PENDAHULUAN
Islam pada satu sisi dapat disebut sebagai high tradition, dan pada sisi lain tersebut
sebagai low tradition. Dalam sebutan pertama Islam adalah firman Tuhan yang
menjelaskan syariat-syariat-Nya yang dimaksudkan sebagai petunjuk bagi manusia untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, termaktub dalam nash (teks suci) kemudian
dihimpun dalam shuhuf dan Kitab Suci (Al-Quranul Karim). Secara tegas dapat dikatakan
hanya Tuhanlah yang paling mengetahuo seluruh arti, maksud, dan makna setiap firman-
Nya. Oleh karena itu, kebenaran Islam dalam dataran high tradition ini adalah mutlak.
Bandingkan dengan Islam pada sebutan kedua : low tradition. Pada dataran ini Islam yang
terkandung dalam nash atau teks-teks suci bergumul dengan relitas sosial pada pelbagai
masyarakat yang berbeda-beda secara kultural. Islam dalam kandungan nash atau teks-
teks suci dibaca, dimengerti, dipahami, kemudian ditafsirkan dan dipraktikkan dalam
masyarakat yang situasi dan kondisi nya berbeda-beda. Kata orang, Islam akhirnya tidak
hanya melulu ajaran yang tercantum dalam teks-teks suci melainkan juga telah mewujud
dalam historisitas kemanusiaan.
1.2 Tujuan
a. Menjabarkan transformasi wahyu dalam Islam
b. Menggali sumber-sumber dalam pribumisasi Islam
c. Menjabarkan metode-metode penyebaran Islam di Indonesia
1.3 Manfaat
a. Mengetahui transformasi wahyu dalam agama Islam
b. Mengetahui sumber-sumber dalam pribumisasi Islam
c. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam penyebaran agama Islam di
Indonesia
1
BAB II
ISI
Islam hadir di Nusantara ini sebagai agama baru dan pendatang. Dikarenakan
kehadirannya lebih belakang dibandingkan dengan agama Hindu, Budha, Animisme
dan Dinamisme. Dinamakan agama pendatang karena agama ini hadir dari luar
negeri. Terlepas dari subtansi ajaran Islam, Islam bukan merupakan agama asli bagi
bangsa Indonesia, melainkan agama yang baru datang dari Arab. Sebagai agama baru
dan pendatang saat itu, Islam harus menempuh strategi dakwah tertentu, melakukan
berbagai adaptasi dan seleksi dalam menghadapi budaya dan tradisi yang berkembang
di Indonesia.
2
Sejak masa Wali Songo, Islam di Indonesia memiliki dua model di atas.
Kelompok formalis lebih mengutamakan aspek fikih dan politik kenegaraan,
sedangkan kelompok esensialis memprioritaskan aspek nilai dan kultur dalam
berdakwah. Di era kemerdekaan sampai dengan era pascareformasi, polemik antara
kedua model keberagamaan ini masih tetap ada.
Di sisi lain, Islam yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, mau tidak
mau, harus beradaptasi dengan nilai-nilai budaya lokal (kearifan lokal). Sebagai
substansi, Islam merupakan nilai-nilai universal yang dapat berinteraksi dengan nilai-
nilai lokal (local wisdom) untuk menghasilkan suatu norma dan budaya tertentu.
Islam sebagai ramatan lil amin terletak pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip
kemanusiaan universal yang dibangun atas dasar kosmologi tauhid. Nilai-nilai
tersebut selanjutnya dimanifestasikan dalam sejarah umat manusia melalui lokalitas
ekspresi penganutnya masing-masing.
3
adaptif dengan lokalitas. Kelahiran Nahdhatul Ulama (NU) merupakan
kristalisasi semangat pribumisasi Islam di Indonesia. Organisasi ini berdiri untuk
membela praktik-praktk keberagaman kaum Islam tradisionalis dari kritikan dan
serangan agresif paham puritanisme yang dipengaruhi gerakan Wahabi di Saudi
Arabia. NU dengan pendekatan sufistiknya mau menerima dan mengakomodasi
budaya lokal dalam praktik keberagamaannya. Berbeda dengan NU, organisasi
Muhammadiyah dengan pendekatan teologi Salafi nya justru menganggap praktik
keberagamaan yang memadukan Islam dengan budaya lokal adalah praktik TBC
(takhayul, bidah, dan churafat/khurafat).
4
pengakuan atas eksistensinya yang tunggal. Hanya Dia yang tunggal, dan selain
Dia adalah plural. Al-Quran juga mengemukakan, bahwa Allah menakdirkan
pluralitas sebagai karakteristik makhluk ciptaan-Nya. Tuhan tidak menakdirkan
pluralitas dalam ciptaan untuk mendorong ketidakharmonisan dan perang.
Pluralitas sekaligus menjadi bukti relativitas makhluk.
5
2.4 Metode yang Digunakan dalam Pribumisasi Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan.
Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif
berkat kegigihan para ulama karena para ulama berpegang teguh pada prinsip
”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam); Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat.
Adapun cara masuknya islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari
Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Saat berdagang terjadilah komunikasi
antara penjual dan pembeli, atas interaksi ini maka terjadilah penyebaran agama
Islam. Sebagai seorang muslim mempunyai kewajiban berdakwah maka para
pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan
Islam kepada orang lain, akhirnya banyak pedagang Indonesia memeluk agama
Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya Islam yang baru
dianutnya kepada orang lain. Secara bertahap agama dan budaya Islam tersebar
dari pedagang Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab kepada bangsa Indonesia.
Proses penyebaran Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih
efektif dibanding cara lainnya.
2. Perkawinan
Sebagian para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia dan para
pedagang ini menikah dengan wanita Indonesia, terutama putri raja atau
bangsawan. Karena pernikahan itulah, maka banyak keluarga raja atau
bangsawan masuk Islam. Ketika keluarga raja dan bangsawan memeluk agam
islam, akhirnya diikuti oleh rakyatnya. Dengan demikian Islam cepat
berkembang.
3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren. Pesantren adalah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang
berhubungan dengan agama Islam. Setelah para pelajar tersebut selesai dalam
menuntut ilmu mengenai agama Islam, mereka mengajarkan kembali ilmu yang
diperolehnya kepada masyarakat sekitar, hingga akhirnya masyarakat sekitar
menjadi pemeluk agama Islam.
4. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan
memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam tersebut. Jika
raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, maka rakyatnya akan memeluk
6
agama Islam juga. Alasannya karena masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan
yang tinggi terhadap rajanya. Demi kepentingan politik maka Raja akan
mengadakan perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama
Islam.
Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik.
Mereka memegang beberapa peran di kalangan masyarakat sebagai :
Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan
masyarakat.
6. Seni Budaya
Perkembangan Islam juga melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid),
seni pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Beberapa seni ini banyak
dijumpai di Jogjakarta, Solo, dan Cirebon. Seni ini dibuat dengan cara
mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan
7
ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat mungkin memanfaatkan
tradisi lokal, misalnya : Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair.
Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan
lain – lain.
Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Contohnya : Tokoh-tokoh
simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa
mendekatkan dengan ajaran Islam, Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang
sarat pengajaran. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu
sekaligus alarm pengingat, Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema
bedug sebai pemanggil untuk acara keramaian. Menggeser tradisi klenik dengan
doa-doa pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur Contohnya : Diantaranya yang
disebut Tahlil.
7. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam kesederhanaan, mereka
selalu menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah –
tengah masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu
masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya
Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa. Dengan melalui saluran
diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima masyarakat dengan
baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor-faktor yang menyebabkan Islam cepat
bekembang di Indonesia antara lain : Syarat masuk Islam hanya dilakukan
dengan mengucapkan dua kelimat syahadat; Tata cara beribadahnya Islam sangat
sederhana; Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan
Indonesia; Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam ajaran Islam,wahyu Allah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu wahyu
(dengan “w” kecil) dalam bentuk ayat yang nirbahasa dan Wahyu (dengan “W” besar)
dalam bentuk ayat yang difirmankan langsung oleh Allah SWT. Wahyu dengan w
kecil mengarah pada tanda-tanda, instruksi, nasihat, arahan, pelajaran, dan ketentuan
Tuhan yang nirbahasa dan mewujud dalam alam semesta dan isinya, termasuk
dinamika sosial budaya yang terjadi di dalamnya. Adapun Wahyu dengan W besar
mengarah pada tanda-tanda, instruksi, arahan, nasihat, pelajaran, dan ketentuan Tuhan
yang difirmankan langsung melalui utusan-Nya (malaikat) dan ditujukan khusus pada
orang-orang pilihan yang disebut sebagai nabi atau rasul.
Islam disebarkan dengan cara-cara dami dengan aliansi politik dan pembiaran
terhadap budaya-budaya lokal yang sudah ada sebelumnya, selama sejalan dengan
prinsip-prinsip Islam. Ada beberapa metode penyebaran atau pribumisasi Islam di
Indonesia, beberapa diantaranya adalah : Perdagangan, Perkawinan, Pendidikan,
Politik, Dakwah di kalangan masyarakat, Seni budaya, dan Tasawuf.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dakwatuna.com/2015/05/11/68502/membumikan-islam-nusantara-respons-islam-
terhadap-isu-isu-aktual/#axzz64jnKe6Hi
https://sajadahmuslimku.blogspot.com/2014/03/cara-penyebaran-agama-islam-di-indonesia.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyebaran_Islam_di_Nusantara
10