TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan
panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median
standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita
stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek
adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur
(PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan istilah
stunting atau severely. Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila balita sudah
dapat diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar
didapatkan hasil nilai z-score <-2 SD, sedangkan dikatakan sangat pendek
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.
oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
dari anak balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab
ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta
menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air
Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak
berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga
dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat
disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan
Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan
sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan
pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum
Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di lapangan
besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki
Kemiskinan, 2017).
5. Asupan Energi
Gizi yang baik dan kesehatan adalah bagian penting dari kualitas hidup
dilakukan dengan memilih dan mengasup makanan yang baik (kualitas dan
Asupan zat gizi yang tidak adekuat, terutama dari total energi,
pertumbuhan fisik di anak pra sekolah Namun konsumsi, diet yang cukup
lain, seperti infeksi akut atau kronis, dapat mempengaruhi proses yang
anak.(anisa, 2012)
Kelompok energi
No Umur (kkal)
3 1-3 th 1000
4 4-6 th 1550
6. Asupan Protein
Protein merupakan zat pengatur dalam tubuh manusia. Pada balita
tubuh, dan untuk sintesis jaringan baru. Selain itu, protein juga dapat
membentuk antibodi untuk menjaga daya tahan tubuh terhadap infeksi dan
2012).
No Umur (gram)
1 0-6 bln 10
2 7-12 bln 16
3 1-3 th 25
4 4-6 th 39
Sumber: http://gizi.depkes.go.id
hubungannya dengan energi dan zinc. Zat gizi tersebut penting untuk
fungsi normal dari hampir semua sel dan proses metabolisme, dengan
demikian defisit dalam zat gizi tersebut memiliki banyak efek klinis. Di
anak di daerah tersebut, hidup dengan diet dengan asupan protein yang
tubuh. Protein tidak hanya tidak bertambah, tapi juga habis digunakan,
sehingga massa sel tubuh berkurang. Mengenai komposisi rinci tentang
diet yang sesuai untuk pertumbuhan normal, masih banyak yang harus
digali lebih lanjut. Asupan protein yang adekuat merupakan hal penting,
karena terdapat sembilan asam amino yang telah diklaim penting untuk
pertumbuhan, dan tidak adanya satu saja asam amino tersebut akan
merupakan faktor utama dalam kondisi yang sudah dikenal dengan sebutan
dengan kejadian stunting (Assis et al, dalam Anisa 2012). Penelitian yang
yang sama, pada anak usai 2 – 5 tahun di Kenya dan Nigeria asupan protein
salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena
berhubungan dengan kemampuan seseorang menerima dan memahami
tangga yang dapat dimodifikasi, memiliki hubungan yang kuat dan konsisten
yang tepat pada anak usia 1-3 tahun. Faktor Pendidikan ibu merupakan
faktor yang penting dalam hal pemilihan jenis dan jumlah makanan serta
penentuan jadwal makan anak sehingga pola pemberian makan tepat dan
sesuai usia 1-3 tahun. Apabila pola pemberian makan tidak tepat maka anak
hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada anak
bahwa pola pemberian makan yang tepat pada balita, sebagian besar balita
memiliki status gizi normal. Ibu yang memiliki pola pemberian makan yang
kepada balita yaitu makanan yang diberikan sesuai dengan usia anak dan
Pengetahuan ibu mengenai gizi merupakan salah satu faktor yang dapat
bahwa akar masalah dari dampak pertumbuhan bayi dan berbagai masalah
gizi lainnya salah satunya disebabkan dan berasal dari krisis ekonomi.
kemampuan daya beli. Kondisi ekonomi seperti ini membuat balita stunting
sulit mendapatkan asupan zat gizi yang adekuat sehingga mereka tidak
pada balita. Beberapa budaya atau perilaku masyarakat Madura yang terkait
dengan masalah kesehatan khususnya gizi kurang pada anak yaitu tradisi
dibawah 20 tahun (Yunitasari, Pradanie and Susilawati 2016). Hal ini akan
yang lahir dari wanita yang menikah usia muda terhadap kejadian stunting
Pola pemberian MP-ASI dini pada anak balita merupakan salah satu
2017). MP-ASI pada usia dini (0–2 bulan) dapat meningkatkan risiko
stunting pada balita usia 24 – 48 bulan (Anugraheni dalam Dwiwardani
degan kelapa hijau dan air madu pada saat bayi baru lahir. Selain bayi
tambahan lain berupa biskuit, telur, daging dan lain-lain. Keadaan ini
menyebabkan ibu tidak dapat memberikan inisiasi menyusu dini dan ASI
Madura yang menganggap anak yang sehat adalah anak yang gemuk.
Budaya memberi makan yang belum waktunya sudah menjadi hal yang
biasa, seperti diberi nasi pisang saat masih usia bayi, atau juga budaya ter
ater saat bayi lahir. Terdapat juga budaya pemberian makan dini dengan
istilah pemberian lontong, gedheng sabeh atau gedheng sapeh dan gedheng
gaji selama bayi agar anaknya cepat besar dan kuat, selain itu pula tradisi
sedikit jenis sayuran dan sangat jarang mengkonsumsi telur dan susu,
sebagai pengganti nasi untuk konsumsi balita. Kebiasaan ini karena balita
memberikan mie instan yang lebih disukai balita. Sebagian besar ibu balita
memberikan makanan pada balita agar kenyang dan tidak rewel. Pemberian
dan sedikit jenis sayuran dan sangat jarang mengkonsumsi telur dan, susu
pola makan balita sesuai usia. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus
12. Sanitasi
Higene dan sanitasi yang rendah yang rendah dapat menyebabkan faktor
Dwiwardani 2017).
Timbulnya status gizi stunting tidak hanya karena makanan yang kurang
tetapi juga karena penyakit. Kejadian penyakit infeksi berulang tidak hanya
berakibat pada menurunnya berat badan atau akan tampak pada rendahnya
nilai indikator berat badan menurut umur, akan tetapi juga indikator tinggi
badan menurut umur. Hal tersebut bisa dijelaskan bahwa status gizi stunting
berkurang padahal anak justru memerlukan zat gizi yang lebih banyak
C. Manifestasi Klinik
1. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye
contact
2. Pertumbuhan melambat
D. Dampak
1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan
pada umumnya);
2018).
yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
b. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan
jolong/colostrum)
c. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan
dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak
khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari PertamaKehidupan (HPK).
a. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih
Berencana (KB)
pada Remaja
F. Pencegahan
menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta
stunting hingga 40% pada tahun 2025. Untuk mewujudkan hal tersebut,
f. Pemberantasan kecacingan;
KIA;
eksklusif; dan
2. Balita
untuk balita;
3. Remaja
narkoba; dan
4. Dewasa Muda