FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PRESSURE ULCER DI
INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
No Komponen Hasil penelitian
yang dikritisi 1. Judul Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya pressureulcer di Intensive Care Unit (ICU)
Kekurangan: belum dicantumkannya waktu penelitian pada
judul jurnal ini. Saran: perlu dicantumkan tahun kapan penelitian berlangsung 2. Abstrak Latar Belakang: Pressure ulcer adalah salah satu kondisi yang paling diremehkan pada pasien sakit kritis. Meskipun banyak muncul berbagai pedoman praktek klinis dan kemajuan teknologi medis, prevalensi pressureulcer pada pasien rawat inap terus meningkat. Saat ini yang kita lihat, konsensus yang kurang pada faktor-faktor risiko terpenting pada pressure ulcer pada pasien sakit kritis, dan tidak ada skala penilaian risiko secara eksklusif untuk pressure ulcer pada pasien kritis ini.
Tujuan: Untuk menentukan faktor risiko yang paling
prediktif pada pasien dewasa kritis dengan pressureulcer. Faktor risiko yang diteliti antara lain skor total pada Skala Braden, mobilitas, aktivitas, persepsi sensorik, kelembaban, gesekan / geser, gizi, umur, tekanan darah, lama tinggal di unit perawatan intensif, skor pada the Acute Physiology and Chronic Health Evaluation II, administrasi vasopresor, dan kondisi komorbiditas.
Metode: Desain, retrospektif korelasional digunakan untuk
menguji 347 pasien dirawat di ICU medical bedah dari Oktober 2008 sampai Mei 2009.
Hasil: Menurut analisis regresi logistik, usia, lama tinggal,
gesekan mobilitas, / geser, infus norepinephrine, dan penyakit kardiovaskular menjelaskan bagian utama dari varians dalam pressure ulcer.
Kesimpulan: skala penilaian risiko saat ini untuk
pengembangan pressure ulcer mungkin tidak termasuk faktor risiko umum pada orang dewasa yang sakit kritis. Pengembangan model penilaian risiko untuk pressure ulcer pada pasien-pasien itu dibenarkan dan dapat menjadi dasar untuk pengembangan alat penilaian risiko.
Kekuatan: abstrak yang ditampilkan dalam penelitian ini
cukup lengkap mulai dari latar belakang, tujuan, metode yang digunakan, hasil serta kesimpulan.
3. Latar Pada pasien perawatan kritis, pressureulcer merupakan
belakang ancaman komorbiditas tambahan pada pasien yang secarafisiologis dikompromikan. Faktanya, pressure ulceradalah salah satu masalah kesehatan paling diremehkan pada pasien perawatan kritis [1] Meskipun banyak kemajuan teknologi medis dan penggunaan program pencegahan formal berdasarkan pedoman praktek klinis, prevalensi pressureulcer selama rawat inap terus meningkat.. Pada tahun 2008, Russo dkk [2] dari Health Care Cost and Utilization Project melaporkan peningkatan 80% dalam terjadinya pressure ulcer 1993-2006 pada pasien dewasa dirawat di rumah sakit dan diperkirakan bahwa biaya kesehatan total terkait perawatan adalah $ 11 miliar. Di antara semua pasien rawat inap, tingkat prevalensi pressure ulcer yang tertinggi terdapat pada pasien di unit perawatan intensif (ICU), dari 14% menjadi 42%. [3-5] Pada tahun 2006, the Centers for Medicare and Medicaid Services[6]menyatakan bahwa rumah sakit yang terdapat pressureulcer stadium III atau IV merupakan tahap yang merugikan pasien, atau "kejadian yang tidak mungkin terjadi," yang secara wajar dapat dicegah dengan menerapkan pedoman pencegahan berbasis bukti. Langkah pertama dalam mencegah pressure ulcer adalah menentukan apa yang merupakan risiko yang tepat. Banyak faktor resiko telah diidentifikasi secara empiris, namun belum diketahui faktor-faktor risiko apa yang paling berpengaruh. Di Amerika Serikat, Skala Braden [14] merupakanalat penilaian risiko yang paling banyak digunakan dalam pengaturan perawatan, termasuk ICU, dan pedoman praktek klinis saat ini [15-17] merekomendasikan penggunaannya. Skala Braden, berasal dari kerangka konseptual Braden dan Bergstrom, [18] 6 sub-skala yang digunakan untuk mengukur risiko pressure ulcer: persepsi sensorik, aktivitas, mobilitas, nutrisi, kelembaban, dan gesekan / geser. Potensi skor berkisar 6-23, skor yang lebih rendah menunjukkan risiko yang lebih besar. Skor dari 15 sampai 18 menunjukkan risiko atau risiko ringan, 13 sampai 14, risiko moderat; 10 sampai 12, risiko tinggi;. Dan skor dari 9 atau kurang, resiko yang sangat tinggi [19] Stratifikasi risiko pressureulcer dapat berguna secara klinis untuk menentukan dan melaksanakan sesuai tingkat pencegahan. [20] Faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam Skala Braden tetapi juga dapat meningkatkan tingkat pasien dari risiko pressureulcer. Bukti empiris menunjukkan bahwa faktor- faktor berikut dapat menjadi prediksi pressure ulcer pada pasien perawatan kritis: usia lanjut; [1,4,21,25,26] tekanan arteriol rendah; [27-29] lama tinggal di ICU; [1,21, 26,30] keparahan penyakit seperti yang ditunjukkan oleh nilai pada Acute Physiology and Chronic Health Evaluation (APACHE) II; [1,31] kondisi komorbiditas, termasuk diabetes mellitus, sepsis, dan penyakit pembuluh darah; [21,25,27] dan faktor iatrogenik, seperti penggunaan agen vasopressor [1,25,27]. Meskipun penelitian telah menunjukkan bahwa banyak faktor ini berhubungan secara signifikan dengan perkembangan pressure ulcer pada pasien ICU, temuan itu tidak konsisten di semua studi di mana hubungan ini diuji.
Kekuatan: dalam penelitian ini sudah dijelaskan dengan
terperinci latar belakang alasan mengapa peneliti memilih untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut, dilihat dari fenomena yang ada terjadi peningkatan angka kejaian pressure uler pada pasien dewasa dengan penyakit kritis terutama di ICU. Penelitian ini tampaknya juga sudah menyampaikan beberapa sumber penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian sekarang. 4. Tujuan Tujuan dari penelitian adalah untuk menentukan faktor risiko penelitian yang berasal dari Skala Braden dan literatur empiris lainnya yang paling berpengaruh pada peningkatan angka kejadian pressureulcer pada pasien kritis dewasa. Faktor-faktor risiko yang diteliti adalah: total skor Braden, mobilitas, aktivitas, persepsi sensorik, kelembaban, nutrisi, gesekan / geser, lama tinggal diICU, usia, tekanan arteriol, administrasi vasopresor, skor pada APACHE II, dan kondisi komorbiditas.
Kekurangan: dalam penelitian ini tidak dijelaskan secara
eksplisit mengenai tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian. Saran: sebaiknya dijelaskan tujuan penelitian baik umum maupun khusus, sehingga penganalisi dapat membaca arah yang dikehendaki peneliti. 5. Variabel- Variable bebas: faktor- faktor yang berpengaruh terhadap variabel pressure ulcer yaitu skor Skala Braden pada saat masuk ke penelitian MSICU; nilai pada sub-skala Braden di masuk ke unit; usia; tekanan arteriol, lama tinggal di ICU; jumlah jam pemberian agen vasopressor selama tinggal di MSICU: norepinefrin, epinefrin, vasopressin, dopamin, dan fenilefrin; keparahan penyakit sesuai dengan skor APACHE II , dan ada atau tidak adanya salah satu kondisi komorbiditas berikut: diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah perifer, dan infeksi bersamaan / sepsis. Variabel terikat: kejadian pressure ulcer ( dicatat dengan ada atau tidaknya kejadian pressure ulcer)
Kekuatan: baik variabel bebas maupun variabel terikat
sudah dijelaskan secara rinci. 7. Definisi Kekuatan: sudah dijelaskan mengenai variable- variable operasional yang digunakan dalam penelitian. Kekurangan: Dalam jurnal penelitian ini belum menjelaskan mengenai komponen definisi operasional yaitu definisi operasional masing- masing variabel, alat ukur, hasil ukur dan skala ukur. 8. Metode Penelitian ini menggunakan deskriptif retrospektif, desain penelitian korelasional. Tempat penelitiannya di12-tempat tidur dan medical-surgical ICU (MSICU) di Englewood Hospital and pengambilan Medical Center di Englewood, New Jersey. sampel Semua pasien dewasa yang dirawat di MSICU dari Oktober 2008 sampai dengan Mei 2009 yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam sampel. Pasien dilibatkan jika mereka berumur 18 tahun atau lebih dan memiliki biaya MSICU lebih dari 24 jam. Pasien tidak masuk kriteria inklusi jika mereka harus tinggal MSICU kurang dari 24 jam atau memiliki pressureulcer pada saat masuk ke MSICU. Untuk mencapai kekuatan 80%, ukuran sampel minimum dari 163 yang dibutuhkan untuk ukuran efek moderat, tingkat signifikansi α = .05. Data lainnya meliputi data demografi dan karakteristik pasien termasuk etnis, jenis kelamin, dan diagnosis MSICU. Selain itu, untuk pasien dengan pressureulcermeluas, jumlah jam menjadi pressureulcerdan lokasi anatomi dan tahap pressure ulcer sesuai dengan National Pressure Ulcer Advisory Panel staging system tahun 2007 juga dicatat.[35]
Kekuatan: Metode penelitian dan pengambilan sampel
sudah dijelaskan secara rinci. 9. Pengolahan SPSS, versi 16.0 for Windows, perangkat lunak (SPSS Inc, data Chicago Illinois) digunakan untuk analisis data. Statistik deskriptif meliputi distribusi frekuensi untuk variabel penelitian dan data demografis. Uji korelasi Pearson product moment digunakan untuk analisis korelasional dari variabel penelitian. Regresi logistik langsung digunakan untuk menentukan factor apa yang paling berengaruh pada perkembangan pressureulcer pada pasien ICU. Uji t dan uji χ2 digunakan untuk membandingkan antara pasien dengan dan tanpa pressure ulcer.
Kekuatan: sudah di jelaskan juga mengenai teknik
pengolahan data yang digunakan yakni dengan uji analisis distribusi frekuensi, uji korelasi product moment pearson, uji t dan uji χ2, serta uji regresi logistic untuk mengetahui faktor apa yang paling berpegaruh terhadap kejadian pressure ulcer. Kekurangan: seyogyanya ditambahkan mengenai tahap pengolahan data, mulai dari editing, coding, entry data dan tabulating. 10. Hasil Dari 579 pasien yang dirawat di MSICU selama masa penelitian, 347 memenuhi kriteria inklusi dan termasuk dalam sampel akhir. Para pasien berumur antara 20-97 tahun (rata-rata 69; SD, 17). Diagnosa terbanyak antara lain gagal nafas (20,7%), sepsis atau syok septik (17,3%), dan masalah neurologis (15%). Di antara 347 pasien dalam sampel, pasien yang mengalami pressureulcer65 (18,7%). Dari jumlah tersebut, sebagian (35%) adalah tahap II, dan sakrum adalah lokasi anatomis yang paling umum (58%). Waktu sampai pengembangan pressure ulcer adalah 133,61 jam (rata-rata 90,0; range, 5- 573; SD, 120,13).
Mean skor Skala Braden pada seluruh pasien adalah 14,28
(SD, 2,68; jangkauan, 6-23), 12,73 (SD, 2,65) untuk pasien yang mengalami pressure ulcer, dan 14,63 (SD, 2,65) untuk pasien tanpa pressure ulcer. Dari 65 pasien denganpressure ulcer, 28% (n = 18) digolongkan sebagai beresiko, 28% (n = 18) pada risiko sedang, 35% (n = 23) pada risiko tinggi, dan 9 % (n = 6) pada resiko yang sangat tinggi.
Faktor-faktor risiko berikut adalah prediktor signifikan
terhadap kejadian pressureulcer: mobilitas (B = -0,823, P = 0,04; rasio odds [OR] = 0,439, 95% confidence interval [CI], 0,21-0,95), umur (B = 0,033; P = .03; OR = 1,033, 95% CI, 1,003-1,064), lama tinggal di ICU (B = 0,008; P <.001; OR = 1,008, 95% CI, 1,005-1,011), dan penyakit kardiovaskular (B = 1,082, P = 0,007; OR = 2,952, 95% CI, 1,3-6,4). Faktor-faktor risiko berikut secara signifikan berperan dalam pengembangan pressure ulcertahap II atau lebih besar: gesekan / geser (B = 1,743, P = .01; OR = 5,715, 95% CI, 1,423-22,950), panjang ICU menginap ( B = 0,008; P <.001; OR = 1,008, 95% CI, 1,004-1,012), administrasi norepinefrin (B = 0,017, P = 0,04; OR = 1,017, 95% CI, 1,001-1,033), dan penyakit kardiovaskular (B = 1,218, P = .02; OR = 3,380, 95% CI, 1,223-9,347).
Kekuatan: sudah dijelaskan secara terperinci
11. Pembahasan Dalam contoh penelitian, Skala Braden dengan skor 18 tidak menyebabkan berkembangnya pressure ulcer. Faktanya, 75% (n = 261) dari pasien digolongkan sebagai berisiko untuk pressureulcer (Braden Skala skor = 18) tetapi masih bebas dari pressureulcer. Dari 6 sub-skala Braden, hanya mobilitas dan gesekan / geser yang menjadi prediktor signifikan pressure ulcer. Mobilitas didefinisikan pada Skala Braden sebagai kemampuan pasien untuk mengubah dan mengendalikan gerakan tubuh. [18] Menggerakkan dan mereposisikan pasien adalah prinsip dasar asuhan keperawatan dan dianjurkan dalam semua pedoman praktek saat ini sebagai strategi untuk mencegah pressure ulcer. Beberapa bukti [38] juga mendukung penggunaan kasur decubitus pada pasien ICU. Penggunaan kasur decubitus dan reposisi pasienmerupakan 2 strategi penting untuk mencegah luka dekubitus pada pasien perawatan kritis. Dalam penelitian terbaru [39] di ICU trauma bedah, 41 pasien yang berisiko tinggi untuk pressure ulcer menerima aplikasi dari busa silikon, nonadherent foam ke daerah sakral untuk meminimalkan kekuatan gesekan, geser, dan kelembaban. Aplikasi inisecara signifikan mengurangi terjadinya pressure ulcerke nol. Penelitian sedang direplikasi untuk memvalidasi temuan. Pasien sakit kritis sepenuhnya tergantung pada petugas kesehatan reposisi dan transfer. Para advokat prosedur penanganan pasien merekomendasikan penggunaan lembaran meluncur dan perangkat pemindahan pasien untuk mengurangi efek buruk dari gesekan / geser pada kulit dan sekaligus melindungi staf dari cedera muskuloskeletal. [40] Faktor-faktor tambahan seperti elevasi kepala berkepanjangan sakit kritis, intubasi pada pasienuntuk mencegah ventilator-associated pneumonia.
Kekuatan: dalam pembahasan sudah dijelaskan tentang
faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kejadian pressure ulcer serta teori- teori yang mendukung hasil penelitian. 12. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan penyebab multifaktorial pressure ulcer pada pasien kritis. Meskipun nilai pada 2 faktor risiko subskala Braden (mobilitas, gesekan / geser) adalah penyebab kejadianpressure ulcer, faktor risiko lain yang tidak diukur dengan Skala Braden, termasuk usia, lama tinggal ICU, administrasi norepinefrin, dan penyakit kardiovaskular, juga adalah prediktor yang signifikan dalam analisis multivariate . Banyak penelitian lebih lanjut yang diperlukan untuk menentukan tindakan- tindakan pencegahan terhadap pressure ulcer, seperti penggunaan alas kasur yang mensupport, perangkat penahanan tinja, frekuensi reposisi, penggunaan dressing topikal pada sakrum untuk meminimalkan gesekan / geser, program mobilitas progresif, dan penggunaan glide sheets dan peralatan transfer pasien. Pada akhirnya, dengan mengetahui factor resiko yang berpengaruh pada pressure ulcer, kita dapat menerapkan strategi pencegahan berbasis bukti dapat mengakibatkan penurunan baik dalam terjadinya pressure ulcer dan biaya perawatan kesehatan dan dapat mempromosikan hasil kesehatan positif pada pasien perawatan kritis.
Kekuatan: kesimpulan sudah tepat sesuai dengan tujuan