume (L) 12 12,1 12,5 12,2


Lama Pembakaran (jam) 5 5 5 5

Data Berat Asap Cair yang Dihasilkan


Ulangan Berat Asap Cair Yang Dihasilkan (kg)
I 12,12
II 12,221
III 12,625
Rataan 12,322
Catatan : berat 1 liter asap cair sama dengan 1,01 Kg

Data Laju Kenaikan Suhu Pada Saat Proses Pirolisis


Waktu Kenaikan Suhu (menit)
Suhu
(0C) 300C 500C 1000C 1500C 2000C 2500C 3000C 3500C 4000C
I 0 13 23 58 118 168 230 260 292
II 0 12 23 57 119 166 228 262 296
III 0 12 20 57 119 166 227 270 -
Rataan 0 12,67 22 57,33 8,67 166,67 228.33 264 294
Catatan :
1. Pada perulangan ke-3, proses pirolisis tidak mencapai suhu 4000C, hanya
mencapai suhu 352 0C
2. pada proses pirolisis, asap cair dihasilkan pada suhu 750C dengan waktu
pemanasan 16 menit

Data Volume Tar yang Tertampung


Ulangan Tar yang tertampung (Liter)
I 1,5
II 1,3
III 1,3
Rataan 1,36

Data Berat Arang dari Sisa Pembakaran


Ulangan Berat Arang yang Dihasilkan (kg)
I 8,8
II 8,5
III 7,9
Rataan 8,4

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Kapasitas Efektif Alat dan Rendemen

1. Kapasitas efektif alat

Volume Asap Cair ( L)


KA =
waktu ( jam)

12,2 L
KA =
5 jam

KA = 2,44 L / jam.

2. Rendemen

Berat Asap Cair yang Dihasilkan


Re nd = x100%
Berat Bahan yang Digunakan

12,322kg
Re nd = x100%
30kg

Re nd = 41,073 %

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Perhitungan Massa Jenis Asap Cair

Rumus untuk menentukan massa jenis adalah :

Dimana :

ρ adalah massa jenis,

m adalah massa,

V adalah volume.

1 liter asap cair memiliki berat sebesar 1,01 Kg, sehingga dapat kita hitung massa

jenis asap cair adalah sebagai berikut :

= 1,01 Kg/ L

= 1,01 gr/ mL

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan.

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada out put yang

dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak

bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar. Sedangkan, biaya

tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan

dihasilkan.

Pengukuran Biaya produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan

biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya

pokok).

 BT 
Biaya pokok =  + BTT  C....................................(1)
 x 

dimana :

BT = total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x = total jam kerja per tahun (jam/tahun)

C = kapasitas alat (jam/satuan produksi

I. Unsur Produksi

1. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp. 4.700.000

2. Umur ekonomi (n) = 7 tahun

Universitas Sumatera Utara


3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 470.000

4 Jam kerja = 5 jam/hari

5. Produksi/hari = 12,2 L

6. Biaya operator = Rp. 25.000/ hari

7. Biaya listrik = Rp. 6,68/ jam

8. Biaya bahan bakar = Rp. 4.000/ jam

9. Biaya perbaikan = Rp. 34,863/ jam

10. Bunga modal dan asuransi = Rp. 456.571,429/ tahun

11. Biaya sewa gedung = Rp. 47.000/ tahun

12. Pajak = Rp. 94.000 / tahun

13. Jam kerja alat per tahun = 1495 jam / tahun ( asumsi 299 hari

efektif berdasarkan tahun 2011)

II. Perhitungan Biaya Produksi

Biaya Tetap (BT)

Biaya penyusutan

D=
(P − S )
n ………...………………………………(2)

dimana :

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp)

S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = Umur ekonomi (tahun)

Universitas Sumatera Utara


D = Rp. 604.285.714/ tahun

Bunga modal dan asuransi

Bunga modal pada bulan Februari 15%, Asuransi 2%

Bunga modal dan asuransi

i(P )(n + 1)
I= …………………………………………….. (3)
2n

= Rp. 456.571,429 / tahun

Biaya sewa gedung

= 1 % . P ……………………………………………..… (4)

= 1% x Rp 4.700.000

= Rp. 47.000/ tahun

Pajak

= 2 % . P ………………………………………………..(5)

= 2% x Rp 4.700.000

= Rp. 94.000/ tahun

Total Biaya Tetap (BT)

= Rp. 1.201.857,143/ tahun

Biaya Tidak Tetap (BTT)

Biaya perbaikan alat (reparasi)

= …………………………………………………(6)

Universitas Sumatera Utara


= Rp. 34,863/ jam

Biaya listrik

Pompa Air 20 W ; 20 W = 0,02 kW

Biaya listrik = 0,02 kW x Rp. 334/kWH = Rp. 6,68/ H (Rp. 6,68/ jam)

Biaya Bahan Bakar

= Rp. 4.000/ jam

Biaya operator

= Rp. 5.000/ jam

Total Biaya Tidak Tetap (BTT)

= Rp. 9.041,543/ jam

Biaya Pembuatan Asap Cair

Biaya Pokok

= Rp. 4.034,669/L

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Break Event Point

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan

tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self

growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

................................................................ (7)

Biaya tetap (F) = Rp. 1.201.857,143 /tahun

Biaya tidak tetap (V) = Rp. 9.041,543/jam (1 jam = 2,44 L)

= Rp. 3.705,55 / L

Penerimaan dari tiap L produksi = (15% x (BT+BTT)) + (BT+BTT)

= (0,15 x (Rp. 329,475/ L + Rp. 3.705,55/ L)) +

(Rp. 329,475/ L + Rp. 3.705,55/ L)

= Rp. 4.640,279/ L

Alat akan mencapai break event point jika alat telah menghasilkan Asap Cair

sebanyak

F
N=
(R − V )

= 1.285,781 L/tahun

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Net Present Value

NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai

sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan

datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan

menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Net

present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu

alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value

merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor

(Pudjosumarto, 1998).

Secara singkat rumusnya :

CIF – COF ≥ 0……………………………………….. (8)

dimana : CIF = cash inflow

COF = cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan

(dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai ahir x (P/F, i, n)...(9)

Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)…………….....(10)

Kriteria NPV yaitu :

− NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;

− NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak

menguntungkan;

− NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan persamaan nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

CIF – COF ≥ 0

Investasi : Rp. 4.700.000

Pendapatan : Rp. 16.926.809,74

Nilai akhir : Rp. 470.000

Pembiayaan : Rp. 13.517.106,79/ tahun

Suku bunga bank : Rp 15%

Suku bunga coba-coba : Rp 20%

Umur alat : 7 tahun

Cash in Flow 15%

1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 15%,7)

: Rp. 16.926.809,74 x 4,160

: Rp. 70.415.528,52

2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 15%,7)

: Rp 470.000 x 0,3759

: Rp. 176.673

Jumlah CIF : Rp. 70.592.201,52

Universitas Sumatera Utara


Cash out Flow 15%

1. Investasi : Rp. 4.700.000

2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 15%, 7)

: Rp. 13.517.106,79 x 4,160

= Rp. 56.231.164,52

Jumlah COF : Rp. 60.931.164,25

NPV 15% = CIF – COF

= Rp. 70.592.201,52 – Rp. 60.931.164,25

= Rp. 9.661.037,27

Cash in Flow 20%

1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 20%,7)

: Rp. 16.926.809,74 x 3,605

: Rp. 61.021.149,11

2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 20%,7)

: Rp.470.000 x 0,2791

: Rp. 131.177

Jumlah CIF : Rp. 61.152.326,11

Universitas Sumatera Utara


Cash out Flow 20%

1. Investasi : Rp. 4.700.000

2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 20%, 7)

: Rp. 13.517.106,79 x 3,605

= Rp. 48.729.169,98

Jumlah COF : Rp. 53.429.169,98

NPV 20% = CIF – COF

= Rp. 61.152.326,11 – Rp. 53.429.169,98

= Rp. 7.723.156,13

Jadi besarnya NPV 15% adalah Rp. 9.661.037,27 dan NPV 20% adalah Rp.

7.723.156,13. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk

dijalankan.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Internal Rate Of Return

Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan

tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana

diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif)

atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah

harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:

……………...(11)

Dan

………………..(12)

dimana :

p = suku bunga bank paling atraktif

q = suku bunga coba-coba ( > dari p)

X = NPV awal pada p

Y = NPV awal pada q

(Purba, 1997).

Suku bunga bank paling atraktif (p) = 15%

Suku bunga coba-coba ( > dari p) (q) = 20 %

= 44,93 %

Universitas Sumatera Utara


Lampiaran 9. Prinsip Kerja Alat

Pada alat pirolisis terjadi proses penguraian senyawa-senyawa organik pada

bahan. Penguraian ini disebabkan oleh proses pemanasan tanpa berhubungan

langsung dengan udara luar dengan suhu 300-500 0C. Untuk mencapai suhu 300-

500 0C dilakukan pemanasan reaktor selama 5 jam sehingga akan diperoleh destilat

berupa asap cair setelah melalui proses pengembunan pada kondensor yang

dilengkapi dengan pipa spiral (anonimus, 2010).

Pada proses pemanasan yang terjadi pada reaktor pirolisis, asap yang

dihasilkan akan mengalir menuju kondensor melalui pipa yang mengubungkan

reaktor pirolisis dengan kondensor. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tekanan

yang disebabkan perbedaan temperatur antara reaktor pirolisis dan kondensor.

Sebagaimana yang kita ketahui pada reaktor pirolisis terjadi proses pemanasan

sehingga temperatur naik, sedangkan pada kondensor temperaturnya akan lebih

rendah karena dialiri oleh air, maka akan terjadi perpindahan fluida berupa asap

karena sifat fluida mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan yang lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Perawatan Alat

Setelah digunakan, alat harus dibersihkan kembali. Bagian dalam reaktor

alat pirolisis harus dikosongkan dari sisa pembakaran. Pada bagian kondensor, air

harus dikosongkan hingga bersih dan kering untuk menghindari terjadinya proses

korosi atau pengeroposan pada alat. Bagian penampung tar atau bagian penampung

fraksi berat harus dikosongkan dari sisa tar yang masih tertinggal agar alat tetap

dalam keadaan bersih. Lakukan perawatan rutin setelah menggunakan alat agar alat

tetap bisa digunakan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk

menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja. Pada alat

pirolisis ini hendaknya perlu diperhatikan penggunaan kompor dan tabung gas

sebagai sumber panas. Kompor dan tabung gas harus benar-benar dalam keadaan

bagus, periksa kondisi tabung gas apakah dalam keadaan baik untuk menghindari

bahaya ledakan akibat kebocoran pada tabung gas. Pergunakan regulator dan

selang gas yang masih layak pakai agar terhindar dari bahaya kebakaran.

Keselamatan operator juga perlu diperhatikan. Dianjurkan kepada operator

untuk menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak fisik langsung antara

kulit dengan komponen alat pirolis karena temperatur alat pada saat beroperasi bisa

mencapai suhu 400 0C.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 12. Spesifikasi alat pirolisis

1. Reaktor Pirolisis

Dimensi

Diameter : 50 cm

Tinggi : 90 cm

2. Kondensor

Dimensi

Diameter : 50 cm

Tinggi : 60 cm

Diameter pipa : ½ inchi

Banyak ulir pipa : 10 ulir

3. Pipa penghubung

Dimensi

Diameter : ½ inchi

Panjang : 100 cm

4. Tabung penampung fraksi berat

Dimensi

Diameter : 10 cm

Tinggi : 15 cm

Tebal plat : 3 mm

Kapasitas efektif : 2,44 L/jam

Rendemen : 41,073 %

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 13. Gambar Teknik Alat

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Gambar

Gambar 1. Tempurung Kelapa

Gambar 2. Komponen Alat Pirolisis

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Reaktor pirolisis (pirolisator)

Gambar 4. Kondensor

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Tabung Penampung Tar

Gambar 6. Pipa penghubung

Gambar 7. Wadah Penampung

Universitas Sumatera Utara


Gambar 8. Thermometer

Asap Cair dari Bahan


Tempurung Kelapa

Gambar 9. Asap Cair Hasil Olahan dari Tempurung Kelapa

Universitas Sumatera Utara


Gambar 10. Arang Sisa Pembakaran

TAR
Tempurung Kelapa

Gambar 11. TAR

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai