Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewenangan administratif yang dimiliki oleh oleh Kementerian/lembaga melingkupi
kewenangan dalam melakukan perikatan, melakukan pengujian dan pembebanan tagihan,
serta memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan. Sedangkan Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara (BUN) berwenang dalam hal kebendaharaan dimana tidak
hanya bertindak sebagai kasir namun merupakan pengelola keuangan dalam arti yang
seutuhnya. Dalam rangka menjalankan wewenangnya agar dapat berjalan secara optimal,
tentunya Menteri Keuangan selaku BUN memerlukan suatu sistem yang memadai untuk
tercapainya tujuan-tujuan diatas, diperlukan suatu mekanisme kontrol terhadap perikatan-
perikatan yang akan mengakibatkan pengeluaran negara.
Salah satu wujud dari proses reformasi pengelolaan keuangan negara adalah
implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). SPAN merupakan
suatu sistem yang terintegrasi yang, mencakup seluruh proses perencanaan, pelaksanaan,
dan pertanggungjawaban anggaran, serta menempatkan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
dan Direktorat Jenderal Anggaran sebagai leading institutions, berdasarkan atas international
best practices, dengan didukung oleh teknologi informasi yang canggih dan modern.
Banyaknya masalah tentang konsistensi dan pemeliharaan data anggaran dan
perbendaharaan menjadi alasan utama digulirkannya SPAN, sehingga melalui SPAN
diharapkan kualitas pemeliharaan dan konsistensi data akan meningkat, karena data telah
terintegrasi dalam satu database.
Manajemen Pembayaran atau Payment Management (PM) merupakan salah satu modul
yang berperan sebagai gerbang utama pengeluaran pemerintah dalam rangka menunjang
program pembangunan nasional. Manajemen Pembayaran akan memproses tagihan (dalam
bentuk Resume Tagihan dan Surat Perintah Membayar) yang diajukan oleh Satuan Kerja
(Satker) dan melakukan proses pencairan dana dari Rekening Pengeluaran Pemerintah
kepada pihak yang berhak melalui proses penerbitan SP2D/SPT.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan dibatasi hanya pada manajemen pembayaran atas dana
APBN, tidak termasuk manajemen pembayaran atas dana APBD, khususnya penerbitan
SP2D/SPT, Cover Letter WA, dan SKP/SKM RK-L/C di KPPN. Pembahasan mengenai
proses bisnis manajemen pembayaran yang lain akan disajikan dalam modul tersendiri.
C. Tujuan
Tujuan dalam melakukan penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui proses bisnis dan gambaran dalam modul pembayaran
2. Mengetahui proses transaksi dalam manajemen pembayaran
3. Mengetahui keterkaitan modul pembayaran dengan modul/system lain
4. Mengetahui risiko dan pengendalian dalam modul pembayaran
DASAR HUKUM DAN KERANGKA TEORI
Dasar Hukum
 UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
 PP No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN
 PP No.50 Tahun 2018 tentang Perubahan atas PP No.45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan APBN
 PMK No.190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan
APBN
 PMK No.178 Tahun 2018 tentang Perubahan PMK No.190 Tahun 2012
 PMK No.197 Tahun 2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana,
dan Perencanaan Kas

Dasar Teori
MODUL PEMBAYARAN adalah salah satu modul dalam Aplikasi SAKTI yang
digunakan Satuan Kerja untuk memproses SPP dan SPM untuk diajukan ke KPPN serta
penyelesaian terhadap SP2D dari KPPN. Manajemen Pembayaran merupakan salah satu bagian
dari manajemen keuangan pemerintah, yang mempunyai arti sangat penting bagi kegiatan
pemerintah. Manajemen pembayaran menangani penyaluran dana dari kas pemerintah kepada
penyedia barang/jasa (vendor) untuk mendukung kegiatan pemerintah.
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK yang berisi
permintaan pembayaran tagihan kepada negara. Surat Perintah Membayar (SPM) adalah
dokumen yang diterbitkan oleh PP-SPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau
dokumen yang dipersamakan. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah surat perintah yang
diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN
berdasarkan SPM. Retur SP2D adalah penolakan/pengembalian atas pemindahbukuan dan/atau
transfer pencairan APBN dari Bank/Kantor Pos Penerima kepada Bank/Kantor Pos Pengirim.
Surat Permintaan Pembayaran Retur (SPP Retur) adalah dokumen yang diterbitkan oleh KPPN
selaku Kuasa BUN di Daerah yang berisi permintaan pembayaran tagihan kepada negara
berdasarkan surat ralat dari Satker Kementerian Negara/Lembaga. Surat Perintah Membayar
Retur (SPM Retur) adalah dokumen yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN di Daerah
berdasarkan SPP Retur untuk mencairkan dana yang bersumber dari penerimaan Retur SP2D.

PEMBAHASAN
Keterkaitan dengan modul/sistem lain
Modul Manajemen Pembayaran tidak dapat berdiri sendiri dalam pelaksanaan proses
pembayaran. Manajemen Pembayaran harus terintegrasi dengan modul-modul yang lainnya
dalam menjamin terlaksananya proses pembayaran yang benar dan aman. Semua modul tersebut
akan saling terintegrasi antara satu dengan yang lain, untuk menciptakan suatu sinergi yang
efektif melalui satu sistem dan satu database yang dibentuk dalam SPAN.

A) Integrasi dengan Manajemen Anggaran


Sesuai dengan gambaran current bussiness process pada bab sebelumnya, data DIPA
dikelola secara terpisah pada masing-masing unit, baik di Direktorat Pelaksanaan
Anggaran, di Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan, maupun di KPPN. DIPA diinput
secara manual melalui media CD atau download data DIPA secara langsung dari
intranet Ditjen Perbendaharaan. Apabila terjadi perubahan atau revisi DIPA, maka
petugas yang berwenang (Supervisor) akan melakukan input data perubahan DIPA
berdasarkan dokumen revisi DIPA

B) Integrasi dengan Modul komitmen


Manajemen pembayaran merupakan kelanjutan proses dari manajemen komitmen,
sehingga integrasi proses dan data antara keduanya sangatlah penting. Untuk mewujudkan
mekanisme check and balances, maka proses pembayaran harus didasarkan pada data
komitmen yang ada. Dengan adanya manajemen komitmen yang baik, maka diharapkan
manajemen pembayaran juga dapat dilaksanakan dengan baik pula. Terkait dengan hal
tersebut, terdapat tiga interaksi proses pengiriman data yang melibatkan manajemen
komitmen dan manajemen pembayaran, yaitu:
1) Proses pengiriman data resume kontrak dalam bentuk Request for Commitment untuk
mendapatkan Commitment Application Number (CAN) dari KPPN
2) Proses pengiriman data resume tagihan (yang mengambil data dari data SPP) ke
KPPN
3) Proses pengiriman data SPM untuk mendapatkan pencairan dana melalui penerbitan
SP2D oleh KPPN

C) Integrasi dengan Modul GLP


Penerimaan Negara merupakan sumber utama pendanaan bagi pengeluaran negara,
selain dari sektor pembiayaan. Seiring dengan perubahan sistem penatausahaan penerimaan
negara (MPN Generation 2), maka beberapa hal yang terkait dengan koneksitas antara
anajemen pembayaran dan manajemen penerimaan juga mengalami perubahan. Penerimaan
Pajak dan Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) yang diterima dari proses penerbitan SPM
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SPM itu sendiri. Kuasa Pengguna Anggaran
di masing-masing Satker bertanggungjawab untuk melakukan pemungutan/pemotongan
pajak atau PFK atas pelaksanaan kegiatan yang didalamnya mengandung unsur penerimaan
negara. Pada saat ini, proses penatausahaan penerimaan negara melalui potongan SPM
seringkali menimbulkan permasalahan, yaitu terkait dengan banyaknya penerimaan negara
melalui melalui potongan SPM yang gagal mendapatkan NTPN akibat dari kesalahan kode
NPWP yang tercantum di dalam SPM.

D) Integrasi dengan Modul Bendahara


Proses akuntansi dan pelaporan yang berjalan ada saat ini, meskipun telah dilakukan
melalui aplikasi, masih berjalan secara manual. Pengakuan adanya transaksi tidak dicatat
pada saat transaksi itu dilakukan. Contohnya adalah penjurnalan atas penerbitan SP2D
dilakukan tidak pada saat SP2D itu diterbitkan oleh Seksi Perbendaharaan, tetapi baru
dicatat setelah proses posting data SP2D pada akhir oleh Seksi Verak. Seiring dengan
pelaksanaan akuntansi berbasis akrual, maka seluruh transaksi terkait dengan proses
pembayaran, baik yang terjadi di lingkungan satker maupun di KPPN harus harus dicatat ada
saat transaksi tersebut terjadi. Sistem akuntansi yang didesain dalam manajemen
pembayaran harus dapat mencatat terjadinya utang pada saat timbul suatu kewajiban
pemerintah untuk membayar sejumlah uang kepada suatu pihak atas pelaksanaan kegiatan
yang telah dilaksanakan komitmennya. Utang tersebut harus segera dihapus pada saat
dilakukan pembayarannya oleh KPPN.
Dengan demikian akuntansi berbasis akrual dapat diwujudkan, khususnya dalam area
manajemen pembayaran. Proses pelaporan, baik pelaporan kepada pihak eksternal maupun
kepada pihak internal (management reporting), dapat secara langsung di-generate sesuai
dengan kebutuhan melalui aplikasi SPAN. Dengan adanya proses akuntansi yang akrual,
maka laporan yang dihasilkan oleh aplikasi merupakan laporan real time yang menunjukkan
hasil dari transaksi terakhir yang dilakukan. Selain itu, proses pelaporan dapat dilakukan
secara paperless melalui aplikasi dan dapat diakses secara langsung dan berjenjang mulai
dari Satker, KPPN, Kanwil, sampai dengan Kantor Pusat.

Anda mungkin juga menyukai