OL E H :
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN IPA
KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hdayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Populasi, teknik
penentuan ukuran sampel, teknik penarikan sampel dan ragam instrumen penelitian
pendidikan dan karakteristiknya”. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap kita
sebagai mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep tentang populasi, teknik
untuk menentukan ukuran sampel dan teknik penarikan sampel dalam pendidikan serta
ragam instrumen penelitian pendidikan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini pasti masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun penulisannya. Untuk itu, penulis
mohon kritik dan sarannya untuk perbaikan dan penulisan selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Penelitian sebagai sistem ilmu pengetahuan memiliki peran penting dalam ilmu
pengetahuan itu sendiri. Penelitian ilmiah digunakan untuk kebutuhan ilmu pengetahuan.
Sebaliknya, ilmu pengetahuan tidak akan berkembang tanpa penelitian ilmiah. Proses
penelitian harus melalui tahap berpikir ilmiah (Bungin, 2005). Penelitian dapat
didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah berdasarkan
logika dan didukung oleh fakta empirik (Sudjana, 2001 dalam Rasnia, 2013).
Ditinjau berdasarkan bidang-bidang ilmu yang ada, penelitian dibedakan menjadi
penelitian pendidikan, pendidikan kedokteran, pendidikan ekonomi, pendidikan
pertanian, pendidikan biologi, pendidikan sejarah dan berbagai penelitian lainnya. Secara
umum, tujuan penelitian pendidikan adalah untuk menemukan prinsip-prinsip umum,
penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai untuk menerangkan, meramalkan, dan
mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingkungan pendidikan (Rachman, 1993 dalam
Dwi, 2010).
Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik, seorang peneliti harus
memahami konsep populasi dan sampel. Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2013 dalam Djhri, 2015). Jika jumlah anggota populasi besar maka peneliti tidak
menyelidiki atau mempelajari semua anggota populasi tetapi peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel adalah sebagian dari populasi yang
terpilih dan mewakili populasi tersebut (Muri, 2007 dalam Djhri, 2015).
Penentuan sampel sangatlah penting peranannya dalam penelitian. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya
dengan memperhatikan sifat-sifat populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
Teknik pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak (probability sampling) dan
secara tidak acak (non probability sampling) (Firman, 2015).
Agar data yang dikumpulkan dalam penelitian menjadi valid maka peneliti harus
mengetahui cara pengumpulan data-data dalam penelitian. Dalam proses penelitian
akan diperoleh data-data yang akan diproses dan diterjemahkan menjadi suatu hasil atau
kesimpulan dari penelitian tersebut. Untuk mendapatkan data tersebut maka diperlukan
suatu alat ukur/instrumen. Proses dalam menyusun alat ukur (instrumen) penelitian
sangatlah penting karena instrumen tersebut menjadi pedoman untuk mengukur variabel-
variabel penelitian. Bentuk-bentuk intrumen dalam penelitian pendidikan meliputi
instrumen tes dan non tes. Terdapat berbagai contoh instrumen tes dan non tes seperti
angket, wawancara, observasi, skala peringkat, dan berbagai contoh instrumen lainnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini disusun untuk mengetahui
konsep tentang populasi dalam pendidikan, teknik untuk menentukan ukuran sampel dan
teknik penarikan sampel dalam pendidikan, serta untuk mengetahui ragam instrumen
dalam penelitian pendidikan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu sebagai referensi dalam penyusunan
makalah atau penelitian tentang penelitian pendidikan yang meliputi konsep tentang
populasi dalam pendidikan, teknik sampling serta berbagai bentuk instrumen dalam
penelitian pendidikan.
BAB II
KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN
A. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini yaitu metode pustaka yaitu metode dengan
mengumpulkan data dari pustaka berupa buku, jurnal dan informasi melalui internet.
Sumber data dan informasi diperoleh dari beberapa referensi buku dan jurnal.
Penelitian Pendidikan
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Jika jumlah anggota populasi
sangat besar, maka peneliti tidak menyelidiki atau mempelajari semua anggota
populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Oleh sebab itu, peneliti
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian anggota dengan karakteristik yang mewakili populasi.
3. Teknik sampling terdiri atas probability sampling dan non probability sampling.
4. Bentuk-bentuk instrumen yaitu instrumen tes, instrumen yang diisi oleh pengumpul
data dan instrumen yang diisi oleh subjek penelitian.
BAB III
KAJIAN DAN PEMBAHASAN
A. Populasi
Contoh di atas menunjukkan bahwa populasi dapat memiliki ukuran dan minimal
memiliki satu atau beberapa karakteristik yang sama, sehingga dapat didefinisikan
sebagai sekelompok sekolah atau bahkan fasilitas, misalnya :
a. Semua kelas di kelas VIII SMP Negeri 3 Kotamadya Medan.
b. Semua gedung olahraga SMA di Kotamadya Medan.
Pada umumnya populasi sasaran merupakan populasi teoritis, yakni populasi yang
batasannya secara kualitatif. Jumlah populasi teoritis mungkin tidak dapat diketahui atau
tak terbatas sehingga peneliti perlu menetapkan populasi yang dapat diakses. Populasi
yang dapat diakses memiliki jumlah yang terbatas sehingga memungkinkan bagi peneliti
untuk memilih sampel yang representatif. Pembatasan pemilihan populasi tersebut perlu
dilakukan untuk menghemat waktu, tenaga, dan dana yang akan digunakan dalam
penelitian. Gambaran tentang populasi dan sampel secara cukup rinci penting untuk
dilakukan sehingga orang yang tertarik pada penelitian tersebut dapat menerapkan
temuan untuk kebutuhan mereka (Sani dkk, 2017).
3. Sampel Acak (Random) dan Sampel Non Acak
Ada dua jenis utama sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu sampel acak
(random) dan sampel tidak acak. Sampel acak diambil secara acak, misalnya seorang
peneliti ingin melakukan survei terhadap semua guru ilmu pengetahuan sosial (IPS) di
wilayah kota Medan untuk menentukan sikap mereka terhadap kebijakan penggunaan
buku ajar sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah di sekolah menengah. Misalnya ada
724 guru IPS tingkat SMA di kota Medan. Nama-nama guru tersebut diperoleh dan
didaftar menurut abjad. Kemudian peneliti memberi daftar nama guru-guru tersebut dari
001 sampai 724. Selanjutnya, dengan menggunakan tabel bilangan dalam sebuah buku
statistik, peneliti memilih 100 guru sebagai sampingan. Sampel non acak (non random)
dipilih tanpa menggunakan sistem acak (Sani, dkk. 2017).
4. Kerangka Sampling
Ketika akan mengambil sampel dari sebuah populasi penelitian, peneliti harus
memperhatikan kerangka sampling. Kerangka sampling ialah daftar semua unsur
sampling dalam populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai
jumlah penduduk, jumlah bangunan, batas wilayah, karakteristik penduduk, dan
sebagainya. Sebuah sampel yang baik menurut Margono (2004) dalam Sani dkk (2017)
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Harus meliputi seluruh unsur sampel (tidak satu unsur pun yang tertinggal).
b. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali.
c. Harus up to date.
d. Batas-batasnya harus jelas, misalnya batas wilayah : rumah tangga (siapa-siapa yang
menjadi anggota rumah tangga).
e. Harus dapat dilacak di lapangan, jadi hendaknya tidak terdapat beberapa desa dengan
nama yang sama.
2. Faktor biaya
Salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan biaya adalah melalui sampling.
Biaya yang diperlukan dalam suatu penelitian, bukan hanya untuk pengumpulan data
saja, tetapi juga untuk analisis, diskusi, perhitungan dan transportasi.
3. Faktor waktu
Menganalisis data hasil sampling selain dapat menghemat biaya, juga dapat
menghemat waktu karena dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.
6. Faktor ekonomis
1. Probability Sampling
Ada 3 cara yang paling umum digunakan untuk memperoleh sampel secara acak
yakni pengambilan acak sederhana (simple random sampling), pengambilan sampel acak
terstratifikasi (stratified random sampling) dan pengambilan sampel berklaster (cluster
random sampling). Masing-masing teknik pengambilan sampel secara acak sederhana
dapat dilakukan secara manual atau menggunakan tabel bilangan acak.
Sampel acak sederhana dapat digunakan jika unsur atau anggota populasi bersifat
homogen atau memiliki karakteristik yang sama. Syarat lain dari penggunaan teknik ini
adalah jika diketahui identitas-identitas dari anggota populasi, sedangkan keterangan lain
mengenai populasi seperti tingkat keragaman, dan pembagian ke dalam golongan-
golongan tidak diketahui. Dalam pengambilan acak sederhana (simple random sampling),
seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan bebas
dipilih sebagai anggota sampel. Setiap individu bebas dipilih karena pemilihan individu-
individu tersebut tidak mempengaruhi individu yang lain. Jika jumlah anggota populasi
tidak terlalu besar, maka peneliti dapat menggunakan cara manual atau tradisional dalam
mengambil sampel. Namun, jika jumlah anggota populasi cukup besar maka akan lebih
efisien jika pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan acak.
Contoh cara manual ini dapat dilakukan dalam memilih beberapa guru dari
kumpulan-kumpulan guru Fisika di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk
dijadikan sampel peneltian. Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu :
a. Tentukan jumlah populasi yang dapat ditemui.
b. Daftar semua anggota dalam populasi dan masing-masing diberi nomor urut.
c. Tulislah nama setiap anggota dalam sebuah kartu, kemudian masukkan dalam
sebuah kotak.
d. Kocok kotak tersebut dan keluarkan atau ambil sebuah kartu.
e. Nomor anggota yang diambil adalah mereka yang ditunjuk sebagai sampel
penelitian.
f. Lakukan terus pengambilan nomor secara acak sampai jumlah yang diinginkan
dapat dicapai (Sani dkk, 2017).
Sampling acak dengan menggunakan tabel ini mudah dilakukan, jika asal
populasi yang sesungguhnya telah diketahui. Langkah-langkah yang dapat digunakan
untuk memilih sampel dengan menggunakan tabel random adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi jumlah total populasi.
b. Tetapkan jumlah sampel yang diinginkan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
c. Daftar semua anggota dan tulis nomor urut untuk masing-masing anggota. Nomor
urut dibuat secara alfabetis berdasarkan nama anggota populasi.
d. Pilih angka pada tabel secara acak dengan menggunakan penunjuk angka (kolom
dan baris), penunjukan angka (yang terdiri dari 2 angka) ditentukan secara acak.
e. Pada kelompok-kelompok angka yang dipilih, lihat angka dengan digit yang tepat.
f. Tetapkan beberapa anggota sampel berdasarkan angka-angka pada tabel random
yang bersesuaian.
g. Pilih penunjuk angka yang lain secara acak seperti pada langkah ke 4, untuk
memilih anggota sampel lainnya. Ulangi terus mekanisme pemilihan anggota
sampel sehingga jumlah sampel yang diinginkan tercapai (Sani dkk, 2017).
Pada beberapa kasus, peneliti tidak dapat memilih sampel individu karena
terkendala pembatasan administratif atau kendala lainnya. Misalnya, populasi penelitian
adalah semua siswa kelas XI pada sebuah kabupaten yang mengikuti pelajaran Biologi
secara kontekstual. Pada kasus tersebut, peneliti tidak mungkin dapat menarik sampel
siswa secara acak yang dipilih untuk berpartisipasi dalam kegiatan eksperimental.
Walaupun hal tersebut dapat dilakukan, akan dibutuhkan waktu dan upaya luar biasa dan
merupakan pilihan yang sulit. Sehingga, peneliti menjadikan kelas yang sudah ada
sebagai sampel. Pemilihan kelompok sebagai sampel secara acak, dan bukan individu
dikenal sebagai pengambilan sampel acak berklaster.
Pengambilan sampel acak berklaster mirip dengan pengambilan sampel acak
sederhana. Perbedaannya adalah bahwa yang dipilih secara acak adalah kelompok dan
bukan individu. Banyak peneliti yang membuat kesalahan umum berkaitan dengan
pengambilan sampel acak berklaster yakni, memilih hanya satu kelompok sebagai sampel
dan kemudian memantau atau mewawancarai semua individu dalam kelompok tersebut.
Pada kasus sampel berklaster, walaupun ada sejumlah besar individu dalam kelompok,
maka kelompok tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi, karakteristik setiap individu
dalam kelompok tidak mewakili populasi sasaran penelitian. Artinya, peneliti tidak dapat
membuat kesimpulan berdasarkan karakteristik masing-masing individu dalam sebuah
kelompok yang dijadikan sampel (Sani dkk, 2017).
Teknik pengambilan sampel secara tidak acak ini mencakup sampling sistematis,
sampling kuota, sampling aksidental, sampling purposif, sampling jenuh dan snowball
sampling. Non probability sampling dapat menjadi alternatif pilihan dengan beberapa
pertimbangan, misalnya penghematan waktu, biaya, tenaga dan keterandalan
subjektifitas peneliti. Pertimbangan penggunaan teknik ini seringkali didasarkan
pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman peneliti. Pengambilan sampel dengan
memperhatikan faktor-faktor tersebut menyebabkan tidak semua anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel secara acak. Pada
prakteknya, kadang ada bagian tertentu dari populasi yang tidak dimasukkan dalam
pemilihan sampel untuk mewakili populasi.
Teknik non probability sampling merupakan cara pengambilan sampel yang pada
prinsipnya menggunakan pertimbangan tertentu yang digunakan oleh peneliti. Teknik ini
dapat dilakukan dengan mudah dalam waktu yang singkat, namun terkadang hasil
penelitian tidak dapat diberlakukan bagi seluruh populasi, karena sebagian besar dari
populasi tidak dilibatkan dalam penelitian. Berikut beberapa cara pengambilan sampel
yang tidak dilakukan secara acak yaitu :
Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode dimana hanya unsur
pertama dari sampel yang dipilih secara acak, sedangkan elemen-elemen atau anggota
sampel selanjutnya dipilih secara sistematis berdasarkan suatu pola tertentu. Pada
pengambilan sistematis, setiap individu pada daftar populasi didaftar terlebih dahulu,
kemudian dilakukan pemilihan sampel dengan sistematika tertentu. Misalnya ada 5000
anggota dalam daftar populasi dan akan dipilih sebanyak 500 sampel. Pada kasus
tersebut, peneliti dapat memilih setiap nama dengan setiap selang sepuluh angka dari
daftar populasi hingga diperoleh 500 nama sebagai sampel. Untuk menghindari faktor
prasangka, peneliti dapat memilih nomor urut pertama secara acak. Misalnya, nomor urut
pertama adalah 3, maka nomor urut kedua adalah 13, nomor urut ketiga adalah 23 dan
seterusnya. Teknik pengambilan sampel seperti itu dikenal sebagai sampling sistematik
dengan awalan yang acak.
Cara sederhana untuk menentukan selang pengambilan sampel adalah dengan
meninjau ukuran populasi dan ukuran sampel yang akan digunakan. Teknik pemilihan
sampel ini menggunakan prinsip proporsional, dengan cara menentukan pilihan sampel
pada setiap selang, dimana k adalah angka yang merupakan rasio jumlah populasi dan
jumlah sampel. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam memilih sampel secara
sistemati adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi total populasi yang akan digunakan dalam proses penelitian.
2. Daftar semua anggota populasi.
3. Berikan nomor urut untuk setiap anggota populasi.
4. Tentukan besarnya jumlah sampel yang akan diambil.
5. Tentukan angka proporsional sistematis k yang besarnya sama dengan jumlah
populasi dibagi dengan jumlah sampel.
6. Lakukan pengacakan untuk menentukan nomor urut pertama yang akan diambil
sebagai sampel.
7. Selanjutnya, tambahkan nilai k pada nomor urut pertama untuk memilih anggota
sampel yang kedua.
8. Ulangi langkah (7) di atas dengan menambahkan nilai k pada nomor urut anggota
sampel yang kedua, untuk memperoleh anggota sampel yang ketiga. Lakukan hal
tersebut secara sistematis sehingga dapat diperoleh semua anggota sampel sesuai
jumlah yang telah ditetapkan.
Teknik sampling ini dilakukan dengan memilih sekelompok orang yang tersedia
untuk studi. Misalnya, seorang peneliti ingin mempelajari dua kelompok kelas III SD
untuk mengevaluasi efektifitas program literasi di sebuah sekolah. Berikut ini diberikan
beberapa contoh sampel yaitu (1) Untuk mengetahui bagaimana pendapat mahasiswa
tentang layanan perpustakaan universitas, kepala perpusatakaan pada hari senin pagi dan
berdiri di dekat pintu keluar perpustakaan pada hari senin pagi dan mewawancarai (2)
seorang reporter berita untuk sebuah stasiun televisi lokal meminta opini orang yang
lewat di sudut jalan di pusat kota tentang rencana walikota untuk memindahkan pasar
dari pusat kota ke pinggiran kota. Teknik ini mudah digunakan namun memiliki
kelemahan yang mungkin berdampak pada terjadinya bias apada hasil penelitian.
1. Snowball Sampling
Pada teknik ini, sampel diambil secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang
kecil sampai menjadi besar. Cara ini banyak dipakai jika peneliti tidak banyak
mengetahui tentang populasi dan hanya mengetahui satu atau dua orang saja yang dapat
dijadikan sebagai sampel. Pada penelitian pendidikan teknik ini digunakan dalam
menyebarkan angket untuk suatu wilayah yang besar dalam waktu singkat. Cara yang
dilakukan adalah dengan memberikan sejumlah angket pada beberapa responden yang
dapat dijangkau, kemudian peneliti meminta pada responden untuk menyampailkan
angket pada responden lain yang dapat ditemui. Kelebihan teknik sampling ini adalah
dapat digunakan pada situasi tertentu, namun kelemahannya adalah perwakilan penting
dari populasi mungkin tidak terjaring dalam sampel yang sudah dipilih.
2. Quota Sampling
3. Saturation Sampling
Teknik pengambilan sampel dilakukan jika populasi tidak besar atau peneliti
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan sangat kecil. Pada teknik ini semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik ini tidak cocok untuk populasi yang
anggotanya besar. Misalnya, akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA
Negeri 1 Berandan Barat, seluruh guru dijadikan sebagai sampel penelitian karena
jumlah guru SMAN 1 Berandan Barat hanya 35 orang (Sani dkk, 2017).
C. Instrumen Penelitian
c. Observasi
Observasi merupakan metode atau instrumen untuk memperoleh data dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung perilaku objek penelitian atau fenomena alam.
Observasi dapat dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang
berlangsung.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara meemperoleh informasi dengan menelaah
dokumen, arsip, atau artefak. Dokumen yang umum ditelaah adalah buku-buku yang
relevan, data statistik, majalah, catatan pribadi, laporan kegiatan, catatan harian, notulen
rapat dan sebagainya (Sani dkk, 2017).
1. Metode ini dapat memberikan gambaran berbagai informasi tentang siswa pada waktu
yang sudah lampau (yang direkam atau didokumentasikan).
2. Berbagai informasi tentang siswa tersebut merupakan bahan kajian yang dapat
menghubungkan keadaan siswa dengan masa lalunya, apakah keadaan sekarang
disebabkan oleh hal yang sudah lalu.
3. Metode ini dapat merekam berbagai jenis data tentang siswa, identitas siswa, identitas
orang tua, keadaan dan latar belakang keluarga, lingkungan sosial, data psikis, prestasi
belajar, data pendidikan dan data kesehatan jasmani, dan sebagainya.
Dari data dokumentasi di atas yang menjadi data pokok dari peneliti adalah dokumentasi
untuk melengkapi data yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain memiliki kelebihan,
metode dokumentasi juga mempunyai kelemahan-kelemahan yaitu :
1. Pencatatan dalam dokumen perlu disikapi dengan kritis, apakah pencatatan yang
dilakukan terhadap siswa valid atau tidak.
2. Jika ada pencatatan yang tidak lengkap karena sesuatu hal, disengaja atau tidak
disengaja, penggunaan dokumen dapat menyesatkan dalam memahami siswa.
Upaya-upaya mengatasi kelemahan dalam dokumentasi yaitu seorang peneliti harus jeli
dan teliti ketika mencatat dalam dokumen sehingga kesalalahan dalam penulisan data
yang bisa menyesatkan bisa terhindari (Ochim, 2009).
Dua jenis alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen penelitian
yaitu tes dan non tes. Instrumen non tes dapat dibedakan dalam instrumen yang diisi oleh
peneliti dan instrumen yang diisi oleh subjek penelitian. Berikut bentuk instrumen
penelitian yaitu :
a. Instrumen Tes
Instrumen tes berupa tes dapat berupa beberapa pertanyaan, lembar kerja, atau
sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan keterampilan
subjek penelitian. Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti terdapat beberapa macam
tes yaitu :
1. Tes kemampuan misalnya tes penguasaan konsep, tes kreativitas, dan sebagainya.
2. Tes kepribadian (personalitty test) yang digunakan untuk mengungkap
kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, disiplin, bakat khusus
dan sebagainya.
3. Tes bakat (aptitude test) yang digunakan untuk mengetahui bakat seseorang.
4. Tes inteligensi (intelligence test) yang digunakan untuk mempekirakan tingkat
intelektual seseorang.
5. Tes sikap (attitude test) yang digunakan untuk mengukur sikap orang dalam
menghadapi suatu kondisi.
6. Tes minat (measures of interest) yang digunakan untuk menggali minat seseorang
terhadap sesuatu.
7. Tes prestasi (achievement test) yang digunakan untuk mengetahui pencapaian
seseorang setelah ia mempelajari sesuatu.
Berikut ini dijelaskan mengenai tes bakat dan tes prestasi yaitu :
a. Tes Bakat
Tes bakat digunakan untuk mengukur potensi individu, yakni dengan
mengukur keterampilan atau kemampuan mengerjakan pertanyaan yang
diberikan. Tes ini berbeda dengan tes prestasi, dan mencakup lebih banyak jenis
keterampilan atau pengetahuan.
Contoh tes bakat Lipatlah lipatan di sebelah kiri. Objek manakah di sebelah
kanan yang dapat dibuat dari lipatan tersebut ?
Tes bakat yang paling terkenal adalah Stanford Binet Intelligence Scale untuk
menguji bakat individu. Walaupun sebenarnya skala Wechsler lebih banyak
digunakan. Banyak tes kecerdasan memberikan bukti yang dapat diandalkan dan
berlaku bila digunakan dengan jenis individu tertentu dan untuk tujuan tertentu
misalnya, untuk memprediksi nilai mahasiswa di perguruan tinggi. Namun, ada
pengakuan bahwa kebanyakan tes kecerdasan gagal untuk mengukur beberapa
kemampuan penting, termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi atau konsepsi
hubungan yang tidak biasa. Oleh sebab itu, seorang peneliti harus berhati-hati
dalam memilih atau mengevaluasi sebuah tes bakat sebelum menggunakannya
dalam penelitian.
Contoh item pada tes kecerdasan
Perhatikan urutan gambar berikut :
b. Tes Praktek
Tes praktek digunakan untuk mengukur kinerja individu pada tugas tertentu,
misalnya tes mengetik. Pada tes kemampuan mengetik, penguji mengukur seberapa
akurat dan seberapa cepat orang mengetik. Pada umumnya tes praktek dilakukan
dengan menggunakan peralatan, misalnya untuk menguji kompetensi seorang
peserta didik dalam menjahit, penguji meminta peserta didik untuk menjahit
dengan pola tertentu dengan menggunakan mesin jahit (Sani dkk, 2017).
Skala peringkat yang paling sederhana adalah skala numerik, yang menyediakan
serangkaian angka yang masing-masing mewakili peringkat tertentu. Masalah yang
ditemukan dalam penggunaan skala penilaian ini adalah adanya subjektifitas pengamat.
Pengamat yang berbeda cenderung memiliki penafsiran yang berbeda tentang arti dari
angka yang dijadikan peringkat (sangat baik, rata-rata, dan sebagainya). Salah satu cara
untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan memberikan penjelasan tambahan
untuk setiap angka, sehingga deskripsi tentang peringkat menjadi lebih lengkap. Jika
defenisi tidak diberikan, maka peneliti harus melatih pengamat untuk meminimalkan
subjektifitas. Skala peringkat grafis dapat digunakan untuk memperbaiki ketidakjelasan
skala peringkat numerik. Pada skala grafis, masing-masing karakteristik yang akan
dinilai ditempatkan pada garis horizontal. Pengamat dapat memberikan tanda centang
pada suatu lokasi di sepanjang garis tersebut. Berikut ini diberikan contoh skal peringkat
grafis yaitu :
Petunjuk :
Tunjukkan kualitas partisipasi siswa dalam kegiatan belajar di kelas dengan
menempatkan tanda centang (√) pada posisi yang bersesuaian di sepanjang garis yang
disediakan.
1. Mendengarkan instruksi guru
2. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur mencakup pertanyaan yang sama dengan instrumen
kuesioner, yaitu satu set pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek penelitian.
Namun, wawancara dilakukan secara lisan, baik secara langsung atau melalui telepon,
dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan responden dicatat oleh peneliti. Keuntungan
dari metode dan instrumen ini adalah bahwa pewawancara dapat menjelaskan
pertanyaan yang belum di pahami oleh responden, dan juga dapat meminta responden
untuk menambah atau memperluas jawaban yang penting. Kelemahan utama
pelaksanaan wawancara adalah menghabiskan waktu yang lama untuk
menyelesaikannya. Selain itu, kehadiran peneliti dapat menghambat responden dalam
menjelaskan apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Oleh sebab itu, langkah pertama
yang harus dilakukan dalam melakukan wawancara adalah membangun hubungan
yang nyaman dengan peserta.
Peneliti dapat membuat daftar pertanyaan wawancara untuk dapat melakukan
wawancara secara terstruktur. Sebuah wawancara membutuhkan waktu bagi
pewawancara untuk membuat catatan yang memadai, kecuali jika pewawancara
menggunakan alat perekam video. Berikut ini diberikan contoh pertanyaan wawancara
terstuktur.
1. Apakah anda menilai sikap murid di sekolah pada umumnya, sangat baik, baik,
sedang atau tidak baik ?
a. Bagaimana perbandingan sikap murid pada tahun-tahun sebelumnya ?
b. Tolong berikan contoh-contoh spesifik
2. Apakah anda menila sikap murid di sekolah dalam belajar, sangat baik, baik,
sedang atau tidak baik ?
a. Bagaimana perbandingan sikap murid pada tahun-tahun sebelumnya ?
b. Tolong berikan contoh-contoh spesifik
3. Apakah anda menilai sikap murid di sekolah terhadap guru sangat baik, baik,
sedang atau tidak baik ?
a. Bagaimana perbandingan sikap murid pada tahun-tahun sebelumnya ?
b. Tolong berikan contoh-contoh spesifik
4. Apakah anda menilai sikap murid terhadap murid lain di sekolah, sangat baik, baik,
sedang atau tidak baik ?
a. Bagaimana perbandingan sikap murid pada tahun-tahun sebelumnya
b. Tolong berikan contoh-contoh spesifik
4. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan
dengan cara pengamatan dan pencatatan ecara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan secara
partisipasif dan non partisipasif. Observasi secara partisipasif, observer melibatkan
diri di tengah-tengah observasi, sedangkan observasi secara non partisipasif, observer
bertindak sebagai penonton saja (Zafira, 2012).
Umumnya dilakukan dengan menggunakan format observasi dan alat tulis.
Bentuk format observasi yang paling umum digunakan adalah daftar centang untuk
mengamati frekuensi kejadian. Kelemahan pelaksanaan observasi adalah bahwa
pengamat harus merekam beberapa subjek secara akurat, padahal peristiwa yang
berbeda dapat terjadi dalam waktu yang bersamaan.
Petunjuk pengamatan :
Berikan tanda centang setiap kali guru melakukan aktivitas berikut :
Tabel 3.1 Contoh observasi
Frekuensi
Bertanya pada siswa secara individual √ √ √ √ 4
Bertanya pada seluruh siswa √ √ 2
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya √ 1
Menyuruh siswa ke depan √ √ √ 3
a. Daftar centang (checklist), daftar centang dapat dibuat dengan format yang
bervariasi. Hal yang perlu dibuat dalam lembar observasi tersebut adalah semua
perilaku atau kinerja penting yang terkait dengan variabel penelitian. Lembar
observasi ini digunakan untuk menentukan apakah seseorang menunjukkan
perilaku tertentu (biasanya diinginkan) ketika menyelesaikan tugas tertentu. Jika
perilaku tersebut diamati, maka peneliti/pengamat memberikan tanda centang (√)
pada daftar tersebut. Berikut diberikan contoh daftar centang yang mencantumkan
perilaku yang mungkin dilakukan oleh subjek penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Contoh daftar centang
Petunjuk : berikan tanda centang (√) jika aktivitas diamati
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Membangkitkan keingintahuan siswa dengan menunjukkan
sebuah fenomena/demonstrasi
Memotivasi siswa untuk belajar
Mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari
Menjelaskan sambil menghadap siswa
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
Memperhatikan siswa ketika bertanya
Memberikan penguatan atas jawaban siswa
b. Daftar ijir (tally sheets), sebuah daftar ijir (tally sheet) adalah instrumen yang sering
digunakan oleh peneliti untuk merekam frekuensi perilaku, kegiatan atau komentar
subjek penelitian. Misalnya, peneliti mengamati aktivitas siswa SMA dalam mengikuti
latihan tertentu. Pertanyaan yang diajukan adalah seberapa sering siswa mengajukan
pertanyaan faktual ?, seberapa sering siswa mengajukan pertanyaan inferensial ?, dan
aktivitas lainnya. Lembar pengamatan berupa daftar centang dapat membantu peneliti
untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Berikut ini diberikan contoh
daftar ijir yaitu :
Tabel 3.3 Contoh daftar ijir
Catatan aktivitas
Mengajukan pertanyaan IIII Terkait pelajaran
faktual II Tidak terkait pelajaran
Mengajukan pertanyaan III Terkait pelajaran
untuk klarifikasi I Tidak terkait pelajaran
Mengajukan pertanyaan IIII III Terkait pelajaran
untuk penjelasan Tidak terkait pelajaran
c. Diagram alur, suatu bentuk daftar ijir (tally sheet) yag dapat digunakan untuk
mengidentifikasi partisipasi peserta dalam diskusi adalah diagram alur partisipasi.
Diagram alur partisipasi sangat membantu dalam menganalisis diskusi kelas. Salah
satu cara yang mudah dilakukan dalam mengamati partisipasi adalah dengan
menyiapkan denah tempat duduk sesuai tempat duduk siswa kelas yang diamati.
d. Catanan anekdot, cara lain untuk merekam perilaku individu adalah membuat catatan
anekdot. Pada catatan ini peneliti menulis nama subjek dan mendeskripsikan
perilakunya pada suatu waku tertentu. Tidak ada format tertentu dalam membuat
catatan anekdot. Pengamat bebas untuk mencatat setiap perilaku yang mereka anggap
penting dan tidak fokus pada perilaku yang sama untuk semua mata pelajaran. Untuk
dapat menghasilkan catatan yang berguna, pengamat harus mencoba membuat catatan
spesifik dan faktual, dengan menghindari catatan evaluatif, interpretatif atau komentar
yang terlalu umum. Catatan anekdot yang bagus adalah berupa catatan deskriptif,
yakni anekdot tentang apa yang dilakukan atau dikatakan subjek, yang
menggambarkan situasi secara nyata ketika tindakan atau komentar terjadi, dan
menginformasikan apa yang dilakukan atau dikatakan oleh orang lain terlibat dalam
situasi yang diamati. Bentuk catatan yang harus dihindari adalah :
1. Catatan evaluatif
Anekdot yang mengevaluasi atau menilai perilaku anak baik atau buruk, diinginkan
atau tidak diinginkan, diterima atau tidak diterima.
2. Catatan interpretatif
Anekdot yang menjelaskan perilaku subjek, biasanya berdasarkan fakta tunggal.
3. Catatan umum
Anekdot yang menggambarkan perilaku tertentu, atau tindakan yang sering terjadi,
atau terkait karakter subjek.
Berikut contoh dari catatan anekdot yaitu :
a. Evaluatif
Siman berbicara keras selama belajar puisi. Ia melakukan dan mengatakan hanya
apa yang ia inginkan dan tidak mempertimbangkan pendapat siswa yang lain. Saya
meminta dia untuk duduk di dekat saya, karena telah menunjukkan sikap buruk.
b. Interpretatif
Selama satu bulan ini Samsul menjadi sangat lincah. Samsul tubuh begitu cepat dan
banyak mengajukan pertanyaan. Namun, selama minggu terakhir ini tampak ada
perubahan yang terjadi dan Samsul mengalami keresahan.
c. Catatan umum
Samsul tampak gelisah hari ini. Sering terlihat ia berbisik, walaupun tak terdengar.
Ketika sedang berdiskusi di dalam lingkaran, meskipun ia tertarik, namun
tangannya bergerak meninju teman yang duduk disebelahnya. Dia tersenyum ketika
saya berbicara kepadanya. Suara siswa bertengkar. Ucok mengatakan bahwa semua
anak-anak mendukung Amir dan tidak ada yang ingin berada disisinya. Amir
mengatakan “Saya tidak meminta pada mereka agar berada di sisi saya”.
e. Catatan waktu dan gerak, jika peneliti ingin membuat catatan yang rinci terkait
pengamatan aktivitas seorang individu atau kelompok, instrumen yang digunakan
adalah catatan waktu dan gerak (aktivitas). Catatan seperti itu diperlukan untuk
mengidentifikasi alasan yang mendasari masalah tertentu atau kesulitan seorang
individu atau kelas dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu. Berikut tabel 3.4
contoh catatan waktu dan gerak yaitu :
Tabel 3.4 Contoh catatan waktu dan gerak
Waktu Aktivitas Waktu Aktivitas
08.32 Mengambil kertas 08.47 Memutar pensil
Mengambil pensil dengan jari
Menulis nama Menepuk pundak
Membaca petunjuk teman
Berbisik pada
teman
Melotot
08.37 Melihat demonstrasi 08.52 Bertanya pada guru
Menyeringai Mencatat
Mencatat Tersenyum
Menggambar sketsa Menggaruk kepala
demo
08.42 Memperhatikan
penjelasan guru
Mengangguk-
angguk
Menggigit pensil
Mengedipkan mata
Sebuah studi waktu dan gerak adalah pengamatan dan pencatatan rinci selama periode
tertentu untuk satu kegiatan dengan mengamati satu individu atau lebih (misalnya,
saat kegiatan demonstrasi selama 15 menit). Pengamat merekam semua invidu secara
singkat dengan interval teratur (misalnya setiap 3 menit, dengan diselingi istirahat 1
menit setiap interval waktu).
Hilda Taba, seorang pelopor dalam evaluasi pendidikan, pernah melakukan
pengamatan dengan catatan waktu dan gerak, untuk menyelidiki kelambatan kelas
dalam menyelesaikan tugas tertentu. Pada awalnya dipercaya bahwa kelas sangat
lambat dalam menyelesaikan tugass karena siswa sangat teliti dalam pekerjaan
mereka. Untuk menyelidiki hal tersebut, Hilda Taba melakukan studi waktu dan gerak
yang rinci terhadap satu siswa yang khas. Hasil studinya menunjukkan bahwa siswa
tersebut bukannya terlalu teliti, namun sebenarnya tidak dapat memusatkan perhatian
pada tugas tertentu.
f. Catatan lapangan, catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang
didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan
data dan membuat refleksi terhadap data pada penelitian kulitatif. Catatan lapangan
berbeda dengan catatan yang dibuat di lapangan. Ketika peneliti berada di lapangan
untuk mengumpulkan data, dia membuat catatan berupa coretan yang sangat ringkas
seperlunya, berisi kata-kata kunci, pokok-pokok pembicaraan atau pengamatan atau
mungkin dilengkapi dengan gambar, sketsa, sosiogram, diagram, dan sebagainya.
Catatan tersebut diubah menjadi catatan yang lengkap yang setelah peneliti kembali
dari lapangan dan dinamakan catatan lapangan. Kegiatan membuat catatan lapangan
dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan atau wawancara. Seorang
peneliti harus segera membuat catatan lapangan tidak dilupakan dan tidak bercampur
dengan informasi lain. Pada dasarnya catatan lapangan berisi dua bagian, bagian
deskriptif dan bagian refrektif yaitu :
1. Bagian deskriptif berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang,
perilaku/tindakan dan pembicaraan. Bagian ini mencakup deskriptif objektif
tentang semua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan dilihat oleh peneliti.
Pada umumnya bagian ini cukup panjang karena mendeskripsikan semua fakta
yang diamati secara rinci. Peneliti mendeskripsikan apa yang diperbuat oleh subjek
dengan tidak menggunakan kata-kata abstrak, kecuali kutipan yang diucapkan oleh
subjek.
2. Bagian reflektif berisi tanggapan peneliti/pengamat, berupa kerangka berpikir,
pendapat dan gagasan. Bagian ini dituliskan untuk menggambarkan sesuatu yang
berkaitan dengan pengamat. Pada bagian reflektif, penulis menuliskan sspesulasi,
perasaan, ide, masalah dan arahan. Bagian refleksi ini dimaksudkan untuk
memperbaiki pengamatan selanjutnya. Pada bagian ini dapat diuraikan tentang
konsep awal, hipotesis pengarah dan teori.
Berikut ini diberikan contoh catatan lapangan :
Catatan lapangan : No.4
Pengamatan/Wawancara :p
Waktu : 02/10/2016, pukul 09:00-10:30 WIB
Disusun jan : 17.00 WIB
Tempat : SMAN 8 Medan
Subjek penelitian : Ibu Siti
Bagian deskriptif :
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw :
Ibu Siti mengajarkan konsep fisika dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Siswa dibagi dalam 6 kelompok ahli (focus group) yang
membahas materi yang berbeda yakni momentum, gaya, impuls, energi, usaha, dan
daya. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa dan ditugaskan membahas
materi tersebut selama 25 menit. Setelah diskusi berlangsung selama 27 menit, ibu
Siti meminta pada masing-masing dari anggota kelompok tersebut untuk bergabung
dalam kelompok asal (home group) yang telah ditentukan. Masing-masing anggota
kelompok menceritakan apa yang dipahaminya ketika berdiskusi dalam kelompok
ahli dan setelah itu menyelesaikan persoalan yang dipersiapkan oleh ibu Siti untuk
masing-masing kelompok asal. Namun, tidak semua siswa mampu memaparkan
konsep sesuai yang diinginkan. Kondisi ini menyebabkan beberapa kelompok asal
kesulitan menyelesaikan persoalan yang diberikan. Ibu Siti menugaskan pada siswa
untuk mendalami materi yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli.
Bagian reflektif :
Kesulitan kelompok dalam berdiskusi di kelompok asal mungkin terjadi akibat
siswa tersebut tidak sering berdiskusi dalam kelompok ahli. Hal tersebut terlihat
dari sikap beberapa siswa yang tampak tidak peduli ketika berdiskusi dalam
kelompok ahli. Hal ini harus diperhatikan oleh bu Siti dan diupayakan solusinya
pada pertemuan selanjutnya.
b. Checklist diri
Data periksa diri (self checklist) adalah daftar beberapa karakteristik atau
kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian. Subjek penelitian diminta untuk
membaca dan mempelajari daftar pertanyaan, kemudian menempatkan tanda centang
yang bersesuaian dengan karakteristik mereka atau kegiatan dalam jangka waktu
tertentu. Daftar periksa diri sering digunakan ketika peneeliti ingin mendiagnosa siswa
dengan cara meminta siswa untuk menilai karakteristik atau kinerja mereka sendiri.
Berikut ini diberikan contoh daftar periksa diri untuk siswa sekolah dasar sebagai
berikut :
Tanggal : Nama :
Petunjuk : berilah tanda centang (√) dalam kolom hari, terkaitan kegiatan minggu
terakhir yang kamu lakukan. Lingkari aktivitas yang kamu rasakan perlu ditambah
partisipasinya minggu depan.
Petunjuk :
Lingkarilah pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan yang sesuai dengan pendapat
anda
1. Profesor pendidikan harus mengajar di SD minimal satu semester setiap 5 tahun
Sangat Setuju Tidak ada Tidak Sangat tidak
setuju pendapat setuju Setuju
(5) (4) (3) (2) (1)
Skala sikap dapat dibuat dengan pilihan yang lebih banyak dengan cara menempatkan
kolom pilihan diantara dua pilihan yang saling berlawanan. Skala ini merupakan skala
semantik diferensial yang dikembangkan oleh Osgood. Penggunaan skala tersebut
memungkinkan peneliti untuk mengukur sikap subjek terhadap konsep tertentu.
Subjek disajikan dengan pilihan kontinum diantara beberapa pasang kata sifat dan
diminta untuk menenpatkan tanda centang di antara setiap pasangan kata untuk
menunjukkan sikapnya. Contoh skala sikap dengan pasangan kata adalah sebagai
berikut :
Petunjuk :
Berikut ini adalah beberapa pasang kata sifat. Tempatkan tanda centang (√) pada baris
antara setiap pasangan untuk menunjukkan apa yang kamu rasakan
Contoh :
Belajar Fisika
Menarik : : : : : : Tidak menarik
Jika kamu merasakan bahwa belajar fisika adalah sangat menarik, anda akan
menempatkan tanda centang di runag pertama di sebelah kata menarik. Namun, jika
kamu merasa bahwa belajar fisika adalah sangat membosankan, anda akan
menempatkan tanda centang di ruang terdekat kata “tidak menarik”. Jika kamu
semacam ragu-ragu, kamu akan menempatkan tanda centang di ruang tengah antara
dua kata tersebut.
Sekarang kamu diminta menilai aktivitas ketika bekerja dengan siswa lain dalam
kelompok kecil.
Ramah : : : : : : : Kasar
Senang : : : : : : : Tidak senang
Mudah: : : : : : : : Sulit
Gembira: : : : : : : : Sedih
Saling bantu : : : : : : Tidak peduli
Baik : : : : : : Buruk
Tertawa : : : : : : Menangis
Paham : : : : : : Bingung
Ada dua cara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh instrumen yakni
menggunakan instrumen yang sudah ada atau mengembangkan instrumen sesuai
karakteristik variabel penelitian. Kegiatan mengembangkan istrumen tidak mudah
untuk dilakukan. Upaya mengembangkan instrumen yang baik membutuhkan banyak
waktu dan usaha, serta kompetensi yang memadai. Sedangkan memilih dan
menggunakan instrumen yang sudah dikembangkan lebih mudah dilakukan dan lebih
dapat dipertanggungjawabkan. Pada umunya, instrumen yang telah terstandarisasi
tersebut dikembangkan oleh para ahli yang memiliki keterampilan. Salah satu sumber
informasi yang memuat penjelasan tentang instrumen yang dapat dijadikan referensi
dalam penelitian adalah database ERIC.
Saran untuk penyusunan instrumen berupa kuesioner yaitu :
1. Pertanyaan harus jelas
2. Hindari pertanyaan yang bersifat mengarahkan (leading question), sebaiknya
hindari membuat pertanyaan yang mengarahkan responden sehingga tidak punya
pilihan selain menjawab jawaban yang sesuai dengan keinginan peneliti.
3. Hindari pertanyaan yang dapat menyinggung responden
4. Jangan membuat pertanyaan hipotesis, pertanyaan bersifat hipotesis didasarkan
pada dugaan yang belum tentu pernah dilakukan oleh responden.
5. Jangan menanyakan tentang moral, yang umumnya di jawab secara formalitas
saja (Sani dkk, 2017).
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran dalan makalah ini yaitu diharapkan pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang populasi dalam pendidikan, teknik untuk menentukan ukuran sampel
dan teknik penarikan sampel dalam pendidikan serta ragam instrumen penelitian
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdi, Asep Saepul dan E. Baharuddin. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi
dalam Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit Deepublish.
Milzam, Sandi. (2015). Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kuantitatif. www.blog.id.
Diakses 20 September 2019.
Sani, R.A., Sondang, R.M., Hary, S., dan Sudiran. (2017). Penelitian Pendidikan.
Tangerang : Tsmart.
Zafira, Liya. (2012). Instrumen Tes dan Non tes. www.blog.id. Diakses 20 September
2019.