Anda di halaman 1dari 4

1.

PENANGANAN LEPRA

Kabupaten
Situbondo

UPT Puskesmas
Asembagus
No. Dokumen : Klinis/ /Asb/II/2019
No.Revisi : 0
Tgl. Terbit : 02 Februari 2019 dr. SITI CHOIROH
Halaman : 1-4 NIP : 19760710 201001 2 013
SOP

2. Pengertian Lepra adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh


Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Penularan
kemungkinan terjadi melalui saluran pernapasan atas dan kontak kulit
pasien lebih dari 1 bulan terus menerus. Masa inkubasi rata-rata 2,5
tahun, namun dapat juga bertahun-tahun
3. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Lepra
4. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Asembagus tentang
Pemberlakuan Standar Operasional Pelayanan Klinis, medis,dan program
Nomor : 440/01.16/431.201.7.1.16/2019 tanggal 02 Januari 2019
5. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilisitas Kesehatan Primer
6. Alat dan Bahan
7. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesis keluhan pasien didapatkan bercak
langkah langkah kulit berwarna merah atau putih berbentuk plakat, terutama di wajah
dan telinga. Bercak kurang/mati rasa, tidak gatal. Lepuh pada kulit
tidak dirasakan nyeri. Kelainan kulit tidak sembuh dengan pengobatan
rutin, terutama bila terdapat keterlibatan saraf tepi.
Faktor Risiko
a. Sosial ekonomi rendah.

1
b. Kontak lama dengan pasien, seperti anggota keluarga yang
didiagnosis dengan lepra
c. Imunokompromais
d. Tinggal di daerah endemik lepra
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik tanda Patognomonis
a. Tanda-tanda pada kulit
Perhatikan setiap bercak, bintil (nodul), bercak berbentuk plakat
dengan kulit mengkilat atau kering bersisik. Kulit tidak berkeringat
dan berambut. Terdapat baal pada lesi kulit, hilang sensasi nyeri
dan suhu, vitiligo. Pada kulit dapat pula ditemukan nodul.
b. Tanda-tanda pada saraf
Penebalan nervus perifer, nyeri tekan dan atau spontan pada saraf,
kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak,
kelemahan anggota gerak dan atau wajah, adanya deformitas, ulkus
yang sulit sembuh.
c. Ekstremitas dapat terjadi mutilasi
Untuk kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik, simbol-
simbol berikut digunakan dalam penulisan di rekam medik.
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mikroskopis kuman BTA pada sediaan kerokan jaringan
kulit.
4. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemenriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan apabila terdapat satu dari tanda-tanda utama
atau cardinal (cardinal signs), yaitu:
a. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa.
b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf.
c. Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan
kulit (slit skin smear).
Sebagian besar pasien lepra didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
klinis.
5. Petugas memberikan terapi :
a) Pasien memberikan informasi mengenai kondisi pasien saat
ini, serta mengenai pengobatan dan pentingnya kepatuhan
untuk eliminasi penyakit

2
b) Kebersihan diri dan pola makan yang baik perlu dilakukan
c) Pasien dimotivasi untuk mulai terapi hingga selesai terapi
dilaksanakan.
Klasifikasi Lepra terdiri dari 2 tipe, yaitu Pausibasilar (PB) dan
Multibasilar (MB)

Tanda Utama PB MB
Bercak Kusta Jumlah 1-5 Jumlah >5

Penebalan saraf tepi Hanya 1 saraf Lebih dari 1 saraf


disertai gangguan
fungsi (mati rasa dan
atau kelemahan otot,
di daerah yang
dipersarafi saraf
yang
bersangkutan)
Kerokan jaringan BTA negatif BTA positif
kulit
8. Diagram alir
Melakukan Melakukan
Anamnesa Pemeriksaan Fisik pemeriksaan
penunjang

Menegakkan diagnosa
klinis

Menegakkan diagnosa
banding

Menegakkan
komplikasi

Melakukan Melakukan terapi dan


konselling tindakan
dan edukasi

9. Hal – hal yang


perlu diperhatikan

10. Unit Terkait 1. UGD


2. Poli umum

3
3. Poli KIA/KB
4. Ponkesdes

Rekaman Historis

Halaman Yang dirubah Perubahan DiberlakukanTgl.

1 Refrensi Permenkes 514 tahun 2015 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai