Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN DASAR

Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Disusun oleh kelompok 2 kelas C:

1. Galuh Nurulita Fitriani : 1910711034


2. Dinda Cantika Rahma : 1910711040
3. Bunga Rahma Dwi Cahyani : 1910711039
4. Talita Alifa : 1910711043
5. Nida Alhaq : 1910711045
6. Nabilla Asmarany : 1910711047
7. Alfiyya Syahla : 1910711036

Dosen mata kuliah : Ns. Indah Permatasari, S.Kep, M.Kep


Jurusan : S-1 Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat membuat dan
menyelesaikan makalah Konsep Dasar Keperawatan I ini.

Makalah yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur” ini ditulis
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar. Pada kesempatan yang baik ini,
kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca.Namun terlepas dari itu semua, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna.Sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Depok, 24 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................……………………………………………………….1

DAFTAR ISI ……....................……………………………………………………..............2

BAB I PENDAHULUAN ……...............................…………………………….. ...........3

A. Latar Belakang …………................................…………………………….......…. 3


B. Rumusan Masalah ……….................................……………………….......……... 4
C. Tujuan Penulisan ……….................................……………………......…………. 4

BAB II PEMBAHASAN................…………….............................……....……………… 5

1. Fisiologi Kardiovaskuler…………………...................................………………... 5
2. Fisiologi Pernafasan …………………………………………………………….. 8
3. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi……………………………………………
11
4. Perubahan Fungsi Jantung…………...............................................……………...
14
5. Perubahan fungsi pernafasan……………………...................................................
15
6. Prinsip dan teknik pemberian oksigen …………………………………………….
18
7. Prinsip dan teknik suction…………………………………………………………..
21
8. Prinsip dan teknik postural drainage………………………………………………..
25
9. Prinsip dan teknik nebulizer………………………………………………………..
27

3
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………..29

A. Kesimpulan ……………………………………………………........................29
B. Saran …………………………………………………………...........................29

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….30

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak yang harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan istirahat yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara
optimal. Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap individu.
Secara umun, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan emosional,
dan bebas dari perasaan gelisah. Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran
ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur di
karakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat. Kesadaran yang
bervariasi, perubahan fisiologis tubuh, dan penurunan respon stimulasi eksternal.
Tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik, mengurangi kecemasan stres,
dan dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan
aktivitas sehari-hari (Wahid & Nurul, 2007).
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat tidur yang berbeda. Pola
istirahat dan tidur yang baik dan teratur mamberikan efek yang bagus terhadap
kesehatan (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Keadaan tidur yang normal dapat berubah
dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan non fisiologis. Faktor fisiologis yaitu penyakit
fisik. Faktor non fisiologis yaitu obat-obatan dan substansi, gaya hidup, pola tidur
yang biasa dan mengantuk berlebihan pada siang hari, stres emosional, lingkungan,
latihan fisik dan kelelahan serta asupan makanan dan kalori (Potter & Perry, 2005).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dipaparkan pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan tidur dan istirahat?
2. Jelaskan mengenai fisiologi tidur!
3. Apa saja fungsi tidur?
4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tidur!
5. Sebutkan macam-macam gangguan tidur!
6. Jelaskan teknik dan prosedur pengkajian kebutuhan istirahat dan tidur!

5
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan tentang tidur dan istirahat.
2. Untuk menjelaskan tentang fisiologi tidur.
3. Untuk mengetahui fungsi dari tidur.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tidur.
5. Untuk mengetahui macam-macam gangguan pada tidur.
6. Untuk mengetahui teknik dan prosedur pengkajian kebutuhan istirahat dan tidur.

6
BAB II
PEMBAHASAN

1) Tidur dan Istirahat


A. Istirahat

Istirahat adalah keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan


hanya dalam keadaan tidak beraktivitas, tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan (Alimul Hidayat 2006, Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan). Istirahat
mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan diri, diam
menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun
yang membosankan, menyulitkan dan menjengkelkan (Asmadi 2008, Teknik
Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien).

Menurut Asmadi (2008), seseorang dapat benar-benar istirahat bila:

1. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya.


2. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor atau
3. dimanapun. Juga ternasuk ide-idenya diterima oleh orang lain.
4. Mengetahui apa yang terjadi.
5. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
6. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya.
7. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya.

B. Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf


perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskulosketal (Robinson
1993, dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam
dengan electroenchephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak,
pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromigram (EMG) dan
electrooculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata (Tarwoto 2006,
dalam Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan).

7
Tidur adalah kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan
oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986 dalam Azis, 2006)
atau juga dapat dikatakan tidur sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih
merupakan suatu urutan siklus yang berulang. Tidur merupakan suatu
kegiatan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan
indera atau rangsangan yang cukup (Asmadi 2008, Teknik Prosedural
Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien). Seseorang
dapat dikategorikan sedang tidur, apabila terdapat tanda-tanda :

a. Aktivitas fisik minimal.


b. Tingkat kesadaran yang bervariasi.
c. Terjadi proses perubahan fisiologis tubuh (penurunan tekanan darah,
dilatasi pembuluh darah perifer, relaksasi otot rangka).
d. Penurunan respon atas rangsangan dari luar.

Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan
yang baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu
membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Tanpa jumlah
istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat
keputusan, dan partisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan
meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2005).

1. Pengaturan tidur

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), tidur merupakan aktivitas yang


melibatkan susunan saraf pusat, saraf ferifer, endokrin, kardiovaskuler,
respirasi dan muskuloskletal (Robinson, 1993 dalam Potter & Perry). Tiap
kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan
electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas otak, pengukuran tonus otot
dengan menggunakan electromyogram (EMG) dan electrooculogram (EOG)
untuk mengukur pergerakan mata.

8
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan
pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system (RAS)
dibagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus
visual, audiotori, nyeri dan sensori raba, juga menerima stimulus dari korteks
serebri (emosi, proses pikir).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan


katekolamin, misalnya norepineprinen. Saat tidur mungkin disebabkan oleh
pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak
tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya
seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat
otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya dan sistem
limbiks seperti emosi.

2. Tahapan tidur

EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level
otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu
Inonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama
masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan
kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah
tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto dan
Wartonah, 2006). Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), tahapan tidur
dibagi menjadi tahapan tidur NREM, tahapan tidur REM, dan karakteristik
tidur REM.

a. Tahapan tidur NREM


1) NREM tahap I:
a) Tingkat transisi

9
b) Merespons cahaya
c) Berlangsung beberapa menit
d) Mudah terbangun dengan rangsangan
e) Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun
f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi

2) NREM tahap II
a) Periode suara tidur
b) Mulai relaksasi otot
c) Berlangsung 10-20 menit
d) Fungsi tubuh berlangsung lambat
e) Dapat dibangunkan dengan mudah

3) NREM tahap III


a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
b) Sulit dibangunkan
c) Relaksasi otot menyeluruh
d) Tekanan darah menurun
e) Berlangsung 15-30 menit

4) NREM tahap IV
a) Tidur nyenyak
b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
d) Sekresi lambung menurun
e) Gerak bola mata cepat

b. Tahapan tidur REM


1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.
2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.
3) Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi.

10
4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi.

c. Karakteristik tidur REM


1) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
2) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
3) Pernapasan : Tidak teratur, kadang kadang dengan apnea.
4) Nadi : Cepat dan ireguler.
5) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
6) Sekresi gaster : Meningkat.
7) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
8) Gelombang otak : EEG aktif.
9) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

3. Jenis- jenis Tidur

Menurut Hidayat (2006), dalam prosesnya, tidur dibagi ke dalam dua


jenis.
Pertama, jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam
system pengaktivasireticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat (slow
wave sleep) karena gelombang otak bergerak sangat lambat, atau disebut
juga non rapid eye movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan
oleh penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan
otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut dengan jenis tidur
paradoks, atau disebut juga dengan tidur rapid eye movement (REM).

Menurut Hidayat (2006), jenis-jenis tidur terdiri dari:


a. Tidur Gelombang Lambat
Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, atau juga
dikenal dengan tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak
lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur
gelombang lambat bisa juga disebut dengan tidur gelombang delta, dengan

11
cirri-ciri: betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuwensi
napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan
metabolisme turun (Hidayat, 2006).

b. Tidur Paradoks
Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-
20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100
menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat
cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur paradoks adalah sebagai
berikut:
1. Biasanya disertai dengan mimpi aktif.
2. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak sangat tertekan,
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi
retikularis.
3. Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
4. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
5. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolism
meningkat.
6. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan
dalam belajar, memori dan adaptasi.

2) Fisiologi Tidur
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani
dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan
akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan
persoalan yang dihadapi. Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur
oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk
mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu
aktvitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan
sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur.

12
a. Irama Sirkadian
Irama sirkadian adalah jam alami dalam tubuh manusia. Dalam 24 jam
tubuh akan mengalami fluktuasi berupa temperatur, kemampuan untuk
bangun, aktivitas lambung, denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormon,
dikenal sebagai irama sirkadian, ( Guyton, 2010). Circardian rhythm berasal
dari bahasa Latin. Circa yang berarti kira-kira dan Dies berarti hari (
circardies = kira-kira satu hari). Circardian rhythm adalah irama dan
pengenalan waktu yang sesuai dengan perputaran bumi dalam siklus 24 jam.
Irama sirkadian berfungsi mengatur berbagai irama tubuh antara lain
irama bangun tidur, temperatur tubuh, tekanan darah, dan pola sekresi
hormon (hedge,2011). Peraturan sirkadian tidur dan mekanisme terjaga
(wakefulness) diregulasi oleh alat pacu yang terletak di suprachiasmatic
nuclei (SCN) yang berfungsi sebagai master clock. nucleus suprachiasmatic
paling aktif di siang hari dan diatur setiap hari berdasarkan masukan cahaya
dari retina dan selama siklus gelap oleh sekresi melatonin dari kelenjar
pineal,serta pada liver, ginjal dan jantung (Guyton, 2010).
Irama sirkadian sangat dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya
rangsangan cahaya. Cahaya yang diterima oleh retina oleh retina mata akan
diteruskan menuju suatu sistem osilasi SCN pada hipothalamus melalui
suatu jalur saraf khusus yaitu Retinohypothalamic Trac (RHT). Serabut
eferen dari suprachiasmatic nuclei SCN akan memicu sinyal saraf dan
humoral yang akan menyeleraskan berbagai irama sirkadian penting. Contoh
pengaruh cahaya terhadap irama sirkadian ditunjukan pada produksi
melatonin. Pada kondisi cahaya gelap, produksi melatonin akan meningkat.
Oleh karena itu akan banyak terjadi konversi dari serotonin menjadi
melatonin.jumlah serotonin yang menekan tidur akan berkurang, oleh karena
itu dalam kondisi cahaya gelap akan terjadi peningkatan tidur (Ganong,
2015).

Dalam keadaan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi


irama tidurdanbangun, dimana seper tiga waktu untuk tidur dan dua pertiga
untuk ban gun/aktivitas. Siklus irama sirkardian dapat mengalami gangguan,
apabila irama tersebut mengalami peregseran. Menurut beberapa penelitian

13
terjadi pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan
waktu tidur yang irreguler (bringing irama sirkadian). Sesorang dengan
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan
dimana pasien tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,
walaupun jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan
irama tidur sirkadian normal.

Menurut Aaron kaitan tidur dengan metabolisme adalah saat tidur kerja
jantung akan menurun. Detak jantung akan turun hingga 10-30 denyut
perdetik. Tentu saja jumlah denyut tersebut berbeda dengan manusia terjaga.
Penurunan tekanan darah terjadi akibat sedikitnya denyut tersebut. Inilah
hubungan antara kecukupan tidur dan persoalan tekanan darah. Selama
waktu istirahat sel akan bekerja lebih maksimal untuk memperbaiki sistem
tubuh yang rusak atau ternggangu. Pengeluaran racun akan lebih maksimal
dilakukan oleh ginjal. Limbah beracun yang masuk ke tubuh atau dihasilkan
sel yang rusak tidak bekerja dengan baik pada saat manusia tidur. Situasi ini
memungkinkan tubuh memperbaiki sistem pertahanan dan sel yang rusak.
Sistem kekebalan tubuh akan meningkat pada saat tubuh tidur. Protein dan
sistem kekebalan akan diproduksi lebih dibandingkan pada saat terjaga.
Tumor Necrosis factor (TNF) yang bertugas mengatasi anomali pada sel
akan diproduksi dan dipompa ke seluruh tubuh secara lebih maksimal. Inilah
yang menyebabkan tubuh manusia yang memiliki tidur cukup lebih kecil
resikonya mengidap kanker., orang yang tidur cukup memiliki kemampuan
melawan infeksi secara lebih baik.Sistem hormonal tubuh pada saat tidur
akan menjalankan fungsi anabolik. Proses anabolik adalah pemusatan enersi
tubuh untuk perbaikan dan pertumbuhan. Beberapa jenis hormon yang
digunakan untuk aktivitas akan menurun kadarnya, seperti adrenalin dan
kortikosteroid. Homorn pertumbuhan (human growth hormone/HGH) akan
meningkat. HGH sangat membantu tubuh untuk memperbaiki dan
memelihara jringan otot dan tulang.

Irama sirkardian berpengaruh terhadap berbagai fungsi fisiologis tubuh,


tidak hanya berperan sebagai time keeper saja. Salah satu penemuan penting

14
adalah gen Clock terdapat tidak hanya pada otak, namun juga terdapat di
berbagai jaringan tubuh. Sehingga gangguan pada gen Clock ini juag dapat
dijadikan etiologi dari berbagai macam penyakit seperti obesitas dan
sindroma metabolik. Irama sirkadian memainkan peran penting di dalam
mengkoordinasikan siklus metabolik harian dan pembelahan sel. Penelitian
menunjukkan bagaimana siklus siang-malam intrinsik tubuh melindungi dan
memelihara diferensiasi sel punca. Selain itu, penemuan tersebut
memberikan wawasan baru ke dalam mekanisme dimana gangguan pada jam
sirkadian dapat berkontribusi untuk percepatan penuaan kulit dan kanker (
Fredlin,2013)

Irama sirkadian mengatur salah satu bentuk metabolisme perantara di


dalam sel-sel punca, yang disebut sebagai fosforilasi oksidatif. Jenis
metabolisme ini menciptakan radikal oksigen yang dapat merusak DNA dan
komponen lain dari sel. Bahkan, salah satu teori penuaan berpendapat bahwa
penuaan disebabkan oleh kerusakan akumulatif dari radikal oksigen yang
dihasilkan metabolisme di dalam sel punca. Penelitian ini juga
mengungkapkan bahwa irama sirkadian di dalam sel punca menggeser waktu
pembelahan sel sehingga tahapan siklus pembelahan sel yang paling sensitif
terhadap kerusakan DNA dapat dihindari selama masa fosforilasi oksidatif
maksimal.

b. Pengaturan Tidur
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons. Reticular Activating System (RAS)
berlokasi pada batang otak teratas. RAS dipercayai terdiri dari sel khusus
yang mempertahankan kewaspadaan dan tidur. Selain itu, RAS dapat
memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan
proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,
kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus
yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing

15
Regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls
yang diterima di pusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian, sistem
pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah
RAS dan BSR (Hidayat, 2008).
Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada
dalam posisi relaks. Stimulus ke RAS menurun. Jika ruangan gelap dan
tenang, maka aktivasi RAS selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian BSR
mengambil alih yang menyebabkan tidur.

3) Fungsi Tidur
Fungsi tidur tetap belum jelas (Hodgson,1991 dalam Potter & Perry,
2005). Namun, tidur dapat berfungsi dalam pemeliharaan fungsi jantung terlihat
pada denyut turun 10 hingga 20 kali setiap menit. Selain itu, selama tidur, tubuh
melepaskan hormon pertumbuhan untuk memperbaiki dan memperbaharui sel
epitel dan khusus seperti sel otak. Otak akan menyaring informasi yang telah
terekam selama sehari dan otak mendapatkan asupan oksigen serta aliran darah
serebral dengan optimal sehingga selama tidur terjadi penyimpanan memori dan
pemulihan kognitif. Fungsi lain yang dirasakan ketika individu tidur adalah
reaksi otot sehingga laju metabolik basal akan menurun. Hal tersebut dapat
membuat tubuh menyimpan lebih banyak energi saat tidur. Bila individu
kehilangan tidur selama waktu tertentu dapat menyebabkan perubahan fungsi
tubuh, baik kemampuan motorik, memori dan keseimbangan. Jadi, tidur dapat
membantu perkembangan perilaku individu karena individu yang mengalami
masalah pada tahap REM akan merasa bingung dan curiga.

a) Pola tidur normal


Tidur dengan pola yang teratur ternyata lebih penting jika dibandingkan
dengan jumlah tidur itu sendiri. Pada beberapa orang, mereka merasa
cukup dengan tidur selama 5 jam saja pada tiap malamnya (kozier,2004).
Secara umum, durasi atau waktu lama tidur mengikuti pola sesuai
dengan tahap tumbuh kembang manusia :

16
1) Bayi Pada bayi baru lahir membutuhkan tidur selama 14 – 18 jam
sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit 50% tidur NREM dan
terbagi dalam 7 Periode. Dan bayi tidur selama 12 – 14 jam sehari,
sekitar 20% - 30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan
punya pola terbangun sebentar.

2) Toddler Kebutuhan tidur pada toddler menurun menjadi 10 – 12 jam


sehari. Sekitar 20 – 30% tidurnya adalah tidur REM. Tidur siang dapat
hilang pada usia 3 tahun karena sering terbangun pada malam hari yang
menyebabkan mereka tidak ingin tidur pada malam hari.

3) Preschool Pada usia preschool biasanya memerlukan waktu tidur 11 –


12 jam semalam. Kebanyakan pada usia ini tidak menyukai waktu
tidur.Bisa jadi anak usia 4 – 5 mengalami kurang istirahat tidur dan 12
mudah sakit jika kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi, sekitar 20%
tidurnya adalah tidur REM.

4) Anak usia sekolah Anak usia sekolah tidur antara 8 – 12 jam semalam
tanpa tidur siang. Anak usia 8 tahun membutuhkan waktu kurang lebih
10 jam setiap malam. Tidur REM pada usia ini berkurang 20%.

5) Adolesen Kebanyakan remaja memerlukan waktu tidur 8 – 10 jam tiap


malamnya untuk mencegah terjadinya kelemahan dan kerentanan
terhadap infeksi. Tidur pada usia ini 20% adalah tidur REM.

6) Dewasa Muda Pada masa ini umumnya mereka sangat aktif dan
membutuhkan waktu tidur antara 7 – 8 jam dalam semalaman. Kurang
lebih 20% tidur merekan adalah REM.dewasa muda yang sehat
membutuhkan cukup tidur untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktifitas
karena jarang sekali mereka tidur siang.

17
7) Dewasa tengah Pada masa ini mungkin akan mengalami insomnia
atau sulit tidur, mungkin disebabkan oleh perubahan atau stres usia
menengah. Mereka biasanya tidur selama 6-8 jam semalam.

8) Dewasa akhir Pada dewasa akhir kebutuhan akan tidurnya kurang dari
6 jam semalamnya. Periode REM cenderung memendek sekitar 20- 25%
dan tidur tahap IV mengalami penurunan.

b) Mimpi
Bila seorang dibangunkan pada tidur REM biasanya mengatakan dia
dalam mimpi dan dia dapat mengingat dengan jelas apa mimpinya.
Mimpi dapat dipengaruhi oleh kejadian disekitar orang tersebut tidur.
Misalnya seorang dalam tidur REM, dipunggungnya ditempeli air es, dia
akan bercerita bermimpi sedang menolong orang yang tenggelam dalam
air. Menurut riset tentang tidur yang dilaporkan oleh Piere Maquet dalam
majalah Science 2 Nov 2001, temyata tidur berperanan dalam proses
belajar dan mengingat. Dan oleh Jerome M. Siegel dalam terbitan yang
sama menyatakan bahwa tidur REM (waktu mimpi terjadi) merupakan
waktu untuk konsolidasi ingatan.
4) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tidur
A. Stress
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur.
Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali
mengarah frustasi apabila tidur. Stress merusak keseimbangan alamiah
dalam diri manusia. Mengalami keadaan tidak normal secara terus-menerus
akan merusak kesehatan tubuh dan berdampak pada beragam gangguan
fungsi tubuh. Salah satu dampaknya adalah kesulitan tidur (mimpi buruk).
Stress juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur,
sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang
berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan
tidur buruk.

18
B. Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada


kemampuan untuk tidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah
esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, posisi tempat tidur
mempengaruhi kualitas tidur dan suara juga mempengaruhi tidur. Suara yang
rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara
suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 atau 4 (Potter &
Perry, 2005).

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang mengganggu tidur. Bising


dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fiologis dan
gangguan psikologis. Pada umumnya bising bernada tinggi sangat
mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau datangnya tiba-tiba. Bising
dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal
ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam
telinga yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo, perasaan mual, susah
tidur, dan sesak nafas. Hal ini karena adanya rangsangan bising terhadap
sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem
pencernaan dan keseimbangan elektrolit (Frizzy, 2009).

Fisiologi tidur dapat diterangkan melalui gambaran aktivitas sel-sel otak


selama tidur. Aktivitas tersebut dapat direkam dalam alat EEG. Untuk
merekam tidur, cara yang dipakai adalah dengan EEG Polygraphy. Dengan
cara ini kita tidak saja merekam gambaran aktivitas sel otak (EEG), tetapi
juga merekam gerak bola mata (EOG) dan tonus otot (EMG). Untuk EEG,
elektroda hanya ditempatkan pada dua daerah saja, yakni daerah fronto-
sentral dan oksipital, Gelombang Alfa paling jelas terlihat di daerah frontal
(Musadik, 1988).

C. Diet

19
Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan
yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur (Hairi dan
Linde, 1990). Makan besar, berat dan/atau berbumbu pada makan malam
dapat menyebabkan tidak dapat dicerna dan mengganggu tidur. Kafein dan
alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi
insomnia sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastik
adalah strategi penting yang digunakan untuk meningkatkan tidur. Alergi
makanan menyebabkan insomnia. Selain susu, makanan lain yang sering
menyebabkan alergi penghasil insomnia di antara anak-anak dan orang
dewasa meliputi jagung, gandum, kacang-kacangan, coklat, telur, ikan laut,
pewarna makanan warna merah dan kuning, dan ragi.
Perbaikan tidur yang normal memerlukan waktu sampai 2 minggu jika
makanan
tertentu yang menyebabkan masalah telah dihilang dari diet. Kehilangan atau
peningkatan berat badan mempengaruhi pola tidur. Ketika seseorang
bertambah berat badanya, maka periode tidur akan menjadi lebih panjang
dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat badan menyebabkan tidur
pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur tertentu dapat dihasilkan dari
diet semi puasa (semistarvation) yang popular di dalam kelompok
masyarakat yang sadar berat badan.

D. Obat-Obatan dan Substansi Lain

Dari daftar obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai
satu efek samping, 486 menulis insomnia, dan 281 menyebabkan kelelahan
(Buysse, 1991). Mengantuk dan defrivasi tidur adalah efek samping mediksi
yang umum (Potter & Perry, 2005). Berikut daftar obat-obatan yang dapat
mengganggu tidur, yaitu : Hipnotik; mengganggu dengan mencapai tahap
tidur yang lebih dalam, hanya memberikan peningkatan kualitas sementara,
seringkali menyebabkan “rasa mengembang” sepanjang siang hari perasaan
mengantuk yang berlebihan, bingung, penurunan energi, memperburuk
apnea tidur pada lanjut usia. Diurerik; menyebabkan nokturia (terbangun
dari tidur pada malam hari untuk buang air kecil. Anti depresan dan

20
stimulant; menekan tidur Rapid Eye Movement (REM), menurunkan total
waktu tidur. Alkohol; mempercepat mulanya tidur, mengganggu tidur Rapid
Eye Movement (REM), membangunkan seseorang pada malam hari dan
menyebabkan kesulitan untuk kembali tidur. Kafein; mencegah seseorang
tertidur, dapat menyebabkan seseorang terbangun di malam hari. Penyekat-
beta; menyebabkan mimpi buruk, insomnia, dan terbangun dari tidur.
Benzodiazepine; meningkatkan waktu tidur, meningkatkan kantuk di siang
hari. Narkotika; menekan tidur Rapid Eye Movement (REM) menyebabkan
peningkatan perasaan kantuk pada siang hari.

E. Latihan Fisik

Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh


tidur yang mengistirahatkan, khususnya kelelahan adalah hasil dari kerja
atau latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu
tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu kelelahan yang
meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan yang berlebihan yang
dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stress membuat sulit tidur.

F. Penyakit

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan fisik (misal:


kesulitan bernafas), atau suasana hati (seperti: kecemasan atau depresi) dapat
menyebabkan masalah tidur. Penyakit pernafasan seperti emfisema, asma,
bronchitis, rhinitis alergi mengubah irama pernafasan dan mengganggu tidur.
Penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan episode nyeri
dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak teratur dapat mengalami
frekuensi terbangun yang sering dan perubahan tahapan selama tidur.

G. Gaya Hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang
bekerja bergantian dan berputar (misal: 2 minggu siang diikuti oleh 1
minggu malam) sering mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan

21
jadwal tidur. Jam internal tubuh di atur pukul 22, tetapi sebaliknya jadwal
kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu untuk tidur 3
sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu
terbangun dan aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu
kerja menyebabkan penurunan dan
bahkan penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu bekerja pada
malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat disesuaikan. Perubahan
lain dalam rutinitas yang menggangu pola tidur meliputi: kerja berat yang
tidak biasanya, terlibat dalam aktifitas social pada larut malam, dan
perubahan waktu makan malam.

5) Gangguan Tidur
a. Etimologi gangguan tidur

Gangguan tidur merupakan kumpulan atau kondisi yang dicirikan


dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada
individuGanguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering
ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur
dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin,
berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling
sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur
yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus
tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi
kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain
(Japardi,2002).

Kita harus mengetahui penyebab terjadinya gangguan tidur. Tiga penyebab


utama yang paling berpengaruh menyebabkan gangguan tidur yaitu kondisi
medis, kondisi psikiatri, dan kondisi lingkungan sekitar seseorang.

1. Kondisi medis Berbagai kondisi medis yang buruk dari seseorang dapat
menyebabkan seseorang mengalami gangguan tidur. Misalnya gangguan
pada paru yang menyebabkan gangguan nafas seperti asma dan penyakit

22
paru obstruktif kronis. Akibat gangguan pernafasan yang dialami, maka
seseorang tentunya saja akan mengalami gangguan tidur.
2. Kondisi psikiatri Kondisi psikiatri seperti depresi dapat menyebabkan
gangguan tidur tipr REM. Gangguan stres post trauma sering menyebabkan
gangguan tidur teror pada malam hari. Selain itu, gangguan anxietas, panic
disorder paling sering menyebabkan insomnia atau sulit tidur pada banyak
pasien. Selain itu, juga perlu diketahui bahwa, penggunaan obat-obatan pada
kondisi psikiatri seperti anti depresan dapat mengganggu tidur pola tidur
REM.
3. Kondisi lingkungan Gangguan tidur sering disebabkan lingkungan yang
bising atau oleh karena suhu lingkungan yang tidak nyaman. Pertukaran jam
kerja yang tidak teratur sering menyebabkan gangguan siklus tidur, seperti
halnya yang juga terjadi pada jetlag akibat bepergian ke tempat yang
mempunyai waktu yang tidak cocok dengan daerah asal. Pergantian
ketinggian yang signifikan juga dapat menyebabkan gangguan tidur
(Lubit,2012).

b. Klasifikasi gangguan tidur


Berdasarkan klasifikasi dari International Classification of Sleep Disorders,
gangguan tidur terbagi atas :
1. Dissomnia
Dissomnia Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran
menjadi jatuh tidur ( failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur
(difficulty in staying as sleep), bangun terlalu dini atau kombinasi
dintaranya.
1. Gangguan tidur intrinsik Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik,
sindroma kaki gelisah, obstruksi saluran nafas, hipoventilasi, post
traumatik kepala, tidur berlebihan (hipersomnia), idiopatik.
2. Gangguan tidur ekstrinsik Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan
posisi tidur, toksik, ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant.

23
3. Gangguan tidur irama sirkadian Jet-lag sindroma, perubahan jadwal
kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum
waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam.

2. Parasomnia
Merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian
episode yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu
antara bangun dan tidur. Kasus ini sering berhubungan dengan gangguan
perubahan tingkah laku danaksi motorik potensial, sehingga sangat
potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian, Insidensi ini sering
ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami
perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa (3%). Ada 3 faktor
utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur ( sleep deprivation)
c. Stress psikososial

Parasomnia dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Gangguan arousal Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur teror.


2. Gangguan antara bangun-tidur Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,
kramkaki, gangguan gerak berirama.
3. Berhubungan dengan fase REM Gangguan mimpi buruk,
gangguan tingkah laku, gangguan sinus arrest.
4. Parasomnia lain-lainnya Bruxism (otot rahang mengeram),
mengompol, sukar menelan, distonia parosismal.

3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan / pskiatri


Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan kesehatan
dikelompokkan menjadi:
1. Gangguan mental Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri
hebat), alkohol.

24
2. Berhubungan dengan kondisi kesehatan 13 Penyakit degeneratif
(demensia, parkinson, multiple sklerosis), epilepsi, status epilepsi, nyeri
kepala, Huntington, post traumatik kepala, stroke, Gilles de-la tourette
sindroma.
3. Berhubungan dengan kondisi kesehatan Penyakit asma,penyakit jantung,
ulkus peptikus, sindroma fibrositis, refluks gastrointestinal, penyakit
paru kronik (PPOK).

c. Dampak gangguan tidur


Tidur berhubungan dengan kualitas dan kuantitas morbiditas atau kondisi
sehat sakit dan mortalitas atau angka kematian. Menurut data epidemiologi,
tidur kurang dari 6 jam atau tidur yang lebih dari 9 jam perhari erat
hubungannya dengan peningkatan mortalitas. Adapun contoh contoh yang
dapat meningkatkan mortalitas tersebut seperti penyakit jantung dan kanker.

Dampak akibat gangguan tidur pada aspek mood, meliputi iritabilitas,


mood yang berubah-ubah, dan kendali emosi yang buruk. Dampak pada
fungsi kognitif, meliputi atensi dan konsentrasi yang berkurang, waktu reaksi
yang melambat, kewaspadaan yang berkurang, penurunan fungsi eksekutif
(pengambilan keputusan, penyelesaian masalah), gangguan pembelajaran,
dan prestasi belajar yang buruk. Sedangkan dampak gangguan tidur pada
aspek perilaku, meliputi hiperaktivitas, ketidakpatuhan, perilaku
membangkang, kendali impuls yang buruk, peningkatan keinginan untuk
mengambil risilo. Gangguan tidur juga dapat berdampak pada kehidupan
keluarga, seperti efek negative pada orang tua, stress keluarga, gangguan
dalam pernikaan, serta masalah social lainnya.

6) Teknik dan Prosedur Pengkajian Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Selama proses pengkajian, kaji secara menyeluruh tiap pasien dan analisis
dengan kritis temuan yang didapat untuk memastikan bahwa kita membuat
keputusan klinis yang berpusat pada pasien yang memerlukan asuhan
keperawatan yang aman. Pengkajian pola tidur pasien dengan menggunakan

25
riwayat keperawatan adalah untuk memperoleh informasi tentang faktor yang
biasanya mempengaruhi tidur. Tidur adalah pengalaman subjektif, oleh karena
itu hanya pasien yang dapat mengetahui apakah tidurnya cukup dan tenang atau
tidak. Jika pasien mengakui dan mulai menduga-duga tentang masalah tidurnya,
perawat perlu mengkaji riwayat tidur pasien secara detail. Jika pasien memang
benar memiliki masalah tidur, pertimbangkan untuk bertanya apakah pasangan
tidurnya dapat dimintai keterangan untuk data pengkajian lebih lanjut (Potter &
Perry 2013).

1. Pengkajian kebutuhan tidur


Arahkan pengkajian keperawatan anda untuk memahami karakteristik
masalah tidur dan kebiasaan tidur sehingga anda sebagai perawat dapat
memasukan cara-cara untuk mengatasi masalah tidur ke dalam asuhan
keperawatan. Misalnya, jika riwayat keperawatan mengungkapkan bahwa
seorang pasien selalu membaca sebelum tidur, maka tawarkan bahan bacaan
di sebelum waktu tidur.

2. Sumber untuk pengkajian tidur


Biasanya pasien adalah sumber terbaik untuk menjelaskan masalah tidur
dan perubahan dari pola tidur dan bangun yang biasanya. Seringkali pasien
menyadari penyebab dari masalah tidur yang dialami bisa lingkungan yang
bising atau perasaan khawatir yang berlebih atas suatu hubungan antar rekan.
Sebagai tambahan, partner tidur dapat memberikan informasi tentang pola
tidur pasien yang akan membantu mengungkap jenis gangguan tidur. Saat
merawat anak-anak, cari informasi tentang pola tidur dari orang tua atau wali
karena mereka merupakan sumber informasi yang dapat diandalkan. Rasa
lapar, suasana yang terlalu hangat atau panas, dan kecemasan sering
berkontribusi terhadap kesulitan anak-anak untuk tidur atau terbangun pada
malam hari. Jika anak sering terbangun di tengah malam karena mimpi
buruk, orang tua dapat mengidentifikasi masalah tersebut tetapi tetap tidak
bisa mengerti arti dari mimpi. Mintalah orang tua untuk menggambarkan
perilaku tertentu yang dapat menggangu tidur. Misalnya stimulasi berlebihan

26
dari kegiatan aktif bermain atau mengunjungi teman-teman yang memiliki
masalah tidur juga.

3. Alat untuk pengkajian tidur


Salah satu metode untuk mengukur dan menilai kualitas tidur adalah dengan
menggunakan skala numerik 0-10 (Lashley, 2004). Minta klien untuk
membuat skala terpisah antara kuantitas dan kualitas tidur. Instruksikan
mereka untuk menunjukannya dengan angka antara 0 sampai 10, dengan
keterangan angka 0 yang terburuk dan angka 10 yang terbaik.

4. Proses pengkajian kebutuhan dasar tidur

a. Riwayat keperawatan, meliputi :


1. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada: waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering
bangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.
2. Dampak pola tidur terhadap tubuh : apakah merasa segar saat bangun,
apa yang terjadi jika kurang tidur.
3. Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur.
4. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan tidur, kapan
masalah itu terjadi.

b. Pemeriksaan fisik, meliputi :


1. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien.
2. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva
merah.
3. Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, berbicara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi (Tarwoto dan
Wartonah, 2010, Ed.4).

27
c. Riwayat Tidur :
Pengkajian riwayat tidur antara lain kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur
di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan
sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur,
dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan
stimulan, perasaan pasien menganai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan
apakah ada perubahan pola tidur.

d. Gejala Klinis :
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya
kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah
dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala.

e. Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik,
meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan
auditorik, bingung dan disorientasi tempat dan waktu, gangguan koordinasi,
serta bicara rancu, tidak sesuai dan intonasinya tidak teratur (Hidayat dan
Uliyah, 2015, Ed. 2).

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istirahat merupakan keadaaan rileks tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga dalam kondisi yang
membutuhkan ketenangan. Tidur merupakan kondisi tidak sadar yakni individu
dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986).
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang di butuhkan semua orang.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Dengan
pola istirahat dan tidur yang baik, benar, dan teratur akan memberikan efek yang
baik terhadap kesehatan, yaitu efek fisiologis terhadap sistem syaraf yang di
perkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara
susunan saraf, serta berefek terhadap struktur tubuh dengan memulihkan
kesegaran dan fungsi organ tubuh.
B. Saran
Setiap individu harus menjaga kecukupan kebutuhan istirahat dan
tidurnya sesuai kebutuhannya.Dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka
dapat melakukan berbagai kegiatan dengan baik.Perawat perlu berupaya
membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien sesuai dengandengan
prosedur yang benar sehingga perawat harus mempunyai, kopetensi yang baik
terkaitdengan kebutuhan istirahat dan tidur sehingga pelayanan terhadap klien
dapat berjalan dengan baik dan benar.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ambarawati, Rini. (2017). Tidur, Irama Sitkardian dan Metabolisme Tubuh. Volume X.
1 April 2017.
Asmadi (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika
Ayu, Saphira. (2014). Bab II Gangguan Tidur. Semarang: Universitas Diponegoro.
Diani A.W. (2014). Konsep Fisiologi Tidur. Jurnal UIN.
Lingga, E.S. (2017). Asuhan Keperawatan pada Tn.I dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Pola Tidur di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan
Medan Polonia. Universitas Sumatera Utara akses dalam repositori.usu.ac.id (22
Oktober 2019)
Maulidha T.R. (2017). Bab II Tinjauan Pustaka. Jurnal UMY
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., Hall, A.M. (2013). Fundamental of Nursing.
8th edition. Singapore : Elsevier Pte.Ltd
Tarwoto, Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

30

Anda mungkin juga menyukai