Anda di halaman 1dari 35

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Konsep Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata

“efektif” berarti ada efeknya, manjur, mujarab, mapan.1Efektivitas berasal dari

bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas

menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika

usaha itu mencapai tujuannya secara ideal efektivitas dapat dikatakan dengan

ukuran-ukuran yang pasti misalnya usaha X adalah 60% efektif dalam mencapai

tujuan Y.

Aan Komariah dan Cepi Tratna yang dimaksud Efektivitas adalah ukuran

yang menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu)

telah dicapai.Efektivitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi

individu, kelompok organisasi, makin dekat pencapaian prestasi yang diharapkan

supaya lebih efektif hasil penilaiannya.2

Memaknai efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda sesuai

dengan sudut pandang dan kepentingan masing-masing dalam kamus bahasa

indonesia Mulyasa mengemukakan bahwa; “efektif berarti dan efeknya

(akibatnya, pengaruhya dan kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa

1
Djaka, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini,( Surakarta : Pustaka Mandiri,
2011), h. 45
2
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leader Ship Menuju Sekolah Efektif,
(Bandung:Bumi Aksara, 2005), h. 34

14
15

hasil”, jadi efektivitas adalah adanya keseuaian antara orang yang melakukan

tugas, dengan sasaran yang dituju.3

Efektivitas dapat diartikan sebagai tepat guna. Dengan adanya efektivitas

di dalam suatu kegiatan, sehingga tujuan yang akan dicapai dapat tergambarkan

secara jelas. Menurut Effendy mendefinisikan efektivitas sebagai berikut

”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan

biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang

ditentukan”.4 Efektivitas diatas dilakukan untuk menunjukkan bahwa tujuan akan

tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan, maka dengan hal itu

efektivitas yang ada di dalam suatu kegiatan juga berjalan dengan baik.

Pengertian lain menurut Susanto “Efektivitas merupakan daya pesan untuk

mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi”.5Dari

pengertian diatas efektivitas dapat dartikan sebagai alat yang digunakan oleh

seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain dengan kata lain bawahan

kerjanya supaya dapat menjalankan tugas secara baik dan sesuai dengan tujuan

yang akan dicapai.

Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan tentang efektivitas

yaitu suatu proses dimana didalamnya terdapat tujuan, sasaran, dan personil yang

dilakukan oleh pemimpin untuk mempengaruhi orang lain (bawahannya) supaya

dapat menjalankan tugas dengan baik.

3
Mulyasa.Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 35
4
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 2010), h. 14
5
Astrid Susanto, Pendapat Umum, (Bandung: Bina Cipta, 2010), h. 18
16

Pertanyaan efektif di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa ada

akibat yang ditimbulkan dan merupakan hasil dari yang di inginkan atassegala

yang di upayakan dengan memberikan satu hal yang lebih menguntungkan atau

memberi rasa yang kepuasan.Efektif sendiri menjadi suatu bagian dari upaya atau

kegiatan yang mengarah kepada sesuatu pencapaiaan sasaran akan memberikan

suatu bentuk yang cukup baik karena yang diinginkan tercapai.

Dengan demikian maka dampak dasri perkataan efetif adalah dapat

berpengaruhdalam suatu proses pelaksanaan kegiatan dan hasil akhirnya

menunjukkan bahwa ada kenyataan yang sesuai dengan keinginan yang di

hendaki.6

Kata efektivitas tidak dapat disamakan dengan efesiensi, karena keduanya

memiliki arti yang berbeda walaupun dalam berbagai penggunaan kata efesiensi

lekat dengan kata efektivitas.Efesiensi mengandung pengertian pembandingan

antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan

pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktifitas,

yaitu mengarah kepadapencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian

target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui

konsep efektivitas.Konsep ini adalah salah satu factor yang menentukan apakah

perlu dilakukan perubahan secara siknifikan terhadap bentuk dan manajemen

organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan

organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efesien, ditinjau

6
Hari Lubis dan Martini Husaini, Teori Organisasi, (Bandung : Ghina Indonesia, 1987), h.
41
17

dari sisi masukan (input), proses, maupun keluar (output). Dalam hal ini yang

dimaksud sumber daya meliputi kesedian personil, sarana dan prasarana serta

metode dan proses yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan

tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat sederhana

karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung dari

siapa yang menilai serta menginterprestasikannya. Bila dipandang dari sudut

pruktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa

efektivitas berarti kualitas dan kuantitas ( output ) barang dan jelas. Tingkat

efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah

ditentukan dengan hasil yang telah ditentukan dengan haasil nyata yang

diwujudkan. Namun,jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan

tidak tepat sehingga disebbakan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang

diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.7

2. Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah hal yang sangat sederhana,

karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada

siapa yang menilai serta menginterpretasikannya.Ukuran Efektivitas terpenuhinya

suatu sasaran dan tujuan yang akan dicapai, serta dapat menunjukkan seberapa

jauh organisasi, program atau kegiatan tersebut melaksanakan fungsinya.

7
Ibid, h. 17
18

Menurut E.Mulyasamenjabarkan indikator efektivitas organisasi termasuk

organisasi layanan masyarakat seperti lembaga pendidikan dapat dilihat dari

beberapa indikator berikut:8a) Efektivitas keseluruhan; b) Kualitas; c)

Produktivitas; d) Kesiagaan; e) Efisiensi; f) Laba; g) Pertumbuhan; h)

Pendayagunaan lingkungan; i) Stabilitas; j) Semangat kerja; k) Motivasi; l)

Kepuasan; m) Penerimaan tujuan organisasi; n) Keluwesan dan adaptasi; o)

Penilaian oleh pihak luar.9

Menurut Martani dan Lubis ada tiga pendekatan dalam mengukur

efektivitas organisasi, yaitu:10 a) Pendekatan Sumber (Resource Approach) yakni

mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan

organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang

sesuai dengan kebutuhan organisasi.b) Pendekatan Proses (Process Approach)

adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua

kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi. c) Pendekatan Sasaran (Goals

Approach) dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi

untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana. Pendekatan inilah

yang akan digunakan peneliti dalam menjawab permasalahan yang diteliti.

Steers mengemukakan bahwa efektivitas bersifat abstrak, oleh karena itu

hendaknya efektivitas tidak dipandang sebagai keadaan akhir akan tetapi

merupakan proses yang berkesinambungan dan perlu dipahami bahwa komponen

8
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi dan Implementasi),
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 87.
9
Ibid
10
Lubis, S.B. Hari dan Martani Huseini, Pengantar Teori Organisasi: Suatu Pendekatan
Makro, (Jakarta: Departemen Ilmu Administrasi: FISIP UI, 1987), h. 55
19

dalam suatu program saling berhubungan satu sama lain dan bagaimana berbagai

komponen ini memperbesar kemungkinan berhasilnya program.11

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang

dikemukakan oleh Richard M. Steers dalam bukunya yang berjudul Efektivitas

Organisasi, yaitu:12

a. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi yang

dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara.

Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti

dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia.

b. Karakteristik Lingkungan

Aspek lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah dinyatakan

mempunyai pengaruh terhadap efektivitas kerja.Kedua aspek tersebut sedikit

berbeda, namun saling berhubungan.

c. Karakteristik Pekerja

Pada kenyataannya para anggota organisasi merupakan faktor pengaruh

yang paling penting karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan

memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan

sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya

11
Richard M, Streer. Efektivitas Orgnisasi. (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 53.
12
Richard M. Steers, Efektivitas Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 46
20

yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh

terhadap pencapaian tujuan organisasi.

d. Kebijakan dan Praktek Manajamen

Karena manajer memainkan peranan sentral dalam keberhasilan suatu

organisasi melalui perencanaan, koordinasi dan memperlancar kegiatan yang

ditujuankan kearah sasaran.kebijakan yang baik adalah kebijakan tersebut secara

jelas membawa kita kearah tujuan yang diinginkan.

Dari keempat factor yang mempengaruhi efektivitas organisasi yang

dinyatakan oleh Steers tersebut dapat dijelaskan secara ringkas bahwa: 1) struktur

yang dibangun dan teknologi yang digunakan dalam organisasi akan sangat

berpengaruh terhadap proses dan pencapaian tujuan, 2) organisasi sebagai

organisasi yang terbuka, kelangsungan hidupnya akan sangat tergantung kepada

lingkungan sekitarnya baik yang berada di dalam organisasi maupun diluar

organisasi, 3) bahwa manusia sebagai unsur penting dari organisasi memiliki

kemampuan, 4) kebijakan dan praktek manajemen yang ditetapkan oleh pimpinan

dalam mengatur dan mengendalikan organisasi sangat berpengaruh bagi

organisasi maupun bagi pencapaian tujuan.

B. Gaya Kepemimpinan

1. Pengertian Gaya Kepemimpinan


21

Gaya kepemimpinan merupakan hasil interaksi antara pemimpin dengan

orang-orang yang dipimpinnya dalam berbagai keadaan yang mempengaruhinya.

Gaya kepemimpinan yang menggambarkan perilaku dalam interaksi tersebut, bila

dihimpun berdasarkan kesamaannya yang dominan, akan menghasilkan berbagai

tipe kepemimpinan yang tetap terlihat meskipun kondisi yang mempengaruhinya

berubah-ubah, karena bersifat idental. Dalam kondisi yaang berbeda diperlukan

analisis dan pemanfaatan setiap situasi yang dihadapi dan akan memberikan

gambaran mengenain gaya kepemimpinan.

Gaya (style) kepemimpinan ialah cara pemimpin membawa diri sebagai

pemimpin. Cara ia berlagak dan tampil dalam menggunakan kekuasaannya.

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian

sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan

dirinya sendiri dengan orang lain. Gaya atau style hidupnya pasti akan mewarnai

perilaku dan tipe kepemimpinannya.13

Menurut Hasibuan gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin

mempengaruhi perilaku bawahan yang bertujuan untuk mendorong gairah kerja,

kepuasan kerja dan produktivitas karyawan yang tinggi, agar dapat mencapai

tujuan organisasi yang maksimal.14Sedangkan menurut Heidjrachman dan Husnan

dalam Frengky Basna menyatakan bahwa gaya kepemimpinan mewakili filsafat,

ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah pola

tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan

13
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005),
h. 34
14
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
170.
22

tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu.15 Menurut Thoha mengemukakan

bahwa Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan seseorang

pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang

ia lihat.16

Menurut Wahjdosumidjo, gaya kepemimpinan diartikan ke dalam istilah

sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi,

hubungan kerjasama antar peran, kedudukan dari suatu jabatan administratif, dan

persepsi.17 Sedangkan Hendyat Soetopo menyatakan bahwa gaya kepemimpinan

adalah proses mempengaruhi, mengarahkan, dan mengkoordinasikan segala

kegiatan organisasi dan kelompok.18

Menurut Bush yang dikutip oleh Kisbiyanto menjelaskan bahwa gaya

kepemimpinan pendidikan dibentuk oleh tiga dimensi dalam kepemimpinan, yaitu

kepemimpinan sebagai “pengaruh”, kepemimpinan berkaitan dengan “nilai-nilai”

dan kepemimpinan berkaitan dengan “visi”. Jadi pada hakikatnya kepemimpinan

merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang-orang dalam

organisasi dengan sistem nilai tertentu dan visi tertentu pula untuk mencapai

tujuan.19

15
Frengky Basna. Analisis Gaya Kepemimpinan, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi
dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Badan Pendapatan Daerah Manado.Jurnal Riset Bisnis
dan Manajemen Vol. 4, No.3, 319-334.2016, h. 320.
16
Toha Mifta, Prilaku Organisasi KOsnep Dasar dan Implikasinya, (Jakarta: raja Grafindo
Persada, 2012), h. 49
17
Wahdjosumudjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tianjauan Teoritik dan
Permasalahannya (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), h. 17.
18
Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi; Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 210.
19
Kisbiyanto, Manajemen Pendidikan Pendekatan Teoritik dan Praktik (Yogyakarta: Idea
Press, 2011), hal. 32.
23

Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan, pengertian kepemimpinan

pendidikan adalah kemampuan pemimpin pendidik dalam mempengaruhi para

pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan serta

mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.20 Secara operasional, gaya

kepemimpinan berfungsi sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemimpin dalam

upaya menggerakkanbawahan agar mau berbuat sesuatu guna menyukseskan

programprogram kerja yang telah dirumuskan sebelumnya.21

Secara umum definisi kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan

yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,

menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau

kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang

dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.22 Terkait

dengan kepemimpinan dapat dipahami salah satu firman Allah SWT dalam surat

Al-Anbiya ayat 73 sebagai berikut:

 
 
  
 
 
   
 
Artinya: Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan
kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,

20
Rohmat, Kepemimpinan Pendidikan; Konsep dan Aplikasi (Purwokerto: STAIN Press,
2010), hal. 45
21
Prim Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Madrasah: Strategi Peningkatan Mutu dan
Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 236.
22
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 125-126.
24

menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu


menyembah. (Q.S. Al-Anbiya: 73).23
Pada umumnya terminologi kepemimpinan menggunakan kata khalifah

atau amir sedangkan dalam ayat tersebut menggunakan kata “aimmah”, merujuk

terhadap isyarat tentang sosok pemimpin yang diharapkan, yaitu sosok pemimpin

yang ideal. Pemimpin yang ideal dalam Islam adalah yang mampu tampil

memimpin bagi kehidupan beragama (Islam) bagi rakyatnya. Seperti pemimpin

sebuah Negara yang tidak hanya memiliki kualifikasi kepemimpinan dalam me-

manage negara, tetapi juga mampu memelihara dan mempertahankan kehidupan

beragama umat. Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menambahkan

bahwakriteria pemimpin yang memang harus ada adalah keteladanan dalam

kebaikan secara universal.Karena di dalam ajaran Islam, urusan duniawi dan

ukhrawi merupakan satu kesatuan yang sinergis.

Secara korelatif ayat 73 pada surat al-Anbiya berbicara tentang figur

pemimpin ideal, yang memiliki kompetensi managerial secara umum dan

kompetensi keagamaan secara khusus. Seperti contoh keteladanan para nabi yang

mampu mensejahterakan umatnya baik lahir maupun bathin. Sosok pemimpin

yang akan memberi keberkahan bagi bangsa kapanpun. Dalam istilah lain

pemimpin yang baik adalah pemimpin yang negarawan dan agamawan.

Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, ciri utama yang

disebutkan di awal ayat yang berbicara tentang kepemimpinan ideal adalah bahwa

para pemimpin itu senantiasa mengajak rakyatnya kepada jalan Allah dan

kemudian secara aplikatif mereka memberikan keteladanan dengan terlebih

23
Al-Qur’an, Departemen Agama RI (Jakarta: Surprise, 2013), hal. 329
25

dahulu mencontohkan pengabdian dalam kehidupan sehari-hari yang dicerminkan

dengan menegakkan shalat dan menunaikan zakat, sehingga mereka termasuk

kelompok ‘abid’ yang senantiasa tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah swt

dengan merealisasikan ajaran-ajaranNya yang mensejahterakan.24

‘Wakanu Lana Abidin bukan Wakanu Abidin’ merupakan penegasan

bahwa perbuatan baik yang mereka perbuat lahir dari rasa iman kepada Allah dan

jauh dari kepentingan politis maupun semata-mata malu dengan jabatannya.Maka

kata ‘lana (hanya kepada Kami)’ adalah batasan bahwa hanya kepada dan karena

Allah mereka berbuat kebaikan selama masa kepemimpinannya.

Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menambahkan bahwa kriteria

pemimpin yang memang harus ada adalah keteladanan dalam kebaikan secara

universal sehingga secara eksplisit Allah menegaskan tentang mereka: Telah

Kami wahyukan kepada mereka untuk senantiasamengerjakan beragam kebajikan.

Fi’lal khairat yang senantiasa mendapat bimbingan Allah adalah beramal dengan

seluruh syariat Allah secara integral dan paripurna dalam seluruh segmen

kehidupan.

Sesuai dengan hadits dari Abu Hurairah tentang kemungkinan terjadinya

kepemimpinan pasca Rasulullah dan sikap yang harus ditunjukkan oleh umat

terhadap model kepemimpinan tersebut:

Hisyam bin Urwah meriwayatkan dari Abu Shalih dari Abu Hurairah
bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Akan datang sepeninggalku
beberapa pemimpin untuk kalian. Ada seorang yang baik yang
memimpin kalian dengan kebaikan, namun ada juga pemimpin yang
buruk yang memimpin dengan kemaksiatan.Maka hendaklah kalian

24
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Terjemahan Abdul Ghoffar (Bogor: Pustaka Imam
asysyafi’I, 2003), hal. 104.
26

tetap mendengar dan taat pada setiap yang menepati


kebenaran.Karena jika mereka baik, maka kebaikan itu untuk kalian
dan untuk mereka.Namun jika mereka buruk, maka keburukan itu
hanya untuk mereka”. (HR. Muslim).25
Menurut J. Riberu gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin membawa

diri sebagai pemimpin, cara ini bergerak tampil dalam menggunakan

kekuasaannya.26

Kepemimpinan suatu organisasi perlu mengembangkan staf dan

membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi,

maka pemimpin perlu memikirkan tingkat gaya kepemimpinannya. Gaya

kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada

saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia

lihat.27

Miftah Thoha menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola

prilaku yang konsisten yang ditunjukkan dan diketahui oleh pihak lain ketika kita

berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain.28 Menurut Abd. Kadim

Masaong, dan Arfan A gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang

diterapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain. Gaya kepemimpinan

merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang

tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.29

25
Muslim ibn al Hajjaj al Qusyairi an, Shohih Muslim (Bairut: Dar Ihya al Kutub al
‘Arabiyyah, 1995), hal. 805.
26
J. Riberu, Dasar - Dasar Kepemimpinan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2015), hal. 7.
27
Nur Munajat, Administrasi Pendidikan (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2013), h. 119-120
28
Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2010), h.
76.
29
Abd. Kadim Masaong, dan Arfan A. Tilome, Kepemimpinan Multi Intelligens (Sinergi
Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual untuk Meraih Kesuksesan Gemilang (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 162-163
27

Dalam konteks pendidikan, seperti yang dikatakan Edward Sallis, bahwa

gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu.30

Veitzal Rivai memberikan definisi gaya kepemimpinan adalah perilaku dan

strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang

sering diterapkan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain,

dalam mengambil keputusan dan dalam melaksanakan kegiatan pengendalian.31

Gambar 2.1: A Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas


Kepemimpinan32

1. Latar 1. Sifat dasar


Belakan Industri
g 2. Budaya
2. harapan Organisasi
3. Nilai- 3. Gaya
nilai kepemimpi
4. Pengala EFEKTIVITAS nan
man KEPEMIMPINAN kelompok
dan
harapan
4. Norm-norm
social
5. Trend
industry
6. Kondii
Ekonomi
7. Hubungan
industri

30
Edward Sallis, Total Quality Management, Terj. Ahmad Ali Riyadi & Fahrurrozi
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2011), h. 170
31
Veitzhal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Cet ke-
8 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 45
32
Ibid
28

Dalam meminpin tidak selamanya seseorang yang berhasil memimpin

dengan menerapkan satu gaya macam kepemimpinan untuk segala

situasi. Untuk itu, pemimpin yang berhasil adalah yang mampu menerapkan

gaya kepemimpinan yang bebeda sesuai dengan situasi yang berbeda-beda

pula.33 Meski demikian, gaya pemimpin dapat diidentifikasikan melalui sikap

dan tindakan pemimpin yang nampak dari cara memberi tugas, cara

berkomunikasi, cara memerintah, cara membuat keputusan, cara mendorong

semangat bawahan, cara mengawasi pekerjaan, cara mengevaluasi, cara

memimpin rapat, dan cara menegur kesalahan.

Sebaliknya, Veithzal mengungkapkan bahwa efektivitas kepemimpinan

dapat dipengaruhi berbagai macam faktor yang bersifat internal maupun

eksternal. Dari luar organisasi yaitu: kondisi ekonomi, tren industri, dan norma-

norma sosial. Faktor internal dapat ditinjau melalui pendekatan perilaku

organisasi, mulai dari individu, kelompok dan tingkatan organisasi. Yang bersifat

perilaku kelompok yaitu hubungan industrial, sifat dasar industri, budaya

organisasi, harapan kelompok, persyaratan kerja, dan gaya kepemimpinan.

Sedangkan dari faktor pribadi adalah pengalaman, nilai-nilai, harapan dan latar

belakang.34

Sedangkan Mulyasa mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan adalah

cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya

kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada

33
Edi Sutrisno, Budaya Organisasi, Cet. Ke-8 (Jakarta: Kencana Media Persada, 2016), h.
224.
34
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership, Membangun Super Leadership
melalui Kecerdasan Spiritual (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 195
29

saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk

dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok

membentuk gaya kepemimpinannya.35

Gambar 2.2: A Cotigency for Understanding Leadership Wayne H. Koy,


Educational Administration.36

Traits of Leader

Leader Behavior EFFECTIVENESS

Characteristics of
the situasion

Pendekatan gaya kepemimpinan setidaknya meliputi empat pendekatan,

yaitu pendekatan sifat, pendekatan gaya, pendekatan situasional, dan pendekatan

fungsional.37Pertama, pendekatan sifat digambarkan sifat-sifat kepemimpinan

adalah kecerdasan, kedewasaan, keleluasaan hubungan social, motivasi diri dan

dorongan berprestasi. Kedua, pendekatan gaya meliputi (1) gaya dengan orientasi

tugas; (2) gaya berorientasi dengan karyawan. Gaya ini lebih memperhatikan

pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan bawahan.

Ketiga, gaya situasional yang menggambarkan gayakepemimpinan tergantung

pada faktor situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel lingkungan lainnya.

Dalam pandangan ini terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepemimpinan,


35
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Madrasah: Konsep, Strategi, dan Implementasi
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 108
36
Wayne K. Hoy, Educational Administration, Theory, Research, and Practice, 6th Edition
(New York: McGraw-Hill, 2011), p. 404
37
Ahmad Susanto, Op. Cit., hal. 94-95
30

yaitu (1) pemimpin; (2) bawahan; dan (3) berorientasi pada kelompok. Dalam

gaya ini yang menjadi penekanan adalah efektivitas organisasi. Keempat,

pendekatan fungsional dengan asumsi bahwa sesuatu perilaku yang dapat

memberikan sumbangan pada pencapaian tujuan kelompok dapat dianggap

sebagai pemimpin.38

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang sedemikian

rupa untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.24 Sedangkan Mulyadi dan Veithzal Rivai

menerangkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi

yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka

mencapai sasaran organisasi.39

Sebagai ringkasan dari banyaknya teori kepemimpinan yang

diutarakan oleh para pakar terangkum dalam gambar dibawah ini:

Gambar 2.3: Ringkasan Gaya Kepemimpinan menurut para ahli diolah dari
berbagai sumber

38
Ibid…, h. 96
39
Garry Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Indeks, 2016), hal. 45
31

Prinsip yang harus diperhatikan bagi seorang pemimpin adalah

berkepedulian terhadap orang lain, mendorong kepuasan, mendorong usaha

tim, berkeadilan, kejujuran, berintegritas, konsisten, komunikasi regular,

mendorong pelayanan publik, kreatifvitas, komitmen, berkualitas, produktif dan

menghemat sumber daya.26 Pemimpin yang efektif akan membantu

mengembangkan bawahannya ke dalam kerja tim menuju kepada pengembangan

kualitas. Secara lebih tegas, Irfan menjelaskan bahwa pemimpin mempengaruhi

bawahan berdasarkan coercive power (kekuatan berdasarkan paksaan), kekuatan

yang berlandaskan rasa takut; reward power (kekuatan untuk memberikan

penghargaan), legitimate (kekuatan yang sah), kekuatan yang timbul dari posisi

supervisor dalam struktur organisasi; expert power (kekuatan karena keahlian);

kekuatan referen, kekuatan didasarkan atas identifikasi atas pemimpin yang

sangat dihormati dan dicintai anggotanya.40

2. Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan

Adapun tipe-tipe kepemimpinan antara lain yaitu.41

a. Gaya Otokratis/Otoriter

Otoktatis berasal dari kata oto yang berarti sendiri dan kratoos berarti

pemerintah. Jadi otoktatis adalah mempunyai pemerintah dan menentukan

sendiri.42

40
Irfan Fahmi, Manajemen, Teori, Kasus, dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 68-
69.
41
Purwanto Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta :Mutiara sumber widya, 1991),
h 46
42
Rifa’i Moh, Administrai dan Supervisi pendidikan,( Bandung : Jemmar, 1989), h 38
32

Otoktatis merupakan pemerintah atau kekuasaan yang dipegang oleh

seseorang yang berkuasa secara penuh dan tidak terbatas masanya.sedangkan

yang memegang kekuasaan disebut otokrat yang biasanya dijabat oleh pemimpin

yang berstatus sebagai raja atau yang menggunakan sistem kerajaan.43 Sedangkan

dilingkungan sekolah bukan raja yang menjadi pemimpin akan tetapi kepala

sekolah yang memiliki gaya separti raja yang berkuasa mutlak dan sentral dalam

melkukan kebijaksanaan sekolah.

Adapun secara sederhana, gaya kepemimpinan kepala sekolah yang

bertipe otokratis sebagai berikut :

1) Keputusan dan kebijakan selalu dibuat pemimpin, dimana gaya

kepemimpinan yang selalu sentral dan mengabaikan asas musyawarah

mufakat.

2) Pengawasan dilakukan secara ketat yaitu pengawasan kepala sekolah

yang tidak memakai prinsip partisipasi, akan tetapi pengawasan yang

bersifat menilai dan menghakimi.

3) Prakarsa berasal dari pemimpin yaitu gaya kepala sekolah yang merasa

pintar dan merasa bertanggung jawab sendiri atas kemajuan sekolah.

4) Tidak ada kesempatan untuk memberi saran, dimana gaya kepala

sekolah merasa orang yang paling benar dan tidak memiliki kesalahan.

5) Kaku dalam bersikap yaitu kepala sekolah yang tidak bisa bisa melihat

situasi dan kondisi akan tetapi selalu memaksakan kehendaknya.44

43
Partanto, Al Barry, Kamus Ilmiah, (Surabaya : Arkola, 1994), h 952
44
Sutarto, Dasar-dasar kepemimpinan Administrasi, (Yogyakarta : Gajah mada university
press, 1998). h 73
33

Jadi gaya otoriter, semua kebijaksanaan “policy”semuanya ditetapkan

pemmpin, sedangkan bawahan tinggal melaksanakan tugas. Semua perintah,

pemberian dan pembagian tugas dilakukan tanpa ada konsultasi dan musyawarah

dengan orang-orang yang dipimpin.Pemimpin juga membatasi hubungan dengan

stafnya dalam situasi formal dan tidak menginginkan hubungannya yang penuh

keakraban, keintiman serta ramah tamah. Kepemimpinan otoktatis ini

mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang selalu harus dipatuhi.

Pemimpin selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada “one an show”45

Pemimpin otoktatis , dalam membawa pengikutnya ketujuan dan cita-cita

bersama, memegang kekuasaan yang ada pada gaya secara mutlak. Kepala

sekolah yang otoriter biasanya tidak terbuka, tidak mau menerima kritik, dan tidak

membuka jalan untuk berinteraksi dengan tenaga pendidikan.Ia hanya memberi

intruksi tentang apa yang harus dikerjakan serta dalam menanamkan disiplin

cenderung menggunakan paksaan dan hukuman.46

Seorang gaya kepemimpinan seperti ini umunya merasa menang sendiri

karena mempunyai keyakinan ia tahu apa yang harus dilakukannya dan merasa

jalan pikirannya paling benar. Dalam situasi kerja sama, ia berusaha mengambil

peran sebagai pengambil keputusan dan mengharapkan orang lain mendukung ide

dan gagasannya, ia tidak ingin dibantu apalagi dalam menentukan apa yang harus

ia lakukan.47

45
Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, ( Jakarta : Rajawali Press, 1998). h 38
46
Mulyasa E, Menjadi kepala sekolah profesional : dalam konteks mensukseskan BMS dan
KBK, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), h 269
47
Anoraga dkk, psikologi industri dan sosial, (Jakarta : pustaka jaya, 1995), h 113
34

Gaya otokratis ini apabila ditetapkan dalam dunia pendidikan tidak tepat

karena dalam dunia pendidikan, kritik saran dan pendapat orang lain itu sangat

perlu untuk diperhatikan dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu

pendidikan.

b. Gaya Laissez-faire

Kepala sekolah sebagai pemimpin laissez-faire menghendaki semua

komponen pelaku pendidikan menjalankan tugasnya dengan. Oleh karena itu gaya

kepemimpinan bebas merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain agar

bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara

berbagai kegiatan diserahkan kepada bawahan. Karena arti laissez sendiri secara

harfiah yaitu mengizinkan dan faire adalah bebas, jadi pengertian laissez-faire

adalah memberikan kepada orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk

bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan bebas sesuai dengan kehendak

bawahan dan tipe ini dapat dilaksanakan disekolah yang memang benar-benar

mempunyai sumber daya manusia maupun alamnya dengan baik dan mampu

merancang semua kebutuhan sekolah dengan mandiri.

Pemimpin laissez-faire merupakan kebalikan dari kepemimpinan otokratis,

dan sering disebut liberal, karena ia memberikan banyak kebabasan kepada para

tenaga pendidik untuk mengambil langkah-langkah sendiri dalam menghadapi

sesuatu.

Adapun ciri-ciri khusus laissez-faire yaitu :

1) Pemimpin kurang bahkan sama sekali tidak memberikan sumbangan,

ide, konsep, pikiran dan kecakapan yang diiliki.


35

2) Pemimpin memberikan kebabasan mutlak kepada stafnya dalam

menentukan segala sesuatu yang berguna dalam bagi kemajuan

organisasinya tanpa bimbingan darinya.

c. Gaya Demokratis

Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif , dinamis, dan

terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan kemajuan

dan perkembangan organisasi. Saran-saran, pendapat-pendapat dan kritik-kritik

setiap anggota disalurkan dengan sebaik-baiknya dan diusahakan

memenfaatkannya bagi pertumbuhan dan kemajuan organisasi sebagai

perwujudan tanggung jawab bersama.Gaya kepemimpinan ini memang sesuai

dengan konsep Islam yang mana didalamnya banyak menekankan prinsip

musyawarah untuk mufakat.

Gaya kepemimpinan demokratis memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1) Pengembangan sumber daya dan kreativitas karyawan

2) Pengembangan partisipasif karyawan.

3) Musyawarah dan mufakat.

4) Kaderiasasi yang sistematis

5) Pendelegasian normative yang konstruktif

6) Regenerasi kepemimpinan.48

d. Gaya Kepemimpinan Militeristis

Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang

memiliki sifat-sifat berikut:

48
Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 258
36

1) Instruksional

2) Pangkat dan jabatan menjadi alat utama memaksa anak buahnya untuk

melaksanakan tugas.

3) Serba formalistik.

4) Disiplin dna kaku

5) Tertutup bagi kritik

6) Formal seremonial yang pelaksanaan tugas.

e. Gaya Kepemimpinan Paternalistik

Gaya paternalistic adalah gaya pememimpinan yang menyepelehkan

kemmapuan anak buah, over protective, terlalu memanjakan anak buah

dan terlalu melindungi, tertutup bagi pengembangan kaderisasi, kreativitas

anak buah tertekan oleh sikap god father-nya, maha tahu jadi anak buah

belum banyak tahu, close management bagi anak buahnya, all handle

untuk seluruh rencana kerja.49

f. Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Kharisma dapat dibagi dua macam yaitu kewibawaan alamiah yaitu

kewibawaan yang telah ada pad diri pemimpin, sedangkan yang kedua

kewibawaan buatan yaitu kewibawaan yang diciptakan oleh jabatan dan

kekuasaan.

Berbeda halnya dengan pendapat Danim yang menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan terdiri atas 3 gaya yaitu:50

49
Ibid…, h. 256.
50
Sudarwan Danin, Kepemimpinan Pendidikan (Kepemimpinan Jenius (IQ + EQ), Etika,
Perilaku Motivasional dan Mitos, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 10.
37

a. Kepemimpinan otoriter

Kepemimpinan otoriter memberikan ekspektasi yang jelas apa yang harus

dilakukan, kapan harus dilakukan dan bagaimana hal itu harus dilakukan

dan bagaimana hal itu harus dilakukan. Pemimpin otoriter mmebuat

keputusan secara independen dengan sedikit atau tanpa masukan dari

anggota kelompok lainnya.

b. Kepemimpinan partisipatif

Studi Lewin dkk. Menemukan bahwa kepemimpinan partisipatif

(demokratis) pada umumnya merupakan gaya kepemimpinan yang paling

efektif. Pemimpin demokratif menawarkan bimbingan kepada anggota

sekaligus juga berpartisipasi dalam kelompok dan memungkinkan

menerima masukan dari anggota kelompok lainnya.

c. Kepemimpinan delegatif

Anak-anak dibawah kepemimpinan delegatif (laissez-faire, membolehkan

andil sesukanya namun cenderung kearah yang adil) adalah yang paling

produktif dari semua tiga kelompok eksperimen.

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif

Kepala Sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan

sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan Sekolah dan pendidikan

pada umumnya direalisasikan. Seorang pemimpin yang memimpin suatu

organisasi harus memiliki karakteristik yang baik.

Karakteristik kepala Sekolah yang efektif adalah:

a. Kepala Sekolah yang adil dan tegas dalam mengambil keputusan,


38

b. Kepala Sekolah yang membagi tugas secara adil kepada guru,

c. Kepala Sekolah yang menghargai partisipasi staf,

d. Kepala Sekolah yang memahami perasaan guru,

e. Kepala Sekolah yang memiliki visi dan berupaya melakukan

perubahan,

f. Kepala Sekolah yang terampil dan tertib,

g. Kepala Sekolah yang berkemampuan dan efesien,

h. Kepala Sekolah yang memiliki dedikasi dan rajin,

i. Kepala Sekolah yang tulus, dan

j. Kepala Sekolah yang percaya diri.51

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin pendidikan kepala

Sekolah harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan

situasi dan kebutuhan serta memotivasi para guru dan pekerjanya supaya Sekolah

yang sedang dipimpinnya bisa maju, berkembang, menghasilkan lulusan yang

bermutu dan bisa diterima oleh masyarakat luas. Dari semua pernyataan para ahli

diatas semuanya mengatakan hampir sama tentang karakteristik kepemimpinan

kepala Sekolah yang efektif. Yang pada intinya seorang pemimpin harus

memiliki nilai dan kemampuan yang lebih tinggi dari pada bawahannya.

Efektifitas kepemimpinan kepala Sekolah tergantung kepada kemampuan

bekerjasama dengan seluruh warga sekolah, serta kemampuannya mengendalikan

pengelolaan Sekolah untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik52.

51
Suparland, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta : Hikayat Publishing, 2006), h. 29-34.
52
Daryanto, Administrasi dan Manajemen Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013), h. 181-
183.
39

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat diketahui bahwa seorang

pemimpin harus memiliki nilai dan kemmapuan yang lebih tinggi dari pada

bawahannya, supaya dapat membimbing para bawahannya untuk menjadi lebih

baik, namun jika sebaliknya maka kemungkinan kepala sekolah yang akan ikut

diajarkan oleh para bawahannya.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan

H. Joseph Reitz dalam Indah Dwi Rahayu bahwa factor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas pemimpin dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

Gambar 2.4
Factor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kepemimpinan
(Joseph Reitz, 1981)

Penghargaan dan perilaku


atasan

Kepribadian,
pengalaman,masa Kebutuhan tugas
lalu dan harapan

Efektivitas kepemimpinan

Iklim dan kebijakan Harapan dan perilaku


organisasi rekanan

Karakteristik, harapan dan perilaku


bawahan
40

Berdasarkan gambar di atas, fsktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas

pemimpin meliputi:

a. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan

pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan

pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.

b. Harapan dan perilaku atasan sebagai contoh, atasan yang secara jelas

memakai gaya yang beriorientasi pada tugas, maka manajer cenderung

untuk melakukan itu.

c. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap

apa gaya kepemimpinan sebagai contoh, karyawan yang mempunyai

kemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang

direktif dari pipinan.

d. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya

pemimpin.

e. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku

bawahan. Sebagai contoh, kebijakan dalam pemberian penghargaan,

imbalan dengan skala gaji yang ditunjang dengan intensif lain (dana

pension, bonus, cuti) akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan.

f. Harapan dan perilaku rekan. Sikap mereka ada yang merusak reputasi,

tidak mau kooperatif, berlomba memperebutkan sumber daya sehingga

mempengaruhi perilaku rekan-rekannya.53

53
Indah D. Rahayu. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja (Studi pada Karyawan Tetap Maintenance Department
PT. Badak LNG Bontang), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 43 No.1, 1-9, 2017), diakses
pada 10 Juli 2019.
41

5. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Menurut Bass dan avolio terdapat 4 dimensi pokok dalam fungsi

kepemimpinan. Pertama idealized influence, yaitu kepemimpinan kepala sekolah

yang memiliki idealisme yang tinggi, visi yang jelas, dan kesadaran akan tujuan

yang jelas. Kepala sekolah memiliki visi pendidikan yang memahami tujuan

sekolah dan mampu mewujudkannya.54

Fungsi ini mendatangkan rasa hormat (respect) dan percaya diri

(confidence) dalam diri para guru, pegawai, dan warga sekolah lainnya.

Karakteristikatau komponen kepemimpinan dalam fungsi ini berupa:1) melibatkan

para staff, guru, dan pegawai serta stakeholder lainnya dalam penyusunan visi,

misi, tujuan, rencana strategis sekolah , dan program kerja tahunan sekolah , 2)

kepemimpinan yang selalu mengutamakan mutu secara terencana, sistematis, dan

berkesinambungan.55

Kedua, inspirational motivation, yaitu fungsi kepemimpinan kepala

sekolah yang mengilhami dan selalu memberikan semangat kepada para guru,

pengawai, dan semua warga sekolah lainnya untuk berprestasi. Fungsi

kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menempatkan diri sebagai orang

yang patut diteladani. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang mengunakan

prinsip kebersamaan dalam menangani beban tugas. Fungsi kepemimpinan kepala

sekolah yang mampu mengekspresikan harapan-harapan yang jelas dan

mendemonstrasikan komitmen terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah .

54
Husaini usman, Manajemen, teori, Praktik, dan riset Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,
2008), h. 232.
55
Ibid…, h. 232
42

Komponen kepemimpinan dalam fungsi ini yaitu:56 1) menerapkan gaya

kepemimpinan yang demokratis, partisipatif, dankolegatif, 2) lebih menekankan

pengembangan suasana kerja yang kondusif, informal, rileks, dan didukung

motivasi instrinsik yang kuat sebagai landasan peningkatan produktivitas kerja, 3)

mengembangkan nilai-nilai kebersamaan, kesadaran kelompok dan berorganisasi,

menghargai consensus, saling percaya, toleransi, semangat untuk maju, dan

kesadaran untuk berbagi dalam kreativitas dan ide-ide baru serta komitmen kuat

untuk sekolah lebih maju, 4) peduli dan mengembangkan nilai-nilai afiliatif, 5)

peduli dan mengembangkan nilai-nilai kreativitas para guru, pegawai, dan siswa,

dan 6) mengembangkan kerja sama tim yang kuat dan kompak.

Ketiga, intellectual stimulation, yaitu fungsi kepemimpinan kepala sekolah

yang mengarahkan para guru, pegawai, dan warga sekolah lainnya dengan selalu

menggunakan pertimbangan rational. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang

selalu mendorong dan membuka peluang timbulnya kreativitas dan inisiatif baru,

ide-ide baru dan cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Dalam komponen ini,

yang terkait berupa: 1) kepemimpinan yang menekankan pengembangan budaya

kerja yang positif, etos kerja, etika kerja, disiplin, transparan, mandiri, dan

berkeadilan, 2) lebih bersifat memberdayakan para guru dan staf daripada

memaksakan kehendak kepala sekolah .57

Keempat, individualized consideration, yaitu kepemimpinan kepala

sekolah yang memberikan fokus perhatian pada individu dan kebutuhan

pribadinya. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang mampu mendengarkan

56
Ibid …, h. 233.
57
Ibid …, h. 233.
43

dengan seksama dan membuat pertimbangan berdasarkankebutuhan dan potensi

untuk mengembangkan kinerja, prestasi, dan karir para guru, pegawai, dan warga

sekolah lainnya.

Kelima, charisma yaitu kepemimpinan kepala sekolah yang

mempengaruhi para pengikutnya dengan ikatan-ikatan emosional yang kuat

sehingga menimbulkan rasa kagum dan segan kepada pribadi pemimpinnya,

mampu membangkitkan motivasi yang kuat untuk selalu bekerja keras, kesadaran

akan kehidupan berorganisasi, menghormati dan merasa memiliki dan merasa

bertanggung jawab terhadap organisasi.58

Berdasarkan pendapat ahli tersebut tampak bahwa fungsi kepemimpinan

yang dijalankan kepala sekolah sangat penting bagi kehidupan sekolah . Kepala

sekolah merupakan penggerak utama semua proses pendidikan yang berlangsung

di sekolah .

6. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan

Menurut Toman Sony Tambunan prinsip-prinsip kepemimpinan yaitu:59

a. Melayani

Prinsip pertama yang paling penting harus diketahui oleh seorang

pemimpin adalah memberikan pelayanan yang baik sebagai tujuan utama.Dalam

teori kepemimpinan, pemimpin yang efektif harus bisa melayani guna memenuhi

kebutuhan dan keinginan, sehingga meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang

dipimpinnya. Dengan prinsip melayani, seorang pemimpin akan lebih

58
Ibid …, h. 233.
59
Toman Sony Tambunan, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2015), h. 67.
44

mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya (para bawahan,

pengikutnya, masyarakat umum) dibanding lebih mendahulukan kepentingan

pribadi atau kelompok

b. Membuat keputusan

Pembuatan keputusan merupakan tugas paling utama yang harus dilakukan

oleh seorang pemimpin. Membuat keputusan merupakan fungsi-fungsi dasar dari

berpikir, dimana proses penggunaan pikiran dalam mengarahkan pada suatu

tindakan untuk menetapkan suatu pilihan. Pembuatan keputusan dan pemecahan

masalah adalah salah satu tugas dari seorang pemimpin.Seorang pemimpin harus

mampu melakukan pebyelesaian masalah dan memberikan keputusan yang cerdas.

Ada lima langkah dalam proses pengambilan keputusan yaitu:60 1)

mengidentifikasi masalah dan peluang, 2) pengumpulan dan analisis data yang

relavan, 3) Pengembangan dan evaluasi alternatif, 4) Pemilihan alternatif terbaik,

5) Implementasi keputusan dan evaluasi terhadap hasil-hasil supervisi.

c. Keteladanan

Pemimpin yang menunjukkan pengaruh yang baik dan memberikan nilai

positif bagi organisasi dan para pengikutnya, akan mampu menjadi teladan bagi

yang dipimpinnya. Keteladanan seorang pemimpin ditunjukkan melalui sikap

dalam memberikan inspirasi, membimbing dan memotivasi para bawahan,

memiliki kemampuan luas, kreatif, visioner, bekerja secara jujur dan ikhlas, serta

60
Ibid…, h. 68.
45

memiliki perhatian dan kepedulian.Pemimpin harus menjadi panutan, dan bisa

diikuti kepribadiannya bagi orang-orang yang dipimpinnya.61

d. Bertanggung jawab

Menjadi pemimpin merupakan tanggung jawab besar yang harus diemban

sebagai bentuk dari amanah, dukungan atau kepercayaan orang lain yang

memilikiharapan kepada seorang pemimpin tersebut untuk melakukan perubahan

yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Tanggung jawab seorang pemimpin

terdiri dari dua tahap yaitu:621) Bertanggungjawab menyelesaikan tugas, dan 2)

Mempertanggungjawabkan kepada atasan atau kepada orang yang

mendelegasikan wewenang mengenai hasil yang telah dicapai.

e. Bekerja sama

Pemimpin yang efektif akan mampu menciptakan budaya kerja sama tim

yang baik diantara anggota organisasi, melakukan komunikasi yang efektif

dengan para bawahan, serta menciptakan lingkungan kerja yang baik. Dengan

terciptanya kerja sama yang baik, maka seluruh pekerjaan akan diselesaikan

dengan tepat waktu, tujuan yang diinginkan dapat dicapai. West menetapkan

indikator-indikator kerja sama tim yaitu:63 1) tanggung jawab secara bersama

menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta

kerja sama yang baik, 2) saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi

baik tenaga maupun pikiran akan tercapainya kerja sama, 3) pengarahan

kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengarahkan kemampuan masing-

61
Ibid…, h. 68.
62
Ibid…, h. 69.
63
Ibid…, h. 69.
46

masing anggota tim secara maksimal, kerja sama akan lebih kuat dan berkualitas,

4) Menciptakan perubahan

Pemimpin harus membuat terobosan-terobosan baru, sehingga

tercapaianya suatu pembaharuan fundamental baik di tubuh organisasi, produk

atau jasa, maupun bagi orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang memiliki

inovatif dan kreatifitas akan menghindari pola kerja yang bersifat rutinitas

(monoton sehingga tidak memberikan arah perkembangan yang baik bagi yang

dipimpinnya. Dengan kreatifitas pemimpin juga akan berani menciptakan

peluang-peluang dan berani menghadapi tantangan-tantangan besar dalam

mencapai tujuan yang diinginkan.64

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud efektivitas penerapan

prinsip-prinsip kepemimpinan kepala sekolah yaitu dengan menerapkan prinsip

melayani, prinsip mengambil keputusan, prinsip keteladanan, prinsip kerja sama

dan prinsip menciptakan perubahan.

Tabel 2.5
Kajian Teori antara Variabel Penelitian

Teori Primer Teori Sekunder Konstrak


Kepala SMP N1 maupun SMP N 2
Syamtalira Aron dalam upaya
mendpatkan sumber daya manusia
yang kualitas seperti halnya guru yang
sesuai dengan mata pelajaran, maupun
Pendekatan sumber
Efektivitas sumber dana tambahan dalam
membagun sekolah yang lebih baik
dan bisa memberikan kontribusi lebih
bagi seluruh staf, siswa maupun guru
sekolah yang ada di dalamnya
Pendekatan proses Kepala SMP N1 maupun SMP N 2

64
Ibid…, h. 78.
47

Syamtalira Aron dalam upaya


melakukan proses belajr mengajar
yang memberikan nilai lebih
dibandingkan dengan sekolah-sekolah
yang lainnya, sehingga mutu yang
dimiliki dari peserta didik bisa
dirasakan oleh masyarakat luar
maupun orang tua anak, proses yang
baik adalah proses yang sesuai dengan
anjuran kemeterian pendidikan yang
dikembangkan kembali menurut
kebutuhan sekolah
Kepala SMP N1 maupun SMP N 2
Syamtalira Aron dalam upaya
menghasilkan peserta didik yang
beretika, bermutu dan berakhlakul
Pendekatan sasaran
karimah, yang merupakan otput dari
sekolah tersebut yang membawa nama
baik sekolah kemanapun nanti mereka
pergi.
Selama sekolah di bawah naungan
Gaya Kepala SMP N1 maupun SMP N 2
otokratis/otoriter Syamtalira Aron apakah menggunakan
Gaya otokratis/otoriter
Selama sekolah di bawah naungan
Gaya Laissez-faire Kepala SMP N1 maupun SMP N 2
Syamtalira Aron apakah menggunakan
Gaya otokratis/otoriter
Selama sekolah di bawah naungan
Kepala SMP N1 maupun SMP N 2
Gaya Demokratif
Syamtalira Aron apakah menggunakan
Gaya Gaya otokratis/otoriter
Kepemimpinan Selama sekolah di bawah naungan
Kepala SMP N1 maupun SMP N 2
Gaya Militeristis
Syamtalira Aron apakah menggunakan
Gaya Demokratif
Selama sekolah di bawah naungan
Kepala SMP N1 maupun SMP N 2
Peternalistik
Syamtalira Aron apakah menggunakan
Gaya Peternalistik
Selama sekolah di bawah naungan
Kepala SMP N1 maupun SMP N 2
Gaya Kharismatik
Syamtalira Aron apakah menggunakan
Gaya Kharismatik
48

Anda mungkin juga menyukai