Anda di halaman 1dari 8

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones.

12(2): 2017
PERAN KELUARGA DAN PETUGAS KESEHATAN DALAM
KEPATUHAN PENGOBATAN PENDERITA HIPERTENSI
DI PUSKESMAS GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

Exa Puspita1, Eka Oktaviarini2 , Yunita Dyah Puspita Santik3


1
Alumnus Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang
2
Magister Epidemiologi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang
3
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarng

Abstrak
Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit yang memerlukan terapi jangka panjang, sehingga
diperlukan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan untuk mengontrol tekanan darah dan
menurunkan risiko komplikasi. Angka kepatuhan melakukan pengobatan di Puskesmas Gunungpati
tahun 2014 hanya sebesar 13% dan angka ketidakpatuhan sebesar 86%.
Tujuan: Untuk menjelaskan hubungan peran dukungan keluarga dan petugas kesehatan dengan
kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan.
Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dari penelitian ini
berjumlah 620 pasien. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 84 responden dengan cara accidental
sampling. Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan menggunakan kuesioner MMAS (Modified
Morisky Adherence Scale). Analisis data secara univariat dan bivariat (chi-square).
Hasil: Dukungan keluarga (p<0,005; 95% CI = 2,063 – 5,141) dan peran petugas kesehatan
(p<0,005; 95% CI = 2,172 – 5,391) berhubungan dengan kepatuhan penderita hipertensi dalam
menjalani pengobatan.
Kesimpulan: Dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan berhubungan dengan kepatuhan
penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan.

Kata Kunci: Hipertensi, Kepatuhan Pengobatan, MMAS.

THE ROLE OF FAMILY AND HEALTH OFFICERS IN


COMPLIANCE TREATMENT OF HYPERTENSION PATIENTS
AT GUNUNGPATI COMMUNITY HEALTH CENTERS

Abstract
Background: Hypertension is a disease that requires long-term therapy, so that required patients
adherence in treatment to control blood pressure and reduce the complication risk. Rate of adherence
to treatment in Gunungpati health care 2014 amounted to only 13% and the number of non-adherence
86%.
Objective: To explain the relation of family support role and health officer with compliance of
hypertension patient in treatment.
Methods: The type of research was descriptive analytic with cross-sectional design.The population of
this research were 620 patient. Total samples taken were 84 patients was accidental sampling.
Adherence to hypertension treatment was maesured using Modified Morisky Adherence Scale
(MMAS). Data were analyzed with univariate and bivariate (chi-square).
Result: Family support (p <0.005; 95% CI = 2.063 - 5,141) and the role of health workers (p <0.005;
95% CI = 2,172 - 5,391) were associated with adherence of hypertensive patients in treatment.
Conclusion: Family support and the role of health workers are related to adherence of hypertensive
patients in treatment.

Keywords: Hypertension, Adherence treatment, MMAS.

25
J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017 ISSN 1693-3443

PENDAHULUAN mengalami kenaikan jumlah kasus baru


Hipertensi adalah kondisi yang hipertensi pada tahun 2012 – 2014. Dari
kompleks dimana tekanan darah secara tahun 2012, kasus hipertensi naik hingga
menetap berada di atas normal, mencapai 15% di tahun 2014. Peningkatan
berdasarkan criteria diagnosis JNC VII ini juga disertai dengan peningkatan angka
2003 yaitu hasil pengukuran tekanan darah ketidakpatuhan pasien hipertensi dalam
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah menjalani pengobatan rutin sebulan sekali,
diastolik ≥90 mmHg.1 Menurut WHO yaitu 573 pasien (78%) pada tahun 2012,
tahun 2012, hipertensi memberikan 629 pasien (81%) pada tahun 2013 dan 538
kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian pasien (86%) pada tahun 201.5 (Puskesmas
akibat penyakit kardiovaskuler setiap Gunungpati, 2014). Kepatuhan pengobatan
tahun. pasien hipertensi merupakan hal penting
Hal ini juga meningkatkan risiko karena hipertensi merupakan penyakit yang
penyakit jantung koroner sebesar 12% dan tidak dapat disembuhkan tetapi harus
meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.2 selalu dikontrol agar tidak terjadi
Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah komplikasi yang berujung kematian.6
tahun 2013 menyebutkan kasus tertinggi Problem ketidakpatuhan umum
penyakit tidak menular (PTM) adalah dijumpai dalam pengobatan penyakit
kelompok penyakit jantung dan pembuluh kronis yang emmerlukan pengobatan
darah khususnya pada kelompok hipertensi jangka panjang seperti hipertensi. Obat-
essensial yaitu sebanyak 497.966 (67,00%) obat antihipertensi yang ada saat ini telah
dari total 743.204 kasus penyakit jantung terbukti dapat mengontrol tekanan darah
dan pembuluh darah.3 Di Indonesia, pada pasien hipertensi, dan juga sangat
hipertensi merupakan penyebab kematian berperan dalam menurunkan risiko
ke-3 dengan proporsi kematian 6,8%.1 berkembangnya komplikasi
Prevalensi hipertensi di Indonesia kardiovaskular. Namun demikian,
didapatkan melalui pengukuran pada umur penggunaan antihipertensi saja terbukti
≥18 tahun. Menurut hasil Riskesdas tahun tidak cukup untuk menghasilkan efek
2013, prevalensi hipertensi adalah sebesar pengontrolan tekanan darah jangka panjang
25,8% dan yang terdiagnosis oleh tenaga apabila tidak didukung dengan kepatuhan
kesehatan atau memiliki riwayat minum dalam menggunakan antihipertensi
obat sebesar 9,5%.1 Prevalensi hipertensi di tersebut.7
Jawa Tengah yaitu 26,4% dan berada pada Dari studi pendahuluan yang dilakukan
peringkat ke -9 dpada 10 besar provinsi di di Puskesmas Gunungpati Kota Semarang,
Indonesia dengan prevalensi tertinggi diketahui proporsi tingkat kepatuhan
berada di wilayah Kota Semarang sebesar pasien hipertensi dalam menjalani
77,10%.3 Berdasarkan data dari Dinas pengobatan hipertensi selama tahun 2014
Kesehatan Kota Semarang tahun 2014 adalah 13%. Studi lanjutan pada tahun
hipertensi berada pada urutan ke-2 pada 10 2015, 62% pasien hipertensi jarang
besar penyakit di Puskesmas se-Kota melakukan control pengobatan. Dari
Semarang dengan jumlah 34.566 kasus.4 beberapa hasil penelitian, faktor
Data hasil rekapitulasi PTM puskesmas pendidikan, pengetahuan, jenis kelamin,
se-Kota Semarang dari DKK Semarang dan pekerjaan menunjukkan hasil yang
tahun 2014 menunjukan Puskesmas berbeda-beda dalam mempengaruhi
Gunungpati merupakan puskesmas dengan kepatuhan pasien hipertensi dalam
rate kasus tertinggi yaitu 8,51% dan selalu menjalani pengobatan.

