NIM : 2010430153
Kelas :E
Prodi : Ilmu Ekonomi
Mata Kuliah : Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
Resume Materi
KESEHATAN BANK
1. Pengertian.
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan
yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang
sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi:
a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari
modal sendiri.
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik
untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi
tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan
tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan
bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang
terdiri dari:
a. Permodalan (capital)
c. Manajemen (management)
d. Rentabilitas (earnings)
e. Likuiditas (liquidity)
Tahapan yang dilakukan dalam proses penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan kertas
kerja yang sudah ditentukan. Secara umum tahapan itu adalah sebagai berikut:
a. Menerapkan formula dan indikator pendukung dalam rangka penilaian setiap komponen
yang tertuang dalam Matriks Perhitungan/Analisis Komponen setiap faktor.
b. Berdasarkan formula dan indikator tersebut, dilakukan proses analisis untuk menetapkan
peringkat setiap komponen dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan
Peringkat Komponen. Dalam proses ini juga dilakukan analisis terhadap berbagai
indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan.
c. Selanjutnya dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap faktor penilaian
dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor. Proses
penetapan peringkat setiap faktor penilaian dilaksanakan setelah mempertimbangkan
unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari setiap komponen.
d. Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor penilaian, dilakukan proses analisis
untuk menetapkan peringkat komposit bank dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria
Penetapan Peringkat Komposit. Proses penetapan peringkat komposit bank dilaksanakan
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan
signifikansi dari setiap faktor.
e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya
f. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank dan atau pihak lainnya atau
penataan kembali portofolio bank
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia dapat
mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan dasar agar bank yang bersangkutan menjadi
sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan secara umum. Berdasarkan Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar:
e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban;
f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain;
a. Mengambil alih dan mehjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham termasuk hak
dan wewenang Rapat Umum Pemegang Saham;
b. Mengambil alih dan melaksanakan segala hak dan wewenang direksi dan komisaris bank;
c. Menguasai, mengelola, dan melakukan tindakan kepemilikan atas kekayaan milik atau yang
menjadi hak bank, termasuk kekayaan bank yang berada pada pihak mana pun, baik di dalam
maupun di luar negeri;
d. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan atau mengubah kontrak yang mengikat bank
dengan pihak ketiga, yang menurut pertimbangan badan khusus merugikan bank;
e. Menjual atau mengalihkan kekayaan bank, direksi, komisaris, dan pemegang saham tertentu,
di alam negeri ataupun di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui penawaran umum;
f. Menjual atau mengalihkan tagihan bank dan atau menyerahkan pengelolaannya kepada pihak
lain, tanpa memerlukan persetujuan nasabah debitor;
g. Mengalihkan pengelolaan kekayaan dan atau manajemen bank kepada pihak lain;
h. Melakukan penyertaan modal sementara pada bank, secara langsung atau melalui
pengonversian tagihan badan khusus menjadi penyertaan modal pada bank;
i. Melakukan penagihan piutang bank yang sudah pasti dengan penerbitan surat paksa;
j. Melakukan pengosongan atas tanah dan atau bangunan milik atau yang menjadi hak bank
yang dikuasai oleh pihak lain, baik sendiri maupun dengan bantuan alat Negara penegak hukum
yang berwenang;
l. Menghitung dan menetapkan kerugian yang dialami bank dalam program penyehatan dan
membebankan kerugian tersebut kepada modal bank yang bersangkutan, dan bilamana kerugian
tersebut terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi, komisaris, dan atau pemegang saham
maka kerugian tersebut akan dibebankan kepada yang bersangkutan;
m. Menetapkan jumlah tambahan modal yang wajib disetor oleh pemegang saham bank dalam
program penyehatan;
RAHASIA BANK
Dasar dari kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat
terhadap perbankan dan juga sebaliknya maka kegiatan perbankan tidak akan dapat berjalan
dengan baik. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kadar kepercayaan masyarakat
kepadabank adalah terjamin atau tidaknya rahasia nasabah yang ada di bank.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan telah mencantumkan aturan tentang
rahasia bank dalam Bab I Pasal 1 Butir 16 dan Bab VII Pasal 40, 41, 42, 43, 44, 45 dan Bab VIII
Pasal 47. Aturan mengenai rahasia bank ini kemudian diubah seperti tercantum dalam Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992.
Rahasia bank yang dimaksud dalam Undang-undang No. 10/1998 tersebut sangat berbeda
dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992. Dalam Undang-undang Nomor 7/1992 yang
dimaksud dengan rahasia bank adalah: “segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan
hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan”.
Secara lebih rinci Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-undang Nomor 10 Tahun
1998 mengatur rahasia bank sebagai berikut:
a. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya.
d. Pihak terafiliasi
Dalam situasi atau keadaan tertentu sesuai dengan undang-undang, data nasabah di bank dapat
saja tidak harus dirahasiakan lagi. Pengecualian terhadap rahasia bank tersebut meliputi:
a. Kepentingan perpajakan
f. Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis,
bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang
bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut atas dasar
permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyinpan yang dibuat secara tertulis.
Kondisi sebelum deregulasi sangat dipengaruhi oleh berbagai kepentingan ekonomi dan politik
dari Pemerintah. Tingkat inflasi yang tinggi serta kondisi ekonomi makro secara umum yang
tidak bagus terjadi bersamaan dengan kondisi perbankan yagn tidak dapat memobilisasikan dana
dengan baik, hal tersebut merupakan fenomena yang terjadi pada masa sebelum deregulasi
tersebut seolah – olah menjadi suatu lingkaran yang tidak ada ujung pangkalnya serta saling
mempengaruhi.
Untuk mengatasi situasi tersebut, ditempuh dengan cara melakukan serangkaian kebijakan
berupa dergulasi di sektor riil dan sektor moneter. Pada tahap awal deregulasi lebih cepat
dampaknya pada sektor moneter melalui perubahan di dunia perbankan. Perubahan yang terjadi
juga termasuk peningkatan peraturan pada bidang-bidang tertentu, sehingga deregulasi ini lebih
tepat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dimotori oleh otoritas moneter untuk
meningkatkan kinerja di dunia perbankan, dan pada akhirnya juga diharapkan akan
meningkatkan kinerja sektor riil.
Fungsi utama perbankan pada masa setelah kemerdekaan sampai dengan sebelum adanya
deregulasi tidak banyak mengalami perubahan, yaitu :
• Memobilisasikan dana dari investor untuk membiaya kebutuhan dana investasi dan modal
kerja perusahaan-perusahaan besar milik pemerintah dan swasta.
• Menyalurkan dana anggaran untuk membiayai program dan proyek pada sektor-sektor yang
ingin dikembangkan oleh pemerintah.
B. Kondisi Sesudah Deregulasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) deregulasi adalah kegiatan atau proses
menghapuskan pembatasan dan peraturan. Meskipun istilah yang digunakan “deregulasi”, namun
tidak berarti bahwa perubahan yang dilakukan sepenuhnya berupa pengurangan pembatasan atau
pengaturan di dunia perbankan. Deregulasi lebih tepat diartikan sebagai perubahan-perubahan
yang dimotori oleh otoritas moneter untuk meningkatkan dunia perbankan dan pada akhirnya
juga diharapkan akan meningkatkan kinerja sektor riil.
Penghapusan pagu kredit dan pembatasan aktiva lain sebagai instrument pengendali
jumlah uang yang beredar (JUB)
Pemberian kebebasan bank umum untuk menetapkan suku bunga simpanan dan pinjaman
kecuali untuk sector – sector tertentu
c. Bank Indonesia sejak 1985 mengeluarkan ketentuan perdagangan SPBU dan fasilitas diskonto
oleh BI
d. Paket 27 Oktober 1988 yang berisi tentang: Pengerahan dana masyarakat, Efisiensi lembaga
keuangan, Pengendalian kebijakan moneter, Pengembangan pasar modal
e. Paket 20 Desember 1988 yang berisi tentang : Aturan penyelenggaraan bursa efek oleh
swasta, Alternative sumber pembiayaan berupa sewa guna usaha, anjak piutang, modal ventura,
perdagangan surat berharga, kartu kredit, anjak piutang dan pembiayaan konsumen, Bank dan
lembaga keuangan bukan bank dapat melakukan kegiatan perdagangan surat berharga, kartu
kredit, anjak piutang dan pembiayaan konsumen, Kesempatan pendirian perusahaan asuransi
kerugian, asuransi jiwa, reasuransi, broker asuransi, adjuster asuransi dan aktuaria.
f. Paket 25 Maret 1989 yang berisi tentang: Penyempurnaan paket sebelumnya, Bank dan
lembaga keuangan bukan bank dapat memiliki net open position maksimum sebesar 25 % dari
modal sendiri
Sehingga pada masa setelah deregulasi ini perbankan di Indonesia mempunyai ciri-ciri sbb :
JENIS BANK
Bank didefinisikan oleh undang- undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau dalam bentuk lainnya dalam
rangka peningkatkan taraf hidup rakyat”. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bank)
a. Bank Umum
Bank umum didefinisikan oleh Undang- undang nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan- kegiatan usaha
yang dapat dilakukan oleh bank umum secara lengkap adalah:
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang dapat dipersamakan
dengan itu.
Memberikan kredit.
Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas
perintah nasabahnya
Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjam dana kepada pihak lain,
baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk,
cek, atau sarana lainnya.
Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan atau antar pihak ketiga.
Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang- undang nomor 10 Tahun 1998
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan- kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat secara lengkap
adalah:
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Memberikan kredit
Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh usaha sebagai bank umum atau Bank Perkreditan
Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari
masyarakat dimaksud diatur dalam undang- undang tersendiri. Untuk memperoleh izin usaha
sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat, suatu lembaga keuangan wajib memenuhi
persyaratan mengenai:
• Permodalan
• Kepemilikan
• Perseroan Terbatas
• Koperasi
• Perusahaan Daerah
• Perusahaan daerah
• Koperasi
• Persereoan Terbatas
- Retail Bank : adalah nasabah- nasabah individual, perusahaan, dan lembaga lain yang
skalanya kecil.
- Corporate Bank : Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-
nasabah yang berskala besar.
- Retail- Corporate Bank : Bank jenis ini memberikan pelayanan tidak hanya kepada
nasabah retail tetapi juga kepada nasabah korporasi.
a. Bank Konvensional
b. Bank Syariah
Penentuan harga bagi bank syariah didasarkan pada kesepakatan antara bank
dengan nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka
waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan
diterima penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku pada bank syariah.
• Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Undang- undang No10 Tahun 1998 dan Surat Keputusan Direktur BI No 32/33/KEP/DIR
Tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank umum menetapkan ketentuan-ketentuan tentang pendirian
dan kepemilikan Bank seperti di uraikan di bawah ini:
a. Bank Umum
1) Pendirian
• Warga Negara Indonesia atau Badan hukum Indonesia dengan warga Negara asing dan Badan
Hukum asing secara kemitraan.
2) Persetujuan Prinsip
Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip diajukan sekurang- kurangnya oleh seorang
calon pemilik kepada Direksi Bank Indonesia sesuai dengan format yang telah ditentukan
3) Izin Usaha
Permohonan untuk mendapatkan izin usaha diajukan oleh direksi bank kepada Direksi Bank
Indonesia
4) Kepemilikan
Kepemilikan bank oleh badan hukun Indonesia setinggi-tingginya sebesar modal sendiri bersih
badan hukum yang bersangkutan.
Anggota dewan komisaris dan direksi wajib memenuhi ketentuan- ketentuan sebagai berikut:
tidak termasuk dalam daftar orang tercela dalam bidang perbankan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia
menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik
b. Bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dapat menempatkan warga Negara
asing sebagai anggota dewan komisaris dan direksi
c. Jumlah anggota dewan komisaris sekurang- kurangnya dua orang dan wajib memiliki
pengetahuan dan pengalaman di bidang perbankan.
Sebagai anggota dewan komisaris sebanyak- banyaknya pada satu bank lain atau Bank
Perkreditan Rakyat.
Sebagai anggota dewan komisaris, direksi, atau pejabat eksekutif yang memerlukan
tanggung jawab penuh sebanyak- banyaknya pada 2 perusahaan lain bukan bank atau
bukan Bank Perkreditan Rakyat
e. Mayoritas anggota dewan komisaris dilarang memiliki hubungan keluarga sampai dengan
derajat kedua termasuk suami/ istri, menantu, dan ipar dengan anggota dewan komisaris lain
f. Direksi bank sekurang- kurangnya berjumlah 3 orang dan mayoritas dari anggota direksi
wajib berpengalaman dalam operasional bank sekurang- kurangnya 5 tahun sebagai pejabat
eksekutif pada bank
BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga Negara Indonesia, Badan Hukum Indonesia
yang seluruh pemiliknya warga Negara Indonesia, Pemerintah Daerah, atau dapat di miliki
bersama di antar ketiganya.Bank umum dan BPR yang bentuk badan hukumnya perseroan
terbatas sangat di mungkinkan mengalami perubahan kepemilikan. Perubahan kepemilikan ini
terutama karena Bank Umum dan BPR yang bentuk hukumnya Perseroan Terbatas dapat
menerbitkan saham, meskipun hanya saham atas nama
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoso,Totok & Nuritomo. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,Jakarta Selatan:
Penerbit Salemba Empat.
http://www.bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=905:definisi-
perbankan-bank-konvensional-a-bank-syariah&catid=120:booklet-perbankan-
indonesia&Itemid=179
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bank_info2040.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank
http://esutomo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11323/III+SEJARAH+DAN+PERKEMB
ANGAN+PERBANKAN.pdf
http://mettamustika.wordpress.com/2009/10/12/paket-deregulasi-perbankan/
https://www.google.com/amp/s/catarts.wordpress.com/2012/04/09/bab-iii-kesehatan-dan-rahasia-
bank/amp/
http://arsipberita.com/show/perbankan-indonesia-cetak-laba-rp573-triliun-170212.html
www.gurupendidikan.com/pengertian-bank-menurut-para-ahli-2/
http://ilhamsazili.blogspot.com/2015/12/makalah-perkembangan-dan-jenis-bank_67.html?m=1