Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki fungsi yang tercantum dalam


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 yaitu sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik dan perekat serta pemersatu bangsa. Perwujudan
fungsi ASN dijabarkan dalam nilai-nilai dasar PNS sebagaimana tercantum
dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) berupa nilai Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi (ANEKA) yang telah dipelajari
dengan dibekali pemahaman tentang kedudukan dan peran ASN yaitu
Manajemen ASN, Pelayanan Publik serta Whole Of Government.

Calon ASN dituntut untuk merancang dan mengimplementasikan nilai-


nilai dasar profesi ASN dan kedudukan serta peran ASN dalam NKRI, dalam
melaksanakan tugasnya di unit kerja masing-masing dalam bentuk sebuah
“Rancangan Aktualisasi”. Rancangan aktualisasi adalah suatu bentuk
perencanaan yang menggambarkan tentang cara Calon ASN dalam
menterjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep menjadi konstruk,
menjadikan gagasan sebagai kegiatan. Dengan demikian calon ASN
diharapkan untuk mampu mengaplikasikan secara langsung nilai-nilai dasar
profesi ASN tersebut dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-
masing serta visi dan misi unit kerja. Dalam hal ini unit kerja aktualisasi
adalah Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Kolaka.

Seiring dengan laju perkembangan pembangunan nasional, kita sering


lupa dengan tenaga kerja yang mempunyai andil penting sebagai pelaksana
kegiatan tersebut. Hal tersebut menuntut adanya kepedulian terhadap
keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja. Ketiga unsur tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu
dengan yang lainnya. Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua

1
golongan. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe
condition), sedangkan golongan kedua adalah faktor manusia (unsafe action).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor
manusia menempati posisi yang sangat penting terhadap terjadinya
kecelakaan kerja yaitu antara 80–85% (Suma’mur, 2009).

Pemerintah sendiri sebenarnya telah mengeluarkan aturan yang cukup


tegas dan cukup jelas tentang regulasi keselamatan dan kesehatan kerja yang
harus diterapkan oleh para pelaksa pembangunan di tanah air yang tertuang
dalam UU No. 1 Tahun 1970 serta UU No. 13 Tahun 2003. Namun entah
mengapa dalam pelaksanaannya masih carut marut tidak jelas. Sejauh ini,
mungkin perusahaan – perusahaan yang telah go-internasional seperti
dibidang migas yang telah menerapkan dengan cukup baik aturan ini,
selebihnya susah untuk dilakukan pengontrolan. Apakah yang menjadi
penyebabnya ? Apakah karena kultur dari masyarakat kita yang sudah
sedemikian lalainya dan tidak terlalu memperdulikan tentang prosedur ini
sehingga mungkin nyawa para pekerja memiliki resiko besar untuk hilang
dengan mudah di tempat kerja.

Keselamatan kerja merupakan hal yang harus dipertimbangkan terlebih


dahulu oleh para pekerja, terutama pekerjaan yang memang pada dasarnya
memiliki tingkat resiko kecelakaan yang amat tinggi. Saat ini keselamatan
kerja telah menjadi hal yang dipermasalahkan yang banyak menyita berbagai
organisasi karena mencakup permasalahan segi kemanusiaan, biaya dan
manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggung jawaban serta citra organisasi
itu sendiri. Keselamatan kerja merupakan saran untuk pencegahan
kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Sebagai
sesama makhluk hidup di dunia yang perduli akan orang lain akan
mempertimbangkan teknik keselamatan yang lebih baik di dalam dunia
usaha. Seorang pekerja yang kehilangan lengan, kaki atau bahagian lain pada
tubuhnya dalam kecelakaan dibidang indutri tidak hanya dihadapkan pada
penderitaan dan kekurangan yang sementara saja, tetapi harus juga

2
mengantisipasi pengeluaran serta tarauma dengan kekurangannya
kemampuan dan pendapatan selama hidupnya.

Pada dasarnya, setiap pekerja sadar akan pentingnya keselamatan kerja.


Tetapi pada praktek dilapangan, tidak sedikit yang masih mengacuhkan
penggunaan barang standart safety yang menunjang pekerjaan tersebut.
Kesadaran akan hal ini menjadi unsur penting dalam membangun sumber
daya manusia yang unggul di Indonesia.

Dalam lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten


Kolaka Bidang Bina Marga, petugas lapangan baik ASN maupun Non-ASN
belum menerapkan keselamatan kerja yang seperti yang telah diharapkan.
Unsur ini dikarenakan tidak adanya formulasi SOP Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Hal ini dapat mengakibatkan potensi terjadinya kecelakaan
kerja biss terjadi kapan saja. Dalam UU No. 5 Tahun 2014 Pasal 92 telah
disebutkan bahwa Pemerintah menjamin keselamatan kerja dari pegawai
pemerintah.

Dari penjelasan mengenai keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja


tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaaan keamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja itu sangatlah penting, mengingat bahwa keamanan,
kesehatan dan keselamatan kerja sangat mempengaruhi hasil dari pekerjaan.
Ketika seorang karyawan itu sehat maka akan dapat melakukan pekerjaan
dengan fokus dan mencapai hasil kerja yang bagus. Keamanan yang terjamin
akan membuat karyawan merasa tenang dan nyaman untuk bekerja serta
keselamatan yang tidak kalah pentingnya karena menyangkut nyawa
seseorang. Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil judul “Rancangan
Aktualisasi Nilai – Nilai Dasar Aparatur Sipil Negara Sebagai Pengelola
Pembangunan Dan Peningkatan Jalan Dalam Rangka Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Melalui Pengadaan Standart Operasional Prosedur Pada
Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten
Kolaka”.

3
1.2 Tujuan

Penyusunan Laporan Aktualisasi ini didasari oleh nilai-nilai dasar Aparatur


Sipil Negara seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara. Laporan Aktualisasi mempunyai tujuan sebagai
bahan pedoman untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA)
dalam menjalankan kewajiban sebagai Aparatur Sipil Negara di unit organisasi
masing-masing.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan
dari pelaksanaan rancangan aktualisasi ini adalah :

1. Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Dasar ASN (Akuntabilitas, Nasionalisme,


Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi) serta kedudukan dan peran
ASN dalam NKRI yang berkaitan dengan isu yang dibahas.
2. Menjadi standar operasional kerja dalam pelaksanaan kegiatan pekerjaan
lapangan.
3. SOP yang dibuat dapat penjadi panduan Keselamatan Kerja dalam
melaksanakan pekerjaan lapangan.
4. Menjadi contoh bagi pekerja diluar dinas untuk menggunakan SOP
Keselamatan Kerja dengan baik dan benar
5. Ikut berperan dalam upaya peningkatan standar keselamatan kerja pada
Bidang Bina Marga, Dinas PUPR Kabupaten Kolaka.

1.3 Ruang Lingkup

Kegiatan aktualisasi ini dilaksanakan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum


dan Penataan Ruang Kabupaten Kolaka Jalan Mekongga Indah Kelurahan
Tahoa Kecamatan Kolaka, Kolaka. Secara khusus, pada kegiatan aktualisasi
ini adalah pada Seksi Pembangunan Jalan Bidang Bina Marga.

4
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1.4.1 Tempat Pelaksanaan

Seluruh kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN telah terealisasi


sesuai rencana, yakni dalam kurun waktu tanggal 04 Oktober sd 10
November 2019

1.4.2 Waktu Pelaksanaan

Aktualisasi kegiatan nilai-nilai dasar ASN dilaksanakan di Dinas


Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kolaka untuk hari
kerja dan dilaksanakan dirumah untuk hari libur.

5
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN KONSEPSI NILAI – NILAI
DASAR, KEDUDUKAN DAN PERAN ASN

2.1 Gambaran Umum


2.1.1 Kedudukan Organisasi

Adapun kedudukan organisasi berdasarkan Perbup Kolaka No 48


tahun 2018, ialah :
Pasal 5

1. Dinas merupakan unsur pelaksana urusan pemerintah yang menjadi


kewenangan daerah;
2. Dinas dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah

Pasal 6

Dinas mempunyai tugas melaksanakan Urusan Pemerintah yang


menjadikewenanganDaerah dan tugas pembantuan di bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang.

Pasal 7

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam melaksanakan tugas


sebagaimanadimaksud dalam pasal 6, menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan daerah di bidang Sumber Daya Air, Bina


Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang;
b. Pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Sumber Daya Air, Bina
Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang;
c. Pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan dan penyelenggaraan di bidang
Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang;
d. Pelaksanaan administrasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang;

6
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati/ Wakil Bupati
terkait tugas dan fungsi dinas.

Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 8
(1) Susunan OrganisasiDinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
terdiri atas
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat;
c. Bidang Sumber Daya Air;
d. Bidang Bina Marga;
e. Bidang Cipta Karya;
f. Bidang Tata Ruang;
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas;
h. Kelompok Jabatan Fungsional
(2) Bagan struktur Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Terlampir.

2.1.2 Visi Misi Organisasi


1. Visi

Visi adalah suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang


berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh suatu organisasi.
Visi dapat pula diartikan sebagai cara pandang jauh kedepan kemana
instansi pemerintah harus dibawah agar eksis, antisipatif, dan
inovatif. Visi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Kolaka sebagai institusi teknis yang melaksanakan
pembangunan daerah dituntut untuk meningkatkan kinerja organisasi
agar tujuan-tujuan pembangunan dapat dirumuskan dan dicapai
secara efektif dan efisien.Keberhasilan pembangunan daerah sangat
ditentukan oleh kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

7
dalam melaksanakan implementasi teknis pembangunan dan sebagai
faktor kunci dari pencapaian tujuan-tujuan pembangunan.Salah satu
langkah adalah perumusan visi organisasi/daerah agar setiap anggota
di dalam organisasi tersebut dapat memahami arah dan tujuan
organisasi yang ingin dicapai bersama. Disamping itu pernyataan
visi dapat menciptakan kesadaran kolektif diantara seluruh anggota
organisasi tentang pentingnya pencapaian kondisi ideal yang
diinginkan dan dirumuskan secara bersama. Dalam mengantisipasi
tantangan ke depan menuju kondisi yang diinginkan organisasi
sesuai dengan tuntutan paradigma baru pembangunan maka Visi
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kolaka
disesuaikan dengan visi daerah Kabupaten Kolaka 2019 - 2024
adalah :

"Kabupaten Kolaka yang semakin maju berkeadilan dan


sejahtera."

Maju : Dimaknai dengan adanya dinamika, pergerakan


kondisi perekonomian kearah yang lebih baik, yang
tergambar dari peningkatan PDRB dan PDRB per
kapita Kabupaten Kolaka, laju pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas yang dapat menciptakan lapangan
kerja. Selain itu, juga ditandai dengan berkembangnya
infrastruktur wilayah, seperti jalan, jembatan,
pelabuhan laut dan udara yang mampu mendorong
produktifitas tinggi, dengan berbasis pada potensi
ekonomi daerah.
Berkeadilan: Diartikan sebagai perwujudan pembangunan yang adil
dan merata, tanpa diskriminasi, baik antar individu,
golongan maupun antar wilayah, sehingga
pelaksanaan dan hasil pembangunan dapat dinikmati
oleh seluruh lapisan masyarakat, yang terlihat dari

8
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan
pendidikan, kesehatan dan sumber perekonomian
serta kehidupan demokrasi yang semakin
berkembang.
Sejahtera : Mengandung makna bahwa semua kebutuhan
lapisan masyarakat secara menyeluruh dapat
terpenuhi hak-hak dasarnya, baik dari aspek sosial,
ekonomi dan budaya, terutama pangan, sandang dan
papan secara merata, yang ditandai dengan
berkurangnya angka kemiskinan, pengangguran dan
masalah sosial lainnya.

Berdasarkan Visi tersebut diatas serta sesuai dengan tugas


pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Kolaka bermaksud untuk melakukan penataan ruang kota
dan desa yang sedemikian rupa sehingga mencerminkan sebuah
kota dan desa yang memiliki kualitas, memiliki daya saing dan
berwawasan lingkungan. Pemenuhan pelayanan prasarana dasar
perkotaan dan perdesaan yang optimal, diharapkan mampu melayani
seluruh masyarakat kota dan desa Kabupaten Kolaka pada
khususnya dan menimbulkan daya tarik investasi tersendiri
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyakarat
Kabupaten Kolaka.

2. Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi maka dirumuskan Misi,
berdasarkan misiDinasPekerjaan Umum dan Penataan Ruang
kabupaten Kolaka mengidentifikasi apa dan untuk siapa organisasi
serta produk teknis apa yang dihasilkan. Berdasarkan tugas pokok
dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang maka
dirumuskan misi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

9
Kabupaten Kolaka berdasarkan misi kepala daerah Kabupaten
Kolaka sebagai berikut :

“Mempercepat pembangunan infrastruktur wilayah.”