26
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017

Dengan diketahuinya faktor-faktor yang langsung menggunakan kuesioner yang


berhubungan dengan tingkat kepatuhan sudah diuji validitas dan reliabilitasnya
penderita hipertensi dalam menjalani pada bulan September 2015 terhadap 30
pengobatan maka dapat dijadikan sebagai pasien hipertensi di wilayah kerja
bahan pertimbangan dalama melakukan Puskesmas Sekaran karena memiliki
upaya peningkatan kepatuhan pengobatan karakteristik yang hampir sama dengan
penderita hipertensi dan dapat menurunkan pasien hipertensi di Puskesmas
prevalensi hipertensi di di wilayah kerja Gunungpati.
Puskesmas Gunungpati. Variabel bebas yang dianalisis adalah
jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir
METODE PENELITIAN yang ditempuh sebelum didiagnosis
Penelitian ini merupakan penelitian hipertensi, status pekerjaan, lama
observasional analitik dengan rancangan menderita hipertensi yang dihitung sejak
cross sectional. Populasi adalah pasien pertama kali didiagnosis hipertensi, tingkat
penderita hipertensi yang telah melakukan pengetahuan tentang hipertensi, dukungan
pengobatan pada bulan Januari – Desember keluarga selama melaksanakan pengobatan
2014 yang berjumlah 620 orang dan dan peran petugas kesehatan. Kepatuhan
bertempat tinggal di wilayah kerja pengobatan sebagai variabel terikat yaitu
Puskesmas Gunungpati yaitu meliputi kepatuhan konsumsi obat yang diukur
Kelurahan Gunungpati, Plalangan, menggunakan metode Modifed Morisky
Pakintelan, Nongkosawit, Cepoko, Jatirejo, Adherence dengan 8 item pertanyaan dan
Sumurejo, Mangunsari, Pongangan, Kandri penilaian akhir menjadi 2 kategori yaitu
dan Sadeng. tidak patuh (skor < 6) dan patuh (skor ≥6).
Sampel diambil dengan menggunakan Variabel perancu yaitu adanya
teknik accidental sampling dengan alasan komplikasi dan usia dikendalikan dengan
rata-rata kunjungan pasien hipertensi di teknik restriksi sehingga sampel yang
puskesmas Gunungpati per hari ± 10 dijadikan responden dipersempit atau
pasien 5. Sampel diperoleh dari seluruh dibatasi menjadi sampel yang belum
pasien hipertensi yang melakukan mengalami komplikasi dan rentang usia 45
pemeriksaan di Puskesmas Gunungpati – 64 tahun. Tahapan analisis pada
selama waktu pengambilan data sampai penelitian adalah analisis univariat dan
memenuhi minimal 84 sampel dengan analisis bivariat terhadap dua variabel yang
menggunakan rumus perhitungan sample diduga berhubungan menggunakan uji
size penelitian survey.8 statistic chi square dengan taraf
Kriteria inklusi sampel adalah pasien signifikansi 95% apabila syaratnya
hipertensi berusia 45 – 64 tahun yang terpenuhi yaitu ketika nilai expected count
tercatat di buku register rawat jalan kurang dari 5 dan tidak lebih dari 20%.
poliklinik umum. Tidak memiliki Apabila syarat tidak terpenuhi maka
komplikasi penyakit hipertensi, bersedia dilakukan alternative uji yaitu Fisher Test.
menjadi responden dan berada di tempat
saat pengambilan data. Sedangkan kriteria HASIL
esklusi adalah pasien hipertensi yang Jumlah responden dalam penelitian ini
menolak berpartisipasi menjadi responden adalah 84 orang. Dengan menggunakan
dan tidak berada di tempat/ meninggal. metode MMAS (Modified Morisky
Pengumpulan data variabel bebas Adherence Scale) tingkat kepatuhan
dilakukan dengan teknik wawancara penderita hipertensi di Puskesmas

27
J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017 ISSN 1693-3443

Gunungpati berdasarkan kategori pasien menjalani pengobatan lebih besar daripada


diketahui proporsi pasien umum tidak yang tidak patuh yakni sebesar 51%. Akan
patuh lebih besar daripada yang patuh tetapi, responden yang tidak bekerja
yakni sebesar 61%. Sedangkan proporsi memiliki proporsi kepatuhan yang lebih
pasien PROLANIS yang tidak patuh lebih kecil (48,1%). Dalam Tabel 3 dapat dilihat
kecil daripada yang patuh melakukan bahwa tingkat pendidikan responden yang
pengobatan hipertensi (Tabel 1). rendah, responden yang telah lebih dari 5
tahun menderita hipertensi dan tingkat
Tabel 1. Tingkat Kepatuhan Responden pengetahuan yang rendah akan hipertensi
Kategori Pasien Tingkat Kepatuhan n % cenderung untuk tidak patuh dalam
Patuh 24 39
Pasien umum Tidak patuh 38 61
menjalani pengobatan hipertensi.
Jumlah 62 100 Rendahnya dukungan keluarga dan peran
Patuh 15 68 petugas kesehatan pada responden yang
Pasien Prolanis Tidak patuh 7 32 patuh lebih kecil daripada yang tidak
Jumlah 22 100
patuh.
Berdasarkan analisis hasil bivariat
Berdasarkan karakteristiknya, proporsi
antara variabel yang diteliti dalam
responden perempuan lebih tinggi daripada
hubungannya dengan tingkat kepatuhan
responden laki-laki yakni sebesar 65,5%.
penderita hipertensi dalam menjalani
Sebagian besar memiliki tingkat
pengobatan menunjukkan hasil yang
pendidikan yang rendah (76,2%), tidak
siginifikan secara statistik pada variabel
bekerja (61,9%), telah menderita hipertensi
tingkat pendidikan, lama menderita
selama lebih dari 5 tahun (56%), tingkat
hipertensi, tingkat pengetahuan, dukungan
pengetahuan tentang hipertensi yang
keluarga dan peran petugas kesehatan.
rendah (57,1%), mendapatkan dukungan
yang tinggi dari keluarga (59,5%) dan
Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis
petugas kesehatan (60,7%). Secara
Bivariat Bermakna secara Statistik
keseluruhan (baik pasien umum maupun
pasien prolanis) terdapat 53,6% yang Tingkat Kepatuhan
dinyatakan tidak patuh dalam menjalani Variabel Kategori Tidak patuh Patuh 95% CI Nilai p
n=45 (%) n=39 (%)
pengobatan hipertensi. Alasan Tingkat Rendah 65,6 34,4
1,518 – 12,606 0,000
ketidakpatuhan paling besar adalah tidak pendidikan Tinggi 15,0 85,0
Lama ≤ 5 tahun 35,1 64,9
merasakan keluhan atau merasa dirinya hipertensi ≥ 5 tahun 68,1 31,9
0,319 – 0,834 0,005
sehat (over estimated) dengan prosentase Tingkat Rendah 72,9 27,1
1,508 – 4,569 0,000
47% (Tabel 2). pengetahuan Tinggi 27,8 72,2
Dukungan Rendah 91,2 8,8
2,063 – 5,141 0,000
keluarga Tinggi 28,0 72,0
Tabel 2. Alasan Ketidakpatuhan Menjalani Peran petugas Rendah 93,9 6,1
2,172 – 5,391 0,000
kesehatan Tinggi 27,5 72,5
Pengobatan
Alasan n %
Tidak merasakan adanya keluhan/
21 47
PEMBAHASAN
merasa sehat Masalah kepatuhan pengobatan yang
Memiliki kesibukan lain 11 24
Takut bahaya efek samping obat 6 13
ditemukan adalah 53,6% responden tidak
Lupa waktu kontrol 4 9 patuh dalam melakukan pengobatan
Melakukan pengobatan alternatif 3 7 hipertensi dengan prosentase responden
laki-laki lebih besar daripada perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Alasan ketidakpatuhan tersebut paling
proporsi wanita yang patuh dalam besar adalah tidak merasakan adanya

28
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017

keluhan/ merasa sehat. Dalam hal menjaga dalam hal kesehatan, tetapi dukungan
kesehatan, biasanya kaum perempuan lebih untuk dirinya sendiri masih kurang.11
memperhatikan kesehatanya dibandingkan Responden yang berpendidikan lebih
dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan sifat- tinggi akan mempunyai pengetahuan yang
sifat dari perempuan yang lebih lebih luas dibandingkan dengan responden
memperhatikan kesehatan bagi dirinya yang tingkat pendidikannya rendah.
dibandingkan laki-laki.9 Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
Perbedaan pola perilaku sakit juga kemampuan dan pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh jenis kelamin, perempuan dalam menerapkan perilaku hidup sehat,
lebih sering mengobatkan dirinya terutama mencegah penyakit hipertensi.
dibandingkan dengan laki-laki, sehingga Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
akan lebih banyak perempuan yang datang akan semakin tinggi pula kemampuan
berobat dibandingkan laki-laki 10. Tidak seseorang dalam menjaga pola hidupnya
adanya hubungan yang signifikan secara agar tetap sehat.10
statistik antara jenis kelamin dengan Adanya hubungan yang signifikan
tingkat kepatuhan dalam penelitian ini secara statistik antara tingkat pendidikan
sesuai dengan penelitian yang menunjukan dengan tingkat kepatuhan diperkuat dengan
bahwa tidak ada hubungan antara jenis penelitian yang menyatakan terdapat
kelamin dengan kepatuhan penggunaan hubungan antara tingkat pendidikan
obat pada pasien hipertensi dengan nilai dengan kepatuhan pengobatan hipertensi
p=0,826.7 (p=0,001). Hal ini menandakan bahwa
Pekerjaan diduga menjadi alasan responden dengan pendidikan rendah
mengapa laki-laki cenderung tidak patuh sangat berisiko untuk tidak patuh dalam
untuk melakukan pengobatan dikarenakan menjalani pengobatan.12
78% laki-laki yang dinyatakan tidak patuh Ketidakpatuhan pada responden dengan
adalah mereka yang memiliki pekerjaan. pendidikan rendah dapat disebabkan
Selain itu, melakukan pengobatan ke karena faktor minimnya pengetahuan yang
Puskesmas akan berkaitan erat dengan mereka miliki, hal ini ditunjukan pada
ketersediaan waktu dan kesempatan yang responden dengan pendidikan rendah 73%
dimiliki, dimana perempuan akan lebih memiliki pengetahuan yang rendah juga
banyak memiliki waktu dan kesempatan tentang penyakitnya. Pendidikan sangat
untuk datang ke puskesmas dibandingkan erat kaitanya dengan pengetahuan. Dengan
laki-laki. Namun saat ini perempuan tidak pengetahuan yang diperoleh maka pasien
selalu memiliki ketersediaan waktu untuk hipertensi akan mengetahui manfaat dari
datang ke Puskesmas karena saran atau nasihat petugas kesehatan
bekerja/memiliki kesibukan. sehingga akan termotivasi untuk lebih
Dalam penelitian ini terdapat 34% patuh menjalani pengobatan yang
responden perempuan yang memiliki dianjurkan oleh petugas kesehatan.
pekerjaan, dan lainnya merupakan ibu Tidak adanya hubungan antara status
rumah tangga. Ketidakpatuhan berobat pekerjaan dengan tingkat kepatuhan dalam
pada ibu rumah tangga dapat terjadi karena menjalani pengobatan hipertensi sejalan
kurangnya motivasi atau dukungan dengan penelitian yang menunjukan bahwa
keluarga terhadap dirinya. Menurut teori, tidak ada hubungan antara pekerjaan
perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah dengan kepatuhan pengobatan pasien
tangga adalah motivator terbaik bagi hipertensi dengan nilai p=0,908. Hal ini
suaminya dan anak-anaknya terutama dikarenakan sebagian besar responden

29
J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017 ISSN 1693-3443

yang bekerja adalah disektor non-formal disimpulkan bahwa pengetahuan penderita


yang tidak ditentukan batasan waktu kerja, hipertensi dapat menjadi guru yang baik
sehingga responden yang bekerjapun tetap bagi dirinya, dengan pengetahuan yang
memiliki kesempatan dan ketersediaan dimiliki akan mempengaruhi kepatuhan
waktu yang sama dengan responden yang penderita hipertensi tersebut dalam
tidak bekerja untuk melakukan pengobatan menjalani pengobatan. Penderita yang
hipertensi yang dijalaninya.13 mempunyai pengetahuan tinggi cenderung
Berdasarkan hasil penelitian, ada lebih patuh berobat daripada penderita
hubungan antara lama menderita hipretnsi yang berpengetahuan rendah10
dengan tingkat kepatuhan dimana Hasil penelitian ini diperkuat oleh
responden yang menderita hipertensi ≥ 5 penelitian yang menunjukan bahwa ada
tahun cenderung tidak patuh dalam hubungan antara pengetahuan dengan
melakukan pengobatan. Hasil ini sesuai kepatuhan berobat pada pasien hipertensi
dengan penelitian yang menunjukan bahwa dengan (p=0,002). Dalam penelitiannya
ada hubungan antara lama pasien disebutkan adanya upaya yang telah
mengidap hipertensi terhadap dilakukan oleh petugas kesehatan
ketidakpatuhan pasien hipertensi dengan diantaranya dengan mensosialisasikan
nilai p velue=0,002.14 Menurut teori, pentingnya menjalani pengobatan yang
semakin lama seseorang menderita teratur bagi klien hipertensi, penyuluhan
hipertensi maka tingkat kepatuhanya makin kesehatan mengenai penyakit hipertensi,
rendah yang disebabkan kejenuhan pemberian brosur tentang penyakit
penderita menjalani pengobatan sedangkan hipertensi. Hal ini secara tidak langsung
tingkat kesembuhan yang telah dicapai mampu meningkatkan pengetahuan klien
tidak sesuai dengan yang diharapkan.15 hipertensi sehingga memotivasi klien
Hal ini juga terkait dengan jumlah obat hipertensi untuk menjalani pengobatan
yang diminum, pada umumnya pasien yang secara teratur.16
telah lama menderita hipertensi tapi belum Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kunjung mencapai kesembuhan, maka anggota keluarga yang memberikan
dokter yang menangani pasien tersebut dukungan secara baik serta menunjukkan
biasanya akan menambah jenis obat sikap caring kepada anggota keluarga yang
ataupun akan meningkatkan sedikit menderita hipertensi memiliki peran
dosisnya. Akibatnya pasien tersebut penting dalam kepatuhan berobat.
cenderung untuk tidak patuh untuk berobat. Perhatian anggota keluarga mulai dari
Tingkat pengetahuan memiliki mengantarkan ke pelayanan kesehatan,
hubungan yang signifikan secara statistik membantu pembiayaan berobat,
dengan tingkat kepatuhan. Hal ini sesuai mengingatkan minum obat, terbukti lebih
dengan teori Lawrence Green yang patuh menjalani pengobatan dibandingkan
menyatakan bahwa perilaku patuh itu dengan penderita hipertensi yang kurang
dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi, mendapatkan perhatian dari anggota
salah satunya pengetahuan responden. keluarganya.
Pengetahuan dapat diartikan sebagai Dukungan keluarga sangat diperlukan
kumpulan informasi yang dipahami, oleh seorang penderita, karena seseorang
diperoleh dari proses belajar selama hidup yang sedang sakit tentunya membutuhkan
dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu perhatian dari keluarga. Keluarga dapat
sebagai alat penyesuaian diri, baik terhadap berperan sebagai motivator terhadap
diri sendiri maupun lingkungan. Dapat anggota keluarganya yang sakit (penderita)

30
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017

sehingga mendorong penderita untuk terus ditemukan adalah 53,6% responden tidak
berpikir positif terhadap sakitnya dan patuh patuh dalam melakukan pengobatan
terhadap pengobatan yang dianjurkan oleh hipertensi dengan prosentase responden
tenaga kesehatan. Adanya hubungan antara laki-laki lebih besar daripada perempuan.
dukungan keluarga dengan tingkat Alasan ketidakpatuhan tersebut paling
kepatuhan sejalan dengan penelitian besar adalah tidak merasakan adanya
dimana 72% responden yang patuh keluhan/ merasa sehat.
memiliki dukungan keluarga yang tinggi.17 Ada hubungan antara tingkat
Menurut teori Lawrence Green faktor pendidikan, lama menderita hipertensi,
yang berhubungan dengan perilaku tingkat pengetahuan, dukungan keluarga
kepatuhan berobat diantaranya ada faktor dan peran petugas kesehatan dengan
yang memperkuat atau mendorong tingkat kepatuhan menjalani pengobatan
(reinforcing factor) yaitu berupa sikap atau hipertensi. Rendahnya tingkat pendidikan,
perilaku petugas kesehatan yang tingkat pengetahuan, dukungan keluarga
mendukung penderita untuk patuh dan peran petugas kesehatan serta
berobat.10 menderita hipertensi selama ≥ 5 tahun
Teori ini sesuai dengan hasil penelitian cenderung membuat pasien tidak patuh
yang menunjukan bahwa ada hubungan dalam menjalani pengobatan hipertensi.
antara peran petugas kesehatan dengan Diharapkan penderita hipertensi agar
kepatuhan dalam menjalani pengobatan teratur melakukan kontrol tekanan darah
hipertensi dengan nilai p=0,000. Hal ini sesuai dengan anjuran dokter dan
terjadi karena sebagian besar responden menjalankan pola hidup sehat sehingga
menyatakan adanya pelayanan yang baik dapat meminimalisir kemungkinan
dari petugas kesehatan yang mereka komplikasi yang dapat terjadi. Agar
terima, pelayanan yang baik inilah yang keluarga penderita hipertensi dapat
menyebabkan perilaku positif.17 berperan aktif untuk selalu memberikan
Perilaku petugas yang ramah dan motivasi dan dukungan kepada anggota
segera mengobati pasien tanpa menunggu keluarga yang menderita hipertensi agar
lama-lama, serta penderita diberi selalu rutin minum obat dan senantiasa
penjelasan tentang obat yang diberikan dan patuh dalam melakukan mengobatan ke
pentingnya minum obat secara teratur tempat-tempat pelayanan kesehatan.
merupakan sebuah bentuk dukungan dari Petugas kesehatan diharapkan
tenaga kesehatan yang dapat berpengaruh Memberikan pendidikan kesehatan kepada
terhadap perilaku kepatuhan pasien. Hasil penderita hipertensi rawat jalan di
ini didukung oleh penelitian yang Puskesmas Gunungpati dan pendidikan
menunjukkan peran pertugas kesehatan kesehatan tersebut sebaiknya tidak hanya
yang baik ditemukan lebih tinggi diberikan kepada penderita hipertensi saja,
dibandingkan dengan peran petugas namun juga kepada keluarga dan orang
kesehatan yang kurang. Dukungan dari terdekat penderita hipertensiagar dapat ikut
petugas kesehatan yang baik inilah yang serta mengingatkan dan memberikan
menjadi acuan atau referensi untuk motivasi pada penderita
mempengaruhi perilaku kepatuhan .
responden.17 REFERENSI
. 1. Balitbangkes, Riset Kesehatan Dasar
KESIMPULAN dan SARAN 2013 (Riskesdas 2013), 2013, Jakarta:
Masalah kepatuhan pengobatan yang Kemenkes RI.

31
J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017 ISSN 1693-3443

2. WHO, Raised Blood Pressure, 2012 rtension].


[cited; Available from: 13. Tisna, N., Faktor-faktor yang
http://www.who.int/gho/ncd/risk_facto Berhungan dengan Tingkat Kepatuhan
rs/blood_pressure_prevalence_text/en/ Pasien dalam Minum Obat
index.html]. Antihipertensi di Puskesmas
3. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Pamulang Kota Tangerang Selatan
Tengah, Profil Kesehatan Jawa Provinsi Banten Tahun 2009, 2009,
Tengah 2013, 2013, Semarang: Dinas Jakarta: Universitas Islam Negeri
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Syarif Hidayatullah.
4. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 14. Suwarso, W., Analisis faktor yang
Profil Kesehatan Kota Semarang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan
tahun 2013, 2013, Semarang: Dinas Pasien Penderita Hipertensi pasa
Kesehatan Kota Semarang. Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam
5. Puskesmas Gunungpati, Profil Malik, 2010, Medan: Universitas
Puskesmas Tahun 2014, 2014, Sumatera Utara.
Semarang: Puskesmas Gunungpati. 15. Gama, I.K., Saemidi, I.W., Harini,
6. Palmer, A., Williams, B., Tekanan IGA., Faktor Penyebab
Darah Tinggi, 2007, Jakarta: Ketidakpatuhan Kontrol Penderita
Erlangga. Hipertensi, 2014 [cited; Available
7. Saepudin dkk, Kepatuhan Penggunaan from: http://www.poltekkes-
Obat pada Pasien Hipertensi di denpasar.ac.id].
Puskesmas, Jurnal Farmasi Indonesia, 16. Ekarini, D., Faktor-faktor yang
2013.6(4): p.246-253. Berhubungan dengan Tingkat
8. Riyanto, A., Metodologi Penelitian Kepatuhan Klien Hipertensi dalam
Kesehatan, 2011, Yogyakarta: Nuha Menjalani Pengobatan di Puskesmas
Medika. Gondangrejo Karanganyar, 2011
9. Depkes RI, Pedoman Teknis [cited; Available from:
Penemuan dan Tatalaksana Penyakit http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id]
Hipertensi, 2013, Jakarta: Direktorat .
Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 17. Violita, F., Faktor yang Berhubungan
10. Notoatmodjo, S., Metodologi dengan Kepatuhan Minum Obat
Penelitian Kesehatan, 2010, Jakarta: Hipertensi di Wilayah Kerja
Rineka Cipta. Puskesmas Segeri, 2015, Makasar:
11. Hairunisa, Hubungan Tingkat Universitas Hasanudin.
Kepatuhan Minum Obat dan Diet
dengan Tekanan Darah Terkontrol
pada Penderita Hipertensi Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas I
Kecamatan Pontianak Barat, 2014
[cited; Available from:
http://jurnal.untan.ac.id].
12. Boima, V., et al, Factors Associated
with Medication Nonadherence
Among Hypertensive in Ghana and
Nigeria, 2015 [cited; Available from:
http://www.internationaljournalofhype

32

Anda mungkin juga menyukai