YOGYAKARTA
Disusun oleh
Nim : 15130075
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
fisik lebih kuat, mempunyai sifat individual serta aktif tidak bergantung
dengan orang tua. Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang
atau masa latent, dimana apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-
. Periode anak sekolah dasar meliputi periode pra – remaja atau pra –
pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia kurang lebih 12 tahun
anak, usia yang paling rawan adalah usia anak sekolah dasar (SD) (10 – 12
tahun). Pada usia 10- 12 tahun, mereka dalam perkembangan pra- remaja,
yang mana secara fisik maupun psikologis pada masa ini sedang
menyongsong pubertas.
Proses perkembangan merupakan bagian penting dari masa anak-
psikis dan fisik. Perubahan seperti ini tentunya tidak lepas dari pengaruh
(Musfirah, 2013).
dibandingkan dengan teman seusianya. Jika hal ini terjadi maka anak akan
memiliki penilaian kurang baik terhadap dirinya sendiri dan itu akan
dan seberapa baik mereka dalam bergaul dengan orang lain (Musfirah,
Thailand 24%, Argentina 22%, dan Indonesia 13- 18% (Hidayat, 2008).
orangtua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan
takut, inisiatif menjadi kurang dan terjadi neurosis (Depkes dalam Melin,
2012).
bersumber dari proses belajar mengajar atau hal- hal yang berhubungan
dengan kegiatan belajar atau lebih dikenal dengan tekanan akademik dan
banyak keluhan fisik, seperti pusing, dadan pegal, sakit perut. Anak dalam
usia sekolah masih dalam tumbuh kembang sehingga tidak hanya belajar,
psikologis dan sosial dalam bentuk kejadian atau situasi dapat menjadi
penyebab stres. Sebaiknya stres pada anak jangan diabaikan karena itu
2018).
dari 10 siswa terdapat 2 merasa takut dengan orang yang baru di kenal,
lebih suka menonton atau bermain game dari pada mengerjakan pekerjaan
rumah (PR), 2 orang siswa mudah takut atau berkeringat ketika disuruh
tampil ke depan kelas, sering ribut didalam kelas ketika guru tidak hadir. 3
orang siswa mengatakan cape dengan jadwal belajar yang terlalu padat dan
banyak kegiatan yang ingin dilakukan, namun waktu terbatas atau tidak
cukup, 1 orang anak mengatakan sakit kepala saat dimarahi orang tuanya
untuk rajin belajar dan tidak main terus, 2 orang siswa lebih memilih ikut
teman- teman bermain dari pada rajin membaca buku, jarang menyapa
tetangga apabila bertemu, dan setiap sore, tidak mengaji dimusolah sekitar
rumah.
adalah sebanyak 353 siswa dengan jumlah kelas sebanyak 12 kelas, yang
terdiri dari kelas 1 sebanyak dua kelas, kelas 2 sebanyak dua kelas, kelas 3
sebanyak dua kelas, kelas 4 sebanyak 2 kelas, kelas 5 sebanyak dua kelas,
maupun non akademik. Selain itu sekolah ini belum pernah dilakukan
pengurusan perizinan yang akan dilakukan dan akses yang mudah untuk
dijangkau. Selain itu juga atas dasar survey dan wawancara yang telah
dilakukan di SD tersebut mengenal lingkungan sosial, stres akademik dan
perkembangan sosialnya.
A. Rumusan Masalah
adalah “Apakah ada hubungan faktor lingkungan sosial dan stress akademik
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
yogyakarta”.
yogyakarta”.
yogyakarta”.
d. Diketahui hubungan faktor lingkungan sosial dengan perkembangan
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktisi
sosial anak.
b. Bagi peneliti
D. Keaslian Penelitian
orangtua di Desa Birit yang memiliki anak usia 4-5 tahun, jumlah 43
sosial anak usia 4-5 tahun di Desa Dirit, Kecamatan Wedi, Kabupaten
Klaten tahun 2015. Persamaan pada penelitian ini terdapat pada variabe
orang tua
perkembangan anak.
mempengaruhi tingkat stres pada anak usia sekolah dasar yang sibuk dan
Bina Insasi, dengan jumlah 119 anak. Hasil penelitian menunjukan bahwa
alokasi waktu berhubungan negatif dengan persepsi anak. Persamaan pada
penelitian ini terdapat pada variabel stres pada anak usia sekolah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Anak
a. Definisi anak
kandungan”.
sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
kemendiknas, 2015).
orang tua. Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang
atau masa latent, dimana apa yang telah terjadi dan dipupuk pada
Snyder, 2011)
hal ini seperti dapat menerima otoritas tokoh lain di luar orang
(Soetjiningsih,2012).
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
pubertas.
1. Pertumbuhan fisik
lebih 115 cm. Setelah usia 12 tahun tinggi badang kurang lebih
2. Perkembangan Kognitif
3. Perkembangan Moral
4. Perkembangan Spiritual
5. Perkembangan Psikoseksual
(6-12 tahun) masuk dalam tahapan fase laten. Selama fase ini,
anak menurut freud terdiri atas fase oral (0-11 bulan), fase anak
(1-3 tahun), fase falik (3-6 tahun), dan fase genital (6-12 tahun)
6. Perkembangan sosial
seusianya
tepat.
nilai sosial.
kematangan.
1. Hereditas ( keturunan)
a. Lingkungan fisik
b. Lingkungan sosial
individu.
Selanjutnya Urie Bronfrenbrenner (Sigelman & Shaffer,
1995: 87- 88; Vasta, Haith & Miller, 1992: 54- 56) dalam
1. Microsystem
2. Mesosystem
3. Exosystem
kemasyarakatan.
4. Macrosystem
3. Kematangan
Faktor ketiga yang paling mempengaruhi
tugasnnya”.
hidup bermasyarakat.
sebagai berikut:
1. Pola asuh
sosial anak. peranan orang tua yang dimaksud adalah pola asuh
2012).
2. Genetika
Ranuh 2012).
3. Lingkungan
4. Status kesehatan
et al. 2017)
2. Kemampuan berkomunikasi
3. Motivasi
4. Bimbingan
Anak akan belajar lebih cepat dengan hasil yang lebih baik jika
matang.
menggabungkan diri.
d. Pengukuran perkembangan sosial anak
4. Stres Akademik
a. Definisi Stres
stresor.
dari proses belajar atau hal- hal lainnya yang berkaitan dengan
yang padat, harapan dan tuntutan dari guru serta orang tua yang
beberapaprioritas sekolah.
dua, yaitu:
1. Aspek Biologis
1. Alarm reaction
tubuh.
2. Stages of resistance,
3. Stages of exhaustion
2. Aspek Psikologis
b. Emosi
c. Perilaku Sosial
lain.
a. Pola pikir
b. Kepribadian
sifatnya pesimis.
c. Keyakinan
psikologis.
pula.
terbatas
berprestasi tinggi.
f. Gejala stres
1. Gejala fisik
Sakit kepala, tidur tidak teratur, sakit pingang, sulit buang air
besar, gatal- gatal pada kulit, urat tegang terutama paa leher dan
3. Gejala Intelektual
berlebihan,
4. Gejala Interpersonal
ekspektasi dari guru dan orang tua yang menjadi aspek utama stres
siswa.
2018).
5. Lingkungan Sosial
Dalam arti yang lebih spesifik, lingkungan adalah hal- hal atau
baik pihak peserta didik (siswa) maupun para pendidik ( guru) dan
Danarjati, 2013).
anak
anak yaitu :
sosial
Faktor – faktor yang Faktor- faktor yang
mempengaruhi perkembangan mempengaruhi stres
Moral sosial anak akademik
1. Pola asuh 1. Faktor internal
Spiritual 2. Genetik a. Pola pikir
3. Status kesehatan
Piskoseksual b. Kepribadian
4. Lingkungan
5. Kelompok teman c. keyakinan
Kognitif sebaya 2. Faktor ekstermal
a. Pelajaran Lebih padat
b. Banyaknya kegiatan
yang ingin dilakukan
tetapi waktu terbatas
c. Tekanan untuk
berprestasi tinggi
Variabel Bebas
Variabel terikat
stres Akademik
Variabel Luar
1. Pola asuh
2. Genetik
3. Status kesehatan
4. Kelompok teman sebaya
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
yogyakarta
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yang terjadi pada variabel jika variabel bebas berubah. Analitik adalahan
variabel tersebut yang akan diidentifikasi pada satu waktu yang sama di
tiap-tiap responden.
2011; Sugiyono, 2011). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4,5
Tabel 3.1
Data anak sekolah di SD Negri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
Kelas Jumlah
4 57
5 54
6 64
2. Sampel
Sampel adalah unit yang lebih kecil lagi dari bagian populasi
kelas 4,5 dan 6 yang berusia 10-12 tahun, maka teknik sampel dalam
N
𝑛 = 1+N(b)2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = kererangan relatif yang ditetapkan oleh penelitian
( ditetapkan 10 %).
Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah :
N= 175
d= 0,1
N
Maka 𝑛 = 1+N(b)2
175
𝑛 = 1+175(0,1)2
175
𝑛=
1+175(0,01)
175
𝑛 = 1+1,75
175
𝑛 = 2,75
siswa.
3. Teknik sampling
(secara acak), digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu
inklusi dalam penelitian ini adalah anak- anak kelas 4,5 dan 6 di SD
berikut:
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria ekslusi
1) Variabel penelitian
antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu
a. Variabel independen
b. Variabel dependen
c. Variabel luar
peneliti.
2) Definisi Operasional
a. Data Primer
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat
Yogyakarta.
a. Data primer
b. Data sekunder
F. Instrumen Penelitian
1) Instrumen Penelitian
a. Data Demografi
b. Menghibur teman 9 24 2
yang menangis
Keterangan :
Tanpa tanda * merupakan nomor item valid
Interval Kategori
<48 Rendah
48-72 Sedang
> 72 Tinggi
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Kategorisasi subjek pada skor skala Atres Akademik
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju
tidak setuju (TS) mendapat skor 2, dan sangat tidak setuju (TST)
tidak setuju (TS) mendapat skor 3, dan sangat tidak setuju (TST)
Tabel 3.5
Kisi- kisi instrumen lingkungan sosial
Total 20
Interval Kategori
20 – 39 Rendah
40- 59 Sedang
60- 80 Tinggi
Validitas data adalah syarat untuk mutlak bagi suatu alat ukur agar
mewakili semua unsur dimensi konsep yang sedang diteliti. Uji reliabilitas
content validity (validitas isi) dan pada penelitian ini metode untuk
suatu instrumen dapat diuji menggunakan metode cronbach alpa uji ini
𝑘 ∑σ2 b
𝑛=[ ] [1 − 2
(𝑘 − 1) σ
t
Keterangan :
2
σ = total varians
t
validitas karna merupakan instrumen yang baku dan telah memiliki nilai
banyak menganggu).
c. Coding
d. Data entry
sesuai.
2) Teknik Analisis Data
2017) yaitu:
Yogyakarta.
b. Bivariat
1. Tahap persiapan
kepada dosen
Sleman
Sleman
dan pembimbing II
2. Pelaksanaan
Yogyakarta
penelitian
I dan pembimbing II
J. Etika Penelitian
Pada tahap ini peneliti menjelaskan kepada siswi kelas IX SMP untuk
confidentiality)
inclusivesness)
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa
(Dharma, 2011)