Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan

Percobaan karbohidrat ini bertujuan untuk melakukan identifikasi senyawa


senyawa karbohidrat, mengetahui reaksi yang terjadi, dan menentukan identifikasi
senyawa-senyawa karbohidrat secara kualitatif dan kuantitatif.

1.2. Tinjauan Pustaka

Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai
penghasil energi utama manusia. Fungsi lain dari karbohidrat adalah pemberi rasa manis pada
makanan, penghemat protein, pengatur metabolism lemak dan membantu pengeluaran feses.
Gula merupakan karbohidrat, tapi tidak semua karbohidrat adalah gula. Jumlah kalori yang
dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 Kal (kkal) bila dibanding protein dan lemak
(Hart, dkk, 2003).

Karbohidrat atau sakarida terdapat gugus hidrosil (-OH), gugus aldehid atau gugus
keton. Maka dapat didefinisikan bahwa karbohidrat sebagai senyawa polihidroksialdehida
atau polihidroksiketon, atau senyawa yang dihidrolisis dari keduanya. Karbohidrat dapat
digolongkan berdasarkan jumlah monomer penyusunya. Ada 3 jenis karbohidrat berdasarkan
penggolongan ini, yaitu ( Wardiana A, et al 2010) :

1. Monosakarida (gula sederhana) yang merupakan karbohidrat yang tidak dapat


dihidrolisia dan tidak kehilangan sifat gulanya., contohnya ribose dan glukosa. Sifat-
sifat monosakarida adalah semua monosakarida zat padat putih, mudah larut dalam air,
larutannya bersifat optis aktif, larutan monosakarida yg baru dibuat mengalami
perubahan sudut putaran disebut mutarrotasi, contoh larutan alfaglukosa yang baru
dibuat mempunyai putaran jenis + 113` akhirnya tetap pada + 52,7`, umumnya
disakarida memperlihatkan mutarrotasi, tetapi polisakarida tidak, semua
monosakarida merupakan reduktor sehingga disebut gula pereduksi (Poedjiadi,dkk,
2009).
2. Disakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan dua
monosakarida yang sama atau berbeda, Contohnya yaitu sukrosa yang jika dihidrolisis
akan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Secara spesifik yang disebut ikatan
glikosida.
3. Sedangkan, oligosakarida dihidrolisis untuk menghasilkan berbagai monosakarida
melalui inkubasi yang hasilnya ditepakan pada HPLC untuk mempelajari komposisi
monosakarida. Polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memilki
bobot molekul yang tinggi dan bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh
monosakarida, contohnya amilum, glikogen, dan selulosa (Schieberle, dkk, 2004).

Analisi Kualitataif karbohidrat yaitu (Almatsier, 2010):

a. Uji molisch yaitu reaksi yang didasarkan pada pembentukan furfural atau turunannya
dari karbohidrat yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural
atau senyawa furfural yang tersubstitusi, seperti Hidroksimetil furfural.
b. Uji Benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid
atau keton bebas. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus
aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat
pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan
CuCO3, uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau
merah bata serta adanya endapan.
c. Uji Barfoed digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Uji
positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah orange.
d. Uji Iodin digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida. Amilum dengan iodine
dapat membentuk kompleks biru. Amilopektin dengan iodin akan memberi warna
merah ungu, sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah
coklat.
e. Uji Seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus
keton atau disebut juga ketosa. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus
keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.

1.3. Tinjauan Bahan


1.3.1. Reagen Molisch
Reagen Molisch memiliki titik beku -800C dan titik didih 750-800 C. Reagen ini dapat
larut dalam air, tidak berwarna dan tampak jernih. Jika terkena kulit dapat
menyebabkan dehidrasi kulit, jika terkena mata dapat menyebabkan kebutaan dan
jika terhirup dapat menyebabkan demam dan pusing yang tinggi. Tindakan
pertolongan pertama yang dibutuhkan jika terkena kulit adalah dibasuh dengan air dan
dibilas dengan sabun (Anonim1, 2005).
1.3.2. Reagen Benedict
Reagen benedict dibuat menggunakan natrium sitrat dihidrat, natrium karbonat,
tembaga sulfat pentahidrat serta air dengan presentase berat dalam % berturut-turut
17,3% ; 10% ; 3,89% dan 68,8%. Sifat fisikanya yaitu berupa bahan cair, tidak
mempunyai warna, tidak berbau dan berasa, titik didih 1000C. Reagen benedict ini
tidak berbahaya bagi kulit dan tidak menimbulkan iritasi. Reagen ini biasanya
digunakan dalam uji benedict yang ditujukan untuk mengidentifikasi gula-gula
pereduksi (Anonim3, 2005).
1.3.3. Reagen Barfoed
Reagen Barfoed merupakan asam lemah d an hanya dapat mereduksi monosakarida.
Reagen ini dibuat dengan melarutkan kupri asetat dalam air dan asam asetat glasial.
Sifat fisik dari reagen ini yaitu dapat larut dalam air dan memiliki titik didih 1000C.
Reagen ini dapat menyebabkan iritasi pada mata jika terkena mata. Penanganan yang
harus dilakukan ketika terkena reagen ini mata harus dibasuh dengan air mengalir
(Anonim4, 2005)
1.3.4. Reagen Iodine
Iodine bila diabsorpsi oleh larutan polisakarida akan memberikan warna. Larutan
amilum dengan iodine akan memberikan warna biru. Sifat fisik dari reagen ini
mempunyai titik didih 184,40C dan titik beku 1370C. Berat molekul 253, 81 g/mol.
Reagen Iodine ini termasuk produk yang stabil dan mudah larut dalam dietil eter dan
metanol namun sangat sulit larut dalam air dingin maupun air panas (Anonim2, 2005).
1.3.5. Reagen Saliwanof
Reagen Saliwanof mempunyai sifat fisik berupa tidak berwarna, jernih, dan dapat
larut dalam air. Jika terkena muka dapat menyebabkan kerusakan dan iritasi mata,
berbahaya jika terkena kulit karena dapat menyebabkan iritasi. Segera dibilas dengan
air mengalir jika terkena bagian tubuh (Anonim5, 2005).
1.3.6. Glukosa
Glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6 tidak berwarna dan tidak menyebabkan
korosif. Mempunyai warna putih dengan berat molekul 164,16 g/mol dan titik beku
1470C. Sebaiknya disimpan dalam tempat yang dingin dan kering serta dihindarkan
dari panas (Anonim6,2005).
1.3.7. Fruktosa
Fruktosa mempunyai nama D-fruktosa. Rumus molekulnya C6H12O6 dengan sifat
fisik berupa padatan, tidak berbau, mempunyai rasa manis yang kuat, berwarna putih
dan memiliki titik beku dan titik didih yang mengurai pada suhu 1030C. Fruktosa
mudah larut dalam air dingin maupun panas. Fruktosa adalah produk yang satbil dan
tidak mengalami polimerisasi (Anonim7,2005).
1.3.8. Galaktosa
Galaktosa berupa padatan, dengan berat molekul 180,16 g/mol dan titik didih bekunya
1640C. Senyawa ini merupakan produk yang stabil dan mudah larut dalam air.
Penyimpaanya dismpan dalam tempat yang dingin dan kering serta mempunyai
saluran udara yang bagus tanpa tempat yang panas (Anonim8, 2005).
1.3.9. Maltosa
Maltosa merupakan disakarida dari pernyataan dua molekul glukosa. Maltosa
memiliki rumus kimia C12H24O12. Bentuknya berupa padatan dan tidak meiliki bau.
Maltosa memiliki titik beku 102,80C. Maltosa mudah larut dalam air dingin maupun
air panas (Anonim9, 2005).
1.3.10. Laktosa
Laktosa merupakan diskarida dari penyatuan antara sebuah molekul dan glukosa dan
sebuah molekul galaktosa serta mempunyai rumus kimia C11H22O11. Laktosa
berbentuk padatan dan tidak berbau, mudah larut dalam air dingin maupun air panas
(Anonim10, 2005).
1.3.11. Sukrosa
Gabungan dari glukosan dan fruktosa. Memiliki rumus molekul yang sama seperti
fruktosa. Sukrosa berwarna putih dan titik bekunya 1860C. Mudah larut dalam air dan
metanol namun tidak dapat larut dalam dietil eter (Anonim11, 2005).
1.3.12. Amilum
Amilum atau pati merupakan polisakarida dari karbohidrat. Amilum sulit larut dalam
air dingin ataupun air panas. Tidak akan mengalami polimerisasi. Aebaiknya
disimpan dalam tempat yang kering dengan sirkulasi udara baik (Anonim12, 2005).
1.3.13. Glikogen
Glikogen yang biasa disebut gula otot terdapat dalam jaringan otot dan hati hewan
yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Glikogen merupakan suatu polimer. Rasa
nya manis dan berwarna putih. Bahan ini mudah larut dalam metanol dan air dingin
(Anonim13, 2005).
1.3.14. Air
Air mempunyai rumus kimia H2O, memiliki berat molekul 18,02 g/mol. Titik didih
air 1000C. Tekanan yang dimiliki 2,3 kPa dan massa jenisnya 0,62 (Anonim14, 2012).
1.3.15. Jagung
Jagung merupakan sumber protein dan karbohidrat. Kandungan gizi utama pada
jagung adalah pati (72-73%) dan kadar gula pada jagung (1-3%) (Anonim15, 2012).
1.3.16. Kentang
Kentang adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Kentang mengandung energi sebesar 83 kilokalori, protein 2 gram, karbohidrat 19,1
gram, lemak 0,1 gram, kalsium 11 miligram, fosfor 56 miligram, dan zat besi 1
miligram. Selain itu di dalam Kentang juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU,
vitamin B1 0,11 miligram dan vitamin C 17 miligram. Hasil tersebut didapat dari
melakukan penelitian terhadap 100 gram Kentang, dengan jumlah yang dapat
dimakan sebanyak 85 % (Anonim16, 2012).
1.3.17. Singkong
Singkong adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Singkong mengandung energi sebesar 154 kilokalori, protein 1 gram, karbohidrat 36,8
gram, lemak 0,3 gram, kalsium 77 miligram, fosfor 24 miligram, dan zat besi 1,1
miligram. Selain itu di dalam Singkong juga terkandung vitamin A, vitamin B1 0,06
miligram dan vitamin C 31 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan
penelitian terhadap 100 gram Singkong, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak
85 % (Anonim17, 2012).
1.3.18. Ubi
Ubi jalar memiliki banyak manfaat dan kandungan gizi seperti karbohidrat yang bisa
menjadi sumber energi, vitamin A [beta karoten], vitamin C, vitamin B1 dan B2.
Kandungan betakaroten [vitamin A] pada ubi jalar temasuk cukup tinggi
dibandingkan dengan bahan makanan lainnya, (Anonim18, 2012)
1.3.19. Melon
Buah melon banyak mengandung Vitamin A, B dan C serta mengandung protein,
kalsium dan fosfor. Kandungan mineral pada buah melon bahkan mampu
menghilangkan keasaman tubuh dan mempunyai sifat menyembuhkan sembelit.
Keasaman tubuh perlu dihilangkan karena akan menggangu pencernaan, khususnya
pada organ lambung. Kandungan nutrisi buah melon adalah 15,00 mg kalsium; 25,00
mg fosfor; 0,5 mg besi; 34 mg Vitamin C; 640 mg I.U Vitamin A; dan 0,03 mg
Vitamin B1 (Anonim19, 2010)
1.3.20. Semangka
Buah semangka yang khas mengandung gula sekitar 10% dan berat air 90%. Kulit
bagian dalam semangka juga mengandung banyak nutrisi. Rata-rata, 100 gram
semangka mengandung 14 gram lemak. Dari 14 gram, terdapat 1,5 gram lemak jenuh,
2,7 gram adalah lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda 9,3 gram. Dalam 100
gram semangka, 7 gram terkandung protein. Hampir 5 gram terkandung karbohidrat.
Semangka memiliki banyak mineral dan vitamin, berisi 1 mg sodium, 0,5 mg tembaga,
100 mg magnesium, 0,6 mg mangan, 200 mg fosfor, 195 mg potasium dan 17 mcg
selenium. Terlepas dari nutrisi yang diberikan, 100 gram semangka mengandung 14
mg vitamin E, 1,9 mg asam pantotenat dan 64 mcg folat. Kalori dalam semangka dari
bobot 100 gram terdapat antara 14 – 50 kalori (Anonim20,2012).
1.3.21. Pisang
Buah Pisang mengandung kalium dan asam folat. Selain itu juga bermanfaat
membantu tubuh untuk menyimpan cadangan kalsium, nitrogen dan fosfor, yang
sangat berguna untuk membangun perbaikan dan regenerasi jaringan. Buah Pisang
juga kaya akan vitamin dan mineral penting seperti vitamin B kompleks, Vitamin C,
kalisum, magnesium, fosfor, zat besi dan kalium. (Anonim21, 2012)
BAB II

METODOLOGI

2.1. Alat

Alat- alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,
penangas, beaker gelas, gelas arloji, timbangan, labu ukur 100 ml, pipet ukur 10 ml, spatula,
kertas saring, blender, corong buchner, dan kain penyaring, serta spektronik 20.

2.2. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah reagen molish, reagen
benedict, reagen barfoed, reagen iodine, reagen saliwanof, asam sulfat pekat, larutan HCl 2 N,
larutan karbohidrat 1 %, glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa dan amilum,
selulosa, glikogen, inulin, larutan fenol 5%, larutan sari buah, kentang, dan etanol 95%.

2.3. Skema Kerja

2.3.1. Analisa Kualitatif Karbohidrat

2.3.1.1. Uji Molisch

Larutan karbohidrat

Glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, amilum


 Dimasukkan kedalam tabung reaksi 1 ml
 Ditambah 2 tetes reagen molisch
 Dikocok
 Ditambah 5 ml asam sulfat pekat
 Diamati perubahan
Hasil

2.3.1.2. Uji Benedict


Reagen Benedict

 Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml


 Ditambah 5 tetes larutan karbohidrat 1%
 Dikocok
 Semua tabung reaksi dimasukkan kedalam penangas air
selama 3 menit
 Dibiarkan dingin
 Dibandingkan
 diamati perubahan

HASIL
2.3.1.3. Uji Barfoed

Reagen Barfoed

 Dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2ml
 Ditambah 1 ml larutan karbohidrat 1 %
 Dikocok
 Dimasukkan semua tabung dalam penangas air
 Diangkat dan dibiarkan dingin
 Diamati
Hasil

2.3.1.4. Uji Iodine

Larutan selulosa Glikogen Amilum Inulin

 Dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml


 Diasamkan dengan HCl 1 ml
 Ditambahkan 2 tetes larutan iodine
 Diamati

Hasil

2.3.1.5. Uji saliwanof

Reagen saliwanof

 Dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml
 Ditambah 2 tetes larutan karbohidrat 1 %
 Dimasukkan semua tabung dalam penangas air selama
1 menit sampai terjadi perubahan warna

Hasil
2.3.1.6. Analisa gula total dalam sari buah secara spektrofotometri

Pisang, melon, semangka

 Dipotong dan ditimbang sebanyak 1 g dan dihaluskan


 Dilarutkan dalam labu ukur 100 ml
 Disaring dengan menggunakan kertas saring
 Dipipet sebanyak 5 ml
 Diencerkan dengan air hingga 100 ml
 Larutan sari buah dipipet sebanyak 1 ml
 Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi 1ml
fenol 5%
 Di aduk
 Ditambahkan 5 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung
 Diaduk kembali
 Didinginkan selama 30 menit
 Diukur serapan pada panjang gelombang 490 nm
Hasil

2.3.1.7. Isolasi Karbohidrat


Kentang , jagung, Ubi

 Dikupas, dicuci, dipotong-potong


 Ditimbang 50 g
 Dimasukkan dalam blender
 Ditambah air 200 ml
 Diblender 30 detik
 Disaring dengan kain
 Ditampung filtrat dalam gelas kimia
 Ditambahkan 100 ml air
 Dikocok, di dekantasi
 Disuspensikan dengan etanol 95 %
 Disaring melalui corong buchner
 Dikeringkan dan ditimbang
Hasil
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1. Data Hasil Pengamatan


3.1.1. Uji Molisch

No Jenis karbohidrat Warna Warna Warna Warna Hasil uji


awal setelah setelah setelah
ditmabah dikocok ditambah
reagen asam
molisch sulfat
1. Glukosa Bening Terbentuk Terbentuk Terbentuk +
gumpalan gumpalan cincin
coklat coklat coklat
tebal
2. Sukrosa Bening Terbentuk Terbentuk Terbentuk +
cincin coklat gumpalan cincin
coklat coklat tipis
3. Fruktosa Bening Terbentuk Terbentuk Terbentuk +
cincin coklat cincin cincin
coklat coklat tipis
4. Amilum Bening Terbentuk Terbentuk Terbentuk +
cincin coklat cincin cincin
coklat coklat
tebal
5. Galaktosa Bening Terbentuk Terbentuk Terbentuk +
cincin coklat cincin cincin
coklat coklat
tebal
6. Maltosa Bening Terbentuk Terbentuk Tidak _
gumpalan gumpalan terdapat
coklat coklat cincin
7. Laktosa Bening Terbentuk Terbentuk Tidak _
gumpalan gumpalan terdapat
coklat coklat cincin

3.1.2. Uji Benedict


No Karbohidrat Penambahan Dipanaskan Didinginkan Hasil Uji
reagen
1. Laktosa Larutan jernih Tidak terjadi Tidak _
berwarna biru perubahan terjadi
kehijauan perubahan
2. Fruktosa Larutan jernih Larutan Terbentuk +
berwarna biru berwarna endapan
kehijauan orange merah bata
3. Glukosa Larutan jernih Larutan Terbentuk +
berwarna biru berwarna endapan
kehijauan orange merah bata
4. Galaktosa Larutan jernih Larutan Terbentuk +
berwarna biru berwarna endapan
kehijauan orange merah bata
5. Maltosa Larutan jernih Larutan Terbentuk +
berwarna biru berwarna endapan
kehijauan orange merah bata
6. Sukrosa Larutan jernih Larutan Tidak _
berwarna biru kuning tua- terjadi
kehijauan keruh perubahan

3.1.3. Uji Barfoed

No Karbohidrat Awal Akhir Hasil uji


1. Glukosa Tidak berwarna Terbentuk 2 lapisan +
biru bening dan biru (terdapat endapan
tua merah bata)
2. Fruktosa Tidak berwarna Terbentuk 2 lapisan +
biru bening dan biru (terdapat endapan
tua merah bata)
3. Galaktosa Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4. Maltosa Tidak berwarna Terbentuk 2 lapisan _
biru bening dan biru
tua
5. Laktosa Tidak berwarna Terbentuk 2 lapisan _
biru bening dan biru
tua
6. Sukrosa Tidak berwarna Terbentuk 2 lapisan +
biru bening dan biru (terdapat endapan
tua merah bata)
7. Amilum Tidak berwarna Berwarna biru -

3.1.4. Uji Iodin


No Sampel Awal (1 ml) Penambahan Penambahan Hasil uji
HCl 1ml Iodin (2tetes)
1. Selulosa  Tidak berwarna Tidak terjadi Tidak terjadi _
 Cair perubahan perubahan
 Tidak berbau fisik fisik
2. Glikogen  Berwarna kuning Tidak terjadi Tidak terjadi +
kecoklatan perubahan perubahan
 Terdapat endapan fisik fisik
berupa gumpalan
3. Amilum  Tidak berwarna Tidak terjadi Terjadi +
 Cair perubahan perubahan
fisik warna dari
 Tidak berbau
bening- biru
4. Inulin  Tidak berwarna Tidak terjadi Tidak terjadi _
 Cair perubahan perubahan
fisik fisik
 Tidak berbau

3.1.5. Uji Saliwanof

No. Karbohidrat Reagen 2ml Penambahan Warna Hasil uji


2 tetes setelah
karbohidrat dipanaskan
20-60 detik
1. Glukosa Bening Tidak terjadi Pink +
perubahan
2. Fruktosa Bening Tidak terjadi Jingga _
perubahan
3. Galaktosa Bening Tidak terjadi Tidak terjadi _
perubahan perubahan
4. Maltosa Tidak Tidak Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
5. Laktosa Bening Tidak terjadi Jingga _
perubahan
6. Sukrosa Bening Tidak terjadi Merah +
perubahan
7. Amilum Bening Tidak terjadi Kuning _
perubahan bening

3.1.6. Analisa gula total dalam sari buah seara spektrofotometri

No. Perlakuan Pengamatan


1. Pisang dipotong dan ditimbang sebanyak 1 gram, Pisang berwarna putih
dihaluskan kekuningan seberat 1 g dan
halus
2. Dilarutkan dalam labu ukur 100 ml, disaring Sari buah tidaklarut dan
dengan kertas saring terdapat gumpalan atau
serat
3. Dipipet sebanyak 5 ml Larutan bening
4. Diencerkan dengan air hingga 100ml Larutan bening dengan
volume 100ml
5. Larutan sari buah dipipet sebanyak 1 ml Larutan bening
6. Larutan dimasukkan dalam tabung reaksi yang Larutan fenol bening,
telah berisi 1ml fenol 5% berbau menyengat
ditambahkan sari buah
larutan tetap tidak berwarna
7. Campuran larutan diaduk Larutan menjadi homogen
8. Ditambahkan 5ml asam sulfat pekat melalui Temperatur meningkat
dinding tabung
9. Diaduk kembali Larutan menjadi homogen
10. Didinginkan selama 30 menit Larutan tetap bening
temperatur menurun
11. Serapan diukur dengan panjang gelombang 490nm 1. 0
1. Larutan balnko 2. 0.018 A
2. Sari pisang 3. 0.027 A
3. Sari melon 4. 0.022 A
4. Sari semangka

3.1.7. Isolasi Karbohidrat

No. Perlakuan Ubi Singkong Kentang Jagung


1. Dikupas, dan Berwarna Terkupas, Berwarna Berwarna
dicuci putih bersihMenjadi kekuningan kekuningan
bersih
2. Dipotong Terbentuk Menjadi lebih Menjadi lebih Menjadi lebih
lebih kecil kecil kecil kecil
3. Ditimbang 50 Berat 50 gram Massa Massa 50 Massa 50
gram singkong 50 gram gram
gram
4. Diblender, Tercampur Tercampur Menjadi lebih Menjadi lebih
ditambah 150 dengan air dengan air halus, halus,
ml air dan halus dan halus berwarna berwarna
kekuningan kekuningan
5. Dimasukkan Ubi dalam Dalam gelas Dalam gelas Dalam gelas
gelas kimia gelas kimia kimia kimia kimia
6. Disaring dengan Endapan Endapan Endapan Endapan
kain terpisah terpisah terpisah terpisah
dengan filtrat dengan filtrat dengan filtrat dengan filtrat
7. Filtrat ditambah Filtrat Filtrat Filtrat Filtrat
100ml air menjadi encer menjadi menjadi menjadi
encer encer encer
8. Didiamkan Terdapat dua Terdapat dua Terdapat dua Terdapat dua
sampai lapisan lapisan lapisan lapisan
mengendap endapan endapan endapan endapan
9. Diekantasi Endapan Endapan Endapan Endapan
berwarna berwarna berwarna berwarna
putih putih putih putih
10. Endapan Pati/ endapan Pati/ endapan Pati/ endapan Pati/ endapan
ditambah 100ml larut dalam larut dalam larut dalam larut dalam
etanol 95% etanol etanol etanol etanol
11. Didiamkan Pati terpisah Pati terpisah Pati terpisah Pati terpisah
dengan filtrat dengan filtrat dengan filtrat dengan filtrat
12. Disaring dengan Kertas saring Kertas saring Kertas saring Kertas saring
menggunakan 0.5 gram 0.5 gram 0.5 gram 0.5 gram
kertas saring Endpan Endpan Endpan Endpan
terpisah dari terpisah dari terpisah dari terpisah dari
filtrat filtrat filtrat filtrat
13. Pati dikeringkan Pati kering Pati kering Pati kering Pati kering
dengan oven berwarna berwarna berwarna berwarna
putih putih putih putih
14. Pati ditimbang 1 gram 4.9 gram 0.9 gram 0.2 gram
3.2. Perhitungan
3.2.1. Analisa gula total dalam sari buah secara spektrofotometri

No Glukosa (x) A (y) x2 x.y


1 0 0 0 0
2 10 0,013 100 0,13
3 20 0,119 400 2,38
4 30 0,161 900 4,83
5 50 0,237 2500 11,58
6 70 0,398 4900 27,86
Ʃ 8800 46,78

Ʃ𝑥𝑦 46,78 𝑥 (𝑝𝑝𝑚)𝑓𝑝


a= Ʃ𝑥 2 = = 0,0053 % % glukosa = 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑥) x 100%
8800
𝑥.20
= 10000 x 100%

y= ax
y= 0,0053x
y= nilai absorbansi sampel

1. Sampel pisang 2. Sampel melon


y= A= 0,018 y= A= 0,027
y= 0,0053x y= 0,0053x
0,018 0,027
x= = 3,396 ppm x= = 5,094 ppm
0,0053 0,0053

x= konsentrasi glukosa (ppm) x= konsentrasi glukosa (ppm)


100 𝑚𝐿
3,396 𝑥 100 𝑚𝐿
5 𝑚𝐿
5,094 𝑥
5 𝑚𝐿
% glukosa = x 100% % glukosa= x
10000 10000
100%
3,396 𝑥 20 5,094 𝑥 20
= x 100% = x 100%
10000 1,3 𝑥 10000
= 0,68 % = 0,784%

2. Sampel pisang
y= A= 0,022
y= 0,0053x
0,022
x= 0,0053 = 4,150 ppm

x= konsentrasi glukosa (ppm)


4,150 𝑥 100 𝑚𝐿
5 𝑚𝐿
% glukosa = x 100%
10000
4,150 𝑥 20
= x 100%
10000

= 0,83%
BAB 1V

PEMBAHASAN

4.1. Uji Molish

Percobaan uji molish berguna untuk mengetahui kandungan karbohidrat dalam


suatu sampel. Pada percobaan ini larutan karbohidrat yang digunakan adalah glukosa,
fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa dan amilum. Masing-masing larutan
karbohidrat dimasukkan dalam tabung reaksi untuk mempermudah pada saaat
pengujian. Kemudian ditambahkan reagen molisch dan larutan asam sulat pekat
untuk menghidrasi α-naftol dalam alkohol yang akan bereaksi dengan furfural
tersebut membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu.

Namun pada percobaan kali ini cincin yang dihasilkan tidak berwarna ungu
melainkan cincin berwarna coklat tebal yang memberikan reaksi positif terhadap
reagen molish dan asam sulfat pekat. Pada percobaan yang memberikan hasil negatif
hanya maltosa dan laktosa. Berdasarkan literatur hal ini sangat berbeda glukosa,
fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati termasuk senyawa karbohidrat yang
seluruhnya menghasilkan cincin ungu kecoklatan pada reaksinya dengan pereaksi
Molisch (Sumardjo, 2006). Perbedaan ini terjadi karena adanya furfural yang kurang
bereaksi dengan cepat sehingga cincin yang dihasilkan tipis.

4.2. Uji Benedit

Reagen benedict yang telah disiapkan dimasukkan dalam tabung reaksi untuk
mempermudah pada saat pengujian, reagen benedict sendiri digunkan untuk
mendeteksi zat uji yang mengandung gula pereduksi atau gula invers. kemudian
ditambahkan larutan karbohidrat pada masing-masing tabung reaksi untuk mendeteksi
adanya kandungan karbohidrat dalam masing-masing sampel. Selanjutnya semua
tabung reaksi yang berisi sampel dimasukkan dalam penangas air untuk mempercepat
reaksi karena pemanasan berlangsung dalam keadaan basa yang berasal dari regen
benedict dimana dalam suasana basa karbohidrat lebih mudah terhidrolisis. Pada
percobaan ini terlihat bahwa glukosa, galaktosa, fruktosa dan maltosa memberikan
reaksi postif yang ditandai dengan terbentunya endapan merah bata yang
menunjukkan adanya monosakarida. Sedangkan laktosa dan sukrosa memberikan
reaksi negatif atau tidak terjadi perubahan.

Berdasarkan literatur hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa,


maltosa, dan laktosa ditandai dengan adanya endapan merah bata pada uji benedict,
sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif
ditandai dengan warna biru. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk
sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil
aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat
mereduksi berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan
hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi (Wildan, 2003).

Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom
karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida
tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai
terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Pada
pati, sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun
konsentrasi yang dihasilkan sangat kecil (Wildan, 2003). Hal ini berbeda dengan teori
yaitu pada laktosa yang seharusnya memberikan uji positif ternyata menghasilkan uji
negatif, karena pemanasan yang dilakukan kurang lama sehingga karbohidrat yang
berada dalam sampel kurang terhidrolisa dengan sempurna.

4.3. Uji Barfoed

Metode yang digunakan dalam uji barfoed sama dengan uji benedict, pereaksi
barfoed bersifat asam. Pereaksi tersebut dibuat dengan melarutkan 13,3 gram kristal
kupri sulfatnetral dalam 200 ml air. Setelah disaring, filtrat ditambah dengan 1,8 ml
asam asetat glacial. Pemanasan karbohidrat denga pereaksi barfoed, terjadi reaksi
oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam karboksilat dan reduksi pereaksi barfoed
menjadi ion kupri (Cu2+) menjadi endapan kupro oksida. Suasana asam pada pereaksi
barfoed dapat mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan Cu2O pada reaksi
dengan monosakarida dan disakarida berbeda. Pada konsentrasi dan kondisi yang
sama, disakarida memberikan endapan merah bata lebih lambat daripada
monosakarida, sehingga warna yang dihasilkan menjadi biru. Berdasarkan hal
tersebut, uji barfoed dapat digunakan untuk membedakan disakarida dan
monosakarida (Sumardjo 2006).

Pada percobaan reaksi postif ditujukkan oleh glukosa, fruktosa dan sukrosa.
Sedangkan reaksi negatif adalah maltosa, laktosa, dan amilum. Hal ini berbeda
dengan teori, umumnya sukrosa menghasilkan reaksi negatif pada uji barfoed karena
sukrosa termasuk kedalam golongan disakarida. Perbedaan ini disebabkan adanya
kontaminan pada pipet yang digunakan, tabung reaksi dan sampel. Hasil uji
polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil
monomernya. Hal tersebut yang menjadi dasar untuk membedakan antara polisakarida,
disakarida, dan monosakarida. Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat
membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida
yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil,
sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan
larutan monosakarida.
4.4. Uji Iodine

Larutan sampel seperti selulosa, glikogen, amilum, dan inulin dimasukkan


dalam tabung reaksi sebagai larutan yang akan diuji kandungan karbohidratnya.
Kemudian ditambahkan larutan HCl untuk mengasamkan larutan. Selanjutnya
ditambahkan dengan larutan iodine yang berfungsi sebagai pendeteksi adanya
kandungan amilum atau amilosa pada sampel yang ditunjukkan dengan timbulnya
warna biru atau ungu pekat. Pada percobaan reaksi positif ditunjukkan adanya warna
biru pada amilum dan warna kuning kecoklatan disertai gumpalan pada glikogen.
Sedangkan selulosa dan inulin memberikan reaksi yang negatif atau tidak terjadi
perubahan.

Larutan pati atau glikogen yang struktur makromolekulnya berbentuk heliks


dengan larutan iodium akan berwarna merah, biru sampai dengan biru tua. Ada teori
yang mengatakan bahwa larutan akan berwarna merah, biru sampai biru tua
disebabkan molekul iod terperangkap dalam heliks rantai polimer karbohidrat.
Sehingga ketika larutan pati dipanaskan terus-menerus kemudian diuji iod akan
menunjukkan hasil yang negatif ketika suhu larutan pati masih panas dan
menunjukkan hasil yang positif setelah suhu pada larutan pati menjadi normal
kembali. Hasil dari literature lain pada uji Iod dengan menggunakan inulin maka
didapatkan hasil warna merah keunguan yang bernilai positif (Setiawan, 2004).

4.5. Uji Saliwanof

Uji selliwanof adalah dalam pengujian ini golongan aldosa bereaksi,


sedangkan ketosa mengalami proses dehidrasi untuk membentuk 4-hidroksi metil
furfural yang kemudian mengalami kondensasi dengan resorsinol, dan akan
mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah orange atau
uji yang spesifik dalam mengindentifikasi gula ketoheksosa. Pereaksi Selliwanof
terdiri dari 0,5% resorsinol dan HCl pekat. Dilakukannya pemanasan pada bahan uji
yang telah diberi pereaksi Selliwanof adalah untuk mempercepat laju reaksi ketika
dehidrasi dan kondensasi pembentukan senyawa kompleks berwarna. Reaksi positif
terjadi jika, larutan berwarna merah.
Dari percobaaan uji saliwanof, contoh karbohidrat yang memberikan hasil
positif hanya glukosa dan sukrosa, yang lainnya memberikan hasil negatif artinya
tidak mengalami perubahan pada saat di panaskan, meskipun mengalami perubahan
namun hasil yang diinginkan tidak sesuai. Berdasarkan literatur, fruktosa dan sukrosa
yang memberikan hasil positif, yakni warna merah orange yang mengidentifikasikan
adanya kandungan ketosa dalam karbohidrat jenis monosakarida itu. HCl yang
terkandung dalam pereaksi Seliwanoff ini mendehidrasi fruktosa menghasilkan
hidroksi furfural sehingga furfural mengalami kondensasi setelah penambahan
resorsinol membentuk larutan yang berwarna merah orange. Akan tetapi sukrosa
apabila dipanaskan terlalu lama dapat menunjukkan hasil yang positif terhadap
pereaksi Seliwanoff. Hal ini terjadi karena adanya pemanasan berlebih menyebabkan
sukrosa terhidrolisis menghasilkan fruktosa dan glukosa sehingga fruktosa inilah yang
nantinya akan bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna
merah orange (Setiawan, 2004).

4.6. Analisa Gula Total Dalam Sari Buah Secara Spektrofotometri

Uji glukosa sari buah pisang menggunakan metode spektrofotometri.


Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombangmonokromator prisma/ difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur absorban suatu sampel fungsi panjang
gelombang. Spektrofotometri dapat digunakan sebagai perluasan suatu pemeriksaan
visual dengan studi yang lebih dalam dariabsorpsi energi. Absorpsi radiasi suatu
sampel diukur pada berbagai pannjang gelombang dan didirikan oleh suatu perkam
untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda
(Murray,dkk. 2009).

Prosedur ekstraksi sari buah pisang antara lain Menimbang pisang sebanyak 1
g, menghaluskan pisang dengan mortatalum, melarutkan dengan aquades 100 ml,
menyaring dengan kertas saring, mengambil 5 ml larutan sari buah pisang tersebut
kemudian menambahkannya dengan 100 ml air. Larutan sari buah dipipet sebanyak 1
ml, Larutan dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah berisi 1ml fenol 5%. Setelah
campuran diaduk agar homogen lalu ditambahkan asam sulfat pekat melalui dinding
tabung mengakibatkan temperatur meningkat karena asam sulfatnya pekat.
Selanjutnya didinginkan kembali untuk diukur absorbansinya dengan alat
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm. Fenol dalam asam sulfat
pekat yang akan menghasilkan warna jingga kekuningan yang stabil.
Kurva Baku Analisa Gula Total
0.5

0.4 y = 0.0057x - 0.0148


R² = 0.9752
Absorbansi 0.3

0.2 Series1
Linear (Series1)
0.1

0
0 20 40 60 80
-0.1
Konsentrasi glukosa (ppm)

Hasil uji yang diperoleh mendapatkan sari pisang yang bening yang berati
hasil uji gula nya negatif. Warna yang didapat seharusnya jingga kekuningan, hal ini
berbeda dengan hasil percobaan. Persentase glukosa pisang yakni 0,68%, persentase
glukosa melon yakni 0,784% dan persentase glukosa semangka yakni 0,83%. Hal ini
berati glukosa pada semangka lebih banyak daripada melon dan pisang. Nilai
absorbansi dari sari pisang adalah 0,018 ; sari melon, 0,027 A dan sari semangka
0,022 A. Nilai absorbansi tertinggi yakni sari melon dengan 0,027 A. Berdasarkan
kurva diatas dapat diketahui bahwa nilai absorbansi sebanding dengan konsentrasi
sesuai hukum lambert-beer.

4.7. Isolasi Karbohidrat

Pada percobaan ini akan ditentukan kadar amilum dalam kentang. Mula-mula
dilakukan isolasi starch dari kentang. Pencucian kentang dilakukan sebelum kentang
dipotong-potong, hal ini bertujuan agar kentang yang akan digunakan tidak terlalu
banyak menyerap air saat pencucian, sehingga tidak terlalu mempengaruhi saat
penimbangan. Kentang yang mula-mula dihomogenkan dengan air dalam blender
sehingga terbentuk suspensi dan disaring untuk memisahkan filtrat dari residu.
Penyaringan dilakukan dengan kain kasa tipis agar tidak mudah robek dan
penyaringan berlangsung lebih cepat. Cairan keruh didekantasi sebanyak 2 kali
dengan akuades, fungsi dekantasi adalah untuk memisahkan filtrat dengan residu atau
memurnikan karena air dapat mengikat kotoran dan melarutkan zat-zat dalam sampel.
Setelah itu didekantasi dengan etanol 95%. Etanol berfungsi untuk melarutkan bahan-
bahan organik yang tidak larut dalam air dan agar filtrat yang tersisa hanya amilum
saja.
Hasil dekantasi terakhir disaring dengan kertas saring dan dikeringkan dalam
oven sehingga diperoleh tepung amilum yang kering dan ditimbang. Ubi
menghasilkan pati 1 gram, kentang menghasilkan 0,9 gram, jagung menghasilkan 0,2
gram dan singkong menghasilkan 4,9 gram pati. Kempat bahan tersebut semula
beratnya 50 gram. Dibandingkan dengan ubi kandungan amilopektin pati jagung lebih
sedikit hal ini menunjukkan daya gelatinasi dari pati kentang lebih tinggi
dibandingkan dengan pati jagung, begitu halnya jika dibandingkan dengan pati
kentang dan singkong daya gelatinasinya lebih rendah walaupun tidak berbeda jauh.
Hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori yaitu 16% dari sampel kentang artinya jika kentang
sebanyak 50 gram dapat menghasilkan 8 gram amilum. Hal ini mungkin disebabkan beberapa faktor
seperti kurang teliti dalam kalibrasi neraca, masih adanya amilumyang belum terisolasi, masih ada
yang menempel pada blender, masih ada yang menempel pada gelas piala, dan banyaknya amilum
yang terbuang pada saat didekantasi (Sinaga, 2012)
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa karbohidrat terdiri atas
monosakarida, disakarida dan polisakarida. Masing-masing komponen terdapat gugus
polihidroksil keton dan polihidroksi aldehid. Untuk mengidentifikasi senyawa tersebut
dilakukan beberapa uji yaitu uji molish yang digunakan untuk menentukan senyawa
karbohidrat yang terdapat dalam sampel ditandai dengan terbentuknya warna ungu, benedict
untuk menentukan senyawa karbihidrat yang mengandung gugus aldehid sebagai gula
pereduksi , barfoed memberikan hasil positif apabila monosakarida bereaksi dengan
Cu(CH3COO)2 , yang ada pada reagen barfoed menghasilkan endapan berwarna merah bata.
Iodine akan memberikan hasil positi polisakarida, khususnya reaksi kimia antara iodine
dengan amilum menimbulkan warna jingga. Uji Saliwanof memberikan hasil positif apabila
ada karbohidrat ketosa yng menghasilkan warna merah pada fruktosa. Analisa gula total
menghasilkan glukosa pisang 0,68%, melon 0,784% dan semangka 0,83%. Isolasi
karbohidrat menghasilkan pati terbanyak yaitu ubi 1 gram, urutan kedua singkong 4,9 gram,
kentang 0,9 gram dan jagung 0,2 gram.

