Anda di halaman 1dari 3

1.

PENANGANAN LEPTOSPIROSIS

Kabupaten
Situbondo

UPT Puskesmas Asembagus


No.Dokumen : Klinis/ /Asb/II/2019
No.Revisi : 0
Tgl. Terbit : 02 Februari 2019
Halaman : 1-3
SOP dr. SITI CHOIROH
NIP : 19760710 201001 2 013

2. Pengertian Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang menyerang manusia


disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans dan memiliki
manifestasi klinis yang luas
3. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam penanganan Leptospirosis

4. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Asembagus tentang


Pemberlakuan Standar Operasional Pelayanan Klinis, medis,dan program
Nomor : 440/01.16/431.201.7.1.16/2019 tanggal 02 Januari 2019
5. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilisitas Kesehatan Primer
6. Alat dan Bahan -

7. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesa dan mendapatkan keluhan demam


langkah langkah disertai menggigil, sakit kepala, anoreksia, mialgia yang hebat pada
betis, paha dan pinggang disertai nyeri tekan. Mual, muntah, diare dan
nyeri abdomen, fotofobia, penurunan kesadaran
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Febris, Ikterus, Nyeri tekan pada otot, Ruam kulit, Limfadenopati,
Hepatomegali, Splenomegali, Edema, Bradikardi relatif, Konjungtiva
suffusion, Gangguan perdarahan berupa petekie, purpura, epistaksis
dan perdarahan gusi, kaku kuduk sebagai tanda meningitis
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
a. Darah rutin: jumlah leukosit antara 3000-26000/μL, dengan

1
pergeseran ke kiri, trombositopenia yang ringan terjadi pada 50%
pasien dan dihubungkan dengan gagal ginjal.
b. Urin rutin: sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau
granular) dan proteinuria ringan, jumlah sedimen eritrosit
biasanya meningkat.
4. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaaan penunjang
5. Petugas memebrikan terapi
a. Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan
mengatasi keadaan dehidrasi, hipotensi,perdarahan dan gagal
ginjal sangat penting pada leptospirosis.
b. Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin. Pada kasus-
kasus ringan dapat diberikan antibiotika oral seperti doksisiklin,
ampisilin , amoksisilin atau erytromicin. Pada kasus leptospirosis
berat diberikan dosis tinggi penicillin injeksi.
6. Petugas melakukan konseling dan edukasi :
a. Pencegahan leptospirosis khususnya didaerah tropis sangat sulit,
karena banyaknya hospes perantara dan jenis serotype. Bagi
mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular leptospirosis
harus diberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat
melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang telah
terkontaminasi dengan kemih binatang reservoir.
b. Keluarga harus melakukan pencegahan leptospirosis dengan
menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar
dari tikus, mencuci tangan, dengan sabun sebelum makan,
mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun
setelah bekerja di sawah/ kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan
tempat tempat yang tercemar lainnya.

2
8. Diagram alir
Melakukan Melakukan
Anamnesa Pemeriksaan Fisik pemeriksaan
penunjang

Menegakkan diagnosa
klinis

Menegakkan diagnosa
banding

Menegakkan
komplikasi

Melakukan Melakukan terapi dan


konselling tindakan
dan edukasi

9. Hal – hal yang Pasien segera dirujuk ke pelayanan sekunder (spesialis penyakit dalam)
perlu diperhatikan yang memiliki fasilitas hemodialisa setelah penegakan diagnosis dan
terapi awal.

10. Unit Terkait 1. UGD


2. Poli umum
3. Pustu ponkesdes

Rekaman Historis

No Halaman Yang dirubah Perubahan DiberlakukanTgl.

1 Refrensi Permenkes 514 tahun 2015 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai