Cidera kepala merupakan keadaan yang serius karena mengenai kulit kepala, tengkorak dan otak. Merupakan penyakit neurologik yang serius di antara penyakit neurologik dan merupakan insiden yang banyak memakan korban hingga menyebabkan kematian (Smeltzer, 2002: 2210). Penyebab cidera kepala dapat dibedakan berdasarkan kekerasan yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam. Benda tumpul biasanya berdasarkan kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi maupun kecepatan rendah (jatuh)) dan pukulan benda tumpul, sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam (terkena bacokan) ataupun peluru. Kontribusi terbanyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda motor yang tidak menggunakan helm standart. Pada saat penderita terjatuh, helm sudah terlepas sebelum menyentuh tanah, akhirnya terjadi benturan langsung kepala dengan tanah atau helm dapat pecah dan melukai kepala (Rosjidi, 2007:25).
Saat terjadi kecelakaan yang mengenai kepala menyebabkan terjadinya
sentakan secara tiba-tiba dengan kekuatan penuh sehingga otak terus bergerak dan terbentur kembali ke tengkorak (akselerasi) dan terpantul (deselerasi) neyebabkan suatu trauma akselerasi-deselerasi (krisanty, 2009: 64). Akibat trauma akselerasi- deselerasi akan menimbulkan lesi yang kompleks yaitu lesi di bawah (impactcoup), di seberang (countracoup) dan lesi di antranya (intracoup). Gaya akselerasi-deselerasi dan gaya rotatik akan menimbulkan pergeseran otak menarik dan memutuskan vena-vena yang menjembatani arachnoid dan durameter. Kerusakan otak akibat perdarahan dan pembengkakan otak sebagai respon terhadap cidera yang menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial (Rosjidi, 2007: 27). Peningkatan intra kranial yang tidak tertangani akan menyebabkan herniasi sehingga terjadi pergeseran garis tengah otak dan menekan struktur yang luwes di dalam sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan terjadinya henti nafas dan henti jantung (Morton, 2012: 97)