5.2 Saran
Diharapkan lebih teliti dan cermat agar hasil yang diperoleh menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Anonim1. 2005. Material Safety Data Sheet Molisch.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim2. 2005. Material Safety Data Sheet Iodine.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim3. 2005. Material Safety Data Sheet Benedict.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim4. 2005. Material Safety Data Sheet Barfoed.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim5. 2005. Material Safety Data Sheet Saliwanoff.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim6. 2005. Material Safety Data Sheet Glucose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim7. 2005. Material Safety Data Sheet Fructose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim8. 2005. Material Safety Data Sheet Galactose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim9. 2005. Material Safety Data Sheet Maltose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim10. 2005. Material Safety Data Sheet Lactose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim11. 2005. Material Safety Data Sheet Sucrose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim12. 2005. Material Safety Data Sheet Starch.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim13. 2005. Material Safety Data Sheet Glicogen.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim14. 2012. Material Safety Data Sheet Water.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim15. 2010. Kandungan Gizi Jagung. http://www.organisasi.org/2012/01/isi-
kandungan-gizi-jagung-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html. Diakses tanggal 27
September 2014
Anonim16. 2010. Kandungan Gizi Kentang. http://www.organisasi.org/2012/01/isi-
kandungan-gizi-kentang-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html. Diakses tanggal 27
September 2014
Anonim17. 2010. Kandungan Gizi Singkong. http://www.organisasi.org/2012/01/isi-
kandungan-gizi-singkong-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html. Diakses tanggal 27
September 2014
Anonim18. 2010. Kandungan Gizi Ubi. http://www.organisasi.org/2012/01/isi-kandungan
gizi-ubi-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html. Diakses tanggal 27 September 2014
Anonim19. 2007. Kandungan Gizi Melon. http://www.sitkes.com/khasiat-buah-melon..html.
Diakses tanggal 27 September 2014
Anonim20. 2007. Kandungan Gizi Semangka http://www.sitkes.com/khasiat-buah-
semangka.html. Diakses tanggal 27 September 2014
Anonim21. 2007. Kandungan Gizi Pisang http://www.sitkes.com/khasiat-buah-pisang.html.
Diakses tanggal 27 September 2014
Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, D. J., 2003, Kimia Organik edisi sebelas, diterjemahkan
oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Poedjiadi dan Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press

Schieberle, P., Grosc W. And Belitz,H.D. 2004. Food Chemistry, 3d ed. Garching Springer

Setiawan, Dedi. 2004. Karbohidrat sebagai sumber energi. Jakarta : Erlangga.

Sinaga E. 2012. Biokimia Dasar. Jakarta: PT.ISFI Penerbitan.

Sumardjo Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC

Wardiana A, Santoso, A. 2010. PURIFICATION AND CARBOHYDRATE ANALYSIS OF


RECOMBINANT HUMAN ERYTHROPOIETIN EXPRESSED IN YEAST SYSTEM
Pichiapastoris. Jurnal MAKARA, Sains15: 75-78.

Wildan, Yatim. 2003. Kamus Biologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia


LAMPIRAN

 Jawab Pertanyaan
 Uji Molisch
1. Cincin yang terbentuk dari hasil percobaan adalah coklat, seharusnya
berwarna ungu.
2. Gugus yang memberikan uji positif adalah aldehid.
3. Banyak protein juga memberikan uji molisch yang positif karena protein juga
mempunyai gugus aldehid.
 Uji Benedict
1. Endapan yang terjadi berwarna merah bata.
2. Fungsi natrium sulfat adalah mencegah pengendapan CuCO3 dalam larutan
Na2CO3.
3. Perbedaan reagen benedict dan fehling adalah Pereaksi Benedict bereaksi
positif dengan senyawa yang mempunyai gugus alfa-hidroksi aldehida (seperti
pada aldosa) atau alfa-hidroksi keton (seperti pada ketosa), tetapi tidak dengan
aldehida atau keton sederhana. Di lain pihak, pereaksi Fehling dan Tollens
bereaksi positif dengan gula aldosa dan ketosa, maupun dengan aldehida
sederhana.
4. Senyawa dalam urine yang mengandung uji fehling adalah senyawa yang
memiliki gugus aldehid atau gugus keton bebas dan biasanya berupa asam urat
dan creatinine.
 Uji Barfoed
1. Perbedaan reagen barfoed dan reagen benedict adalah reagen barfoed hanya
akan mereduksi atau bereaksi dengan monosakarida. Reagen benedict dapat
bereaksi dengan monosakarida maupun disakarida.
2. Larutan gula yang teroksidasi adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa.
3. Pengaruhnya jika larutan tersebut dipanaskan terlalu lama adalah akan
menghidrolisa disakarida sehingga memberikan hasil reaksi yang positif.
4. Uji barfoed dapat dipakai untuk menentukan gula dalam urine.
 Uji Saliwanoff
1. Larutan yang memberikan uji saliwanoff tercepat adalah fruktosa, karena
senyawa ini akan langsung diubah menjadi asam levulirat dan hidroksi metil
furfural yang kemudian terjadi kondensasi.
2. Uji saliwanoff dapat dipakai untuk membedakan sukrosa dari fruktosa karena
fruktosa akan memberikan hasil uji positif yang lebih cepat, sedangkan sukrosa
harus dipanaskan dulu.
1) Uji Molisch
a. Glukosa
O H
OH
C

H C OH

HO C H + H2SO4 OH
H C OH O HOH2C O C O
HOH2C C O
H C OH H
H

CH2OH asam-2-ketoaldol
hidroksimetil furfural (cincin ungu)
glukosa

b. Fruktosa
H

H C OH
OH
C O

HO C H + H2SO4 OH

O HOH2C C O
H C OH HOH2C O C O
H
H C OH H
asam-2-ketoaldol
hidroksimetil furfural (cincin ungu)
CH2OH
fruktosa

c. Galaktosa
H O

C
OH
HO C H

HO C H + H2SO4 OH

HOH2C C O
H C OH O HOH2C O C O

H
H C OH H
hidroksimetil furfural asam 2-ketoaldol
CH2OH (cincin ungu)
galaktosa

d. Laktosa
CH2OH OH
CH2OH
OH O H H O H
H H + H2SO4 OH
H OH H HO
H O O
OH HOH2C O C HOH2C O C O
OH H HO H H H
laktosa hidroksimetil furfural asam-2-ketoaldehid

e. Sukrosa
CH2OH OH
O
OH O H H H
H OH
H OH + H2SO4
H O H HO O
CH2OH HOH2C O C HOH2C O C O
OH H OH H
H H
sukrosa hidroksimetil furfural asam-2-ketoaldehid

f. Amilum

CH2OH CH2OH OH
H O H H O H
H H H2SO4
H OH H HO OH
O O O O
HOH2C O C HOH2C O C O
OH H HO H
n H H
amilum hidroksimetil furfural asam-2-ketoaldehid

2) Uji Benedict
a. Glukosa
O H O OH
C C
H C OH H C OH
HO C H 2Cu2+ 2Cu+ HO C H
H C OH H C OH
H C OH H C OH

CH2OH CH2OH
glukosa glukonat
b. Fruktosa
H
H O
H C OH C
C O 2Cu2+ 2Cu+ HC OH
HO C H HO C H
H C OH H C OH
H C OH H C OH

CH2OH CH2OH
fruktosa glukonat

c. Galaktosa
H O HO O
C C

HO C H 2+
HO C H
+
2Cu 2Cu
HO C H HO C H

H C OH H C OH

H C OH H C OH

CH2OH CH2OH
galaktosa galaktonat

d. Laktosa
CH2OH CH2OH CH2OH H
OH 2+ +
O H H O H 2Cu 2Cu OH O H H CH2OH
H H H OH
H OH H HO H OH OH OH
H
H O OH O
H
O
OH H OH H OH H OH H
laktosa
laktonat

e. Sukrosa
CH2OH O H
OH O H H H 2Cu2+ 2Cu+ CH2OH
OH
H OH OH OH
H OH H HO H
H O H
CH2OH O
OH H OH H
OH H
sukrosa

f. Amilum

CH2OH CH2OH
2Cu2+ 2Cu+
H O H H O H
H H
H OH H HO
O O O
OH H OH H

amilum

3) Uji Barfoed
a. Glukosa
O H O OH
C C
H C OH H C OH
HO C H 2Cu2+ 2Cu+ HO C H
H C OH H C OH
H C OH H C OH

CH2OH CH2OH
glukosa glukonat

b. Fruktosa
H
H O
H C OH C
C O 2Cu2+ 2Cu+ HC OH
HO C H HO C H
H C OH H C OH
H C OH H C OH

CH2OH CH2OH
fruktosa glukonat

c. Galaktosa
H O HO O
C C

HO C H 2+
HO C H
+
2Cu 2Cu
HO C H HO C H

H C OH H C OH

H C OH H C OH

CH2OH CH2OH
galaktosa galaktonat

d. Laktosa
CH2OH CH2OH
OH 2Cu2+ 2Cu+
O H H O H
H H
H OH H HO
H O OH
OH H OH H
laktosa
e. Sukrosa
CH2OH O
OH O H H H 2Cu2+ 2Cu+
H
H OH HO
H
H O
CH2OH
OH H
OH H

f. Amilum

CH2OH CH2OH
2Cu2+ 2Cu+
H O H H O H
H H
H OH H HO
O O O
OH H OH H

amilum

4) Uji Iodine
a. Glikogen

CH2OH CH2OH
H O H O H
H
H H + I2
H OH H OH
O O O
OH H OH H

glikogen
b. Inulin

O
H H
+ I2
H OH
O CH2OH
OH H n
inulin

c. Amilum

CH2OH CH2OH
H O H H O H
H OH H
H H HO + I2 amilum-I2
O O O
OH H OH H

amilum

d. Selulosa

H OH CH2OH
O H H O O
OH H H + I2
OH OH H
H O O H
H H OH
selulosa n
5) Uji Saliwanoff
a. Glukosa
O H
C
H C OH HO OH
HO C H HCl panas
+
H C OH
HOH2C O C O
H C OH
H
CH2OH
glukosa hidroksimetil furfural

b. Fruktosa
H
H C OH
HO OH
C O
HCl panas
HO C H +

H C OH HOH2C O C O
H C OH H
CH2OH
fruktosa hidroksimetil furfural

c. Galaktosa
H O
C
HO C H HO OH
HCl panas
HO C H +
H C OH HOH2C O C O
H C OH H
CH2OH
galaktosa hidroksimetil furfural

d. Sukrosa
CH2OH O HO OH
OH O H H H HCl panas
H +
H OH
H O H HO CH OH HOH C O C O
2 2
OH H OH H H
sukrosa hidroksimetil furfural

e. Laktosa
CH2OH CH2OH HO OH
OH O H H O H
H HCl panas
H +
H OH H HO
H O OH HOH C
2
O C O
OH H OH H
H
laktosa hidroksimetil furfural
f. Amilum

CH2OH CH2OH HO OH
H O H H O H HCl panas
H HO H +
H H HO
O O O
HOH2C O C O
OH H OH H
H
amilum hidroksimetil furfural

Anda mungkin juga menyukai