Untuk melaksanakan misi tersebut diatas Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kolaka mengembangkan
lima strategi pokok :
1. Meningkatkan dan Mengembangkan Profesionalisme Aparatur
Pemerintah yang efisien, tata laksana yang efektif dan terpadu
dengan prinsip good governance.Mengandung makna bahwa
aparatur pemerintah yang profesional diperlukan sumber daya
manusia (SDM) dalam menyelenggarakan tertib administrasi
dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada berdasarkan
sistem dan prosedur kerja serta profesionalisme pegawai sehingga
dapat meningkatakan pelayanan prima kepada masyarakat.
2. Memenuhi kebutuhan infrastruktur jalan dan jembatan baik
struktur maupun kapasitas dalam rangka kelancaran transportasi
guna mendukung pengembangan kawasan. Mengandung makna
pembangunan, peningkatan, dan perbaikan sarana prasarana untuk
mendukung kelancaan transportasi dan konektivitas wilayah
utamanya daerah-daerah strategis dan potensial demi
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
3. Terwujudnya Sumber Daya Air yang stabil dan Terkendali.
Bermakna pengelolaan sungai, embung, irigasi, dan jaringan
pengairan lainnya untuk menjamin ketersediaan air baku kegiatan
pertanian, penanggulangan bencana banjir, abrasi pantai dan erosi
tebing sungai agar stabil dan terkendali dengan mengedepankan
prinsip wawasan lingkungan.
4. Meningkatkan prasarana di bidang Keciptakaryaan kepada
masyarakat kota dan desa. Menyediakan dan memelihara bidang
keciptakaryaan yang meliputi bangunan pemerintah, bangunan
fasilitas umum, air bersih/air minum, sarana dan prasarana

10
perumahan dan permukiman, air limbah, sanitasi sesuai
kebutuhan masyarakat Kabupaten Kolaka.
5. Terwujudnya Tata Ruang kabupaten yang terintegrasi melalui
penataan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang
berkelanjutan.
Penataan ruang kota/desa meliputi penataan bangunan/perumahan
dan ruang terbuka hijau agar sesuai dengan norma dan kaidah
penataan ruang kota/desa yang baik dan efisien, meningkatkan
peran serta masyarakat akan pentingnya penataan, pengendalian
dan pemanfaatan ruang dengan cara pemenuhan informasi
mengenai tata ruang kota/desa melalui bimbingan dan sosialisasi
untuk menunjang kelangsungan hidup masyarakat yang tertib dan
menjaga kelestarian lingkungan hidup.

11
2.1.3 Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi yang terdapat di Dinas PU dan


Penataan Ruang adalah
Struktur Organisasi

Kepala Dinas

Sekretaris Dinas
Kelompok Jabatan
Fungsional

Kasubag Data
Kasubag Tata Kasubag
dan Informasi
Usaha Perencanaan
Publik

Bidang Bina Bidang Sumber Bidang Cipta Bidang Tata


Marga Daya Air Karya Ruang

Seksi Perencanaan
Seksi Perencanaan Seksi Perencanaan Seksi Pengaturan
Teknis dan
Sumber Daya Air dan Pengendalian dan Pembinaan
Evaluasi

Seksi Pengembangan
Seksi Pembangunan Seksi Pelaksanaan Sistem Penyediaan Air Seksi
Jalan dan Jembatan Sumber Daya Air Minum Dan Penyehatan Pengendalian
Lingkungan Permukiman

Seksi Preservasi
Seksi Operasi dan
Jalan dan Seksi Penataan Seksi Penertiban
Pemeliharaan
Jembatan Bangunan

Pengelola Pembangunan dan


Peningkatan Jalan
Kepala UPTD

12
2.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Berdasarkan Peraturan Bupati Kolaka Nomor 48 Tahun 2018


tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kolaka,
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kolaka
mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah dan tugas pembantuan dibidang Pekerjaan Umum
dan penataan ruang (Pasal 6). Selanjutnya dalam Pasal 7, Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kolaka dalam
melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan daerah di bidang Sumber Daya Air, Bina
Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang;
2. Pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Sumber Daya Air, Bina
Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang;
3. Pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan di bidang
Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang;
4. Pelaksanaan administrasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang;
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati/Wakil Bupati
terkait tugas dan fungsi dinas.

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka
Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Kabupaten Kolaka kemudian dilanjutkan dengan peraturan
Bupati Kolaka Nomor 48 Tahun 2018 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Kolaka, maka Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Kolaka adalah Perangkat daerah
kabupaten sebagai unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan

13
Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dipimpin oleh Kepala
Dinas dan didukung oleh Sekretariat dan Bidang-Bidang. Untuk
pelaksanaan kegiatan sekretariat dan bidang-bidang dilengkapi dengan
Sub, Bagian dan Seksi-Seksi yaitu :

1. Sekretariat, terdiri dari :


a) Sub Bagian Perencanaan
b) Sub Bagian Tata Usaha
c) Sub Bagian Data dan Informasi Publik
2. Bidang Sumber Daya Air terdiri dari
a) Seksi Perencanaan Sumber Daya Air
b) Seksi Pelaksanaan Sumber Daya Air
c) Seksi Operasi dan Pemeliharaan

3. Bidang Bina Marga


a) Seksi Perencanaan Teknis dan Evaluasi
b) Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan
c) Seksi Preservasi Jalan dan Jembatan
4. Bidang Cipta Karya
a) Seksi Perencanaan dan Pengendalian
b) Seksi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman
c) Seksi Penataan Bangunan
5. Bidang Tata Ruang
a) Seksi Pengaturan dan Pembinaan
b) Seksi Pengendalian
c) Seksi Penertiban

14
2.1.5 Tugas Pokok Pengelola Pembangunan dan Peningkatan Jalan

Tugas pokok dari jabatan pengelola pembangunan dan peningkatan


jalan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan bahan dan alat pengelolaan data sesuai prosedur dan
petunjuk teknis untuk bahan pelaksanaan tugas
2. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan pembangunan dan
peningkatan jalan sesuai prosedur untuk bahan perencanaan
peningkatan jalan
3. Melakukan pendataan pembangunan dan peningkatan jalan sesuai
tugas dan fungsi untuk bahan pelaksanaan kegiatan
4. Melakukan penyusunan laporan peningkatan pembangunan jalan
sesuai tugas dan fungsi untuk bahan laporan pelaksanaan tugas
5. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai dengan prosedur untuk
pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
6. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik secara lisan maupun tertulis

2.2 Konsepsi Nilai Dasar, Kedudukan dan Peran ASN

Aparatur Sipil Negara (ASN) harus memiliki pemahaman (internalisasi)


dan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN. Nilai dasar yang
harus dimiliki oleh setiap ASN adalah Akuntabilitas ASN, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu,dan Anti korupsi yang diakronimkan menjadi
ANEKA. Setiap ASN yang profesional harus memiliki integritas untuk
menginternalisasi dan mengaktualisasi nilai-nilai ANEKA dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya sehari-hari. Berdasarakan dari kelima
nilai dasar ANEKA tersebut, yang harus ditanamkan kepada setiap pegawai
ASN, maka perlu dijelaskan indikator-indikator dari ANEKA, sebagai
landasan teori :

15
2.2.1 Akuntabilitas

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok


atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Istilah akuntabulitas sendiri berasal dari istilah dalam
bahasa inggris “accountability” yang berarti pertangungjawaban atau
keadaan diminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas terdiri dari dua
macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (pertanggungjawaban kepada
otoritas yang lebih tinggi) dan akuntabulitas horisontal
(pertanggungjawaban kepada masyarakat luas). Untuk mewujudkan
organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas
harus mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum,
akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan (LAN RI, 2015: 7).

Akuntabilitas terdiri dari beberapa aspek. Menurut LAN RI (2015),


aspek-aspek tersebut terdiri dari:
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan.

b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil

c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan

d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi

e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja

Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang ASN harus memiliki


sikap tanggung jawab dalam menjalankan tungasnya. Bofens (dalam
LAN RI, 2015; 10) menyatakan bahwa akuntabilotas publik memiliki
tiga fungsi utama yaitu:
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis)
b. Untuk mencegah korupsi dan meyalahgunakan kekuasaan (peran
konstitusional)
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)

16
Selain itu menurut LAN RI (2015:11) akuntabilitas memiliki
tingkatan hierarkis. Tingkatan akuntabilitas terdiri dari 5 tingkatan
sebagai berikut:
a. Akuntabilitas personal
b. Akuntabilitas individu
c. Akuntabilitas kelompok
d. Akuntabilitas organisasi
e. Akuntabilitas stakeholder

2.2.2 Nasionalisme

Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap ASN, bahkan


tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi yang paling penting adalah
kemampuan mengaktualisasikan nilai nasionalisme dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka
setiap ASN akan memiliki orientasi berpikir yang mementingkan
kepentingan publik, bangsa, dan negara di atas kepentingan pribadi
maupun golongan. Nilai yang berorientasi pada kepentingan publik
menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap ASN. Pegawai ASN
dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasa
kebangsannya (Widita, 2015).

Dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang ASN, salah


satu fungsi ASN adalah menjalankan kebijakan publik. Kebijakan
publik diharapkan diharapkan dapat dilakukan dengan integrasi tinggi
dalam melayani publik sehingga menjadi pelayan publik yang
professional. sehingga ASN dapat dikatakan sebagai aparat pelaksana
yang melaksanakan segala bentuk paraturan perundang-undangan yang
menjadi landasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan.

17
Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala bentuk
palayanan sektor publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah,
termasuk aparat yang bergerak dibidang perekonomian dalam bentuk
barang dan jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (LAN RI:
15:120). Sebagai pelayan publik seorang ASN dituntut menjadi
professional untuk menciptakan pelayanan yang prima.

Selain profesinal dan melayani, ASN juga dituntut harus memiliki


integrits tinggi yang merupakan bagian dari kode etik perilaku yang
telah diatur dalam undang-undang ASN. Etika-etika dalam kode etik
tersebut harus diarahkan pada pilihan-pilihan yang benar-benar
mengutamakan kepentingan masyarakat luas.

2.2.3 Etika Publik

Yaitu pembelian pelayanan kepada masyarakat Seorang PNS harus


mampu memberi pelayanan yang ramah selama menjalankan tugasnya.
Dalam kondisi apapun, PNS tidak boleh terlihat sombong, angkuh,
galak, apalagi tidak sopan. Aspek etika publik antara lain:
a. Jujur f. Kerjasama
b. Integritas g. Peduli
c. Disiplin h. Empati
d. Sopan i. Respek
e. Transparan j. Keluwesan
2.2.4 Komitmen Mutu

Yaitu sikap menjaga efektivitas dan efisiensi mutu. Ada empat


indikator dari nilai – nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu:

18
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan
target. Sedangkan efektivitas menunjukan tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik yang menyangkut jumlah maupun
mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari
kuantitas dan mutu hasil kerja, melainkan kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.

b. Efisien
Efisiensi adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkanm efisiensi
merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan
bagaimana pekerjaan dilakukan sehingga dapat diketahui ada
tidaknya penggunaan sumber daya yang berlebihan, penyalahgunaan
alokasi, penyimpanagan prosedur dan mekanisme yang tidak sesuai
dengan alur.

c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik merupakan hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam
bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas
rutin.

d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau
bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai
keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapan.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam

19
mengevaluasi kualitas pelayanan (Berry dan Pasuraman dalam
Zulian Zamit, 2010:11) yaitu:
1) Tangibles, yaitu bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi.
2) Reliability, yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan
dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah
dijanjikan.
3) Responsiveness, yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan
dengan tanggap.
4) Assurance, yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat
dapat dipercaya.
5) Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik dan perhatian yang tulus terhadap kebutuhan
pelanggan.

2.2.5 Anti Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan
sebagai kejahatan luar biasa. Karena dampaknya yang luar biasa,
menyebabkan kerusakan baik dalam lingkup pribadi, keluarga,
masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya
terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara
jangka panjang (Widita, 2015).

Ada Sembilan indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang


harus diperhatikan yaitu :
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran
mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas.
Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak

20
berdusta baik tehadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat
membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.

b. Peduli
Kepedulian sosial terhadap sesama mejadikan seseorang
memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial
tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya dimana masih
terdapat banyak orang yang kurang mampu, menderita dan
membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan
tergoda untuk memperkaya diri sendiri dan bahkan akan
menyisihkan sebagian pengahsilannya untuk membantu sesama.

c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mental
kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkan untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi
yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak
yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.

d. Disiplin
Disiplin adalah kunci dari sebuah keberhasilan. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat
seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam
menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran
menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai
pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus
dalam kemalasan yang mendambakan kekayan dengan cara yang
mudah.

e. Tanggung jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya dimuka bumi adalah untuk

21
melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia.
Segala tindak tanduk dan kegiatan akan dipertanggungjawabkan
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyatakat, negara dan
bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka semua orang tidak
akan tergelicir dala perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu yang beretos kerja akan selalu berupaya untuk
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya pelayanan
publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan
kemampuannya untuk melaksanakan tugas dengan baik serta tidak
mau memperoleh sesuatu tanpa memalui kerja keras.

g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
memahami dan memenuhi kebutuhannya dengan dengan cara yang
semestinya. Ia tidak tergoda dalam gelimangan hidup mewah dan
menganggap ilmu dan amal baik sebagai kekayaan yang utama.

h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter yang kuat akan memiliki
keberanian untuk manyatakan kebenaran dan menolak kebatilan. Ia
mampu berdiri sendiri dalam kebenaran mekipun semua rekan
bahkan keluarganya melakukan penyimpangan dari yang semestinya
serta tidak takut dumusuhi karena sikapnya yang berani untuk
mengungkapkan kebenaran.

i. Adil
Pribadi dengan karakter baik akan menyadari bahwa apa yang
diperoleh adalah sesuai dengan yang telah diperjuangkan serta tidak
akan menuntut lebih adari apa yang telah di peroleh dari hasil
usahanya. Keadilan bukanlah atas kesamaan jumlah dari apa yang

22
diperoleh tetapi keseimbagan atas hak dan tanggungjawab yang
dilaksanakan.

2.2.6 Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan


pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme. Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen
PPPK. PNS diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki suatu jabatan pemerintahan dan memilili nomor induk
pegawai nasional. Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan
instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu.

Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.


Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pension dan jaminan
hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara,
2014).

2.2.7 Whole of Government

Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan


penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi
yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program, dan pelayanan publik. Oleh karena itu WoG
dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan dengan
melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang
relevan (Suwarno & Sejati, 2016).

23
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan publik
bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama
dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu
(Shergold & lain-lain, 2004).

2.2.8 Pelayanan Publik

LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala bentuk


kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD
dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
Pelayanan Publik.

Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry


(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa
publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh
sektor swasta karena adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-
excludable, serta cara mengkonsumsinya dapat dilakukan secara
kolektif.

Perkembangan paradigma pelayanan meliputi: Old Public


Administration (OPA), New Public Management (NPM) danv
seterusnya menjadi New Public Service (NPS). Sembilan prinsip
pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima
adalah: partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif, mudah dan
murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.

24
BAB III
RENCANA KEGIATAN

3.1 Identifikasi, Analisis dan Penetapan Isu


3.1.1 Identifikasi Isu

Sebelum penetapan judul rancangan aktualisasi terlebih dahulu


dilakukan identifikasi dan penetapan isu. Isu – isu ditemukan dari hasil
pengamatan ASN di instansinya. Setelah menemukan isu-isu tahap
selanjutnya adalah menganalisis isu tersebut. Dari hasil analisa isu
tersebut akan menghasilkan isu yang layak diangkat dan dijadikan
rancangan aktualisasi. Beberapa isu berikut ditemukan oleh penulis di
Bidang Bina Marga, diantaranya adalah
1. Kurangnya penyampaian informasi publik maupun program kerja
terkait bidang bina marga kepada masyarakat
2. Kurang optimalnya penyusunan data hasil survey jalan
3. Belum adanya Standart Operasional Prosedur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dibidang bina marga

3.1.2 Analisis Isu

Analisis yang digunakan untuk memprioritaskan isu yang akan


ditindak lanjuti yaitu menggunakan analisis USG (Urgency,
Seriousness, Growth) adapun indikator analisis USG adalah sebagai
berikut:

25
Tabel 3.1 Analisis Isu menggunakan metode USG

No Komponen Keterangan

1 Urgensy Seberapa mendesak isu tersebut dobahas


dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta
seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan maslah yang menyebabkan isu

2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas


dikaitkan dengan akibat yang menimbulkan isu
tersebut atau akibat yang ditimbulkan masalah-
masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan (bias mengakibatkan masalah lain)

3 Growth Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi


berkembang dikaitkan kemungkinan maslaah
penyebab isu akan semakin memburuk jika
dibiarkan

Selanjutnya digunakan skala likert untuk menentukan prioritas dari


setiap isu yang dipilih. Penentuan prioritas dengan skala likert seperti
berikut ini:

26
Tabel 3.2 Penentuan Prioritas Isu (Skala Likert)
Urgensy/ Seriousness/ Growth/
Nilai
Mendesak Kegawatan Pertumbuhan
Isu tidak Isu tidak begitu serius Isu lamban
mendesak untuk untuk dibahas karena berkembang
1
segera tidak berdampak ke hal
diselesaikan yang lain
Isu kurang Isu kurang serius untuk Isu kurang
mendesak untuk segera dibahas karena cepat
2
segera tidak kurang berdampak berkembang
diselesaikan ke hal yang lain
Isu cukup Isu cukup serius untuk Isu cukup
mendesak untuk segera dibahas karena cepat
3
segera akan berdampat ke hal berkembang,
diselesaikan yang lain segera dicegah
Isu mendesak Isu serius untuk segera Isu cepat
untuk segera dibahas karena akan berkembang
4
diselesaikan berdampak ke hal yang untuk segera
lain dicegah
Isu sangat Isu sangat serius untuk Isu sangat
mendesak untuk segera dibahas karena cepat
5 segera akan berdampak ke hal berkembang
diselesaikan yang lain untuk segera
dicegah

Berdasarkan ketentuan skala likert diatas, hasil penetapan prioritas


isu yang dipilih disajikan pada tabel berikut ini:

27
Tabel 3.3 Penetapan Isu Metode USG dengan Skala Prioritas

Indikator
No Identifikasi isu Jumlah Peringkat
U S G

Kurangnya penyampaian informasi public maupun program kerja terkait


1 3 3 3 9 III
bidang bina marga kepada masyarakat

2 Kurang optimalnya penyusunan data hasil survey jalan 3 4 4 11 II

Belum adanya Standart Operasional Prosedur Kesehatan dan


3 4 4 4 12 I
Keselamatan Kerja

Skala likert 1 – 5 :

1 : Sangat Kecil
2 : Kecil
3 : Sedang
4 : Besar
5 : Sangat Besar

28
3.1.3 Penetapan Isu

Dari hasil analisa menggunakan metode USG, didapatkan isu


pokok yang dapat penulis selesaikan dalam jangka waktu 30 hari. Isu
pokok yang memiliki nilai tertinggi adalah

Tabel 3.4 Penetapan Isu Metode USG dengan Skala Prioritas

Kondisi Sekarang Kondisi yang diharapkan

Belum adanya Standart Pembuatan SOP Kesehatan dan


Operasional Prosedur Kesehatan Keselamatan Kerja serta mencoba
dan Keselamatan Kerja menerapkannya pada satu atau dua
kegiatan yang berkaitan

3.2 Analisa Dampak Isu

Dampak yang mungkin akan terjadi apabila isu tentang tidak adanya SOP
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah:
a. Adanya keraguan dalam bekerja karena tidak adanya perlindungan diri
dari keselamatan kerja
b. Resiko terjadinya kecelakaan kerja menjadi tanggungan diri sendiri yang
menyebabkan tidak optimalnya pekerjaan
c. Relasi kerja juga akan mengganggap Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menjadi tidak penting karena sebagai direksi saja tidak menerapkannya

29
3.3 Rancangan Aktualisasi
3.3.1 Kegiatan Aktualisasi

Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di Dinas Pekerjaan Umum


dan Penataan Ruang Bidang Bina Marga Kabupaten Kolaka dengan
nilai dasar Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi
(ANEKA) dan berprinsip pada Manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN), Layanan Publik dan Whole of Government (WoG). Adapun
rancangan kegiatan penulis yang dilakukan pada tahap aktualisasi
adalah sebagai berikut :

30
Tabel 3.4 Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Penguatan
Ketertaitan Substansi Mata Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Nilai
Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7

1 Melakukan Melakukan Adanya persetujuan Nasionalisme : Kegiatan ini


penelaahan Konsultasi dengan untuk melanjutkan Peserta melakukan mengandung misi
peraturan serta mentor terkait kegiatan musyawarah bersama mentor organisasi yaitu
literatur terkait permasalahan serta Etika Publik meningkatkan dan
keselamatan kerja hukum-hukum Peserta melakukan konsultasi mengembangkan
mengenai K3 dengan ramah dan sopan profesionalisme
santun kepada mentor Aparatur Pemerintah
Mengunduh Mendapat beberapa Akuntabilitas yang efisien, tata
berbagai macam file dan dasar hukum Peserta mencari dasar-dasar laksana yang efektif
peraturan dan terkait untuk hukum yang dapat dan terpadu dengan
literatur yang menjadikan rujukan dipertanggungjawabkan prinsip good
berhubungan Komitmen Mutu : governance
dengan hukum- Peserta menjadikan dasar
hukum penerapan hukum yang jelas dalam
K3 menjadikan dasar pembuatan
rancangan

31
Memperlajari Pemahaman Akuntabilitas :
peraturan dan mengenai literatur Peserta mempelajari
literatur yang yang terkandung literatur yang telah di
terdapat dalam dalam K3 ketahui untuk dapat
peraturan penerapan dipertanggung jawabkan
K3
Mencatat alat-atat Daftar susunan alat Komitmen Mutu :
yang akan yang akan Peserta merinci daftar alat
digunakan dalam digunakan yang akan digunakan
penerapan SOP
keselamatan kerja
2 Merancang dan Melakukan Adanya persetujuan Nasionalisme : Kegiatan ini mengandung
menyusun SOP Konsultasi dengan dari mentor untuk Peserta melakukan misi organisasi yaitu
Keselamat mentor terkait melanjutkan musyawarah bersama meningkatkan dan
Kesehatan Kerja rancangan SOP merancang SOP mentor mengembangkan
yang akan disusun Etika Publik : profesionalisme
Peserta melakukan Aparatur Pemerintah
konsultasi dengan ramah yang efisien
dan sopan santun kepada
mentor

32
Menyiapkan bahan- Terkumpulnya Komitmen Mutu :
bahan yang telah bahan yang telah Peserta mengumpulkan
disiapkan sebagai didapatkan untuk bahan yang telah di telaah
bahan penyusunan disusun dalam satu untuk proses penyusunan
kesatuan
Melakukan Susunan Rancangan Akuntabilitas :
penyusunan SOP SOP K3 Peserta melakukan
K3 serta penyusunan SOP dengan
penggunaan alat rasa tanggung jawab
yang akan
digunakan
berdasarkan arahan
mentor

33
3 Melakukan Melakukan Persetujuan mentor Nasionalisme : Kegiatan ini mengandung
perencanaan koordinasi dengan untuk melakukan Peserta melakukan misi organisasi yaitu
pengadaan alat mentor terkait kegiatan berikutnya musyawarah bersama meningkatkan dan
keselamat kerja yang rencana pengadaan mentor mengembangkan
menjadi penunjang barang penunjang Etika Publik : profesionalisme
penerapan K3 Peserta melakukan Aparatur Pemerintah
konsultasi dengan ramah yang efisien
dan sopan santun kepada
mentor
Membuat daftar alat Susunan daftar alat Akuntabilitas :
pendukung kegiatan untuk pengadaan Peserta melakukan
yang akan masuk barang penyusunan daftar
dalam perencanaan pengadaan barang dengan
pembelian cermat dan tanggung
jawab
Anti Korupsi :
Peserta melakukan
penyusunan berdasarkan
kebutuhan tanpa
melebihkan daftar rencana

34
Melakukan Tersedianya alat Anti Korupsi :
pembelian alat kebutuhan Peserta melakukan
penunjang sesuai penggunaan SOP pembelian barang dengan
dengan daftar yang jujur dan bertanggung
telah disiapkan jawab
Komitmen Mutu :
Peserta melakukan
pembelian barang dengan
mutu dan kualitas yang
telah sesuai standar
Melaporkan kepada Persetujuan mentor Anti Korupsi :
mentor serta untuk alat yang telah Peserta melaporkan hasil
menunjukkan alat tersedia belanja dan bukti dari
yang yang telah perbelanjaan yang
tersedia dilakukan
Etika Publik :
Peserta melakukan
komunikasi dengan ramah
dan penuh sopan santun
kepada mentor

35
4 Melakukan evaluasi Melakukan Adanya evaluasi Nasionalisme : Kegiatan ini mengandung
hasil rancangan SOP Konsultasi terkait perbaikan pada Peserta melakukan misi organisasi yaitu
K3 rancangan SOP rancangan yang musyawarah bersama meningkatkan dan
yang telah disusun dibuat mentor terkait evaluasi mengembangkan
untuk dapat di revisi hasil rancangan profesionalisme
oleh mentor Etika Publik : Aparatur Pemerintah
Peserta melakukan yang efisien
konsultasi dengan ramah
dan sopan santun kepada
mentor
Akuntabilitas :
Peserta bertanggung
jawab pada hasil evaluasi
dan bersiap untuk
melakukan perbaikan

36
Mencatat hasil Mendapatkan Akuntabilitas :
evaluasi dari arahan koreksi kesalahan Peserta melakukan
mentor dari susunan perbaikan sebagai
rancangan SOP tanggung jawab dari
kesalahan yang dilakukan
WoG :
Peserta mengintegrasikan
hasil evaluasi dari mentor
ke susunan SOP yang
terbaru
Melakukan revisi Rancangan SOP Akuntabilitas :
terhadap susunan yang telah diperbaiki Peserta menyelesaikan
SOP K3 dari hasil hasil dari evaluasi rancangan dari evaluasi
evaluasi mentor mentor mentor

37
5 Melakukan Mengkoordinasi Persetujuan untuk Nasionalisme : Kegiatan ini mengandung
sosialisasi mengenai dengan mentor melanjutkan Peserta melakukan misi organisasi yaitu
pentingnya SOP K3 terkait tempat dan kegiatan musyawarah bersama meningkatkan dan
didalam lingkup isi kegiatan mentor mengembangkan
Dinas PUPR Kab. sosialisasi yang Etika publik : profesionalisme
Kolaka akan di lakukan Peserta melakukan Aparatur Pemerintah
konsultasi dengan ramah yang efisien serta
dan sopan santun kepada sejahtera
mentor
Menyiapkan aula Persetujuan Etika Publik :
tempat kegiatan penggunaan aula Berbicara dengan sopan
sosialisasi yang sebagai tempat dalam berkomunikasi
akan di lakukan sosialisasi Manajemen ASN :
Peserta berkoordinasi
dengan pihak bagian
umum untuk peminjaman
aula
Pelayanan Publik :
Peserta meminjam aula
untuk penggunaan banyak
orang dalam sosialisasi

38
Mendesain banner Hasil Desain baliho Komitmen Mutu :
/baliho tentang yang dapat dicetak Peserta mendesain baliho
pentingnya K3 dan dengan mengedepankan
akan dipasang kualitas yang terbaik
didalam lingkungan
Dinas PUPR

Mencetak hasil Baliho/ banner yang Anti Korupsi :


desain kemudian akan dipasang pada Peserta mencetak hasil
menempel pada lokasi sosialisasi desain dengan nilai yang
\tempat yang dapat serta beberapa dapat dipertanggung
dibaca para petugas tempat di lingkup jawabkan
lapangan kantor Komitmen Mutu :
Peserta mengedepankan
mutu dari pencetakkan
yang dilakukan

39
Melaksanakan Memberikan Pelayanan Publik :
sosialisi dengan informasi dan Peserta mengundang ASN
para pekerja pengetahuan kepada ataupun Non ASN yang
lapangan pekerja bertugas dilapangan untuk
mengetahui Rancangan
SOP
Manajemen ASN :
Peserta berkoordinasi
dengan staf senior untuk
melaksanakan sosialisasi
Etika Publik :
Peserta dengan sopan dan
cermat menjelaskan
mengenai SOP kepada
peserta sosialisasi
Komitmen Mutu :
Peserta memberikan hasil
SOP K3 dengan mutu
yang berkualitas setelah
melakukan evaluasi

40
6 Melakukan Berkoordinasi Adanya persetujuan Nasionalisme : Kegiatan ini mambantu
penerapan dengan mentor mentor untuk Peserta melakukan misi organisasi dalam
penggunaan SOP K3 mengenai lokasi melaksanakan musyawarah bersama miningkatkan
pada salah satu pekerjaan yang akan penerapan SOP K3 mentor pembangunan jalan
pekerjaan yang coba diterapkan Etika Publik : dengan kualitas yang
sedang berjalan SOP K3 Penulis melakukan bagus baik dari fisik
dibidang bina marga konsultasi dengan ramah maupun sumber daya
dan sopan santun kepada manusianya
mentor

Menyiapkan alat Peralatan yang akan Etika Publik :


dan bahan yang digunakan tersedia Peserta dengan cermat
akan digunakan dengan lengkap menyiapkan alat dan
pada penerapan bahan
SOP K3 Akuntabilitas :
Peserta bertanggung
jawab untuk ketersediaan
alat yang akan digunakan
Pelayanan Publik :
Peserta memberikan
kesamaan hak kepada
pekerja lapangan

41
Memastikan Dapat terpakai Nasionalisme :
anggota dengan baik alat Peserta menyamakan hak
menggunakan alat yang telah dari setiap petugas
yang telah tersedia disediakan lapangan dalam
untuk mendukung penggunaan alat SOP K3
penerapan SOP K3 WoG :
Peserta berkerjasama
dengan beberapa unsur
dalam pekerjaan lapangan
Pelayanan Publik :
Peserta memberikan
pelayanan terhadapa
petugas lapangan agar
lebih aman dalam bekerja
Melaporkan kepada Lembaran evaluasi Akuntabilitas :
mentor tentang hasil akhir Peserta memberikan hasil
penerapan yang SOP yang aktual dan
telah terlaksana sesuai standar

42
3.3.2 Jadwal Rancangan Aktualisasi
Tabel 3.5 Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi

No Uraian Kegiatan Hari ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

Melakukan penelaahan
1 peraturan serta literatur
terkait keselamatan 4 Hari
kerja
2 Merancang dan
menyusun SOP
10 Hari
Keselamat Kesehatan
Kerja
Melakukan perencanaan
3 pengadaan alat
keselamat kerja yang
7 Hari
menjadi penunjang
penerapan K3
Melakukan evaluasi
4 hasil rancangan SOP
6 Hari
K3
5 Melakukan sosialisasi
mengenai pentingnya
SOP K3 didalam 3 Hari
lingkup Dinas PUPR
Kab. Kolaka
Melakukan penerapan
6 penggunaan SOP K3
pada salah satu
pekerjaan yang sedang 4 Hari
berjalan dibidang bina
marga

43
3.4 Implementasi Nilai – Nilai ASN dalam Kegiatan

Nilai – nilai ASN seperti Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,


Komitmen Mutu, Anti Korupsi, Whole of Government, Pelayanan Publik
serta Manajemen ASN telah terdapat dalam susunan rencana kegiatan yang
telah dibuat. Hal ini menjadikan kegiatan tersebut mampu
mengimplementasikan nilai – nilai yang telah dipelajari dalam diklat dasar.
Berikut nilai – nilai yang terkandung dalam rencana kegiatan :

Tabel 3.6 Implementasi nilai – nilai ASN dalam setiap kegiatan

No. Kegiatan Nilai yang Terkandung


Nasionalisme, Etika Publik, Akuntabilitas,
1 Melakukan
Komitmen Mutu :
penelaahan peraturan
Nilai – nilai diatas termuat dalam cara
serta literatur terkait
interaksi antara penulis beserta mentor serta
keselamatan kerja
tanggung jawab yang sadang penulis rasakan.
Bahwa segala hal yang dilakukan adalah
sesuatu hal yang akan selalu bernilai
tanggung jawab. Kemudian dalam
pelaksanaan kegiatan, penulis juga selalu
mengutamakan unsur – unsur yang
bersumber resmi sehingga kualitas yang
diharapkan baik dan meyakinkan.
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
2
Mutu, Akuntabilitas :
Merancang dan Nilai – nilai diatas termuat dalam kegiatan
menyusun SOP penulis merancang serta menyusun SOP yang
Keselamat Kesehatan direncanakan. Penulis juga selalu
Kerja mengedepankan selalu beretika setiap kali
melakukan konsultasi dengan mentor.

44
Konsultasi dengan mentor juga berupa
musyarawah yang menghasilkan satu
kesepakatan yang membantu penulis dalam
menyusun rencana SOP ini.
Nasionalisme, Etika Publik, Akuntabilitas,
3
Anti Korupsi, Komitmen Mutu :
Kegiatan yang dilakukan menjamin tidak
Melakukan
adanya kesempatan untuk melakukan
perencanaan
penyelewengan amanah yang diberikan.
pengadaan alat
Penulis akan melakukan implementasi nilai
keselamat kerja yang
anti korupsi dengan perencaan dan hasil yang
menjadi penunjang
sesuai dengan rencana. Ini juga adalah
penerapan K3
tanggung jawab yang mesti diemban oleh
penulis.
Nasionalisme, Etika Publik, Akuntabilitas,
4 Melakukan evaluasi
Whole of Government :
hasil rancangan SOP
Penulis mengintegrasikan hasil evaluasi dari
K3
mentor sebagai hasil yang menyempurnakan
rancangan yang telah disusun. Kegiatan ini
juga memastikan etika dari penulis dapat
sesuai norma dalam mendapatkan kritikan.

5 Melakukan sosialisasi Nasionalisme, Etika Publik, Manajemen


mengenai pentingnya ASN, Pelayanan Publik, Komitmen Mutu,
SOP K3 didalam Anti Korupsi :
lingkup Dinas PUPR Selanjutnya penulis bekerja sama dengan
Kab. Kolaka pegawai lainnya untuk menggunakan aula,
kemudian melakukan sosialisasi kepada
petugas lapangan yang akan menerima materi
mengenai pentingnya SOP kesehatan dan
keselamatan kerja.

45
6 Melakukan penerapan Nasionalisme, Etika Publik, Akuntabilitas,
penggunaan SOP K3 Pelayanan Publik, Whole of Government :
pada salah satu Kegiatan ini dilaksanakan sebagai hasil dari
pekerjaan yang sedang rancangan yang telah dibuat,
berjalan dibidang bina pemimplementasian dilapangan akan
marga memperlihatkan tentang pentingya mencegah
kecelakaan kerja. Hasil ini merupakan
tanggung jawab dari penulis dalam
melaksanakan rancangan SOP.
Kegiatan ini adalah bentuk tanggung jawab
serta bentuk tanggung jawab yang telah
diberikan.

3.5 Perkiraan Masalah dalam Pelaksanaan dan Alternatif Solusi

Dalam melaksanakan aktualisasi di tempat kerja kemungkinan ada hal-


hal yang menjadi kendala bagi peserta. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
maka diperlukan strategi untuk menghadapi kendala tersebut agar tidak
menimbulkan ketidakefisienan waktu pelaksanaan yang terbatas. Antisipasi
dan strategi menghadapi kendala dituangkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.7 Masalah dan Alternatif Solusi

No. Kegiatan Masalah Alternatif Solusi


Mengkonsultasikan
Melakukan
Mengalami kesulitan dengan rekan kerja
penelaahan
dalam pengumpulan yang memiliki bahan
peraturan serta
bahan berupa dan juga
1
literatur terkait
peraturan standar berpengalaman dalam
keselamatan kerja
tentang K3 bidang tersebut

46
Membutuhkan
Melakukan pengecekan
Merancang dan ketelitian dan
secara berkala untuk
menyusun SOP ketepatan dalam
2 memastikan tidak ada
Keselamat menyusun step – step
yang terlupakan
Kesehatan Kerja rancangan SOP
Pengadaan alat
Melakukan membutuhkan biaya
Menggunakan dana
perencanaan yang menunjang
pribadi untuk dapat
pengadaan alat pengadaannya, belum
memastikan kegiatan
3 keselamat kerja tentu dapat
tetap berjalan dengan
yang menjadi mengajukan
baik
penunjang penganggaran kepada
penerapan K3 bendahara umum
Hasil revisi
Melakukan
kemungkinan akan Meminta rekan kerja
evaluasi hasil
berdampat pada untuk membantu
rancangan SOP K3
susunan awal SOP K3 mengecek serta
4 yang telah dibuat. menyusun kembali hasil
Sehingga kegiatan revisi yang telah
pada poin 1 bisa diberikan dari mentor
terulang
Kurangnya peserta
Melakukan
yang mengikuti
sosialisasi
karena kemungkinan Memilih jadwal yang
mengenai
memiliki kegiatan kosong untuk dapat
pentingnya SOP
yang lain yang memaksimalkan jumlah
5 K3 didalam
bertabrakan peserta yang ikut dalam
lingkup Dinas
sosialisasi
PUPR Kab. Kolaka

47
Melakukan
Pekerjaan fisik yang Mengalihkan kegiatan
penerapan
sedang dilakukan pada pekerjaan lain
penggunaan SOP
kemungkinan tidak yang masih
K3 pada salah satu
6 bersamaan dengan menggunakan produk
pekerjaan yang
jadwal pelaksanaan SOP Kesehatan dan
sedang berjalan
penerapan SOP K3 Keselamatan Kerja
dibidang bina
marga

3.6 Kunci Sukses Pelaksanaan Kegiatan

Kunci sukses pelaksanaan ini adalah bagaimana peserta dapat


melaksanakan nilai – nilai yang terkandung dalam ANEKA serta whole of
government, pelayanan publik dan manajemen ASN. Pada poin ini ASN
diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan mentor atau pihak lain yang
berkaitan agar dapat melaksanakan kegiatan dengan lancar.

48

Anda mungkin juga menyukai