Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

LAPORAN KASUS

Ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I

Oleh

Noli Maisari(181211446 )

Santika Aulia (181211455 )

Rada Marlina (181211449 )

Tri Andini ( 181211459 )

Zulyana Putri (181211468 )

2B

Dosen Pembimbing

Ns.Ria Desnita,M.Kep,Sp.Kep.MB

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MERCUBAKTIJAYA PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kAami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kelompok telah
dapat menyelesaikan tugas ASKEP yang berjudul “hipertensi”.Penyusunan askep ini bertujuan
untuk memenuhi tugas dan juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai penyakit
hipertensi. Sholawat beriringan salam saya sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan contoh suri tauladan bagi manusia untuk keselamatan didunia dan akhirat.

Dalam kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus
kepada seluruh pihak yang tealh membantu saya dalam menyelesaikan tugas ASKEP ini semoga
tuhan senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Dalam pembuatan tugas ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan
mencurahkan segenap kemampuan, waktu, dan tenaga untuk menyelesaikannya.Namun
demikian penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
guna perbaikan dan kelengkapan penyusunan tugas ASKEP ini.Harapan kelpmpok semoga tugas
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 29 september 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………..1
1.2. Rumusan masalah………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian hipertensi………..………………………………………………………3
2.2 Epidemiologi dan factor resiko ………………….………………………...……….3
2.3 Patofisiologi……………..…….……………………………………………………5
2.4 Komplikasi ………………..……….………………………….……………………6
2.5 Klasifikasi……………..……………………………………………………………6
2.6 Manifestasu klinis…….…………………………………………………………….7
2.7 Pemeriksaan penunjang……………………..……………………………………...7
2.8 Penatalaksanaan……….…………………………………………………………...8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


A.Pengkajian…………………………………………………………………………...9
B.Diagnosa Keperawatn……………………..………………………………………..15
C.Intervensi Keperawatan…………………………………………………………….15
D.Implementasi dan Evaluasi Keperawatan……….………………………………….18

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….19
B. Saran ………………………………………………………………………………..19

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah
dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh
jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer
karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya. Gejala-gejala hipertensi yaitu adalah sakit kepala atau rasa berat di
tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging
(tinnitus), dan mimisan (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar
penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus
meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya
adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak
sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir
sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya
hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi (Anindya,2009).
Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus meningkat dan akan menyebabkan komplikasi.
Penatalaksanaan hipertensi yang tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan komplikasi
(Riskesdas,2013).

1
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakan asuhan keperawatan hipertensi?

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian hipertensi
2. Mahasiswa mampu mengetahui epidemiologi dan faktor resiko hipertensi.
3. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi hipertensi.
4. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi hipertensi.
5. Mahasiswa mampu mengetahuiklasifikasi hipertensi
6. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis hipertensi.
7. Mahasiswa mampu mengetahui pemerikssan penunjang hipertensi
8. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan hipertensi.
9. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa dilakukan pada
pasien dengan masalah hipertensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HIPERTENSI

2.1Pengertian

Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension yang berasal dari
bahasa Latin “hyper” dan “tension. “Hyper” berarti super atau luar biasa dan “tension”
berarti tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang
populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi.Tekanan darah adalah tenaga yang
dipakai oleh darah yang dipompakan dari jantung untuk melawan tahanan pembuluh
darah, jika tekanan darah seseorang meningkat dengan tajam dan kemudian menetap
tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi
(Gunawan, 2001).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg.Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut WHO 1996, batasan tekanan darah normal
orang dewasa adalah maksimum 140/90 mmHg. Apabila tekanan darah seseorang di atas
angka tersebut pada beberapa kali pengukuran di waktu yang berbeda, orang tersebut bisa
dikatakan menderita hipertensi. Penderita hipertensi memiliki resiko lebih besar untuk
mendapatkan serangan jantung dan stroke (Suwarsa, 2006).
Selain itu terdapat kondisi yang dinamakan White Coat Hypertension.Bentuk
hipertensi ini adalah meningkatnya tekanan darah yang terjadi selama kunjungan ke
dokter, namun tidak di rumah.Hipertensi ini merupakan faktor pada kira- kira 20% pasien
dengan hipertensi ringan (Guibert R & Franco ED, 1999).

2.2Epidemiologi dan faktor resiko

Hipertensi primer mencakup lebih dari 90% dari keseluruhan kasus hipertensi.Kurang
dari 5-8% klien hipertensi dewasa memiliki hipertesnsi sekunder, bagaimana pun juga,
terlepas dari jenisnya, hipertensi merupakan akibat ari serangakaian faktor-faktor genetic
dan lingkungan.Faktor-faktor resiko ini digolongkan menjadi yang dapat di ubah dan
yang tidak dapat diubah. Edukasi dan perubahan gaya hidup ditunjukan pada faktor-
faktor yang dapat di ubah.

3
a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat di ubah
1. Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifactorial-yaitu, pada seseorang dengan
riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin berinteraksi dengan yang
lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari
waktu ke waktu.
2. Usia
Hipertensi primer biasanya muncul pada anatara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia; 50-60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun
memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi
umumnya terjadi pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun, fengan hampir 24%
dari semua orang terkena di usia 80 tahun.
3. Jenis kelamin
Pada keseluruhan insiden hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
wamita sampai kira-kira pada usia 55 tahun. Risiko pada pria dan wanita hampir
sama antara usia 55-74 tahun. Kemudian, setelah usia 74 tahun,wanita berisiko
lebih besar.
4. Etnis
Statistik mortalitas mengindikasikan bahwa angka kematian pada wanita berkulit
putihmdewasa dengan hipertensi lebih rendah dengan angka 4,7% pria berkulit
putih pada tingak terendah berikutnya yaitu 6,3% dan pria berkulit hitam pada
tingkat terendah berikutnya yaitu 22,5%, angka kematian tertinggi pada wanita
berkulit hitam pada angka 29,3%. Alasan penigkatan prevalansi hipertensi
diantara orang berkulit hitan tidak jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan
dengan kadar renin yang lebih rendah.

b. Faktor-faktor risiko yang dapat diubah


1. Diabetes
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dari dua kali lipat pada klien diabetes
menurut beberapa studi penelitian terkini. Diabetes mempercepat aterosklerosis
dan menyebabkan hipertensi karena kerusakna pada pembuluh barah besar, oleh
karena itu hipertensi akan menjadi diagnosis yang lazim pada diabetes, meskipun
diabetes nya terkontrol dengan baik.
2. Stress
Stres meningkatkan resistansi vascular perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas system saraf simpatis.Dar waktu ke waktu hipertensi dapat
berkembang. Stressor bisa banyak hal, mulai dari suara, infeksi, peradangan,
nyeri, berkurangnya suplai oksigen, panas, dingin, trauma, pengerahan tenanga
berkepanjangan, respons pada peristiwa kehidupan, obesitas, usia tua,
4
obat-obatan, penyakit, pembedahan, dan pengobatan medis dapat memicu respon
stres.
3. Obesitas
Obesitas, terutama pada tubuh bagian atas (tubuh berbentuk”apel”), dengan
meningkatnya jumlah lemak sekitar diafragma, pingang dan perut, dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi.
4. Nutrisi
Konsumsi natrium bias menjadi faktor penting dalam perkembangan hipertensi
esensial. Paling todak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi akan
sensitive terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi penyebab
pencetus hipertensi pada individu ini.Penelitian juga menunjukan bahwa asupan
diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat berkonstribusi dalam
pengembangan hipertensi.
5. Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengkonsumsi banayk alkohol dan beberapa pengunaan obat
terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi.

2.3Patofisiologi

Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (2000)
menjelaskan patofisiologi hipertensi terdapat pada, mekanisme yang mengatur atau
mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasonator.Pada
medula otak, dari pusat vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meski
tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi hal tersebut.
Pada saat yang bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang.Hal ini
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi.Medula adrenal mensekresi epinefrin
yang menyebabkan vasokontriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya untuk memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.Vasokontriksi
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal dan memicu pelepasan renin. Pelepasan
renin inilah yang merangsang pembentukan angiotensin I yang akan diubah menjadi
angiotensin II,
5
suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume intra vaskular.Semua faktor ini
dapat mencetus terjadinya hipertensi.
Pada keadaan gerontologis dengan perubahan struktural dan fungsional system
pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah usia lanjut.
Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Akibatnya akan mengurangi
kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume secukupnya) dan curah jantung pun ikut menurun,
sedangkan tahanan perifer meningkat (Darmojo & Hadimartono, 1999).

2.4 Komplikasi

Pasien hipertensi biasanya meninggal dunia lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital.Sebab kematian
yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan
gagal ginjal.Dengan pendekatan per organ sistem, dapat diketahui komplikasi yang
mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu antara lain Jantung; infark miokard, angina
pectoris, gagal jantung kongestif.Sistem Saraf Pusat; stroke, hipertensive
encephalopathy.Ginjal; penyakit ginjal kronik.Mata; hipertensive
retinopathy.pembuluh darah perifer; peripheral vascular disease (Anonim, 2009).

2.5 Klasifikasi
Menurut Darmajo & Hadimartono (1999), hipertensi pada usia lanjut dibedakan
menjadi; hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg, dan hipertensi sistolik
terisolasi di mana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik
lebih rendah dari 90 mmHg. Sedangkan berdasarkan penyebab hipertensi dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: Hipertensi essensial (hipertensi primer) dan
hipertensi sekunder.
Hipertensi primer atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya.Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus
hipertensi yang banyak terjadi di masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses
kompleks dari beberapa organ utama dan sistem, meliputi jantung, pembuluh darah,
saraf, hormon dan ginjal. Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang
diakibatkan oleh suatu sebab.Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di
masyarakat.Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas khusus.

6
Isolated Systolic Hypertension adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal.Keadaan
ini berhubungan dengan arteriosclerosis (pengerasan dinding arteri).Pregnancy
Induced Hypertension adalah kondisi naiknya tekanan darah yang terjadi selama
kehamilan, dimana naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari 15 mmHg
(Guibert R dan Franco ED, 1999).

2.6 Menifestasi klinis


Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi:
1) Tidak Bergejala: maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa.
2) Gejala yang lazim: gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala,
kelelahan. Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni (2001), manifestasi klinis
pasien hipertensi diantaranya: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,
gelisah, mual dan muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Gejala lainnya yang sering
ditemukan: marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kun

2.7 Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium; Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap


volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia. BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)
dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Urinalisa: darah, protein,
glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

2) CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

3) EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4) IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan ginjal.

5) Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung
(Sobel, et al, 1999).

7
2.8 Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Non Farmakologis: adopsis gaya hidup sehat oleh semua individu
penting dalam pencegahan meningkatnya tekanan darah dan bagian yang tidak
terpisahkan dari terapi pasien dengan hipertensi. Terdapat banyak pilihan terapi non-
farmakologis dalam menangani hipertensi pada lansia, terutama bagi mereka dengan
peningkatan tekanan darah yang ringan. Bukti saat ini menunjukkan bahwa perubahan
gaya hidup cukup efektif dalam menangani hipertensi ringan pada lansia. Beberapa cara
berikut membantu menurunkan tekanan darah pada lansia: mengurangi berat badan yang
berlebihan, mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol, mengurangi intake
garam pada makanan, dan melakukan olah raga ringan secara teratur. Cara lain yang
secara independen mengurangi resiko penyakit arteri terutama adalah berhenti merokok.
Pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang (tekanan diastolik 90-105 mmHg
dan atau sistolik 160-180mmHg) terapi nonfarmakologi dapat dicoba selama 3 sampai 6
bulan sebelum mempertimbangkan pemberian terapi farmakologis. Pada hipertensi berat,
perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi harus dijalani secara bersama-sama. Pola
makan makanan tinggi kalium dan kalsium serta rendah natrium juga merupakan metode
terapi nonfarmakologis pada lansia penderita hipertensi ringan.

2) Penatalaksanaan Farmakologis: secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: mempunyai
efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal,
memungkinkan penggunaan obat secara oral, tidak menimbulkan intoleransi, harga obat
relatif murah sehingga terjangkau oleh klien, dan memungkinkan penggunaan jangka
panjang. Saat ini, pemberian terapi farmakologis menunjukkan penurunan morbiditas dan
mortalitas pada lansia penderita hipertensi. Berdasarkan penelitian terbaru pada obat-
obat antihipertensi yang tersedia sekarang ini angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE inhibitor), angiotensin-receptor blocker (ARBs), calcium channel blocker, diuretik
tipe Tiazid, beta-blocker, semua menurunkan komplikasi penyakit hipertensi. Diuretik
tiazid merupakan terapi dasar antihipertensi pada sebagian besar penelitian. Pada
penelitian-penelitian tersebut, termasuk Antihypertensive And Lipid Lowering Treatment
To Prevent Heart Attack Trial, diuretik lebih baik dalam mencegah komplikasi
kardiovaskular akibat penyakit hipertensi. Pengecualian datang dari Australian National
Blood Pressure Trial, yang melaporkan hasil yang sedikit lebih baik pada pria kulit putih
yang memulai terapi hipertensi dengan ACE inhibitor dari pada mereka yang memulai
dengan diuretik. Diuretik menambah keampuhan obat-obat hipertensi, berguna untuk
mengontrol tekanan darah dan lebih terjangkau dari pada obat-obat antihipertensi lain.
Diuretik seharusnya dipakai sebagai pengobatan awal terapi hipertensi untuk semua
pasien, baik secara sendiri maupun kombinasi dengan 1 dari golongan obat antihipertensi
lain (ACE inhibitor, ARBs, βBlocker, CCB),

8
karena memberikan manfaat pada beberapa penelitian. Namun jika obat ini tidak
ditoleransi secara baik atau merupakan kontraindikasi, sedangkan obat dari golongan lain
tidak, maka pemberian obat dari golongan lain tersebut harus dilakukan. Sebagian besar
pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat-obat antihipertensi lain untuk mencapai
target tekanan darah yang diingini. Tambahan obat kedua dari golongan lain seharusnya
dimulai jika penggunaan obat tunggal pada dosis yang adekuat gagal mencapai target
tekanan darah yang diingini. Bila tekanan darah di atas 20/10 mmHg dari target,
pertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat, baik pada sebagai resep yang
terpisah maupun pada dosis kombinasi tetap

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Indentitas Pasien

Nama :Tn.Muslim No. Rek.Medis : 12091994

Umur :60 Tahun

Agama :Islam

Jenis Kelamin :Laki laki

Pekerjaan :Pensiun

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Jln.abadi kec.Lingga

Tanggal masuk : 06 September 2015

Yang mengirim : Anak

Cara Masuk RS :Melalui UGD

Diagnose Medis : Hipertensi

9
2. Indentitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.Dave

Umur : 25 Tahun

Hub dengan pasien : Anak

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jln.abadi kec.Lingga

a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya .
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien di bawa ke RSUD dengan keluhan nyeri kepala dan tengkuk merasa berat
,nyeri bertambah ketika di bawa bangun,dan berkurang ketika di bawa istirahat
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Di dalam keluarga pasien ,kedua orang tua nya(ayah dan ibu) mempunyai
riwayat hipertensi ,ayah nya meninggal karna serangan stroke
b. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan
Sebelum sakit: mengkaji tentang pengetahuan pasien mengenai pemeliharaan kesehatan.
c. Pola Nutrisi/Metabolisme
1) Pola Makan
a) Sehat
Biasanya tidak ada makanan yang dapat mempengaruhi penyakit paru obstruksi
kronik.
b) Sakit
Biasanya nafsu makan menurun, mual, muntah ,dan tidak nafsu makan.

10
2) Pola Minum
a) Dirumah
Biasanya klien banyak minum air putih, suka meminum kopi
b) Dirumah sakit
Biasanya klien banyak meminum air putih karena batuk dan mengurangi sesak
nafasnya.
d. Pola Eliminasi
1) BAB
Biasanya tidak mengalami perubahan dalam BAB
2) BAK
Klien tidak mengalami perubahan dalam miksi
e. Pola Aktivitas/Latihan
Biasanya pola aktivitas/latihan klien terganggu karena nafas sesak.Kemampuan
perawatan dan kebersihan diri selama dirumah sakit dibantu oleh keluarga.
f. Pola Istirahat Tidur
Biasanya klien mengalami kesulitan untuk istirahat tidur karena sesak nafas.
g. Pola Kognitif-Persepsi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam persepsi maupun kognitif.
h. Pola Peran Hubungan
Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena
perawatan yang lama.
i. Pola Seksualitas/Reproduksi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam seksualitas atau reproduksi.
j. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri
1) Body image/gambaran diri
Biasanya gambaran diri klien yaitu mengalami gangguan pada alat tubuhnya
sehingga klien mengeluh dengan kondisi tubuhnya dan memerlukan pengobatan.
2) Role/Peran
Biasanya klien mengalami perubahan peran karena penyakit yang dideritanya.

11
3) Identity/Identitas Diri
Biasanya klien mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu
menerima perubahan dan merasa kurang memiliki potensi.
4) Self Esteem/harga diri
Biasanya klien mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri karena
keluhan fisiknya.
5) Self ideal/ideal diri
Biasanya klien beraharap supaya cepat sembuh dan mengikuti pengobatan dengan
rutin.
k. Pola Koping-Toleransi Stress
Biasanya klien mengalami kecemasan dengan penyakitnya.Klien mengalami masalah
dalam perawatan diri dirumah sakit.Klien menceritakan masalahnya dengan
keluarga.Biasanya klien tidak mengkonsumsi obat-obatan untuk mnghilangkan stress.
l. Pola Keyakinan Nilai
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada pola keyakinan nilai.
m. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 210/160 mmHg
b) Nadi : 135x/menit
c) Pernafasan : 24 x/menit
d) Suhu :37c
2) Antropometri
a) Tinggi badan :biasanya tidak mengalami perubahan
b) Berat badan :biasanya mengalami penurunan berat badan

3) Kepala
a) Mata
Biasanya klien dengan Penyakit hipertensi mata klien simetris kiri dan kanan,
konjungtiva anemis, sklera ikterik.
12
b) Hidung
Klien dengan hipertensi biasanya ada cuping hidung, penciuman baik, dan
tidak ada peradangan, terpasang oksigen.
c) Telinga
Klien dengan hipertensi biasanya bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada
serumen dan tidak mengalami masalah pada pendengaran
d) Mulut
Klien dengan hipertensi biasanya mukosa bibir klien kering, warna bibir pucat.
4) Leher
a) Trakea : biasanya tidak terdapat deviasi pada trakea
b) JVP : biasanya +/-5-2cmH2O
c) Getah bening : biasanya tidak ada mengalami pembesaran getah bening
d) Tyroid : biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
5) Thorak
a) Inspeksi
Biasanya bentuk dada klien simetris kiri dan kanan, dada yang sakit terlihat
cembung (barrel chest), saat inspirasi bagian yang sakit tertinggal, terdapat
cara bernafas purselips breathing (seperti orang meniup), terlihat penggunaan
otot bantu nafas misalnya dengan meninggikan bahu, retraksi dada cepat,
frekuensi nafas meningkat.
b) Palpasi
Biasanya tidak ada massa, premitusnya tidak sama kiri dan kanan dan
melemah dibagian yang sakit.
c) Perkusi
Biasanya terdengar redup dibagian bawah dada akibat penumpukkan cairan
atau adanya udara dalam rongga alveoli.
d) Auskultasi
Klien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik biasanya suara nafas menurun
(karena penebalan dinding dada, penurunan aliran udara pada satu segmen
akibat ada cairan atau udara pada rongga pleura), ekspirasi panjang, bunyi paru
12
akan terdengar vesikuler melemah yang disertai dengan ronchi.
(Setiati & Nafrialdi, 2013)

6) Jantung
a) Inspeksi
Biasanya ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi
Biasanya ictus cordis teraba pada spatium intercostals (SIC) V disebelah linea
midklavikula sinistra.
c) Perkusi
Biasanya batas jantung dalam batas normal. Kanan atas : SIC II Linea Para
Sternalis Dextra, kanan bawah : SIC IV Linea Para sternalis dextra. Kiri atas :
SIC II Linea para sternalis sinistra, kiri bawah : SIC IV linea medio
clavicularis sinistra.
d) Auskultasi
Biasanya bunyi jantung kuat, irama teratur atau regular.
7) Abdomen
a) Inspeksi
Biasanya perut tidak membuncit, tidak ada asites dan biasanya juga tidak ada
luka bekas operasi.
b) Auskultasi
Biasanya bising usus dalam rentang normal
c) Palpasi
Biasanya hepar tidak teraba dan tidak ada nyeri tekan
d) Perkusi
Biasanya bunyi tympani
8) Ekstremitas
a) Kekuatan otot
Bisanya klien mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi dan
mampu melawan dengan tahanan sedang
13
b) Inspeksi
Biasanya tidak ada oedema pada ekstremitas atas dan bawah
c) Palpasi
Biasanya akral teraba hangat, CRT < 3 detik
9) Integument
a) Inspeksi
Biasnaya kulit tampak pucat dan berkeringat
b) Palpasi
Biasanya kulit teraba hangat dan lembab
10) Neurologi
a) Status mental/GCS
Biasanya kesadaran composmentis dengan GCS 15
b) Saraf cranial
Bisanya tidak ada gangguan
c) Saraf fisiologi
Biasanya tidak ada deficit sensori dan parises
d) Reflek patologis
Biasanya reflek patologis normal
11) Payudara
Biasanya bentuk simetris kiri dan kanan, tidak teraba adanya masa, membesar
sesuai dengan jenis kelamin.
12) Urogenital
Biasanya bersih dan tidak ada kemerahan
13) Anus
Bisanya tidak ada gangguan(Smeltzare and Bare, 2010)
n. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
2) Pemeriksaan faal paru
3) Analisa Gas Darah

14
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan skuler serebral.
b. Ansietas berhububgan dengan perubahan status kesehatan
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penjalanan penyakit.
2. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
berhubungan 1. Kontrol Nyeri 1.Pemberian Analgesik
dengan peningkatan *Secara konsisten
tekanan skuler menunjukkan *Berikan kebutuhan
selebral mengenali kapa nyeri kenyamanan dan aktifitas
terjadi. lain yang dapat membantu
*Secara konsisten relaksasi untuk
menunjukkan memfasilitasi nyeri
menggunakan sumber
daya yang tersedia. *Susun harapan yang
*Secara konsisten positif mengenai
menunjukkan keefektifan analgesik untuk
melaporkan nyeri yang mengoptimalkan respon
terkontrol. pasien
2. Nyeri Efek yang
Mengganggu *Jalankan tindakan
*Tidak ada keselamatan pada
Ketidaknyamanan pasienyang menerima
*Tidak ada Gangguan anelgesik narkotika sesuai
konsentrasi kebutuhan
*Tidak ada Gangguan 2. Manajemen nyeri
aktifitas fisik. *Berikan informasi
3. Tanda-tanda Vital mengenai nyeri seperti
*Tidak ada deviasi dari penyebab nyeri berapa
kisaran normal Denyut lama akan di rasakan dan
jantung apikal antisipasi dari
*Tidak ada deviasi dari ketidaknyaman akibat
kisaran normal Tingkat prosedur
pernapasan *Dorong pasien untuk
*Tidak ada deviasi dari memonitorkan nyeri dan
kisaran normal Irama menangani nyeri dengan
pernapasan tepat
*Dorong pasien untuk
menggunakan obat-obatan
penurun nyeri yang adekuat
3. Bantuan pasien untuk
mengontrol pemberian
analgesic
*Pastikan bahwa pasien
tidak alergi terhadap
analgesik yang akan di
berikan
*Bantu pasien dan keluarga
untuk memberikan dosis
bolus analgesik yang tepat
*Bantu pasien dan keluarga
untuk mengatur posisi yang
tepat yang di butuhkan alat
PGA

2. ansietas 1.Tingkat Kecemasan 1.Pengurangan


berhubungan *Tidak ada tidak dapat Kecemasan
dengan perubahan beristirahat *Berada di posisi klien
status kesehatan *Tidak ada Wajah untuk meningkatkan rasa
tegang aman dan mengurangi
*Tidak ada ketakutan
Mengeluarkan rasa *Dorong keluarga untuk
marah secara mendampingi klien dengan
berlebihan cara yang tapat
*Berikan objek yang
2.Konsentrasi menunjukan rasa aman
*Tidak teganggu 2.Peningkatan koping
Mempertahankan *Bantu pasien dalam
perhatian mengidentifikasi tujuan
*Tidak terganggu jangka pendek dan jangka
mempertahankan diri panjang yang tepat
untuk fokus *Bantu pasien dalam
*Tidak terganggu memeriksa sumber-sumber
berespon terhadap yang tersedia untuk
tanda-tanda visual memenuhi tujuan-
tujuannya
3.Koping *Bantu pasien untuk
*Secara konsisten menyelesaikan masalah
menunjukkan dengan cara yang
mengidentifikasi pola konstruktif
koping yang efektif 3.Terapi Relaksasi
*Secara konsisten *Dorong pasien untuk
menunjukkan mengambilposisi yang
menyatakan perasaan nyaman dengan pakaian
akan kontrol diri longgar dan mata tertutup
*Secara konsisten *Dorong pasien untuk
menunjukkan mengulang praktikkan
modifikasi gaya hidup teknik relaksasi jika
untuk mengurangi stres memungkinkan
*Dorong pengulangan
teknik praktik-praktik
tertentu secara berkala

3. Gangguan pola
tidur berhubungan 1. Tidur 1.Peningkatan Tidur
dengan penjalanan *Tidak terganggu
penyakit pola tidur *Bantu pasien untuk
*Tidak terganggu membatasi tidur siang
kualitas tidur dengan menyediakan
*Tidak ada Kesulitan aktivitas yang
memulai tidur meningkatkan kondisi
terjaga dengan tepat
2. Kelelahan Efek
yang mengganggu *Perkirakan tidur\siklus
*Tidak ada penurunan bangun pasien di dalam
energi perawatan perencanaan
*Tidak ada gangguan
dengan aktifitas *Jelaskan pentingnya tidur
sehari-hari yang cukup selama
*Tidak ada Gangguan kehamilan,penyakit
memori tekanan psikososial dan
lain-lain
3.Tingkat depresi
2. Teknik menenangkan
*Tidak ada perasaan
depresi *Yakinkan keselamatan
*Tidak ada insomnia dan keamanan klien
*Tidak ada penurunan
tingkat kegiatan *Peluk dan beri
kenyamanan pada bayi atau
anak

*Identifikasi orang-orang
terdekat klien yang bisa
membantu klien
3.Pengurangan
kecemasan

*Dorong keluarga untuk


mendampingi klien dengan
cara yang tepat

*Berikan objek yang


menunjukkan rasa aman

*Berada di sisi klien untuk


meningakatkan rasa aman
dan mengurangi ketakutan

3. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah kesehatan yang dialaminya sehingga dapat
meningkatkan status kesehatan menjadi lebih baik dan dapat menggambarkan kriteria
hasil ya ng diharapkan.Perawat diharuskan memiliki kemampuan kognitif (intelektual,
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukakn
tindakan) untuk mencapai rencana keperawatan (Hidayat, 2009).
Perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan berdasarkan terminology
NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi
atau program keperawatan (Nursalam, 2010).
4. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan sistemik dan terencana mengenai kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dan
juga melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan
suatu kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang ditentukan dengan tujuan untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan (Hidayat,

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan distolik > 90
mmHg
- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang yang
lanjut usia
- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada
tinjauan kasus
- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan
keperawatan dalam proses penyembuhan.

4.2Saran
1. Pelayanan kesehatan

Sebagai bahan informasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasie


rematik hipertensi sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya di
rumah sakit.

2. Untuk pendidikan

Sebagai pengetahuan atau sumber informasi bagi tenaga kesehatan dalam


memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

3. Untuk pasien/masyarakat

Sebagai bahan informasi bagi populasi yang beresiko ataupun carrier hipertensi
agar dapat melakukan pencegahan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (September 2009). Penderita Hipertensi Rawan Lupa. Diakses pada tanggal 18
September 2010,
Brunner & Suddarth.(2002). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Gunawan, Lany. (2001). Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Guiber R & Franco ED. (1999).Journal of Hypertension.Research Profile on Biomed Experts.
Hidayat.(Mai 2009). Askep Hipertensi

Anda mungkin juga menyukai