Anda di halaman 1dari 2

PILI (FIMBRIAE)

Banyak microorganism yang memiliki embel-embel seperti filament yang bukan flagella.
Apendiks ini, yang disebut pilus (jamak, pili) atau fimbria (jamak, fimbriae), berukuran lebih
kecil, lebih pendek, dan lebih banyak daripada flagella. Pili hanya dapat dilihat menggunakan
mikroskop electron. Pili tidak berfungsi sebagai pergerakan, dijumpai baik pada spesies nonmotil
maupun nonmotil. Namun, ada beberapa fungsi yang berkaitan dengan tipe pili yang berbeda-
beda. Selain satu jenis, yang dikenal sebagai pilus F (pilus seks) berfungsi sebagai pintu gerbang
masuknya bahan genetic selama berlangsungnya perkawinan antara bakteri. Beberapa pili
berfungsi sebagai alat untuk melekat pada berbagai permukaan. Kemampuan pili untuk melekat
pada permukaan itu penting karena untuk membantu beberapa bakteri untuk melekatkan dirinya
pada jaringan-jaringan hewan atau tumbuhan yang merupakan sumber nutriennya (Pelczar dan
Chan, 2013).
Susunan kimia pili terdiri dari sari protein yang dinamakan pilia, yaitu heteropolimer dari
18 asam amino yang bersifat antigenic (Ismail, 2019). Terdapat dua jenis pili pada bakteri
prokariotik, yaitu (Murwani, 2015):
1. Pili biasa (Commom Pili)
Pili ini berlaku sebagai adhesion, yaitu struktur yang memfasilitasi perlekatan
mikroorganisme ke permukaan sel hospes. Pili biasa bersifat kaku, dengan diameter 7
nm. Mikroba pathogen untuk dapat menimbulkan penyakit harus dapat melekat pada sel
inang yang merupakan langkah awal yang sangat penting karena tanpa adanya
penempelan, maka mikroorganisme akan terlepas keluar dari inang oleh barrier mekanik
pertahanan.
2. Pili seksual (Sex Pili)
Dengan pili seksual, bakteri dapat menyatu dengan bakteri lain untuk melakukan
transfer materi genetic (DNA), melalui proses konjugasi. Pili tersebut disebut juga
conjugation pili, lebih panjang dan fleksibel, dengan diameter 8,5 nm.
KROMOSOM BAKTERI
Sel bakteri tidak seperti sel organisme eukariotik, tidak mempunyai kromosom yang
diskrit (tersendiri), alat mitosis untuk pembelahan sel, nukelus, dan membrane nucleus. Bahan
nucleus atau DNA di dalam sel bakteri menempati posisi didekat pusat sel dan terikat pada
system mesosom-membran sitoplasma. Bahan ini merupakan seluruh alat genetic atau genom
bakteri dan terdiri dari kromosom tunggal dan bundar tempat semua gen berpautan. Bahan
nucleus bakteri itu disebut tubuh kromatin, nucleoid, atau kromosom bakteri (Pelczar dan Chan,
2013).

Walaupun sel prokariot tidak memiliki pembungkus nucleus, kromosomnya terbuat dari
asam deoksiribonukleat yang secara kimia sama dengan yang terdapat pada sel berbagai molekul
tunggal dalam sel juga terdapat potongan-potongan DNA yang disebut plasmid. Akan tetapi,
karena sifat basophil sitoplasma, tidaklah mudah untuk melihat DNA yang sudah diwarnai,
kecuali jika sel sebelumnya dihidrolisis dengan asam lemak untuk menghilangkan asam
ribonukleatn sitoplasma (Ismail, 2019). Kromosom DNA pada bakteri berlipat-lipat lebih dari
ribuan untuk dapat masuk ke dalam sel prokariot. Area khusus DNA disebut dengan Nukleois,
yang dapat dilihat menggunakan mikroskop electron. Beberapa prokariot membentuk struktur
subseluler yang terikat pada membrane dengan fungsi khusus, seperti kromatofor bakteri
fotosintetik. Struktur tersebut bukan merupakan membrane yang seakan menyelubungi inti,
tetapi merupakan perluasan dari membrane sel. Ukuran prokariot yang kecil membatasi jumlah
informasi genetic yang dibawa. Gen pada prokariot tidak memiliki histon, nukleosom, dan
intron. Gen-gen banyak yang menyandi fungsi-fungsi penting seperti produksi energy,
pembentukan makromolekuler, dan replikasi seluler. Prokariot tidak mempunyai apparatus
mitotic (Murwani, 2015).

DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Saldanis. 2019. Mikrobiologi-Parasitologi. Yogyakarta: Deepublish
Murwani, Sri. 2015. Dasar-dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang: UB Press
Pelczar, Michael J., dan E.C.S Chan. 2013. Dasar-dasar Mikrobiologi Jakarta: UI-Press

Anda mungkin juga menyukai