Anda di halaman 1dari 17

Nama : Devi Melani

NIM : 2010430153
Kelas :E
Prodi : Ilmu Ekonomi
Mata Kuliah : Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

Resume Materi

Bank Umum dan Pengkreditan Rakyat

KESEHATAN BANK

1. Pengertian.

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan
yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang
sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi:

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari
modal sendiri.

b. Kemampuan mengelola dana.

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat , karyawan, pemilik modal


dan pihak lain.

e. Memenuhi peraturan perbankan yang berlaku.


2. Aturan Kesehatan Bank

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-


undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan
oleh Bank Indonesia. Undang-undang tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa:

a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan


melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak
merugikan bank dan kepentingan nasabah yang memercayakan dananya kepada
bank.

c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan, dan


penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.

d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi


pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib
memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari
segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang
bersangkutan.

e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik
untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.

f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi
tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan
tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan
bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang
terdiri dari:

a. Permodalan (capital)

b. Kualitas aset (asset quality)

c. Manajemen (management)

d. Rentabilitas (earnings)

e. Likuiditas (liquidity)

f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)

3. Tahap Penilaian Kesehatan Bank

Tahapan yang dilakukan dalam proses penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan kertas
kerja yang sudah ditentukan. Secara umum tahapan itu adalah sebagai berikut:

a. Menerapkan formula dan indikator pendukung dalam rangka penilaian setiap komponen
yang tertuang dalam Matriks Perhitungan/Analisis Komponen setiap faktor.

b. Berdasarkan formula dan indikator tersebut, dilakukan proses analisis untuk menetapkan
peringkat setiap komponen dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan
Peringkat Komponen. Dalam proses ini juga dilakukan analisis terhadap berbagai
indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan.

c. Selanjutnya dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap faktor penilaian
dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor. Proses
penetapan peringkat setiap faktor penilaian dilaksanakan setelah mempertimbangkan
unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari setiap komponen.
d. Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor penilaian, dilakukan proses analisis
untuk menetapkan peringkat komposit bank dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria
Penetapan Peringkat Komposit. Proses penetapan peringkat komposit bank dilaksanakan
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan
signifikansi dari setiap faktor.

Action plan tersebut antara lain meliputi:

a. Penambahan modal (fresh money)

b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif

c. Peningkatan fungsi audit internal,

d. Peningkatan efisiensi bank

e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya

f. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank dan atau pihak lainnya atau
penataan kembali portofolio bank

4. PELANGGARAN ATURAN KESEHATAN BANK

Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia dapat
mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan dasar agar bank yang bersangkutan menjadi
sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan secara umum. Berdasarkan Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar:

a. Pemegang saham menambah modal;

b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank;

c. Bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah


d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;

e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban;

f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain;

g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban

Dalam melaksanakan program penyehatan terhadap bank-bank, badan khusus sebagaimana


dimaksud di atas mempunyai wewenang yaitu:

a. Mengambil alih dan mehjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham termasuk hak
dan wewenang Rapat Umum Pemegang Saham;

b. Mengambil alih dan melaksanakan segala hak dan wewenang direksi dan komisaris bank;

c. Menguasai, mengelola, dan melakukan tindakan kepemilikan atas kekayaan milik atau yang
menjadi hak bank, termasuk kekayaan bank yang berada pada pihak mana pun, baik di dalam
maupun di luar negeri;

d. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan atau mengubah kontrak yang mengikat bank
dengan pihak ketiga, yang menurut pertimbangan badan khusus merugikan bank;

e. Menjual atau mengalihkan kekayaan bank, direksi, komisaris, dan pemegang saham tertentu,
di alam negeri ataupun di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui penawaran umum;

f. Menjual atau mengalihkan tagihan bank dan atau menyerahkan pengelolaannya kepada pihak
lain, tanpa memerlukan persetujuan nasabah debitor;

g. Mengalihkan pengelolaan kekayaan dan atau manajemen bank kepada pihak lain;

h. Melakukan penyertaan modal sementara pada bank, secara langsung atau melalui
pengonversian tagihan badan khusus menjadi penyertaan modal pada bank;

i. Melakukan penagihan piutang bank yang sudah pasti dengan penerbitan surat paksa;
j. Melakukan pengosongan atas tanah dan atau bangunan milik atau yang menjadi hak bank
yang dikuasai oleh pihak lain, baik sendiri maupun dengan bantuan alat Negara penegak hukum
yang berwenang;

k. Melakukan penelitian dan pemeriksaan, untuk memperoleh segala keterangan yang


diperlukan dari dan mengenai bank dalam program penyehatan, dan pihak mana pun yang
terlibat atau patut diduga terlibat, atau mengetahui kegiatan yang merugikan bank dalam
program penyehatan tersebut;

l. Menghitung dan menetapkan kerugian yang dialami bank dalam program penyehatan dan
membebankan kerugian tersebut kepada modal bank yang bersangkutan, dan bilamana kerugian
tersebut terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi, komisaris, dan atau pemegang saham
maka kerugian tersebut akan dibebankan kepada yang bersangkutan;

m. Menetapkan jumlah tambahan modal yang wajib disetor oleh pemegang saham bank dalam
program penyehatan;

n. Melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan wewenang


sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf m.

RAHASIA BANK

Dasar dari kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat
terhadap perbankan dan juga sebaliknya maka kegiatan perbankan tidak akan dapat berjalan
dengan baik. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kadar kepercayaan masyarakat
kepadabank adalah terjamin atau tidaknya rahasia nasabah yang ada di bank.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan telah mencantumkan aturan tentang
rahasia bank dalam Bab I Pasal 1 Butir 16 dan Bab VII Pasal 40, 41, 42, 43, 44, 45 dan Bab VIII
Pasal 47. Aturan mengenai rahasia bank ini kemudian diubah seperti tercantum dalam Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992.
Rahasia bank yang dimaksud dalam Undang-undang No. 10/1998 tersebut sangat berbeda
dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992. Dalam Undang-undang Nomor 7/1992 yang
dimaksud dengan rahasia bank adalah: “segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan
hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan”.

Secara lebih rinci Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-undang Nomor 10 Tahun
1998 mengatur rahasia bank sebagai berikut:

a. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya.

b. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

c. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi pihak terafiliasi.

d. Pihak terafiliasi

PENGECUALIAN TERHADAP RAHASIA BANK

Dalam situasi atau keadaan tertentu sesuai dengan undang-undang, data nasabah di bank dapat
saja tidak harus dirahasiakan lagi. Pengecualian terhadap rahasia bank tersebut meliputi:

a. Kepentingan perpajakan

b. Penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke BUPLN atau PUPN.

c. Kepentingan peradilan dalam perkara pidana

d. Perkara perdata antara bank dengan nasabahnya

e. Tukar-menukar informasi antarbank

f. Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis,
bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang
bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut atas dasar
permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyinpan yang dibuat secara tertulis.

g. Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia.


PERKEMBANGAN PERBANKAN di INDONESIA

A. Kondisi Sebelum Deregulasi

Kondisi sebelum deregulasi sangat dipengaruhi oleh berbagai kepentingan ekonomi dan politik
dari Pemerintah. Tingkat inflasi yang tinggi serta kondisi ekonomi makro secara umum yang
tidak bagus terjadi bersamaan dengan kondisi perbankan yagn tidak dapat memobilisasikan dana
dengan baik, hal tersebut merupakan fenomena yang terjadi pada masa sebelum deregulasi
tersebut seolah – olah menjadi suatu lingkaran yang tidak ada ujung pangkalnya serta saling
mempengaruhi.

Untuk mengatasi situasi tersebut, ditempuh dengan cara melakukan serangkaian kebijakan
berupa dergulasi di sektor riil dan sektor moneter. Pada tahap awal deregulasi lebih cepat
dampaknya pada sektor moneter melalui perubahan di dunia perbankan. Perubahan yang terjadi
juga termasuk peningkatan peraturan pada bidang-bidang tertentu, sehingga deregulasi ini lebih
tepat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dimotori oleh otoritas moneter untuk
meningkatkan kinerja di dunia perbankan, dan pada akhirnya juga diharapkan akan
meningkatkan kinerja sektor riil.

Fungsi utama perbankan pada masa setelah kemerdekaan sampai dengan sebelum adanya
deregulasi tidak banyak mengalami perubahan, yaitu :

• Memobilisasikan dana dari investor untuk membiaya kebutuhan dana investasi dan modal
kerja perusahaan-perusahaan besar milik pemerintah dan swasta.

• Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar.

• Mengadministrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan pemerintah

• Menyalurkan dana anggaran untuk membiayai program dan proyek pada sektor-sektor yang
ingin dikembangkan oleh pemerintah.
B. Kondisi Sesudah Deregulasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) deregulasi adalah kegiatan atau proses
menghapuskan pembatasan dan peraturan. Meskipun istilah yang digunakan “deregulasi”, namun
tidak berarti bahwa perubahan yang dilakukan sepenuhnya berupa pengurangan pembatasan atau
pengaturan di dunia perbankan. Deregulasi lebih tepat diartikan sebagai perubahan-perubahan
yang dimotori oleh otoritas moneter untuk meningkatkan dunia perbankan dan pada akhirnya
juga diharapkan akan meningkatkan kinerja sektor riil.

Kebijakan deregulasi yang telah dilakukan :

a. Paket 1 Juni 1983 yang berisi tentang

 Penghapusan pagu kredit dan pembatasan aktiva lain sebagai instrument pengendali
jumlah uang yang beredar (JUB)

 Pengurangan KLBI kecuali untuk sector – sector tertentu

 Pemberian kebebasan bank umum untuk menetapkan suku bunga simpanan dan pinjaman
kecuali untuk sector – sector tertentu

b. Bank Indonesia sejak 1984 mengeluarkan SBL

c. Bank Indonesia sejak 1985 mengeluarkan ketentuan perdagangan SPBU dan fasilitas diskonto
oleh BI

d. Paket 27 Oktober 1988 yang berisi tentang: Pengerahan dana masyarakat, Efisiensi lembaga
keuangan, Pengendalian kebijakan moneter, Pengembangan pasar modal

e. Paket 20 Desember 1988 yang berisi tentang : Aturan penyelenggaraan bursa efek oleh
swasta, Alternative sumber pembiayaan berupa sewa guna usaha, anjak piutang, modal ventura,
perdagangan surat berharga, kartu kredit, anjak piutang dan pembiayaan konsumen, Bank dan
lembaga keuangan bukan bank dapat melakukan kegiatan perdagangan surat berharga, kartu
kredit, anjak piutang dan pembiayaan konsumen, Kesempatan pendirian perusahaan asuransi
kerugian, asuransi jiwa, reasuransi, broker asuransi, adjuster asuransi dan aktuaria.
f. Paket 25 Maret 1989 yang berisi tentang: Penyempurnaan paket sebelumnya, Bank dan
lembaga keuangan bukan bank dapat memiliki net open position maksimum sebesar 25 % dari
modal sendiri

Sehingga pada masa setelah deregulasi ini perbankan di Indonesia mempunyai ciri-ciri sbb :

a. Peraturan yang memberikan kepastian hukum.

b. Jumlah bank swasta bertambah banyak.

c. Tingkat persaingan bank semakin kuat

d. Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Berharga Pasar Uang.

e. Kepercayaan masyarakat terhadap bank yang meningkat.

f. Mobilisasi dana melalui sector perbankan yang semakin besar.

JENIS BANK

Bank didefinisikan oleh undang- undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau dalam bentuk lainnya dalam
rangka peningkatkan taraf hidup rakyat”. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bank)

1. Jenis Bank Menurut Kegiatan Usahanya

a. Bank Umum

Bank umum didefinisikan oleh Undang- undang nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan- kegiatan usaha
yang dapat dilakukan oleh bank umum secara lengkap adalah:

 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang dapat dipersamakan
dengan itu.
 Memberikan kredit.

 Menerbitkan surat pengakuan utang.

 Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas
perintah nasabahnya

 Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan


nasabah(transfer).

 Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjam dana kepada pihak lain,
baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk,
cek, atau sarana lainnya.

 Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan atau antar pihak ketiga.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang- undang nomor 10 Tahun 1998
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan- kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat secara lengkap
adalah:

 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

 Memberikan kredit

 Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai


dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia(SBI), deposito berjangka,


dan tabungan pada bank lain.
2. Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh usaha sebagai bank umum atau Bank Perkreditan
Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari
masyarakat dimaksud diatur dalam undang- undang tersendiri. Untuk memperoleh izin usaha
sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat, suatu lembaga keuangan wajib memenuhi
persyaratan mengenai:

• Susunan organisasi dan permodalan

• Permodalan

• Kepemilikan

• Keahlian di bidang perbankan

• Kelayakan rencana kerja

Badan hukum suatu bank umum dapat berupa :

• Perseroan Terbatas

• Koperasi

• Perusahaan Daerah

Sedangkan badan hukum Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa :

• Perusahaan daerah

• Koperasi

• Persereoan Terbatas

• Bentuk lain yang di tetapkan peraturan Pemerintah


5. Jenis Bank Menurut Target Pasar

- Retail Bank : adalah nasabah- nasabah individual, perusahaan, dan lembaga lain yang
skalanya kecil.

- Corporate Bank : Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-
nasabah yang berskala besar.

- Retail- Corporate Bank : Bank jenis ini memberikan pelayanan tidak hanya kepada
nasabah retail tetapi juga kepada nasabah korporasi.

6. Jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya

a. Bank Konvensional

Menurut UU No.21 Tahun 2008 Bank Konvensional didefinisikan sebagai Bank


yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan
jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.
(Pasal 1 UU Perbankan syariah: 3) Bank konvensional pada umumnya beroperasi
dengan mengeluarkan produk-produk untuk menyerap dana masyarakat antara
lain tabungan, simpanan deposito, simpanan giro; menyalurkan dana yang telah
dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain kredit investasi, kredit
modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek; dan pelayanan jasa keuangan
antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-jasa lainnya
seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali amanat, penjamin emisi, dan
perdagangan efek.

b. Bank Syariah

Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa


pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990.Bank Syariah menurut UU No.21
Tahun 2008 trntang Perbankan Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. (pasal 1 UU perbankan
syariah; 2)

Penentuan harga bagi bank syariah didasarkan pada kesepakatan antara bank
dengan nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka
waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan
diterima penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku pada bank syariah.

• Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

• Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)

• Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah).

• Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).

• Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

7. Jenis Bank Menurut Pendirian dan Kepemilikan

Undang- undang No10 Tahun 1998 dan Surat Keputusan Direktur BI No 32/33/KEP/DIR
Tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank umum menetapkan ketentuan-ketentuan tentang pendirian
dan kepemilikan Bank seperti di uraikan di bawah ini:

a. Bank Umum

1) Pendirian

• Warga Negara Indonesia atau Badan hukum Indonesia.

• Warga Negara Indonesia atau Badan hukum Indonesia dengan warga Negara asing dan Badan
Hukum asing secara kemitraan.
2) Persetujuan Prinsip

Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip diajukan sekurang- kurangnya oleh seorang
calon pemilik kepada Direksi Bank Indonesia sesuai dengan format yang telah ditentukan

3) Izin Usaha

Permohonan untuk mendapatkan izin usaha diajukan oleh direksi bank kepada Direksi Bank
Indonesia

4) Kepemilikan

Kepemilikan bank oleh badan hukun Indonesia setinggi-tingginya sebesar modal sendiri bersih
badan hukum yang bersangkutan.

5) Dewan komisaris dan direksi

Anggota dewan komisaris dan direksi wajib memenuhi ketentuan- ketentuan sebagai berikut:

a. Persyaratan umum anggota dewan komisaris dan direksi:

 tidak termasuk dalam daftar orang tercela dalam bidang perbankan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia

 memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya

 menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik

b. Bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dapat menempatkan warga Negara
asing sebagai anggota dewan komisaris dan direksi

c. Jumlah anggota dewan komisaris sekurang- kurangnya dua orang dan wajib memiliki
pengetahuan dan pengalaman di bidang perbankan.

d. Anggota dewan komisaris hanya dapat merangkap jabatan:

 Sebagai anggota dewan komisaris sebanyak- banyaknya pada satu bank lain atau Bank
Perkreditan Rakyat.
 Sebagai anggota dewan komisaris, direksi, atau pejabat eksekutif yang memerlukan
tanggung jawab penuh sebanyak- banyaknya pada 2 perusahaan lain bukan bank atau
bukan Bank Perkreditan Rakyat

e. Mayoritas anggota dewan komisaris dilarang memiliki hubungan keluarga sampai dengan
derajat kedua termasuk suami/ istri, menantu, dan ipar dengan anggota dewan komisaris lain

f. Direksi bank sekurang- kurangnya berjumlah 3 orang dan mayoritas dari anggota direksi
wajib berpengalaman dalam operasional bank sekurang- kurangnya 5 tahun sebagai pejabat
eksekutif pada bank

b. Bank Perkreditan Rakyat

BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga Negara Indonesia, Badan Hukum Indonesia
yang seluruh pemiliknya warga Negara Indonesia, Pemerintah Daerah, atau dapat di miliki
bersama di antar ketiganya.Bank umum dan BPR yang bentuk badan hukumnya perseroan
terbatas sangat di mungkinkan mengalami perubahan kepemilikan. Perubahan kepemilikan ini
terutama karena Bank Umum dan BPR yang bentuk hukumnya Perseroan Terbatas dapat
menerbitkan saham, meskipun hanya saham atas nama
DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso,Totok & Nuritomo. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,Jakarta Selatan:
Penerbit Salemba Empat.

http://www.bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=905:definisi-
perbankan-bank-konvensional-a-bank-syariah&catid=120:booklet-perbankan-
indonesia&Itemid=179

http://carapedia.com/pengertian_definisi_bank_info2040.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Bank

http://esutomo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11323/III+SEJARAH+DAN+PERKEMB
ANGAN+PERBANKAN.pdf

http://mettamustika.wordpress.com/2009/10/12/paket-deregulasi-perbankan/

https://www.google.com/amp/s/catarts.wordpress.com/2012/04/09/bab-iii-kesehatan-dan-rahasia-
bank/amp/

http://arsipberita.com/show/perbankan-indonesia-cetak-laba-rp573-triliun-170212.html

www.gurupendidikan.com/pengertian-bank-menurut-para-ahli-2/

http://ilhamsazili.blogspot.com/2015/12/makalah-perkembangan-dan-jenis-bank_67.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai