Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teknik PWK Volume 2 Nomor 4 2013

Online :http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________

POLA PERGERAKAN PEKERJA KOMUTER SAYUNG - SEMARANG

Heldi Pebrian¹ dan Anita Ratnasari R²


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
email :p.heldi@yahoo.com

Abstrak: Interaksi antara Kecamatan Sayung dengan Kota Semarang dapat dilihat dari pergerakan
masyarakat yang terjadi setiap harinya atau yang lebih dikenal dengan istilah penglajuan (commuting).
Dengan aksesibelnya jaringan jalan yang dilalui mengakibatkan pergerakan masyarakat komuter yang terjadi
juga semakin tinggi untuk melakukan aktivitas. Kebutuhan akan pergerakan selalu menimbulkan permasalahan
transportasi khususnya pada saat orang ingin bergerak untuk tujuan yang sama di dalam daerah tertentu dan
pada saat yang bersamaan pula. Salah satu usaha untuk mengatasinya adalah dengan memahami pola
pergerakan yang akan terjadi. Arahan untuk penelitian ini untuk menjawab pertanyaan mengenai
bagaimanakah pola pergerakan pekerja komuter di Kecamatan Sayung.Hasil penelitian menunjukkan, Pola
pergerakan yang terbentuk yaitu pola pergerakan internal - eksternal, yaitu Internal dalam hal ini adalah
wilayah pinggiran sebagai pusat permukiman yaitu Kecamatan Sayung dan wilayah tujuan sebagai wilayah
eksternalnya adalah Kota Semarang dengan frekuensi tujuan paling tinggi daerah Genuk, yang merupakan
kawasan industri. Hal ini mengakibatkan dampak yang negatif terhadap permasalahan transportasi, apabila
tidak ditangani akan berdampak lebih besar nantinya. Oleh karena itu hendaknya dari temuan studi ini bisa
membantu stakeholder sebagai dasar pertimbangan perencanaan transportasi.
Kata Kunci : Interaksi desa - kota, Komuter, Pola pergerakan

Abstract: The interaction between the Semarang District Sayung can be seen from the movements that
occurevery day or better known as commuting (commuting). With excellent access of the road network
resulting in the movement of people commuting happens also higher for activity. The need for transportation
movements always cause problems especially when people want to move to the same destination within a
certain area and at the same time anyway. One attempt to overcome this is to understand the movement
patterns that will happen. Referrals for this study to answer the question of how the pattern of movement of
workers commuting in Sayung District. The results showed, that formed the movement pattern movement
pattern of internal – external ,internal in this case is a suburb of the District as a residential center Sayung and
destination areas as external region is the city of Semarang with objective highest frequency Genuk area, which
is an industrial area. This resulted in a negative impact on transportation issues, if not addressed will have
greater impact later. Therefore the findings of this study should help stakeholders as a basis for consideration
of transportation planning.
Keywords: rural–urban interaction, commuting, movement patterns

Teknik PWK; Vol. 2; No. 4; 2013; hal. 978-987 | 978


Pola Pergerakan Pekerja Komuter Sayung - Semarang Heldi Pebrian dan Anita Ratnasari

PENDAHULUAN
Menurut Bintarto (1989; 61), proses ruang yang kuat dengan wilayah sekitarnya
perubahan desa akibat adanya interaksi desa– (daerah pinggiran).
kota disebabkan oleh adanya kemajuan- Koridor Jalan Raya Semarang – Demak
kemajuan di bidang perhubungan dan lalu yang menghubungkan Kecamatan Sayung
lintas antar daerah, sehingga persentase dengan Kota Semarang merupakan jalan arteri
penduduk desa yang bertani berkurang dan primer yang menjadi pintu utama komuter
beralih pekerjaan menjadi non agraris. Sayung untuk melakukan pergerakan. Setiap
Akibatnya daerah-daerah perbatasan kota harinya kegiatan-kegiatan di koridor Jalan
terpengaruh oleh tata kehidupan kota Raya Semarang – Demak menghasilkan
menjadi rural– urban areas. Salah satu cara sirkulasi atau pergerakan secara terus-
melihat bentuk interaksi yang terjadi yaitu menerus baik pagi, siang, sore maupun malam
dengan melihat bentuk aktivitas masyarakat hari. Pergerakan lalu lintas yang tinggi akan
yang terjadi.Kecenderungan tumbuh dan menimbulkan volume lalu lintas yang tinggi
semakin berkembangnya beberapa kota pula, terkadang tidak sesuai dengan kapasitas
metropolitan maupun kota besar diikuti jalan yang ada, sehingga mengakibatkan
dengan tumbuhnya kota – kota kecil disekitar terjadinya permasalahan tranportasi antara
kota metropolitan atau kota induk. Hal ini Kecamatan Sayung dan Kota Semarang yang
disebabkan oleh tingginya tingkat migrasi kota berdampak juga pada pergerakan antar
di metropolitan maupun kota besar, regional. Salah satu usaha untuk
sedangkan lahan di perkotaan untuk mengatasinya adalah dengan memahami pola
menampung pertambahan penduduk dan pergerakan yang akan terjadi.
perkembangan wilayah disekitar kota
metropolitan atau kota besar meliputi daerah
pedesaan dan kota – kota menengah atau
kecil. Menyebarnya perkembangan ke daerah
– daerah pinggiran ini ditandai dengan
semakin berkembangnya kota – kota kecil
disekitar kota metropolitan, akan tetapi kota –
kota kecil ini bukan merupakan kota yang
mandiri yang dapat menyediakan lapangan
pekerjaan serta melayani kebutuhan fasilitas
perkotaan bagi penduduk di wilayahnya.
Mobilitas penduduk disuatu kota atau wilayah
akan memberikan dampak meningkatnya
jumlah pergerakan.
Kota Semarang sebagai ibukota
provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu
kota metropolitan yang memiliki
kecenderungan seperti kota-kota besar
lainnya. Kota Semarang terlibat dengan
konsep pengembangan kota metropolitanisasi
dengan kota dan kabupaten yang ada di
sekitarnya yang dikenal dengan sebutan
kedungsepur (Kendal, Ungaran, Semarang,
Purwodadi). Kota Semarang menjadi kota inti
sedangkan Kabupaten – kabupaten lain yang
masuk kedalam sebutan kedungsepur. Oleh Sumber: Bappeda, 2010
karena itu, Kota Semarang sebagai kota inti GAMBAR 1
secara fungsional mempunyai hubungan PETA KECAMATAN SAYUNG

Teknik PWK; Vol. 2; No. 4; 2013; hal. 978-987 | 979


Pola Pergerakan Pekerja Komuter Sayung - Semarang Heldi Pebrian dan Anita Ratnasari

KAJIAN LITERATUR (konsumsi), serta industri dan pertanian


Pola pergerakan (produksi).Selain itu pola perjalanan
Pola pergerakan dalam sistem barang sangat dipengaruhi oleh rantai
transportasi sering dijelaskan dalam bentuk distribusi yang menghubungkan pusat
arus pergerakan (kendaraan, penumpang, produksi ke daerah konsumsi.
barang). Arus pergerakan tersebut
mempunyai arah dan jumlah yang Pola pergerakan terbentuk dari
menggambarkan besarnya pegerakan perilaku pergerakan orang atau barang dari
penumpang. Arus ini bergerak dari zona asal tempat awal ke tempat tujuan. Keputusan
ke zona tujuan di dalam suatu daerah tertentu untuk melakukan pergerakan dengan tujuan
dan selama periode waktu tertentu (Tamin, tertentu didasarkan pada beberapa
1997:130). Dari pola perjalanan tersebut pertimbangan, seperti waktu, jarak, efisiensi,
dapat ditentukan zona-zona yang mengalami biaya, keamanan, dan kenyamanan (Khisty
pergerakan tinggi, sedang, rendah. dan Lall, 2003: 9). Terdapat empat pola
Menurut Tamin (1997) pola pergerakan di perkotaan yang menjadi pola
pergerakan di bagi dua yaitu pergerakan tidak dasar pergerakan (Miro,1997:165), yaitu:
spasial dan pergerakan spasial. Konsep 1. Pola Pergerakan Eksternal-Eksternal
mengenai pergerakan tidak spasial (tanpa Pola pergerakan seperti ini mempunyai
batas ruang) di dalam kota, misalnya tempat asal dan tempat tujuan diluar
mengenai mengapa orang melakukan wilayah studi dan hanya melewati
pergerakan, kapan orang melakukan wilayah studi saja.
pergerakan, dan jenis angkutan apa yang 2. Pola Pergerakan Eksternal-Internal
digunakan. Simpul titik asal berasal di luar wilayah
Sedangkan konsep mengenai ciri studi, dan simpul tujuan berada di
pergerakan spasial (dengan batas ruang) di wilayah studi.
dalam kota berkaitan dengan distribusi spasial 3. Pola Pergerakan Internal-Internal
tata guna lahan yang terdapat di dalam suatu Simpul titik awal berada di wilayah studi
wilayah. Dalam hal ini, konsep dasarnya dan titik tujuan di wilayah studi.
adalah bahwa suatu perjalanan dilakukan 4. Pola Pergerakan internal-Eksternal
untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi Simpul titik awal berada di wilayah studi
yang dituju, dan lokasi tersebut ditentukan dan titik tujuan di luar wilayah studi.
oleh tata guna lahan kota tersebut. Terdapat beberapa pola pergerakan
pergerakan spasial dibedakan menjadi pola dari transportasi perkotaan yang dapa diamati
perjalanan orang dan perjalanan barang. anatara lain adalah :
a. Pola perjalanan orang Maksud Perjalanan
Dalam hal ini pola penyebaran spasial Transportasi sangat dipengaruhi oleh
yang sangat berperan adalah sebaran aktivitas penduduk yang ada didalam suatu
spasial dari daerah industri, perkantoran kota. Transportasi perkotaan berkaitan erat
dan pemukiman.Pola sebaran spasial dari dan secara langsung terhadap aktivitas
ketiga jenis tata guna lahan ini sangat perkotaan dan merupakan turunan dari
berperan dalam menentukan pola aktivitas – aktivitas tersebut (Kanafani,1983).
perjalanan orang, terutama perjalanan Menurut Kanafani, aktivitas seperti
dengan maksud bekerja.Tentu saja sebaran berbelanja, bisnis, bekerja, sekolah dan
spasial untuk pertokoan dan areal rekreasi disebut sebagai kesatuan
pendidikan juga berperan. permintaan aktivitas (activity demand set).
b. Pola perjalanan barang Kesatuan tersebut didalam kesatuan
Pola perjalanan barang sangat aktivitas perkotaan dimana rumah tangga
dipengaruhi oleh aktifitas produksi dan atau individual memiliki permintaan dan
konsumsi, yang sangat tergantung pada tergantung kepada karakter sosio ekonomi
sebaran pola tata guna lahan pemukiman masing – masing.

Teknik PWK; Vol. 2; No. 4; 2013; hal. 978-987 | 980


Pola Pergerakan Pekerja Komuter Sayung - Semarang Heldi Pebrian dan Anita Ratnasari

Pemilihan Moda Transportasi dilakukan secara musiman. Aktivitas


Dalam kehidupan masyarakat dengan tersebut seperti bepergian liburan
kehidupan sosialnya yang beragam yang ramai pada musim liburan.
menimbulkan adanya golongan tertentu
yaitu captive dan choice. Captive merupakan METODE PENELITIAN
suatu golongan dimana mereka hanya Penelitian tentang pola pergerakan
mempunyai satu pilihan moda saja. pekerja komuter sayung - semarang ini
Sedangkan choice merupakan suatu menggunakan pendekatan penelitian
golongan dimana mereka mempunyai kuantitatif. Penelitian kuantitatif berlandaskan
pilihan dalam pemenuhan kebutuhan pada filsafat positivism yang memandang
mobilitasnya (Tamin, 1997 : 65). realitas/ gejala/ fenomena itu dapat
Tujuan Perjalanan diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati,
Setiap perjalanan yang dibuat di dalam terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab
kota mempunyai asal – tujuan yang spesifik akibat. Menurut (Creswell, 1994, hal. 153)
yang berada pada titik pada titik tertentu di penelitian kuantitatif menggunakan
dalam kota. Seperti mengidentifikasikan pola pendekatan deduktif meliputi tahap pengujian
signifikan didalam aliran perjalanan ketika suatu literatur, pengujian hipotesis atau
kita mengidentifikasikan kategori a – spatial pertanyaan penelitian yang muncul dari
seperti tujuan dan waktu perjalanan. Pola literatur, mengoperasionalkan konsep atau
dapat diamati di dalam kota berdasarkan variabel, dan menggunakan instrumen untuk
dua faktor yang berkaitan yaitu : (1) struktur mengukur variabel tersebut sehingga
spasial dari pola penggunaan lahan menghasilkan kesimpulan dan saran dari
perkotaan dan (2) konfigurasi spasial dan penelitian.
karakteristik perlayanan dari sistem
transportasi. HASIL PEMBAHASAN
Frekuensi Perjalanan Karakterisitik Sosial – Ekonomi Komuter
Frekuensi perjalanan merupakan Berdasarkan Usia Dan Jenis Kelamin
intensitas perjalanan yang dilakukan dengan Analisis karakteristik komuter yang
maksud dan tujuan tertentu. Menurut Hoobs dilakukan dengan mentabulasikan usia dan
(dalam Prabowo, 2007 : 37) terdapat jenis kelamin dari masyarakt komuter
beberapa pola pergerakan yang Kecamatan Sayung. Analisis ini bertujuan
menggmbarkan frekuensi perjalanan : untuk mengetahui ada atau tidaknya
1. Pola harian perbedaaan karakteristik komuter antara laki -
Pola harian merupakan frekuensi laki dan perempuan yang ditabulasikan
perjalanan yang dilakukan dalam dengan tingkat usia.
batas waktu satu hari. Perjalanan jenis TABEL 1
ini biasanya merupakan perjalanan KOMUTER BERDASARKAN USIA DAN JENIS
jarak pendek yang bisa ditempuh KELAMIN
dalam waktu relatif singkat. Kelompok Jenis kelamin Total
2. Pola mingguan usia Laki - Perempuan
Pola mingguan merupakan frekuensi laki
perjalanan yang dilakukan dalam < 20 0 0% 0%
batas waktu satu minggu. Frekuensi 20 – 50 69% 14% 83%
perjalanan jenis ini merupakan >50 16% 1% 17%
perjalanan dengan maksud untuk Jumlah 85% 15% 100%
melakukan aktivitas yang sifatnya Sumber: Analisis Penyusun,2013
menghabiskan waktu tempuh lama. Berdasarkankarakteristik komuter
3. Pola musiman Kecamatan Sayung yang didasarkan pada usia
Pola musiman merupakan frekuensi dan jenis kelamin, menunjukkan sebagian
perjalanan berdasarkan aktivitas yang besar masyarakat yang melakukan kegiatan

Teknik PWK; Vol. 2; No. 4; 2013; hal. 978-987 | 981


Pola Pergerakan Pekerja Komuter Sayung - Semarang Heldi Pebrian dan Anita Ratnasari

komuter yaitu masyarakat dengan kelompok


usia 20 – 50 tahun yaitu sebesar 83 % dengan

1 – 2 juta

2 – 3 juta

3– 4 juta
< 1 juta

lainnya
69 % untuk komuter berjenis kelamin laki –
laki dan 14 % untuk komuter berjenis kelamin
perempuan. Hal ini dikarenakan pada
kelompok usia 20 – 50 tahun merupakan Pelajar/Maha 0 0% 0% 0 0 0%
golongan usia produktif dimana aktivitas dari siswa % % %
kelompok usia ini jauh lebih besar dibanding Lainnya 1 4% 2% 0 0 7%
kelompok usia lainnya.Pada kelompok usia 20 % % %
– 50 tahun ini persentase antara komuter laki Jumlah 6 73 13 4 4 100
– laki dan perempuan yaitu lebih besar % % % % % %
persentase laki – laki. Hal ini menunjukkan Sumber: Analisis Penyusun,2013
dalam melakukan pergerakan komuter, laki –
laki lebih banyak dibanding perempuan. Hal Dapat dilihat dari jenis pekerjaannya,
ini dikarenakan hampir sebagian besar laki – diketahui komuter Kecamatan Sayung
laki menggunakan moda sepeda motor dalam didominasi oleh masyarakat yang bekerja
melakukan pergerakan, yang dinilai lebih sebagai karyawan swasta yaitu sebesar 59 %.
praktis dibanding angkutan umum. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan tingkat
pendapatannya, komuter Kecamatan Sayung
Karakterisitik Sosial – Ekonomi Komuter didominasi oleh masyarakat yang tingkat
Berdasarkan Jenis Pekerjaan Dan Tingkat pendapatannya 1 – 2 juta yaitu sebesar 73
Pendapatan %.Mendominasinya jenis pekerjaan sebagai
Analisis ini bertujuan untuk karyawan swasta dalam melakukan
mengetahui masyarakat dengan jenis pergerakan komuter dapat dikaitkan karena
pekerjaan apa dan pada tingkat pendapatan Upah Minimum Regional Kota Semarang
berapa yang paling banyak melakukan (UMR) nya lebih tinggi dibanding dengan
pergerakan komuter. Kabupaten Demak.
TABEL 2
Karakterisitik pergerakan komuter
KOMUTER BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN
berdasarkanjumlah kepemilikan kendaraan
DAN TINGKAT PENDAPATAN
Kepemilikan kendaraan merupakan
Pekerjaan Tingkat Pendapatan
salah faktor penting yang mempengaruhi
pergerakan seseorang. Semakin tinggi
2 – 3 juta

kepemilikan kendaraan seseorang akan


Jumlah
1 – 2 juta

3– 4 juta
< 1 juta

lainnya

berdampak terhadap peningkatan mobilitas


seseorang.
TABEL3
JUMLAH KEPEMILIKAN KENDARAAN
PNS 0 6% 0 3%
0 9% RESPONDEN
% % % No Jumlah Kepemilikan Persentase
Buruh 1 19 0% 0 0 20 Kendaraan
% % % % % 1 Tidak ada 6%
karyawan 4 39 8% 4 4 59 2 1motor 57 %
Swasta % % % % % 3 2 motor 25 %
Supir 0 5% 0% 0 0 5% 4 3 motor 7%
% % % 5 > 3 motor 5%
m

Total 100 %
u

h
a

Pekerjaan Tingkat Pendapatan


J

Sumber: Analisis Penyusun,2013


Pada tabel dapat diketahui bahwa
proporsi jumlah penduduk yang memiliki satu

Teknik PWK; Vol. 2; No. 4; 2013; hal. 978-987 | 982


Pola Pergerakan Pekerja Komuter Sayung - Semarang Heldi Pebrian dan Anita Ratnasari

kendaraan pribadi berada pada posisi teratas,


yaitu sebesar 57 persen. Karakterisitik pergerakan komuter
berdasarkan waktu tempuh pergerakan
Karakterisitik Pergerakan Komuter Analisis digunakan untuk mendapatkan
BerdasarkanPemilihan Moda Yang Digunakan gambaran tentang berapa lama waktu yang
Analisis dimaksudkan untuk dibutuhkan responden untuk sampai ke
mendapatkan gambaran tentang tempat bekerja pada wilayah studi ini.
kecenderungan responden dalam memilih TABEL 6
transportasi setiap hari. WAKTU TEMPUH PERGERAKAN RESPONDEN
TABEL 4 No Waktu Tempuh Persentase
PEMILIHAN MODA YANG DIGUNAKAN Pergerakan
RESPONDEN 1 < 1 jam 88 %
No Pemilihan Moda Yang Persentase 2 1 jam 12 %
Digunakan 3 2 jam 0%
1 Sepeda motor 73 % 4 3 jam 0%
2 Mobil 2% 5 > 3 jam 0%
3 Angkutan umum 14 % Total 100 %
4 Truk 0% Sumber: Analisis Penyusun,2013
5 lain – lain... 1%
Total 100 % Dari tabel dan gambar dapat dilihat
Sumber: Analisis Penyusun,2013 bahwa waktu tempuh yang dominan dari
semua range waktu adalah range waktu
Pada Tabel dan gambar dapat kurang dari 1 jam. Banyaknya penduduk yang
diketahui bahwa masyarakat komuter dari menempuh range waktu tersebut adalah
Sayung sebagian besar lebih memilih untuk sebesar 88 persen.
memanfaatkan kenderaan pribadi yaitu
sepeda motor. Dengan besarnya jumlah Karakterisitik Pergerakan
responden yang menggunakan kenderaan KomuterBerdasarkanFrekuensi Pergerakan
pribadi yaitu sepeda motor sebesar 73 %. Analisis digunakan untuk mengetahui
berapa frekuensi pergerakan yang dilakukan
Karakterisitik Pergerakan Komuter responden setiap minggunya pada wilayah
BerdasarkanJarak Tempuh Pergerakan studi ini.
Analisis dimaksudkan untuk mengetahui TABEL 7
pergerakan komuter dengan jarak tempuh FREKUENSI PERGERAKAN PERMINGGU
sebagai variabelnya RESPONDEN
TABEL 5 No Frekuensi Persentase
JARAK TEMPUH PERGERAKAN RESPONDEN Pergerakan
No Jarak Tempuh Persentase Perminggu
Pergerakan 1 Setiap hari 4%
1 0-5 km 16 % 2 6 hari 73 %
2 5-10 km 36 % 3 5 hari 22 %
3 10-15 km 16 % 4 4 hari 1%
4 15–20 km 15 % 5 < 4 hari 0%
5 >20km 17 % Total 100%
Total 100 % Sumber: Analisis Penyusun,2013
Sumber: Analisis Penyusun,2013
Dari tabel, pergerakan enam hari
Pada tabel dan gambar di atas dalam satu minggu merupakan frekuensi
diketahui bahwa jarak 5-10 km merupakan terbesar sebanyak 73 persen.
range jarak dengan proporsi terbanyak, yaitu Jaringan Pergerakan Komuter
sebesar 36%.

Teknik PWK; Vol. 2; No. 4; 2013; hal. 978-987 | 983


Pola Pergerakan Pekerja Komuter Sayung - Semarang Heldi Pebrian dan Anita Ratnasari

Menurut jaringan pergerakannya, lahan Kecamatan Sayung yang masih banyak


Kecamatan Sayung tepatnya berada di Jalan lahan pertanian menyebabkan hampir
Raya Semarang - Demak. Dari hasil sedikit komuter yang melakukan pergerakan
perhitungan diatas didapatkan kapasitas ruas untuk aktivitas bekerja sebagai petani. Selain
jalan Raya Semarang – Demak adalah 2853,6 itu juga komuter lebih memilih bekerja
smp/jam. Hal ini menujukkan bahwa kapasitas sebagai karyawan swasta maupun buruh
ruas jalan Raya Semarang – Demak masih bisa yang gajinya disetarakan sesuai UMR yang
menampung volume lalu lintas yang ada ada ditempat tujuan bekerja.
setiap harinya.Dari hasil traffic counting
bahwa pada pagi hari yaitu sekitar jam 7.00 –
7.30 menghasilkan tingkat pelayanan yang
tinggi dibandingkan dengan jam sibuk lainnya
pada siang dan sore hari. Permasalahan pada
ruas jalan Raya Semarang - Demak tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
adalah bangkitan pergerakan yang
ditimbulkan oleh banyaknya komuter
Kecamatan Sayung yang bekerja ke Kota
Semarang, selain itu juga jalan tersebut
merupakan jalur utama pergerakan antar
wilayah di luar Kota maupun luar Provinsi
yang menuju Jawa Tengah . Kondisi ini
cenderung akan menimbulkan bangkitan
pergerakan yang baru seperti konflik lalu
lintas, meningkatkan tundaan atau delay dan Sumber: Hasil Olahan Data Peneliti, 2013
menimbulkan kemacetan lalu lintas. GAMBAR2
POLA PERGERAKAN KOMUTER
Pola Pergerakankomuter BERDASARKAN TEMPAT ASAL DAN TUJUAN
Pola pergerakan yang terbentuk yaitu
pola pergerakan internal - eksternal, yaitu TABEL 8
Internal dalam hal ini adalah wilayah pinggiran DISTRIBUSI PERGERAKAN BERDASARKAN
sebagai pusat permukiman yaitu Kecamatan FUNGSI KAWASAN TEMPAT TUJUAN
Sayung dan wilayah tujuan sebagai wilayah
Kecamatan

Persentase
Kawasan
Fungsi

eksternalnya adalah Kota Semarang dengan Total


No

frekuensi yang paling tinggi tinggi ke daerah


Genuk, sesuai fungsi kawasannya Genuk
merupakan kawasan industri dan transportasi. 1 Genuk Industri 34
Kawasan industri merupakan tempat tujuan %
yang paling besar proporsinya dibanding 2 Semarang Industri 14 66
dengan kawasan lainnya yaitu 34 %. Hal ini Utara % %
dikarenakan, pekerja komuter sebagian besar 3 Semarang Industri 8%
Barat
bekerja sebagai karyawan swasta dan buruh di
4 Tugu Industri 6%
berbagai kawasan industri tempat tujuan di 5 Ngaliyan Industri 4%
Kota Semarang. 6 Semarang Perkantoran,Perdaga 6%
Kawasan Pertanian dengan tempat Timur ngan dan Jasa
tujuan Gunungpati merupakan tempat 7 Semarang Perkantoran,Perdaga 3%
tujuan yang paling kecil proporsinya Tengah ngan dan Jasa 10
dibanding dengan kawasan lainnya yaitu 8 Semarang Perkantoran,Perdaga 1% %
Selatan ngan dan Jasa
sebesar 1 %. Hal ini dikarenakan tata guna

Teknik PWK; Vol. 2; No. 4; 2013; hal. 978-987 | 984


Pola Pergerakan Pekerja Komuter Sayung - Semarang Heldi Pebrian dan Anita Ratnasari

berdasarkan probabilitas (signifikansi) sebesar


Kecamatan

Persentase
Kawasan
Fungsi
0,390 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini

Total
No

berkaitan dengan jenis pekerjaannya. Karena


pendapatan komuter disesuaikan menurut
9 Pedurunga Pengembangan 6% UMR dengan sebagian besar komuter yang
n Permukiman 16 bekerja sebagai karyawan swasta.
10 Gayamsar Pengembangan 10 %
i Permukiman % CrosstabsKepemilikan Kendaraan Dengan
11 Candisari Pendidikan 5% 5 Berdasarkan Tujuan Pergerakan
% Berdasarkan uji signifikansi chi –
12 Banyuma Kawasan khusus 2% 2 square yang dilakukan terhadap variabel
nik militer %
tujuan pergerakan dan kepemilikan
13 Gunungpa Pertanian 1% 1
ti % kendaraan, tidak terdapat hubungan antara
Sumber: Analisis Penyusun,2013 variabel tujuan pergerakan dan kepemilikan
kendaraan. Hal tersebut terlihat dari besarnya
nilai pearsonchi – square sebesar 51,274 yang
Crosstabs Jenis Pekerjaan Dengan Tujuan
lebih kecil dibanding dengan chi – square tabel
Pergerakan
sebesar 65.171. selain itu juga dibuktikan
Berdasarkan uji signifikansi chi –
berdasarkan probabilitas (signifikansi) sebesar
square yang dilakukan terhadap variabel
0,347 yang lebih besar dari 0,05.Hal ini dapat
tujuan pergerakan dan jenis pekerjaan, tidak
dilihat walaupun banyak komuter yang
terdapat hubungan antara variabel tujuan
mempunyai kendaraan pribadi, tetapi untuk
pergerakan dan jenis pekerjaan. Hal tersebut
melakukan pergerakan mereka hanya
terlihat dari besarnya nilai pearsonchi – square
menggunakan satu kendaraan. Sehingga
sebesar 58,917 yang lebih kecil dibanding
berapapun kendaraan yang dimiliki oleh tiap
dengan chi – square tabel sebesar 65.171.
rumah tangga tidak mempengaruhi secara
selain itu juga dibuktikan berdasarkan
signifikan terhadap tujuan pergerakannya.
probabilitas (signifikansi) sebesar 0, 134 yang
lebih besar dari 0,05. Alasan tidak
CrosstabsModa Yang DigunakanDengan
berpengaruhnya jenis pekerjaan terhadap
Tujuan Pergerakan
tujuan pergerakan komuter juga karena
Berdasarkan uji signifikansi chi –
penghasilan yang didapat dari berbagai jenis
square yang dilakukan terhadap variabel
pekerjaan masih dinilai setara dengan UMR
tujuan pergerakan dan moda yang digunakan,
sesuai lokasi kerjanya, jadi tidak melihat
terdapat hubungan antara variabel tujuan
tingginya strata pendidikan yang ada.
pergerakan dan moda yang digunakan. Hal
Walaupun lulusan SD,SMP,SMA maupun
tersebut terlihat dari besarnya nilai pearsonchi
perguruan tinggi,tingkat penghasilannya
– square sebesar 66,606 yang lebih besar
sama.
dibanding dengan chi – square tabel sebesar
50.998. selain itu juga dibuktikan berdasarkan
CrosstabsTingkat PendapatanDengan Tujuan
probabilitas (signifikansi) sebesar 0,001 yang
Pergerakan
lebih kecil dari 0,05. Semakin jauh tujuan
Berdasarkan uji signifikansi chi –
maka moda yang digunakan harus dianggap
square yang dilakukan terhadap variabel
lebih cepat dan praktis dibanding moda yang
tujuan pergerakan dan tingkat pendapatan,
lain.
tidak terdapat hubungan antara variabel
CrosstabsJarak TempuhDengan Tujuan
tujuan pergerakan dan tingkat pendapatan.
Pergerakan
Hal tersebut terlihat dari besarnya nilai
Berdasarkan uji signifikansi chi –
pearsonchi – square sebesar 50,090 yang lebih
square yang dilakukan terhadap variabel
kecil dibanding dengan chi – square tabel
tujuan pergerakan dan jarak tempuh, terdapat
sebesar 65.171. selain itu juga dibuktikan
hubungan antara variabel tujuan pergerakan

Teknik PWK; Vol. 2; No. 4; 2013; hal. 978-987 | 985


Pola Pergerakan Pekerja Komuter Sayung - Semarang Heldi Pebrian dan Anita Ratnasari

dan jarak tempuh. Hal tersebut terlihat dari Berdasarkan penelitian mengenai Pola
besarnya nilai pearsonchi – square sebesar pergerakan pekerja komuter Sayung -
170,436 yang lebih besar dibanding dengan Semarang , maka dapat dirumuskan
chi – square tabel sebesar 65.171. selain itu kesimpulan hasil penelitian Sebagai berikut :
juga dibuktikan berdasarkan probabilitas 1. Dilihat dari karakteristik masyarakat
(signifikansi) sebesar 0,000 yang lebih kecil komuter, sebagian besar masyarakat
dari 0,05. Semakin jauh jarak tempuh maka komuter merupakan kelompok usia 20 –
tujuan pergerakan pun semakin jauh. 50 tahun dengan jenis kelamin laki – laki.
Pergerakan didominasi oleh karyawan
CrosstabsWaktu TempuhDengan Tujuan swasta dengan tingkat pendapatan
Pergerakan sebesar 1 – 2 juta.
Berdasarkan uji signifikansi chi – 2. Dilihat dari karakteristik pergerakan
square yang dilakukan terhadap variabel komuter, Untuk kepemilikan kendaraan,
tujuan pergerakan dan waktu tempuh, hampir sebagian besar komuter memiliki
terdapat hubungan antara variabel tujuan kendaraan pribadi. Untuk jarak tempuh
pergerakan dan waktu tempuh. Hal tersebut didominasi pergerakan dengan jarak 5 –
terlihat dari besarnya nilai pearsonchi – square 10 km dengan waktu tempuh kurang dari
sebesar 31,295 yang lebih besar dibanding 1 jam, hal tersebut dikarenakan tujuan
dengan chi – square tabel sebesar 21.026. pergerakan didominasi ke Genuk yang
selain itu juga dibuktikan berdasarkan jarak tempuhnya 5 – 10 Km
probabilitas (signifikansi) sebesar 0,002 yang menyebabkan waktu tempuh pun
lebih kecil dari 0,05. Semakin lama waktu semakin kecil yaitu kurang dari 1 jam dari
tempuh maka tujuan pergerakan pun semakin kecamatan Sayung. Pada umumnya
jauh dari tempat asal. masyarakat lebih memilih menggunakan
kendaraan pribadi terutama sepeda
CrosstabsFrekuensi PergerakanDengan Tujuan motor. Dilihat dari frekuensi
Pergerakan pergerakannya, pergerakan 6 hari dalam
Berdasarkan uji signifikansi chi – seminggu merupakan yang terbesar
square yang dilakukan terhadap variabel dibanding frekuensi pergerakan lainnya .
tujuan pergerakan dan frekuensi pergerakan, 3. Walaupun kapasitas ruas jalan Raya
tidak terdapat hubungan antara variabel Semarang – Demak masih bisa
tujuan pergerakan dan frekuensi pergerakan. menampung volume lalu lintas yang ada
Hal tersebut terlihat dari besarnya nilai setiap harinya, tetapi permasalahan pada
pearsonchi – square sebesar 31,974 yang lebih ruas jalan Raya Semarang - Demak
kecil dibanding dengan chi – square tabel tersebut disebabkan oleh beberapa
sebesar 50.998. selain itu juga dibuktikan faktor diantaranya adalah bangkitan
berdasarkan probabilitas (signifikansi) sebesar pergerakan yang salah satunya
0,661 yang lebih besar dari 0,05. Frekuensi ditimbulkan oleh banyaknya komuter
perjalanan sangat dipengaruhi oleh maksud Kecamatan Sayung yang bekerja ke Kota
aktivitas sendiri,karena komuter semuanya Semarang.
memiliki maksud pergerakan dengan nilai 4. Pola pergerakan yang terbentuk yaitu
konstan yang tetap yaitu untuk bekerja pola pergerakan internal - eksternal,
sehingga besar kecilnya frekuensi tidak yaitu Internal dalam hal ini adalah
mempengaruhi secara signifikan terhadap wilayah pinggiran sebagai pusat
tujuan pergerakan. permukiman yaitu Kecamatan Sayung
dan wilayah tujuan sebagai wilayah
eksternalnya adalah Kota
Semarangdengan proporsi yang paling
KESIMPULAN & REKOMENDASI tinggi tinggi ke daerah Genuk, sesuai
Kesimpulan fungsi kawasannya Genuk merupakan

Teknik PWK; Vol. 2; No. 4; 2013; hal. 978-987 | 986


Pola Pergerakan Pekerja Komuter Sayung - Semarang Heldi Pebrian dan Anita Ratnasari

kawasan industri dan transportasi Khisty,C. Jhotin dan Lall,B. Kent, Dasar-dasar
sehingga mengakibatkan besarnya Rekayasa Transportasi. Penerbit
pergerakan komuter yang bermata Erlangga, Bandung.
pencaharian sebagai karyawan swasta Miro, F. 2005. Perencanaan Transportasi untuk
Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi.
dan buruh. Kawasan Pertanian dengan
Erlangga. Jakarta.
tempat tujuan Gunungpati merupakan Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis.
tempat tujuan yang paling kecil Alfabeta, CV. Bandung
proporsinya dibanding dengan kawasan Tamin, O.Z. (1997). “Perencanaan dan Pemodelan
lainnya.Berdasarkan analisis tabulasi Transportasi”, Teknik Sipil Institut
silang yang sudah dilakukan maka Teknologi Bandung.
variabel yang berpengaruh terhadap Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan
tujuan pergerakan yaitu moda yang Transportasi. ITB. Bandung.
digunakan, jarak tempuh, dan waktu Warpani,S.1981.PerencanaanTransport.Institut
tempuh sedangkan variabel yang tidak Teknologi Bandung.Bandung.
Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem
terlalu berpengaruh adalah jenis
Perangkutan. Penerbit ITB. Bandung.
pekerjaan, tingkat pendapatan,
kepemilikan kendaraan, dan frekuensi
pergerakan.

Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang dapat
diberikan oleh Penulis adalah:
1. Dalam kaitannya terhadap dampak yang
ditimbulkan pada akses utama pergerakan
yaitu Jalan Raya Semarang – Demak,
diperlukan adanya perbaikan pada sistem
transportasi khususnya di Kecamatan
Sayung pada masa yang akan datang.
2. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meminimalisir permasalahan transportasi
yang disebabkan oleh pergerakan pekerja
komuter yang terjadi di Kecamatan
Sayung.
3. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan
informasi matriks tempat asal dan tujuan
komuter berdasarkan pola pergerakan
pekerja komuter Kecamatan Sayung.

DAFTAR PUSTAKA
Bintarto, 1989, Interaksi Desa-Kota dan
Permasalahannya, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Creswell, John W. 2002. Desain Penelitian. Jakarta:
KIK Press.
Hobbs, F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu
Lintas. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarata.
Kanafani, 1983. Transportation Demand Analysis,
Mc. Graw-Hill Book Company.

Teknik PWK; Vol. 2; No. 4; 2013; hal. 978-987 | 987

Anda mungkin juga menyukai