Anda di halaman 1dari 30

BAB III

PROMOSI KESEHATAN

3.1 Rancangan Kegiatan untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

Daerah Jakarta Timur khususnya di Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan


Jatinegara memiliki curah hujan yang cukup tinggi, tercatat mencapai 193 mm3
sehingga menimbulkan masalah banjir. Dampak lanjutan dari banjir ialah muncul dan
meningkatnya penyakit, bahkan sampai menimbulkan wabah. Menurut Kementrian
Kesehatan RI, peringkat teratas yang sering muncul akibat banjir adalah diare.
Rancangan kegiatan dalam rangka untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
mengurangi kasus diare pada masyarakat di kelurahan Kampung Melayu kecamatan
Jatinegara yaitu dengan melaksanakan beberapa program penyuluhan dan promosi
kesehatan yang diharapkan kedepannya dapat meminimalisir terjadinya diare pada
masyarakat pasca banjir Kampung Melayu.

a. Penyuluhan mengenai diare dan cara pencegahannya


b. Penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) yang baik sesuai PHBS
c. Penyuluhan mengenai cara mengkonsumsi atau menggunakan oralit dengan benar
sebagai penanganan awal yang mudah untuk mengobati penyakit

3.1.1 Penyuluhan dan Promosi Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah suatu metoda implementasi yang digunakan untuk


menyajikan prinsip, prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatan kesehatan untuk
menginformasikan status kesehatan masyarakat. Pendidikan kesehatan adalah istilah
promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat) mempunyai dua pengertian.
Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat
pencegahan penyakit. Sedangkan pengertian yang kedua adalah memasarkan atau
menjual atau memperkenalkan, pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan,
sehingga masyarakat menerima, atau membeli (dalam arti menerima perilaku
kesehatan) atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat
mau berperilaku hidup sehat.
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan membutuhkan upaya advokasi yang
sistematis dan terorganisir untuk memperoleh dukungan kebijakan pemerintah Pusat
dan Daerah, Publik atau pengambil keputusan dan berbagai pihak dalam pengendlaian
penyakit diare agar dapat dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus. Dalam
melakukan advokasi promosi kesehatan diperlukan kerjasama dari berbagai sektor,
yaitu Dinas Kesehatan, Pemerintah (RT,RW, Gubernur) dan LSM.

3.1.2 Penyuluhan tentang penyakit Diare

1. Definisi Penyakit Diare

Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dan frekuensinya lebih sering dari biasanya. Diare terbagi menjadi beberapa jenis,
yaitu Diare Akut (berlangsung beberapa jam sampai dengan beberapa hari), Diare
Kronik (berlangsung dalam jangka waktu lama, 2 minggu atau lebih). Neonatus
dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk
bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari
3 kali.

2. Penyebab Diare

Adapun penyebab dari diare itu sendiri adalah :

- Infeksi bakteri, virus atau parasit

- Malabsorpsi makanan, keracunan makanan, alegi ataupun karena defisiensi

- Higiene dan sanitasi yang buruk mempermudah penularan diare baik melalui
makanan, air minum yang tercemar kuman penyebab diare maupun dari air sungai

- Perilaku masyarakat yang bersifat negatif seperti membuang tinja di kebun, sawah
atau sungai, minum air yang tidak dimasak dan melakukan pengobatan sendiri dengan
cara yang tidak tepat.

3. Tanda dan Gejala Diare

Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah berulang-ulang, rasa haus
yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah.
Gejala-gejala yang biasa timbul pada penderita diare antara lain :

- Frekuensi buang air besar melebihi normal


- Feses lunak dan berair
- Sakit / kejang perut (pada beberapa kasus)
- Demam dan mutah (pada beberapa kasus)

Gejala pada anak adalah :

 Dehidrasi ringan / sedang : gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat
haus, kulit kering.
 Dehidrasi berat : lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering,
malas/ tidak bisa minum, kulit sangat kering.

4. Bahaya Utama Penyakit Diare

Bahaya utama diare adalah dapat menimbulkan kematian yang disebabkan


karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi.
Kematian lebih mudah terjadi pada anak yang bergizi buruk, karena gizi yang buruk
menyebabkan penderita tidak merasa lapar dan orang tuanya tidak segera memberi
makanan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.

5. Cara – Cara Pencegahan / Penanggulangan Penyakit Diare

a) Penyediaan Sumber Air Bersih


Ketersediaan sumber air minum dan air bersih mempengaruhi kasus
diare. Sumber air yang tidak memenuhi syarat, yaitu berasa dan terkadang
tercium bau, signifikan menyebabkan diare.Tujuan penyediaan air bersih atau
air minum bagi masyarakat adalah mencegah penyakit yang diakibatkan oleh
kontaminasi dalam air. Minimal, persediaan air bersih yang tersimpan di tiap
rumah tangga harus cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 3 hari. Air bersih
harus disimpan di tempat yang bersih dan tidak mudah tercemar.
Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang paling
penting yang berkaitan dengan kejadian diare. Sumber-sumber air ini dapat
digambarkan atau dapat diperoleh melalui mata air, yaitu air yang keluar dan
berasal dari air tanah yang mucul secara ilmiah. Air sumur dangkal yaitu air
yang berasal dari lapisan air didalam tanah yang dangkal biasanya berkisar
antara 5-15 meter. Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua
didalam tanah. Untuk medapatkan air yang bersih, masyarakat dihimbau untuk
tidak mengkonsumsi air yang berasal dari air hujan yang menyebabkan banjir,
karena air tersebut kemungkinan telah terkontaminasi oleh bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit diare.

b) Menjaga Kebersihan Jamban


Jamban jenis septic merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan.
Dengan adanya jamban dalam suatu rumah dapat mempengaruhi kesehatan
lingkungan sekitar. Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja
terhadap lingkungan, maka pembuangan tinja harus disatu tempat tertentu agar
menjadi jamban yang sehat. Jamban yang sehat untuk daerah pedesaan harus
memenuhi persyaratan yaitu tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling
jamban, tidak mengotori permukana air air disekitarnya, tidak terjangkau oleh
serangga, tidak menimbulkan bau, serta mudah digunakan dan dipelihara

c) Memfungsikan Puskeling
Puskesling atau puskesmas keliling merupakan penyediaan layanan
puskesmas secara keliling yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
setempat. Dengan adanya puskesling ini diharapkan masyarakat mendapat
pelayanan kesehatan tanpa kesulitan akses dan dapat mengurangi kasus diare di
wilayah kelurahan Kampung Melayu

3.1.3 Penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTP) sesuai PHBS

Salah satu cara mencegah penularan penyakit akibat banjir adalah melakukan
perilaku hidup bersih sehat (PHBS) saat dan setelah bencana. PHBS khusus kondisi
kedaruratan dan bencana adalah salah satu tindakan kesiapsiagaan (preparedness)
penanganan bencana pada level individu untuk mempertahankan status kesehatan
akibat terdampak banjir. Konsep Blum (1983), menyatakan bahwa terdapat empat
faktor yang memengaruhi status kesehatan masyarakat, yaitu genetika, pelayanan
kesehatan, lingkungan, dan perilaku. Dua faktor terakhir paling besar pengaruhnya
(Notoatmodjo, 2007). Dua indikator perilaku hidup sehat dalam kedaruratan terpenting
guna mengurangi risiko penyakit diare adalah CTPS dengan penggunaan air bersih
(Kemenkes RI dan UNICEF, 2012).

CTPS dengan air bersih adalah salah satu upaya preventif yang penting saat
bencana agar risiko penyakit diare dan kulit tidak meningkat. Cuci tangan adalah
tindakan pencegahan sakit yang minim biaya (cost effectiveness). Mencuci tangan
dalam upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangatlah penting
dan mudah dilakukan. Mencuci tangan menjadi penting jika ditinjau dari:
1. Kulit tangan banyak kontak dengan berbagai aktivitas, benda dan lingkungan.
2. Kuman dapat terdapat di kulit jari, sela kuku, kulit telapak tangan.
3. Kontak mulut dan tangan saat makan / minum.
4. Dapat menimbulkan penyakit saluran cerna.

Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah


beraktifitas.Berikuti ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai sabun:
1. Sebelum dan setelah makan.
2. Setelah ganti pembalut.
3. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah
memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan.
4. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
5. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
6. Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.
7. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka.
8. Setelah menangani sampah.
9. Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak.
10. Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet, wartel, dan lain-lain).
11. Pulang bepergian dan setelah bermain.
12. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.

Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan 40-60
detik. Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar menurut anjuran WHO
sebagai berikut :
1. Basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun dengan kedua telapak
tangan,
2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan kanan, begitu pula
sebaliknya.
3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan.
4. Jari -jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
6. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
7. Bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keringkan

Gambar . Langkah Mencuci Tangan

3.1.4 Pemberian Edukasi mengenai Penggunaan Oralit

a) Peranan Oralit dalam Penanganan Diare


Oralit merupakan larutan rehidrasi oral yang terdiri dari campuran garam
elektrolit meliputi Natrium Klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), tirsodium sitrat dan
glukosa anhidrat. Oralit digunakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi atau
kehilangan cairan tubuh akibat diare. Dehidrasi saat diare perlu diperhatikan dengan
baik karena akan sangat berbahaya jika tidak segera ditangani. Dehidrasi lebih mudah
terjadi pada bayi dan balita serta pada penderita demam. Selain oralit, beberapa cairan
rehidrasi oral yang mudah dijumpai di rumah juga dapat digunakan dalam penanganan
diare, misalnya air kelapa, air tajin, air susu ibu, air teh encer, sup wortel, air perasan
buah dan larutan gula garam (LGG).
Pemberian oralit merupakan cara yang efektif untuk mengatasi dehidrasi akibat
diare sehingga pengetahuan masyarakat terutama dalam lingkup keluarga mengenai
oralit sangat diperlukan dalam penanganan awal diare pada korban banjir.
Berikut merupakan takaran pemakaian oralit pada diare :
Umur < 1 tahun 1-4 tahun 5-12 tahun Dewasa
Tidak Ada Setiap kali BAB diberi oralit
Dehidrasi
TERAPI A 100 ml 200 ml 300 ml 400 ml
Mencegah (0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)
Dehidrasi
3 jam pertama beri larutan rehidrasi oral
Dengan
300 ml 600 ml 1,2 L 2,4 L
Dehidrasi
(1,5 gelas) (3 gelas) (6 gelas) (12 gelas)
TERAPI B
Selanjutnya setiap BAB beri oralit
Mengatasi
100 ml 200 ml 300 ml 400 ml
Dehidrasi
(0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)
* Bila anak muntah, tunggu sekitar 10 menit dan lanjutkan pemberian oralit sedikit
demi sedikit setiap 2 atau 3 menit
* Larutan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam
b) Demonstrasi Pembuatan Larutan Oralit / Cairan Rehidrasi Oral Lainnya
Oralit tersedia dalam kemasan sachet yang perlu dilarutkan terlebih dahulu
dalam air 200 cc sebelum digunakan. Tahapan dalam pembuatan oralit yang baik yaitu
sebagai berikut.
a. Sebelum membuat oralit, cuci tangan pakai sabun lalu bilas menggunakan air
hingga bersih.
b. Sediakan 1 gelas air minum (200 cc), tunjukan kepada peserta demonstrasi
ukuran gelas yang sesuai (1 gelas belimbing = 200 cc).
c. Buka kemasan oralit dengan menggunting seluruh bagian atasnya, masukan satu
bungkus bubuk oralit kedalam air minum di gelas.
d. Aduk cairan oralit sampai larut.

Gambar . Cara Membuat dan Memberikan Oralit

Jika tidak tersedia oralit saat ada warga yang terjangkit diare, maka dapat
dilakukan pembuatan cairan dehidrasi oral lainnya salah satunya ialah larutan gula
garam (LGG). Larutan gula garam memiliki peran yang sama yaitu untuk menjaga
keseimbangan jumlah cairan dan mineral dalam tubuh sehigga tidak terjadi
dehidrasi pada pasien diare. Tahapan dalam pembuatan LGG yaitu sebagai berikut.
a. Sebelum membuat LGG, cuci tangan pakai sabun lalu bilas menggunakan air
hingga bersih.
b. Sediakan 1 gelas air minum (200 cc), tunjukan kepada peserta demonstrasi
ukuran gelas yang sesuai
c. Masukan gula pasir sebanyak satu sendok teh dan garam dapur sebanyak ¼
sendok teh kedalam air.
d. Aduk sampai larut dan minum bertahap sampai habis.

3.1.5 Gerakan Reboisasi di Kelurahan Kampung Melayu

Penanaman kembali atau biasa dikenal dengan reboisasi adalah upaya


pemulihan, pemeliharaan, dan peningkatan kondisi lahan agar lingkungan memiliki
kondisi alam yang baik sehingga dapat mencegah terjadinya banjir. Dampak dari
peralihan fungsi sungai Citarum sehingga menyebabkan meluapnya air sungai di
beberapa titik. Fenomena banjir ini menjadi langganan pada kawasan tersebut ketika
intensitas hujan meningkat. Selain itu, kualitas air sungai menurun yang disebabkan
pebuangan limbah pabrik di daerah hulu sungai.
Penghijauan dilakukan bertujuan untuk menghijaukan lahan di sekitar kawasan
tepi sungai yang bermanfaat untuk memperluas resapan air sehingga dapat sebagai
pertahanan atau pencegahan luapan air sungai. Berikut adalah beberapa manfaat
penghijauan:
o Manfaat secara hidrologis
Manfaat penghijauan yang pertama adalah mampu menjaga keseimbangan sistem air
dialam, dengan adanya banyak pohon yang ditanam itu berarti kita sedang mencegah
terjadinya banjir dan tanah longsor. Akar pohon sangat bermanfaat dalam menjaga
kestabilan air dalam tanah.
o Manfaat secara ekologis
Penghijauan mampu menjaga lingkungan menjadi lebih asri, nyaman serta menjadi
tempat tinggal yang layak bagi tanaman dan hewan didalamnya. Dengan begitu alam pun
akan selaras dan menghasilkan apa yang dibutuhkan oleh manusia.

3.1.6 Pengobatan Gratis dan Gerakan Keluarga Sadar Obat

Daerah Kelurahan Kampung Melayu merupakan daerah yang rawan terjadi


banjir seingga banyak terjadi kasus penyakit seperti diare, demam dan penyakit kulit
lainnya. Oleh karena itu masyarakat harus mendapatkan perawatan untuk berbagai
macam penyakit yang diderita. Program ini ditujukan kepada masyarakat korban pasca
banjir yang menderita berbagai penyakit seperti diare, demam dan penyakit kulit
lainnya dan dianggap kurang mampu.
Selain itu masyarakat juga perlu mengetahui bagaimana melakukan pengobatan
yang mereka butuhkan. Sehingga dibutuhkan kesadaran tentang obat untuk penyakit
yang mereka derita. Dalam progam ini masyarakat mendapatkan materi tentang
pengobatan yang dapat dilakukan oleh diri sendiri dan bagaimana cara mendapatkan
dan mengelola obat yang baik dan benar. Salah satu contoh gerakan keluarga sadar obat
ini adalah “DAGUSIBU” yang merupakan singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan,
dan Buang. Berikut merupakan penjelasan mengenai DAGUSIBU.
 DA (Dapatkan Obat Dengan Benar)
Belilah obat di tempat yang paling terjamin, yaitu di Apotek. Penyimpanan obat di
Apotek lebih terjamin sehingga obat sampai ke tangan pasien dalam kondisi baik
(keadaan fisik dan kandungan kimianya belum berubah). Pastikan Apotek yang
dikunjungi memiliki ijin dan memiliki Apoteker yang siap membantu pasien setiap
saat.
 GU (Gunakan Obat Dengan Benar)
Gunakan obat dengan benar. Penggunaan obat harus sesuai dengan aturan yang tertera
pada wadah atau etiket. Obat jenis antibiotik harus dikonsumsi sampai habis. Pastikan
Apoteker memberitahukan cara pemakaian obat yang diberikan dengan jelas,
khususnya untuk obat dengan sediaan yang tidak terlalu dikenal oleh masyarakat
umum.
 SI (Simpan Obat Dengan Benar)
Supaya obat yang kita pakai tidak rusak maka kita perlu menyimpan obat dengan
benar, sesuai dengan petunjuk pemakaian yang ada di dalam kemasan. Kebanyakan
obat tidak boleh terpapar oleh sinar matahari secara langsung untuk itu obat perlu
disimpan di tempat yang tertutup dan kering. Selain itu jauhkan obat dari anak-anak
dengan menyimpannya di tempat yang sulit dijangkau oleh anak-anak.
 BU (Buang Obat Dengan Benar)
Bila obat telah kadaluarsa atau rusak maka obat tidak boleh diminum, untuk itu obat
perlu dibuang. Obat jangan dibuang secara sembarangan, agar tidak disalahgunakan.
Obat dapat dibuang dengan terlebih dahulu dibuka kemasannya, direndam dalam air,
lalu dipendam didalam tanah.
3.2 Rencana Program Kerja

3.2.1 Tujuan Kegiatan

Tujuan Umum :

Terlaksananya sosialisasi pasca bencana banjir dan penyuluhan kesehatan untuk


masyarakat Kampung Melayu Kelurahan Jatinegara agar dapat terhindar dari penyakit diare
dengan melakukan upaya pencegahan dan penanganan penyakit diare dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Tujuan Khusus :

a. Memperluas dan menambah informasi kepada masyarakat mengenai definisi,


penyebab, tanda, gejala, dan bahaya penyakit diare
b. Memberdayakan masyarakat dalam menangani dan mencegah penyakit diare
c. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) yang baik dan mendorong masyarakat untuk selalu menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
d. Memberdayakan masyarakat dalam pembuatan dan penggunaan oralit untuk
penanganan pertama diare serta cairan rehidrasi oral lainnya
e. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan

3.2.2 Output Kegiatan

a. Masyarakat Kampung Melayu mengetahui dan memahami definisi, penyebab, tanda,


gejala, dan bahaya penyakit diare jika tidak ditangani dengan baik
b. Masyarakat Kampung Melayu mengetahui dan memahami cara menganani dan
mencegah terjadinya penyakit diare
c. Masyarakat Kampung Melayu mengetahui, memahami, dapat menerapkan CTPS
yang baik dan terdorong untuk selalu menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari
d. Masyarakat Kampung Melayu mengetahui dan memahami cara pembuatan dan
penggunaan oralit atau cairan rehidrasi oral lainnya
e. Masyarakat Kampung Melayu mengetahui dan memahami cara menjaga kebersihan
lingkungan
3.2.3 Nama dan Bentuk Kegiatan

Nama Kegiatan : Sosialisasi dan Promosi Kesehatan Kepada Masyarakat Kampung Melayu
Kelurahan Jatinegara Agar Terbebas Penyakit Diare Pasca Banjir Tahun 2019

Kegiatan ini meliputi penyuluhan mengenai :

a. Definisi, penyebab, tanda, gejala, bahaya serta cara penanggulangan dan pencegahan
penyakit diare
b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang baik
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
d. Pembuatan dan penggunaan oralit serta cairan rehidrasi oral lainnya dalam penanganan
pertama diare

Serta program lanjutan dalam jangka waktu 3 minggu setelah kegiatan utama :

a. Reboisasi tanaman
b. Pembersihan sumber air
c. Pengobatan gratis dan Gerakan Keluarga Sadar Obat
d. Evaluasi

3.2.5 Sasaran Kegiatan

Masyarakat yang tinggal di wilayah yang rentan terkena banjir di Kelurahan Kampung
Melayu Kecamatan Jatinegara

Sasaran kegiatan ini adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit diare


b. Meningkatnya kepedulian masyarakat dalam pencegahan dan penanganan penyakit
diare
c. Meningkatnya perilaku kesehatan masyarakat khususnya dalam PHBS dan penerapan
CTPS dalam kehidupan sehari-hari
d. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam pembuatan dan penggunaan oralit serta
cairan rehidrasi oral lainnya
e. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di Kelurahan Kampung Melayu
Kecamatan Jatinegara
3.2.6 Susunan Kepanitiaan

Berikut susunan kepanitiaan untuk mempersiapkan acara ini :

Penanggung Jawab
Dra. Rr. Sulistianingsih,
M.Kes, Apt.

Ketua Wakil Ketua


Fillah Muty Syahidah, Kiara Puspa
S. Farm. Dhirgantara, S. Farm.

Bendahara Divisi Acara Divisi Perlengkapan


Sekretaris Divisi Humas Divisi Akomodasi
Fitrah Syafira Putri, S. Noer Erin Meilina, Ajeng Ratnaning Tyas,
Elsa Marlina, S. Farm. Trie Oktaviani, S. Farm. Rosidah, S. Farm
Farm. S.Farm. S. Farm.

3.2.7 Pelaksanaan Kegiatan

Penyuluhan promosi kesehatan di Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Jatinegara


dilakukan dengan rancangan kegiatan sebagai berikut :

1. Lokasi : Balai Serbaguna Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Jatinegara


2. Hari, Tanggal : Sabtu, 9 November 2019
3. Waktu : Pukul 07.00 – selesai
4. Metode : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
5. Media : LCD, leaflet, poster

3.2.8 Susunan Kegiatan

Waktu Kegiatan Deskripsi Kegiatan Durasi Petugas


07.00 - 08.00 Pembukaan Registrasi peserta 1 jam Panitia
08.00 - 08.05 Opening Ceremony 5 menit MC
08.05 - 08.15 Sambutan I 10 menit Ketua Pelaksana
08.15 – 08.25 Sambutan II 10 menit Kepala Kelurahan
Kampung Melayu
08.25 – 08.35 Sambutan III 10 menit Pihak Puskesmas
Kelurahan
Kampung Melayu
08.35 – 08.40 Pembacaan Doa 5 menit Tokoh
masyarakat
08.40 – 09.00 Tes Awal (Pretest) 20 menit Panitia
09.00 – 10.00 Materi pertama Pemateri I 1 jam Panitia
menjelaskan definisi,
penyebab, tanda,
gejala, upaya
pencegahan dan
penatalaksanaan
penyakit diare
10.00 – 10.30 Sesi tanya jawab dan 30 menit Panitia
pembagian Goodie
Bag bagi 5 orang
penanya
10.30 -11.30 Materi kedua Pemateri II 1 jam Panitia
menjelaskan perilaku
hidup bersih sehat dan
cara mencuci tangan
yang baik
11.30 – 12.00 Sesi tanya jawab dan 30 menit Panitia
pembagian Goodie
Bag bagi 5 orang
penanya
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 13.30 Materi ketiga Pemateri III 30 menit Panitia
mendemonstrasikan
cara pembuatan dan
penggunaan oralit
13.30 – 14.00 Sesi tanya jawab dan 30 menit Panitia
pembagian Goodie
Bag bagi 5 orang
penanya
14.00 – 14.20 Penutup Tes akhir (post test) 20 menit Panitia
14.20 – 14.35 Review singkat 15 menit Ketua pelaksana
keseluruhan materi
dan kesimpulan
14.35 – 15.15 Penyebaran poster, 40 menit Panitia
leaflet dan oralit gratis
15.15 – 15.20 Closing Ceremony 5 menit MC
15.20 – 15.30 Salam penutup I 10 menit Ketua Pelaksana
15.30 – 15.40 Salam penutup II 10 menit Kepala Kelurahan
Kampung Melayu
15.40 – 15.50 Salam Penutup III 10 menit Pihak Puskesmas
Kelurahan
Kampung Melayu
15.50 Selesai

3.2.9 Estimasi Biaya

 Rencana Pemasukan
No Pemasukan Jumlah
1 Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Rp. 2.500.000
2 Rektorat Universitas Padjajaran Rp. 2.500.000
3 Donatur Rp. 2.000.000
4 Sponsorship Rp. 1.500.000
5 Dana Usaha Rp. 1.140.000
Total Rp. 9.640.000

 Rencana Pengeluaran
No Pemasukan Jumlah Harga Satuan Total
1 Honor Pembicara 3 Rp. 200.000 Rp. 600.000
2 Honor MC 1 Rp. 150.000 Rp. 150.000
3 Banner 3 Rp.100.000 Rp.300.000
4 Poster A2 10 lembar Rp. 60.000 Rp. 600.000
5 Leaflet 100 lembar Rp. 2.000 Rp.200.000
6 Penyewaan sound system 1 Rp. 300.000 Rp. 300.000
7 Penyewaan proyektor 1 Rp. 150.000 Rp. 150.000
8 Kaos Panitia 10 Rp. 70.000 Rp.700.000
9 Dokumentasi Rp. 800.000 Rp. 800.000
10 Konsumsi Panitia 10 Rp. 15.000 Rp.150.000
11 Konsumsi Undangan 100 Rp. 25.000 Rp. 2.500.000
12 Air mineral botol 5 buah Rp. 4.000 Rp. 20.000
13 Air mineral gelas 3 dus Rp. 25.000 Rp. 75.000
14 Oralit 1 dus Rp. 60.000 Rp. 60.000
15 Gula dan Garam 1 Rp. 10.000 Rp.10.000
15 Goodie bag 15 Rp. 35.000 Rp. 525.000
16 Transportasi Rp. 2.500.000 Rp. 2.500.000
Total Rp. 9.640.000

 Saldo
Pemasukan – Pengeluaran = Rp. 9.640.000 – Rp. 9.640.000 = Rp. 0

3.2.10 Indikator Keberhasilan Acara

 Tahap persiapan
a) Materi sudah siap dan dipelajari minimal 1 hari sebelum penyuluhan
b) Media sudah siap 3 hari sebelum penyuluhan
c) Undangan untuk kepala kelurahan, kepala puskesmas dan kepala keluarga
sudah disampaikan 7 hari sebelum kegiatan

 Tahap saat kegiatan berlangsung


a) Masyarakat memperhatikan penjelasan pemateri
b) Masyarakat aktif bertanya
c) Media dapat digunakan secara efektif

 Tahap hasil (setelah kegiatan)


a) Menyebutkan kembali definisi penyakit diare
b) Menyebutkan kembali penyebab penyakit diare
c) Menyebutkan kembali tanda dan gejala penyakit diare
d) Menyebutkan kembali upaya pencegahan penyakit diare
e) Menyebutkan kembali penatalaksanaan pengobatan penyakit diare
f) Mempraktikan cara mencuci tangan sesuai PHBS
g) Mempraktikan cara pembuatan dan penggunaan oralit untuk penanganan pertama
diare

3.2.11 Analisis Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat

Analisis faktor penunjang dan faktor penghambat dalam pelaksanaan promosi


kesehatan ini berdasarkan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu metode
yang digunakan dalam perencanaan strategis serta untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek
maupun kegiatan. Sebelum kegiatan penyuluhan dilakukan, maka dibuat terlebih dahulu
analisis SWOT untuk melihat apa saja yang perlu diperhatikan ketiga kegiatan ini
berlangsung.

1. Kekuatan (Strenght)
- Program promosi kesehatan ini dilakukan atas dasar keinginan untuk membantu
sesama
- Program penyuluhan ini dilaksanakan secara gratis bagi masyarakat, sehingga
diharapkan masyarakat akan lebih tertarik untuk mengikuti penyuluhan ini dan
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
- Program ini dijalankan oleh orang-orang yang sesuai dan berkompeten di
bidangnya. Sehingga diharapkan masyarakat mendapat banyak pengetahuan dari
program penyuluhan ini

2. Kelemahan (Weakness)
- Sumber dana yang terbatas, sehingga diperlukan usaha yang lebih untuk mencapai
target dana yang dibutuhkan.
- Sulit menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan kesehatan dan dibutuhkan
persiapan yang matang karena sasaran kegiatan berada di tempat yang jauh agar
kegiatan dapat terlaksana dengan baik.

3. Keuntungan (Opportunity)
- Adanya keberadaan pihak lain yang memiliki kepentingan yang sama sehingga
dapat diajak kerjasama, seperti puskesmas.
- Tingginya prevalensi penyakit diare di Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan
Jatinegara, sehingga hal ini merupakan kesempatan untuk memberikan intervemsi
kepada masyarakat dan mendapatkan respon balik yang positif dari masyarakat

4. Ancaman (Threat)
- Jarak lokasi kegiatan yang cukup jauh, sehingga memungkinkan untuk terjadinya
banyak kendala dan kesalahan komunikasi sebelum pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
- Pengajuan izin kegiatan yang cukup rumit

3.2.12 Pemantauan dan Evaluasi Penyuluhan Kesehatan

Pemantauan penyuluhan merupakan upaya me- review kegiatan yang


dilaksanakan secara sistematis oleh pengelola program untuk melihat apakah pelaksanaan
program sudah sesuai dengan yang direncanakan. Pemantauan dapat dilakukan oleh pelaksana
program maupun dengan instansi lain yang diajak bekerja sama untuk melaksanakan
penyuluhan kesehatan. Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses
dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dapat dilakukan saat
pelaksanaan program maupun berkala dalam kurun waktu tertentu atau di akhir pelaksanaan
program. Pemantauan serta evaluasi dari program kerja yang dilakukan sangatlah penting
dilakukan. Mengingat, keberhasilan dari suatu program yang dijalankan adalah dilihat dari
hasil yang dapat diberikan dan dapat diterapkan setelah program tersebut selesai.

a. Pemantauan program kerja


Untuk pemantauan program kerja yang dilakukan, dapat dilakukan dengan melihat
perkembangan data bulan demi bulan yang terdapat di Puskesmas Kelurahan
Kampung Melayu Kecamatan Jatinegara, apakah terjadi penurunan jumlah kejadian
penyakit diare atau tidak.
b. Evaluasi program kerja
Program kerja ini dapat dievaluasi tingkat keberhasilannya melalui indikator
capaian. Apakah program ini telah memenuhi berbagai indikator yang telah ditetapkan
atau tidak. Karena, evaluasi tidak dapat dilakukan jika tidak terdapat indikator yang
bisa dijadikan acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan atau tingkat kegagalan dari
program yang dijalankan. Ada tiga aspek yang perlu dinilai untuk mengetahui
apakanh program mencapai indikator keberhasilan atau tidak, yaitu aspek knowledge
(pengetahuan), attitude (sikap), psikomotorik (praktik). Cara penilaiannya sendiri
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya :

1. Tes tulis untuk mengukur aspek pengetahuan. Contoh, pre-test dan post-test
sebelum dan sesudah pemberian materi promosi kesehatan untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman masyarakat pada saat sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan
2. Penentuan skala sikap untuk mengukur aspek sikap. Contoh, skala sikap
setuju/menerima dengan tidak setuju/menolak.
3. Intensitas praktik dan kesesuaiannya dengan materi. Contoh, apakah kegiatan
cuci tangan pakai sabun sudah rutin dilakukan dan sesuai dengan pedoman yang
ada.

3.3 Kegiatan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif terhadap Penyakit Diare
A. Promotif
Promotif dilakukan dengan memberikan informasi – informasi sebagai edukasi
mengenai kesehatan termasuk masalah penyakit diare, sehingga masyarakat
mengetahui bahaya penyakit diare dan bagaimana cara mengatasi termasuk
tindakan preventifnya yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
B. Preventif
Tindakan preventif merupakan tindakan / program yang dilakukan untuk
mencegah agar tidak terjadi penyakit diare. Berbagai tindakan preventif yang bisa
dilakukan antara lain :
- Penggunaan ASI
- Perbaikan pola makan
- Imunisasi campak
- Perbaikan higiene perorangan
C. Kuratif
Kuratif adalah suatu tindakan untuk mengobati penyakit diare dan komplikasi.
Pengobatan untuk kasus diare akut pada anak dapat dilakukan dengan langkah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare).

D. Rehabilitatif
Tindakan rehabilitatif adalah program untuk meminimilisasi dampak penyakit
diare. Tindakan rehabilitatif yang penting adalah untuk mencegah komplikasi dari
penyakit diare yaitu terjadinya dehidrasi. Tindakan yang dapat diberikan adalah :
- Kontrol keadaan pasien secara berkala, terutama balita
- Meningkatkan konsumsi nutrisi pada anak untuk memulihkan kembali fungsi-
fungsi tubuh yang terganggu akibat diare
- Memberikan makanan kepada balita sedikti-sedikit tapi frekuensi sering
- Pemulihan sanitasi lingkungan
- Tersedianya air bersih tanpa tercemar limbah

3.3.1 Kebijakan Pengendalian Penyakit Diare


1. Melaksanakan tatalaksana diare sesuai standar, baik disarana kesehatan maupun
dirumah tangga/ masyarakat
2. Melaksanakan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) diare
3. Melaksanakan Surveilans epidemologi dan penanggulangan kejadian luar biasa
4. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan
program aspek managerial dan teknis medis
6. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor
7. Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare
8. Melaksanakan evaluasi

3.3.2 Strategi Pengendalian Penyakit Diare


1. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga
2. Melaksanakan tatalaksana diare yang standar di sarana kesehatan melalui
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare)
3. Penguatan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) diare dan penanggulangan Kejadian
Luar Biasa (KLB)
4. Meningkatkan upaya kegiatan pencegahan yang efektif
5. Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia)
6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

Prinsip dasar dalam tatalaksana penderita diare yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare
(LINTAS DIARE) terdiri atas :
a. Berikan Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida, kalium
klorida, dan trisodium sitrat hidrat serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk
mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare.Bila diare segera beri oralit sampai diare berhenti.
b. Berikan zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak
mengalami diare, untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat
diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap
sehat. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit
disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada
anak-anak sampai 40%. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga
dapat mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 hari bulan setelah anak sembuh
dari diare. Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut dengan dosis
balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10mg)/hari dan balita umur > 6 bulan: 1 tablet
(20mg)/hari.
c. Teruskan ASI dan pemberian makan
Bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare
dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Anak yang masih mendapatkan ASI
harus diteruskan pemberian ASI dan anak harus diberi makan seperti biasa dengan
frekuensi lebih sering, dilakukan sampai dua minggu setelah anak berhenti diare karena
lebih banyak makanan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan
mencegah malnutrisi
d. Berikan antibiotik secara selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi seperti diare berdarah atau diare
karena kolera atau diare dengan disertai penyakit lain. Pemberian antibiotik yang tidak
tepat bisa menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik bila tidak dihabiskan
sesuai dosis dan dapat membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh.
e. Berikan nasihat pada ibu / pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian
oralit, zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas
kesehatan jika anak buang air besar cair lebih sering, muntah berulangulang, mengalami
rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinjanya berdarah dan tidak
membaik dalam 3 hari.

3.3.3 Strategi Promosi Kesehatan


Terdapat 3 strategi komunikasi dalam promosi kesehatan yaitu : Advokasi, Bina
Suasana dan Gerakan Masyarakat.
1. Advokasi ( Pendekatan Pimpinan / Pengambil Keputusan )
Advokasi merupakan upaya yang sistematis dan terorganisir untuk memperoleh
dukungan kebijakan pemerintah Pusat dan Daerah, Publik, atau pengambil
keputusan dan berbagai pihak dalam pengendalian Penyakit Diare agar dapat
dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus. Tujuan dari Advokasi adalah
diperolehnya dukungan dari pimpinan, pengambil keputusan serta penyandang dana
untuk mencapai kesepakatan dan rencana tindak lanjut pengendalian penyakit diare.
Langkah kegiatan dalam advokasi meliputi :
a. Menentukan dan menetapkan bentuk dukungan yang diharapkan dari para
pengambil keputusan
b. Menentukan sasaran advokasi yang meliputi Gubernur, Bupati, Walikota,
DPRD, Bappeda, media informasi, LSM, dunia usaha, swasta, atau
penyandang dana
c. Menentukan materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai
d. Menentukan metode dan teknis yang disesuaikan dengan segmen sasaran
advokasi, antara lain : pendekatan langsung, seminar, rapat kerja, lokakarya,
pertemuan lintas sektor
e. Menentukan media yang disesuaikan dengan segmen sasaran dan metode
serta teknik penyampaian : misal proposal, buku pedoman, makalah, dan
leaflet
f. Menentukan kesepakatan dan tindak lanjut, seperti :
1) Terbentuknya komitmen integrasi pelaksanaan kegiatan
2) Dukungan politis berupa SK, kesepakatan, Perda dll
3) Dukungan sumber daya

2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkugan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam
pengendalian penyakit diare. Tujuannya adalah terciptanya opini positif atau
suasana yang mendukung untuk penyelenggaraan pengendalian penyakit diare.
Langkah kegiatan dalam bina suasana adalah :
a. Menentukan dan menetapkan bentuk kerjasama yang diharapkan
b. Menetapkan sasaran, dimana kelompok sasaran lebih ke tingkat operasional
secara berjenjang, antara lain : wartawan media massa dan elektronik,
organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan, LSM, PKK, petugas
kesehatan, kelompok profesi, tokoh masyarakat
c. Menentukan materi yang lebih k arah profesional misalnya SKD,
pencegahan penyakit diare, tatalaksana diare, dll
d. Menentukan metode yang digunakan, yaitu : orientasi, pelatihan, kunjungan
lapangan, juma pers, dalog terbuka / interaktif TV, media elektronik,
penulisan artikel
e. Hasil yang diharapkan :
- Opini positif berkembang di masyarakat tentang pentingnya
pengendalian penyakit diare
- Semua kelompok potensial di masyarakat sudah menyuarakan dan
mendukung tentang pentingnya pencegahan dengan berperilau hidup
bersih dan sehat seta melakukan pengobatan
- Adanya dukungan sumber daya dari kelompok potensial di masyarakat
3. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasisecara terus – menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu
sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu, mau, mampu
dalam melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare, dengan mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat terutama dalam tatalaksana
penderita di rumah tangga dan pencegahan diare. Tujuanya adalah agar masyarakat
tahu, mau dan mampu melaksnakan upaya pengendalian penyakit diare.
Langkah kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :
a. Menentukan sasaran
Sasaran utama adalah masyarakat, terutama ibu yang mempunyai balita
dapat melakukan tatalaksana diare dengan benar dan pencegahan yang
efektif.
b. Menentukan materi pesan
1) Tatalaksana diare di rumah tangga, yaitu :
- Beri lebih banyak minum cairan
- Teruskan pemberian makanan sesuai dengan umur
- Bawa anak ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pertolongan
lanjutan, bila anak tidak membaik selama 3 hari atau ada salah atu
tanda berikut : diare terus menerus, muntah berulang – ulang, rasa
haus yang nyata, tidak bisa makan / minum, demam, ada darah dalam
tinja
2) Pencegahan penyakit diare, yaitu :
- Pemakaian air bersih yang cukup
- Minum air yang sudah dimasak
- Buang air besar di jamban, termasuk membuang kotoran bayi
- Cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebelum makan dan sesudah buang
air besar
- Memperbaiki makanan pendamping ASI
- Memberikan ASI
- Memberikan imunisasi campak
c. Menentukan metode dan teknik
Metode dan teknik disesuaikan sasaran dan diupayakan berlangsung
dinamis, misalnya : tatap muka, simulasi, demonstrasi, penyuluhan
kelompok
d. Media saluran komunikasi
Pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan segmen sasaran, yaitu
menggunakan perpaduan media cetak dan elektronika
3.3.2 Pengobatan Penyakit Diare

Diare dapat disebabkan oleh infeksi, toksin, dan obat-obatan. Diare akut yang diinduksi
oleh virus biasanya bersifat sementara fan hanya membutuhkan terapi cairan. Sedangkan diare
kronik dapat disebabkan oleh penyalahgunaan laksatif, intoleransi glukosa, penyakit
peradangan usus, sindrom malabsorpsi, kelainan endokrin, irritable bowel syndrom.

Beberapa jenis antidare yang umum digunakan adalah :

1. Anti Motilitas
- Loperamid
Loperamid merupakan golongan opioid yang berfungsi memperlambat motilitas usus,
memperpanjang waktu kontak antara isi usus dan mukosa sehingga meningkatkan
absorbsi cairan dalam usus.
Dosis :
Dewasa : dosis awal 4 mg (2 tablet), selanjutnya 2 mg (1 tablet) setiap habis BAB.
Dosis maksimal 16 mg/hari.
2. Adsorben
Adsorben digunakan untuk meringankan gejala. Fungsinya mengabsorbsi toksin dan
obat.
- Attapulgit
Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun : 2 tablet setiap setelah BAB, max 12 tablet / hari
Anak 6 – 12 tahun : 1 tablet setiap setelah BAB, max 6 tablet / hari
- Kaolin
Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun : 30 ml, max 180 ml / hari
Anak 6 – 12 tahun : 15 ml, max 90 ml / hari
Pemberian setiap kali sesudah BAB
3. Obat lainnya yang sering digunakan dalam penanganan diare :
- Cairan rehidrasi oral (Oralit)
- Probiotik : Lactobacillus
- Suplemen : Zinc sulfat
Referensi

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukandar EY, Andarajati R, Sigit Ji, et AL. ISO Farmakoterapi Buku 1. Jakarta: PT.ISFI. 2013
Badan POM Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia cetakan tahun 2017. Jakarta:Sagung Seto
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 216/Menkes/Sk/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Edisi ke 5. Jakarta.
Kegiatan Deskripsi Tujuan Sasaran Bentuk Penanggun Pengawas Tempat
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan g Jawab Pelaksanaa
n
Menjelaskan Masyarakat Masyarakat Penyuluhan Fillah Muty Dra. Rr. Balai
definisi, dapat Kelurahan Syahidah, Sulistianingsih Kelurahan
penyebab, tanda, memahami Kampung S. Farm. , M.Kes, Apt Kampung
Sosialisasi
gejala, upaya definisi, Melayu, Melayu
Mengenai Penyakit
pencegahan dan penyebab, tanda, Jatinegara, Kiara Puspa
Diare dan Cara
penatalaksanaan gejala, upaya Jakarta Timur Dhirgantara
Pencegahannya
penyakit diare pencegahan dan , S. Farm
penatalaksanaan
penyakit diare
Menjelaskan Masyarakat Masyarakat Penyuluhan Fillah Muty Dra. Rr. Balai
Penyuluhan
perilaku hidup dapat Kelurahan Syahidah, Sulistianingsih Kelurahan
mengenai Perilaku
bersih sehat dan memahami Kampung S. Farm. , M.Kes, Apt Kampung
Hidup Bersih dan
cara mencuci perilaku hidup Melayu, Melayu
Sehat (PHBS) dan
tangan yang bersih sehat dan Jatinegara, Kiara Puspa
Cuci Tangan Pakai
baik cara mencuci Jakarta Timur Dhirgantara
Sabun (CTP)
tangan yang , S. Farm
sesuai PHBS
baik
Mendemonstrasi Masyarakat Masyarakat Pelatihan Fillah Muty Dra. Rr. Balai
kan cara dapat membuat Kelurahan atau Syahidah, Sulistianingsih Kelurahan
pembuatan dan dan Kampung demonstrasi S. Farm. , M.Kes, Apt Kampung
Pemberian Edukasi
penggunaan menggunakan Melayu, Melayu
mengenai
oralit sebagai oralit sebagai Jatinegara, Kiara Puspa
Penggunaan Oralit
pertolongan pertolongan Jakarta Timur Dhirgantara
pertama pada pertama pada , S. Farm
dehidrasi dehidrasi
Susunan Kegiatan Lanjutan

Minggu
No Nama Kegiatan
I II III IV
1 Penyuluhan
2 Pengobatan Gratis dan Gerakan Keluarga Sadar Obat
3 Pembersihan Sumber Air
4 Reboisasi Tanaman
5 Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai