PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai
penghasil energi utama manusia. Fungsi lain dari karbohidrat adalah pemberi rasa manis pada
makanan, penghemat protein, pengatur metabolism lemak dan membantu pengeluaran feses.
Gula merupakan karbohidrat, tapi tidak semua karbohidrat adalah gula. Jumlah kalori yang
dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 Kal (kkal) bila dibanding protein dan lemak
(Hart, dkk, 2003).
Karbohidrat atau sakarida terdapat gugus hidrosil (-OH), gugus aldehid atau gugus
keton. Maka dapat didefinisikan bahwa karbohidrat sebagai senyawa polihidroksialdehida
atau polihidroksiketon, atau senyawa yang dihidrolisis dari keduanya. Karbohidrat dapat
digolongkan berdasarkan jumlah monomer penyusunya. Ada 3 jenis karbohidrat berdasarkan
penggolongan ini, yaitu ( Wardiana A, et al 2010) :
a. Uji molisch yaitu reaksi yang didasarkan pada pembentukan furfural atau turunannya
dari karbohidrat yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural
atau senyawa furfural yang tersubstitusi, seperti Hidroksimetil furfural.
b. Uji Benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid
atau keton bebas. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus
aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat
pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan
CuCO3, uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau
merah bata serta adanya endapan.
c. Uji Barfoed digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Uji
positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah orange.
d. Uji Iodin digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida. Amilum dengan iodine
dapat membentuk kompleks biru. Amilopektin dengan iodin akan memberi warna
merah ungu, sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah
coklat.
e. Uji Seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus
keton atau disebut juga ketosa. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus
keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.
METODOLOGI
2.1. Alat
Alat- alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,
penangas, beaker gelas, gelas arloji, timbangan, labu ukur 100 ml, pipet ukur 10 ml, spatula,
kertas saring, blender, corong buchner, dan kain penyaring, serta spektronik 20.
2.2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah reagen molish, reagen
benedict, reagen barfoed, reagen iodine, reagen saliwanof, asam sulfat pekat, larutan HCl 2 N,
larutan karbohidrat 1 %, glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa dan amilum,
selulosa, glikogen, inulin, larutan fenol 5%, larutan sari buah, kentang, dan etanol 95%.
Larutan karbohidrat
HASIL
2.3.1.3. Uji Barfoed
Reagen Barfoed
Dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2ml
Ditambah 1 ml larutan karbohidrat 1 %
Dikocok
Dimasukkan semua tabung dalam penangas air
Diangkat dan dibiarkan dingin
Diamati
Hasil
Hasil
Reagen saliwanof
Dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml
Ditambah 2 tetes larutan karbohidrat 1 %
Dimasukkan semua tabung dalam penangas air selama
1 menit sampai terjadi perubahan warna
Hasil
2.3.1.6. Analisa gula total dalam sari buah secara spektrofotometri
HASIL PENGAMATAN
y= ax
y= 0,0053x
y= nilai absorbansi sampel
2. Sampel pisang
y= A= 0,022
y= 0,0053x
0,022
x= 0,0053 = 4,150 ppm
= 0,83%
BAB 1V
PEMBAHASAN
Namun pada percobaan kali ini cincin yang dihasilkan tidak berwarna ungu
melainkan cincin berwarna coklat tebal yang memberikan reaksi positif terhadap
reagen molish dan asam sulfat pekat. Pada percobaan yang memberikan hasil negatif
hanya maltosa dan laktosa. Berdasarkan literatur hal ini sangat berbeda glukosa,
fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati termasuk senyawa karbohidrat yang
seluruhnya menghasilkan cincin ungu kecoklatan pada reaksinya dengan pereaksi
Molisch (Sumardjo, 2006). Perbedaan ini terjadi karena adanya furfural yang kurang
bereaksi dengan cepat sehingga cincin yang dihasilkan tipis.
Reagen benedict yang telah disiapkan dimasukkan dalam tabung reaksi untuk
mempermudah pada saat pengujian, reagen benedict sendiri digunkan untuk
mendeteksi zat uji yang mengandung gula pereduksi atau gula invers. kemudian
ditambahkan larutan karbohidrat pada masing-masing tabung reaksi untuk mendeteksi
adanya kandungan karbohidrat dalam masing-masing sampel. Selanjutnya semua
tabung reaksi yang berisi sampel dimasukkan dalam penangas air untuk mempercepat
reaksi karena pemanasan berlangsung dalam keadaan basa yang berasal dari regen
benedict dimana dalam suasana basa karbohidrat lebih mudah terhidrolisis. Pada
percobaan ini terlihat bahwa glukosa, galaktosa, fruktosa dan maltosa memberikan
reaksi postif yang ditandai dengan terbentunya endapan merah bata yang
menunjukkan adanya monosakarida. Sedangkan laktosa dan sukrosa memberikan
reaksi negatif atau tidak terjadi perubahan.
Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom
karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida
tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai
terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Pada
pati, sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun
konsentrasi yang dihasilkan sangat kecil (Wildan, 2003). Hal ini berbeda dengan teori
yaitu pada laktosa yang seharusnya memberikan uji positif ternyata menghasilkan uji
negatif, karena pemanasan yang dilakukan kurang lama sehingga karbohidrat yang
berada dalam sampel kurang terhidrolisa dengan sempurna.
Metode yang digunakan dalam uji barfoed sama dengan uji benedict, pereaksi
barfoed bersifat asam. Pereaksi tersebut dibuat dengan melarutkan 13,3 gram kristal
kupri sulfatnetral dalam 200 ml air. Setelah disaring, filtrat ditambah dengan 1,8 ml
asam asetat glacial. Pemanasan karbohidrat denga pereaksi barfoed, terjadi reaksi
oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam karboksilat dan reduksi pereaksi barfoed
menjadi ion kupri (Cu2+) menjadi endapan kupro oksida. Suasana asam pada pereaksi
barfoed dapat mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan Cu2O pada reaksi
dengan monosakarida dan disakarida berbeda. Pada konsentrasi dan kondisi yang
sama, disakarida memberikan endapan merah bata lebih lambat daripada
monosakarida, sehingga warna yang dihasilkan menjadi biru. Berdasarkan hal
tersebut, uji barfoed dapat digunakan untuk membedakan disakarida dan
monosakarida (Sumardjo 2006).
Pada percobaan reaksi postif ditujukkan oleh glukosa, fruktosa dan sukrosa.
Sedangkan reaksi negatif adalah maltosa, laktosa, dan amilum. Hal ini berbeda
dengan teori, umumnya sukrosa menghasilkan reaksi negatif pada uji barfoed karena
sukrosa termasuk kedalam golongan disakarida. Perbedaan ini disebabkan adanya
kontaminan pada pipet yang digunakan, tabung reaksi dan sampel. Hasil uji
polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil
monomernya. Hal tersebut yang menjadi dasar untuk membedakan antara polisakarida,
disakarida, dan monosakarida. Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat
membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida
yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil,
sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan
larutan monosakarida.
4.4. Uji Iodine
Prosedur ekstraksi sari buah pisang antara lain Menimbang pisang sebanyak 1
g, menghaluskan pisang dengan mortatalum, melarutkan dengan aquades 100 ml,
menyaring dengan kertas saring, mengambil 5 ml larutan sari buah pisang tersebut
kemudian menambahkannya dengan 100 ml air. Larutan sari buah dipipet sebanyak 1
ml, Larutan dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah berisi 1ml fenol 5%. Setelah
campuran diaduk agar homogen lalu ditambahkan asam sulfat pekat melalui dinding
tabung mengakibatkan temperatur meningkat karena asam sulfatnya pekat.
Selanjutnya didinginkan kembali untuk diukur absorbansinya dengan alat
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm. Fenol dalam asam sulfat
pekat yang akan menghasilkan warna jingga kekuningan yang stabil.
Kurva Baku Analisa Gula Total
0.5
0.2 Series1
Linear (Series1)
0.1
0
0 20 40 60 80
-0.1
Konsentrasi glukosa (ppm)
Hasil uji yang diperoleh mendapatkan sari pisang yang bening yang berati
hasil uji gula nya negatif. Warna yang didapat seharusnya jingga kekuningan, hal ini
berbeda dengan hasil percobaan. Persentase glukosa pisang yakni 0,68%, persentase
glukosa melon yakni 0,784% dan persentase glukosa semangka yakni 0,83%. Hal ini
berati glukosa pada semangka lebih banyak daripada melon dan pisang. Nilai
absorbansi dari sari pisang adalah 0,018 ; sari melon, 0,027 A dan sari semangka
0,022 A. Nilai absorbansi tertinggi yakni sari melon dengan 0,027 A. Berdasarkan
kurva diatas dapat diketahui bahwa nilai absorbansi sebanding dengan konsentrasi
sesuai hukum lambert-beer.
Pada percobaan ini akan ditentukan kadar amilum dalam kentang. Mula-mula
dilakukan isolasi starch dari kentang. Pencucian kentang dilakukan sebelum kentang
dipotong-potong, hal ini bertujuan agar kentang yang akan digunakan tidak terlalu
banyak menyerap air saat pencucian, sehingga tidak terlalu mempengaruhi saat
penimbangan. Kentang yang mula-mula dihomogenkan dengan air dalam blender
sehingga terbentuk suspensi dan disaring untuk memisahkan filtrat dari residu.
Penyaringan dilakukan dengan kain kasa tipis agar tidak mudah robek dan
penyaringan berlangsung lebih cepat. Cairan keruh didekantasi sebanyak 2 kali
dengan akuades, fungsi dekantasi adalah untuk memisahkan filtrat dengan residu atau
memurnikan karena air dapat mengikat kotoran dan melarutkan zat-zat dalam sampel.
Setelah itu didekantasi dengan etanol 95%. Etanol berfungsi untuk melarutkan bahan-
bahan organik yang tidak larut dalam air dan agar filtrat yang tersisa hanya amilum
saja.
Hasil dekantasi terakhir disaring dengan kertas saring dan dikeringkan dalam
oven sehingga diperoleh tepung amilum yang kering dan ditimbang. Ubi
menghasilkan pati 1 gram, kentang menghasilkan 0,9 gram, jagung menghasilkan 0,2
gram dan singkong menghasilkan 4,9 gram pati. Kempat bahan tersebut semula
beratnya 50 gram. Dibandingkan dengan ubi kandungan amilopektin pati jagung lebih
sedikit hal ini menunjukkan daya gelatinasi dari pati kentang lebih tinggi
dibandingkan dengan pati jagung, begitu halnya jika dibandingkan dengan pati
kentang dan singkong daya gelatinasinya lebih rendah walaupun tidak berbeda jauh.
Hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori yaitu 16% dari sampel kentang artinya jika kentang
sebanyak 50 gram dapat menghasilkan 8 gram amilum. Hal ini mungkin disebabkan beberapa faktor
seperti kurang teliti dalam kalibrasi neraca, masih adanya amilumyang belum terisolasi, masih ada
yang menempel pada blender, masih ada yang menempel pada gelas piala, dan banyaknya amilum
yang terbuang pada saat didekantasi (Sinaga, 2012)
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa karbohidrat terdiri atas
monosakarida, disakarida dan polisakarida. Masing-masing komponen terdapat gugus
polihidroksil keton dan polihidroksi aldehid. Untuk mengidentifikasi senyawa tersebut
dilakukan beberapa uji yaitu uji molish yang digunakan untuk menentukan senyawa
karbohidrat yang terdapat dalam sampel ditandai dengan terbentuknya warna ungu, benedict
untuk menentukan senyawa karbihidrat yang mengandung gugus aldehid sebagai gula
pereduksi , barfoed memberikan hasil positif apabila monosakarida bereaksi dengan
Cu(CH3COO)2 , yang ada pada reagen barfoed menghasilkan endapan berwarna merah bata.
Iodine akan memberikan hasil positi polisakarida, khususnya reaksi kimia antara iodine
dengan amilum menimbulkan warna jingga. Uji Saliwanof memberikan hasil positif apabila
ada karbohidrat ketosa yng menghasilkan warna merah pada fruktosa. Analisa gula total
menghasilkan glukosa pisang 0,68%, melon 0,784% dan semangka 0,83%. Isolasi
karbohidrat menghasilkan pati terbanyak yaitu ubi 1 gram, urutan kedua singkong 4,9 gram,
kentang 0,9 gram dan jagung 0,2 gram.
5.2 Saran
Diharapkan lebih teliti dan cermat agar hasil yang diperoleh menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Anonim1. 2005. Material Safety Data Sheet Molisch.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim2. 2005. Material Safety Data Sheet Iodine.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim3. 2005. Material Safety Data Sheet Benedict.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim4. 2005. Material Safety Data Sheet Barfoed.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim5. 2005. Material Safety Data Sheet Saliwanoff.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim6. 2005. Material Safety Data Sheet Glucose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim7. 2005. Material Safety Data Sheet Fructose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim8. 2005. Material Safety Data Sheet Galactose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim9. 2005. Material Safety Data Sheet Maltose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim10. 2005. Material Safety Data Sheet Lactose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim11. 2005. Material Safety Data Sheet Sucrose.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim12. 2005. Material Safety Data Sheet Starch.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim13. 2005. Material Safety Data Sheet Glicogen.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim14. 2012. Material Safety Data Sheet Water.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 16
September 2014
Anonim15. 2010. Kandungan Gizi Jagung. http://www.organisasi.org/2012/01/isi-
kandungan-gizi-jagung-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html. Diakses tanggal 27
September 2014
Anonim16. 2010. Kandungan Gizi Kentang. http://www.organisasi.org/2012/01/isi-
kandungan-gizi-kentang-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html. Diakses tanggal 27
September 2014
Anonim17. 2010. Kandungan Gizi Singkong. http://www.organisasi.org/2012/01/isi-
kandungan-gizi-singkong-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html. Diakses tanggal 27
September 2014
Anonim18. 2010. Kandungan Gizi Ubi. http://www.organisasi.org/2012/01/isi-kandungan
gizi-ubi-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html. Diakses tanggal 27 September 2014
Anonim19. 2007. Kandungan Gizi Melon. http://www.sitkes.com/khasiat-buah-melon..html.
Diakses tanggal 27 September 2014
Anonim20. 2007. Kandungan Gizi Semangka http://www.sitkes.com/khasiat-buah-
semangka.html. Diakses tanggal 27 September 2014
Anonim21. 2007. Kandungan Gizi Pisang http://www.sitkes.com/khasiat-buah-pisang.html.
Diakses tanggal 27 September 2014
Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, D. J., 2003, Kimia Organik edisi sebelas, diterjemahkan
oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Poedjiadi dan Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
Schieberle, P., Grosc W. And Belitz,H.D. 2004. Food Chemistry, 3d ed. Garching Springer
Sumardjo Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC
Jawab Pertanyaan
Uji Molisch
1. Cincin yang terbentuk dari hasil percobaan adalah coklat, seharusnya
berwarna ungu.
2. Gugus yang memberikan uji positif adalah aldehid.
3. Banyak protein juga memberikan uji molisch yang positif karena protein juga
mempunyai gugus aldehid.
Uji Benedict
1. Endapan yang terjadi berwarna merah bata.
2. Fungsi natrium sulfat adalah mencegah pengendapan CuCO3 dalam larutan
Na2CO3.
3. Perbedaan reagen benedict dan fehling adalah Pereaksi Benedict bereaksi
positif dengan senyawa yang mempunyai gugus alfa-hidroksi aldehida (seperti
pada aldosa) atau alfa-hidroksi keton (seperti pada ketosa), tetapi tidak dengan
aldehida atau keton sederhana. Di lain pihak, pereaksi Fehling dan Tollens
bereaksi positif dengan gula aldosa dan ketosa, maupun dengan aldehida
sederhana.
4. Senyawa dalam urine yang mengandung uji fehling adalah senyawa yang
memiliki gugus aldehid atau gugus keton bebas dan biasanya berupa asam urat
dan creatinine.
Uji Barfoed
1. Perbedaan reagen barfoed dan reagen benedict adalah reagen barfoed hanya
akan mereduksi atau bereaksi dengan monosakarida. Reagen benedict dapat
bereaksi dengan monosakarida maupun disakarida.
2. Larutan gula yang teroksidasi adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa.
3. Pengaruhnya jika larutan tersebut dipanaskan terlalu lama adalah akan
menghidrolisa disakarida sehingga memberikan hasil reaksi yang positif.
4. Uji barfoed dapat dipakai untuk menentukan gula dalam urine.
Uji Saliwanoff
1. Larutan yang memberikan uji saliwanoff tercepat adalah fruktosa, karena
senyawa ini akan langsung diubah menjadi asam levulirat dan hidroksi metil
furfural yang kemudian terjadi kondensasi.
2. Uji saliwanoff dapat dipakai untuk membedakan sukrosa dari fruktosa karena
fruktosa akan memberikan hasil uji positif yang lebih cepat, sedangkan sukrosa
harus dipanaskan dulu.
1) Uji Molisch
a. Glukosa
O H
OH
C
H C OH
HO C H + H2SO4 OH
H C OH O HOH2C O C O
HOH2C C O
H C OH H
H
CH2OH asam-2-ketoaldol
hidroksimetil furfural (cincin ungu)
glukosa
b. Fruktosa
H
H C OH
OH
C O
HO C H + H2SO4 OH
O HOH2C C O
H C OH HOH2C O C O
H
H C OH H
asam-2-ketoaldol
hidroksimetil furfural (cincin ungu)
CH2OH
fruktosa
c. Galaktosa
H O
C
OH
HO C H
HO C H + H2SO4 OH
HOH2C C O
H C OH O HOH2C O C O
H
H C OH H
hidroksimetil furfural asam 2-ketoaldol
CH2OH (cincin ungu)
galaktosa
d. Laktosa
CH2OH OH
CH2OH
OH O H H O H
H H + H2SO4 OH
H OH H HO
H O O
OH HOH2C O C HOH2C O C O
OH H HO H H H
laktosa hidroksimetil furfural asam-2-ketoaldehid
e. Sukrosa
CH2OH OH
O
OH O H H H
H OH
H OH + H2SO4
H O H HO O
CH2OH HOH2C O C HOH2C O C O
OH H OH H
H H
sukrosa hidroksimetil furfural asam-2-ketoaldehid
f. Amilum
CH2OH CH2OH OH
H O H H O H
H H H2SO4
H OH H HO OH
O O O O
HOH2C O C HOH2C O C O
OH H HO H
n H H
amilum hidroksimetil furfural asam-2-ketoaldehid
2) Uji Benedict
a. Glukosa
O H O OH
C C
H C OH H C OH
HO C H 2Cu2+ 2Cu+ HO C H
H C OH H C OH
H C OH H C OH
CH2OH CH2OH
glukosa glukonat
b. Fruktosa
H
H O
H C OH C
C O 2Cu2+ 2Cu+ HC OH
HO C H HO C H
H C OH H C OH
H C OH H C OH
CH2OH CH2OH
fruktosa glukonat
c. Galaktosa
H O HO O
C C
HO C H 2+
HO C H
+
2Cu 2Cu
HO C H HO C H
H C OH H C OH
H C OH H C OH
CH2OH CH2OH
galaktosa galaktonat
d. Laktosa
CH2OH CH2OH CH2OH H
OH 2+ +
O H H O H 2Cu 2Cu OH O H H CH2OH
H H H OH
H OH H HO H OH OH OH
H
H O OH O
H
O
OH H OH H OH H OH H
laktosa
laktonat
e. Sukrosa
CH2OH O H
OH O H H H 2Cu2+ 2Cu+ CH2OH
OH
H OH OH OH
H OH H HO H
H O H
CH2OH O
OH H OH H
OH H
sukrosa
f. Amilum
CH2OH CH2OH
2Cu2+ 2Cu+
H O H H O H
H H
H OH H HO
O O O
OH H OH H
amilum
3) Uji Barfoed
a. Glukosa
O H O OH
C C
H C OH H C OH
HO C H 2Cu2+ 2Cu+ HO C H
H C OH H C OH
H C OH H C OH
CH2OH CH2OH
glukosa glukonat
b. Fruktosa
H
H O
H C OH C
C O 2Cu2+ 2Cu+ HC OH
HO C H HO C H
H C OH H C OH
H C OH H C OH
CH2OH CH2OH
fruktosa glukonat
c. Galaktosa
H O HO O
C C
HO C H 2+
HO C H
+
2Cu 2Cu
HO C H HO C H
H C OH H C OH
H C OH H C OH
CH2OH CH2OH
galaktosa galaktonat
d. Laktosa
CH2OH CH2OH
OH 2Cu2+ 2Cu+
O H H O H
H H
H OH H HO
H O OH
OH H OH H
laktosa
e. Sukrosa
CH2OH O
OH O H H H 2Cu2+ 2Cu+
H
H OH HO
H
H O
CH2OH
OH H
OH H
f. Amilum
CH2OH CH2OH
2Cu2+ 2Cu+
H O H H O H
H H
H OH H HO
O O O
OH H OH H
amilum
4) Uji Iodine
a. Glikogen
CH2OH CH2OH
H O H O H
H
H H + I2
H OH H OH
O O O
OH H OH H
glikogen
b. Inulin
O
H H
+ I2
H OH
O CH2OH
OH H n
inulin
c. Amilum
CH2OH CH2OH
H O H H O H
H OH H
H H HO + I2 amilum-I2
O O O
OH H OH H
amilum
d. Selulosa
H OH CH2OH
O H H O O
OH H H + I2
OH OH H
H O O H
H H OH
selulosa n
5) Uji Saliwanoff
a. Glukosa
O H
C
H C OH HO OH
HO C H HCl panas
+
H C OH
HOH2C O C O
H C OH
H
CH2OH
glukosa hidroksimetil furfural
b. Fruktosa
H
H C OH
HO OH
C O
HCl panas
HO C H +
H C OH HOH2C O C O
H C OH H
CH2OH
fruktosa hidroksimetil furfural
c. Galaktosa
H O
C
HO C H HO OH
HCl panas
HO C H +
H C OH HOH2C O C O
H C OH H
CH2OH
galaktosa hidroksimetil furfural
d. Sukrosa
CH2OH O HO OH
OH O H H H HCl panas
H +
H OH
H O H HO CH OH HOH C O C O
2 2
OH H OH H H
sukrosa hidroksimetil furfural
e. Laktosa
CH2OH CH2OH HO OH
OH O H H O H
H HCl panas
H +
H OH H HO
H O OH HOH C
2
O C O
OH H OH H
H
laktosa hidroksimetil furfural
f. Amilum
CH2OH CH2OH HO OH
H O H H O H HCl panas
H HO H +
H H HO
O O O
HOH2C O C O
OH H OH H
H
amilum hidroksimetil furfural