Anda di halaman 1dari 15

Nyeri Punggung Bawah Akibat Kerja

Cindy Grace Asnani/102016235


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 Tel. (021) 56942061

Abstrak
Nyeri punggang bawah (Low Back Pain) merupakan salah satu masalah kesehatan
okupasi (occupational health problems). Nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang
dirasakan didaerah punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal, radikular maupun keduanya.
Nyeri ini terasa di sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau
lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang
lebih dari 6 bulan dapat dikatakan kronik. Nyeri punggung bawah dapat terjadi pada semua
usia, tetapi pada umumnya keluhan pertama tejadi pada usia 35 – 40 tahun, dan 10 % dari
tenaga kerja setiap tahun pernah mengalaminya. Nyeri punggung bawah dapat mengganggu
daya kerja, produktivitas; dapat menyebabkan absenteisme dan memerlukan pengobatan.
Sebagian besar penderita low back pain mengalami hernia nucleus pulposus (HNP) dimana
terjadi penekanan saraf spinal pada foramen intervertebra sehingga menimbulkan rasa nyeri
segmental serta kelumpuhan partial dari otot pada segmen tersebut.

Kata Kunci : LBP, Okupasi, HNP

Abstract
Low back pain (Low Back Pain) is one of occupational health problems (occupational
health problems). Lower back pain is pain that is felt in the lower back region, it can be
local, radicular or both. This pain is felt in the corner of the lower ribs until the lower
buttocks are in the lumbar or lumbosacral region and is often accompanied by the spread of
pain towards the legs and feet. Pain that is more than 6 months can be said to be chronic.
Low back pain can occur at any age, but in general the first complaint occurs at the age of
35-40 years, and 10% of the workforce has experienced it every year. Low back pain can
interfere with work power, productivity; can cause absenteeism and require treatment. Most
sufferers of low back pain experience hernia nucleus pulposus (HNP) where there is
suppression of the spinal nerve in the intervertebral foramen causing segmental pain and
partial paralysis of the muscles in that segment.

Keywords :LBP, Occupation, HNP

1
Pendahuluan
Pekerjaan yang mengharuskan seseorang untuk mengangkat beban berat atau duduk
terus menerus sering kali menyebabkan rasa sakit pada daerah pinggang belakang atau yang
sering disebut dengan Low back pain.
Low back pain adalah rasa sakit yang terjadi didaerah lumbal atau lumbalsakral secara
akut, menahun, atau intermiten dan umumnya tanpa kelainan radiologik maupun neurologik.
Dapat juga disertai penyebaran nyeri anggota gerak bawah. Low back pain yang disertai
kelainan neurologik, misalnya dislokasi diskus invertebralis hanya 0,1% dari semua kasus.
Penyebab low back pain bermacam-macam dan sebagian besar low back pain dapat sembuh
dalam waktu singkat sehingga keluhan ini sering tidak mendapatkan perhatian yang khusus.
Sebagian besar penderita low back pain mengalami hernia nucleus pulposus (HNP) dimana
terjadi penekanan saraf spinal pada foramen intervertebra sehingga menimbulkan rasa nyeri
segmental serta kelumpuhan partial dari otot pada segmen tersebut.

Low back pain dapat terjadi pada semua usia, tetapi pada umumnya keluhan pertama
tejadi pada usia 35 – 40 tahun, dan 10 % dari tenaga kerja setiap tahun pernah mengalaminya.
Low back pain dapat mengganggu daya kerja, produktivitas; dapat menyebabkan absenteisme
dan memerlukan pengobatan. Dengan pengobatan, umumnya keluhan akan hilang dalam 3-7
hari, tetapi bila sampai 14 hari keluhan tidak berkurang, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut
baik radiologi maupun neurologik.

Anamnesis

Identitas pasien
1. Usia penderita dapat membantu dalam menentukan penyebab potensial nyeri pinggang
mereka. Beberapa penyebab timbul lebih sering pada usia muda (spondilitis ankilosa,
sindrom Reiter), sedangkan yang lain pada usia lebih tua (stenosis spinal, polimialgia
reumatika).1
2. Jenis kelamin juga dapat membantu. Beberapa penyakit lebih sering ditemukan pada pria
(spondiloartropati), yang lain lebih sering pada wanita (fibromialgia, osteoporosis). Ada pula
yang kekerapannya sama pada kedua jenis kelamin (inflammatory bowel disease). 1
3. Riwayat pekerjaan seperti, Sudah berapa lama kerja sekarang, Riwayat pekerjaan
sebelumnya, Alat kerja, bahan kerja, proses kerja, Barang yang diproduksi/dihasilkan, Waktu
bekerja sehari, Kemungkinan pajanan yang dialami, APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai,
Hubungan gejala dan waktu kerja, Pekerja lain ada yang mengalami hal yang sama.

2
Riwayat penyakit sekarang

Keluhan pasien adalah nyeri kita harus tanyakan karakter nyeri, letak dan letak serta
penyebaran nyerinya. Apakah terdapat parestesi atau gangguan sensorik lain dan gangguan
motorik seperti kelemahan dan atrofi otot. Apakah ada gangguan miksi dan defekasi.
Hubungan nyeri dengan posisi tubuh dan kegiatan fisik juga perlu ditanyakan; misalnya nyeri
ruptur diskus intervertebralis lebih bertambah bila penderita membungkuk, bersin atau batuk,
atau lebih nyeri pada posisi duduk bila dibandingkan dengan berdiri; sedangkan nyeri tumor
“spinal cord” lebih nyeri pada saat berbaring daripada duduk.2

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit dahulu yang bisa ditanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami
hal yang sama, apakah sudah pernah berobat, dan apa obat yang diminum.

Riwayat sosial
Kebiasaan sosial juga perlu diketahui, terutama yang berkaitan dengan rokok, alkohol
dan penggunaan obat-obat tertentu/terlarang. Merokok merupakan faktor risiko yang
independen pada nyeri pinggang. Penggunaan alkohol yang berlebihan berkaitan dengan
osteoporosis, sedangkan obat-obat tertentu dapat menyebabkan imunosupresi dan
predisposisi terhadap infeksi. 1

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dengan nyeri punggung meliputi keadaan umum dan tanda-tanda
vital pasien serta evaluasi sistem neurologi serta muskuloskeletal. Pemeriksaan neurologi
meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan reflek-reflek.2
a. Inspeksi
Pemeriksaan dimulai dengan melihat gerakan mana yang membuat pasien nyeri. Apakah
terdapat keterbatasan dan nyeri pada satu sisi atau arah misalnya ekstensi ke belakang atau
fleksi ke depan. Apabila terdapat nyeri pada ekstensi ke belakang pada pasien terdapat
stenosis foramen interveterbralis dilumbal sedangkan nyeri bila fleksi ke depan pada pasien
terdapat HNP dikarenakan adanya ketegangan pada saraf.

3
b. Palpasi
Dengan palpasi kita dapat menentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan ruangan intervetebralis. Kemudian lakukan refleks babinski terutama bila terdapat
hiperrefleksi menunjukan adanya gangguan upper motor neuron (UMN).
c. Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan kedua sisi yaitu pemeriksaan berjalan
menggunakan tumit, berjalan menggunakan jari kaki, dan jongkok.
d. Refleks
Refleks yang harus diperiksa adalah refleks di dareah achiles dan pattela respon dari
pasien dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.3
- Tes laseque
Tes ini menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.
Secara klinis tanda laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di
panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut
dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes
yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Pada tanda
laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda
laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk
suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti
menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif
pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia
dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua dibandingkan dengan yang
muda (<30 tahun). Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign)
dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan
menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan
menunjukkan adanya suatu HNP.
- Tes patrick
Kaki di fleksi abduksi kemudia eksternal rotasi sendi panggul. Hasil positif
jika gerakan diluar kemauan terbatas sering disertai nyeri.
- Tes kernig
Pasien dalam posisi terlentang paha difleksikan kemudian meluruskan tungkai
bawah sejauh mungkin. Hasil positif bila pasien terdapat spasme involunter otot
semimembraneus, biceps femoris yang membatasi ekstensi lutut.
4
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu darah rutin dan urin rutin. Berdasarkan
kasus hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan radiologis yang
dilakukan yaitu foto rontgen, CT scan, dan MRI. Pada pemeriksaan rontgen akan terlihat
penyempitan pada ruang intervetebra. Penyempitan interveterbra biasanya terlihat bersamaan
dengan posisi skoliosis akibat spasme otot paravetebral. CT scan meruapakan sarana
diagnostik yang efektif apabila vertebra dan level neurologis suspek kelainan tulang. MRI
meruapakan pemeriksaan yang akurasi berkisar 80%. Pemeriksaan sangat sensitif pada kasus
HNP. MRI befrungsi untuk melihat level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan
patologis pada medula spinal atau jaringan lunak, untuk melihat suspek infeksi dan
neoplasma.2

Diagnosis klinis
Diagnosis klinisnya adalah low back pain (LBP). Low back pain merupakan masalah
umum dan timbul sebagai rasa nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan dengan atau tanpa rasa
nyeri pada kaki. LBP juga merupakan masalah yang serius dan persisten dalam kedokteran
okupasi. LBP dapat muncul mendadak atau bertahap, dengan atau tanpa kejadian yang
mencetuskan.5 Berdasarkan penyebab dari low back pain, dibagi menjadi tiga kategori yaitu
(1) patologi spinal spesifik, (2) nyeri radicular, dan (3) non spesifik LBP. LBP juga sering
dibagi menjadi tiga grup berdasarkan lokasi, faktor pencetus/pemberat, dan sifatnya, (1) axial
pain, (2) referred pain, (3) radicular pain. Axial pain atau nyeri mekanik adalah nyeri akibat
restriksi ke area punggung bawah dan dapat semakin memburuk dengan kegiatan atau posisi
tertentu. Referred pain memiliki intensitas yang beragam. Rasa nyeri timbul pertama pada
daerah punggung bawah dan biasanya menyebar ke pangkal paha, bokong dan paha atas.
Radicular pain merupakan nyeri yang dalam dan biasanya konstan. Rasa nyeri ini akan
menyebar menuju kaki berdasarkan dermatom dan disertai mati rasa dan kelemahan otot.
Tipe nyeri ini disebabkan oleh cedera saraf spinal, seperti herniasi diskus atau stenosis
foraminal. Sekitar 75-85% individu akan mengalami LBP pada kehidupannya.5 Prevalensi
tahunan LBP di Amerika Serikat berada pada rentang 15-20% dan 25-45% di Eropa.
Walaupun mayoritas kasus LBP tidak diketahui etiologinya, insidens nyeri, cedera, tidak
bekerja, dan disabilitas yang dilaporkan lebih tinggi pada pekerja yang menerima pajanan
beban fisik yang tinggi. Faktor ergonomi juga merupakan dasar dari biomekanik yang
berkaitan dengan LBP.5 Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita

5
nyeri punggung bawah, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden
berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.6
Vertebra manusia berada dalam posisi vertical pada mayoritas jam kerja. Beban pada
vertebra pada posisi tegak akan diterima regio lumbosacral dan beban ini menimbulkan
respon mekanik, fisiologi, dan psikologi, seperti deformasi jaringan, metabolism yang
terganggu, dan sirkulasi yang terganggu. Rasa tidak nyaman dan kinerja yang terganggu
merupakan respon yang bergantung pada durasi dan intensitas dari beban yang diterima. Oleh
karena itu, LBP dapat timbul dari ligamen, otot, fasciae, sendi atau diskus vertebra lumbal.
Tumor dan infeksi dapat mempengaruhi jaringan spinal dan paraspinal. Namun, tumor dan
infeksi jarang ditemukan sebagai penyebab LBP pada pelayanan primer. Prevalensi tumor
0,7% dan infeksi kurang dari 0,01%. Fraktur juga jarang menjadi penyebab LBP. Mayoritas
pasien dengan LBP tidak mengalami red flag disorders. Dinamakan red flag disorders karena
terdapat risiko terhadap kesehatan pasien secara umum dan harus didiagnosis sedini
mungkin.4 Kebanyakan pasien dengan gangguan ini memiliki gangguan lain yang mendasari
rasa nyeri. Sprain pada jaringan ikat merupakan penjelasan yang menarik untuk LBP akut
akibat tenaga atau usaha yang berlebihan. Tetapi, kriteria diagnosis berdasarkan International
Association for the Study of Pain (IASP) membutuhkan keterangan jaringan ikat yang terkena
secara spesifik. Palpasi tidak spesifik untuk sprain dan tidak pemeriksaan gerak aktif dan
pasif yang dapat digunakan untuk menentukan ligamen sprain pada vertebra lumbal. Sprain
otot dan spasme otot juga dapat menjadi penyebab timbulnya rasa nyeri punggung bawah.
Tetapi tidak ada gejala klinis dari kondisi ini yang terpercaya dan valid untuk diagnosis.
Spondilolisis kemungkinan merupakan penyebab LBP, walaupun seringkali asimtomatik (7%
penderita). Spondilolisis merupakan defek yang didapat dan mengenai pars interartikularis,
biasanya mengenai vertebra L5 atau L4. Spondilolisis umumnya terjadi akibat kelelahan yang
diakibatkan dari ekstensi atau fleksi yang berulang atau dalam gerakan memutar dari
lumbal.Bone scan merupakan cara satu-satunya untuk mendiagnosis kondisi ini. Nyeri sendi
sakroiliaka terdapat pada sekitar 20% penderita LBP kronik (di bawah L5-S1). Penyebab lain
dapat berupa herniasi diskus.4

Hubungan pajanan dengan penyakit


Penelitian Kusuma dkk mengatakan bahwa ada pengaruh dari posisi kerja dengan low
back pain. Dan penelitian oleh Bedu dkk mengatakan faktor umur, jenis kelamin, masa kerja,
dan sikap kerja menunjukkan bahwa adanya hubungan dengan gangguan muskuloskeletal.5,6

6
Gangguan muskuloskeletal (MSD) adalah penyakit yang menimbulkan rasa nyeri
berkepanjangan. Seseorang yang menderita gangguan muskuloskeletal merasakan keluhan
mulai dari yang ringan sampai berat jika otot menerima beban statis secara berulang dan
dalam kurun waktu yang lama. Timbulnya gangguan muskuloskeletal ini terkait dengan
kondisi lingkungan kerja dan cara kerja yang tidak mendukung sehingga dengan kondisi
seperti ini dapat menyebabkan kerusakan pada otot, syaraf, tendon, persendian, kartilago, dan
diskus vertebralis. World Health Organization (WHO) mendefinisikan gangguan
muskuloskeletal merupakan gangguan pada otot, tendon, sendi, ruas tulang belakang, saraf
perifer, dan sistem vaskuler yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan akut maupun secara
perlahan dan kronis. Gangguan ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor
pekerjaan seperti distorsi postur, postur statis yang terlampau lama, dan gerakan repetitive.
MSD akibat kerja, banyak dilaporkan dan ditemukan terutama pada tenaga kerja yang
melakukan kerja fisik seperti mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan
beban, gerak janggal yang melewati lingkup gerak sendi, gerak otot statis, dan masa istirahat
yang tidak cukup. MSDs akan muncul apabila terjadi peningkatan beban kerja, baik secara
fisik maupun nonfisik.1,5,6

Secara umum definisi housekeeping adalah memberikan pelayanan, kerapihan, dan


kebersihan dari sebuah gedung atau bangunan baik indoor ataupun outdoor sehingga tercipta
suasana yang nyaman dalam menunjang aktivitas sehari-hari, juga untuk menjaga keutuhan
dan bertanggung jawab atas semua benda yang termasuk dalam lingkungan kerja
housekeeping tersebut. Housekeeping dalam menjalankan profesinya akan menghabiskan
waktu yang lama dengan posisi statis, karena berhubungan dengan pekerjaannya yang dimana
di dalam melakukan pekerjaannya membersihkan suatu ruangan mempunyai posisi tangan
dan bahu yang tetap stabil dalam waktu yang cukup lama, sehingga dapat berakibat cedera
antara lain pada leher, bahu atau pada tulang punggung. Gangguan muskuloskeletal yang
kerap terjadi, akibat posisi tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam waktu
yang lama serta berulang-ulang. Salah satu pekerjaan yang rentan menghadapi adanya
ancaman gangguan muskuloskeletal ialah housekeeping. Pekerjaan housekeeping seperti
mengangkat, membungkuk, gerakan memutar pada saat memindahkan barang dari sisi ke sisi
lainnya dan menunduk saat bekerja dapat menimbulkann keluhan MSD.1,5

7
Pajanan cukup besar
Patofisiologi
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi
pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang
diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.3
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyebabkan otot tidak mampu
mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint
lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint
menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan
gesekan pada tulang belakang. Faktor obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan
peregangan yang berlebihan pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung.
Epidemiologi
Frekuensi LBP tertinggi terjadi pada usia 35-55 tahun, dan akan semakin meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Sebuah penelitian epidemiologi di Kanada melaporkan
masalah punggung berada pada urutan tertinggi ke-tiga yang menjadi penyebab kronis
masalah kesehatan pada umur ≥65 tahun untuk wanita dan berada pada urutan ke-empat
tertinggi pada laki-laki untuk kategori yang sama.
Di Inggris dilaporkan prevalensi LBP pada populasi lebih kurang 16.500.000 per
tahun, yang melakukan konsultasi ke dokter umum lebih kurang antara 3–7 juta orang.
Penderita LBP yang berobat jalan berkisar 1.600.000 orang dan yang dirawat di Rumah Sakit
lebih kurang 100.000 orang. Dari keseluruhan LBP, yang mendapat tindakan operasi
berjumlah 24.000 orang per tahunnya. Di Amerika Serikat dilaporkan 60-80% orang dewasa
pernah mengalami LBP, keadaan ini akan menimbulkan kerugian yang cukup banyak untuk
biaya pengobatan dan kehilangan jam kerja. Sekitar 5% dari populasi di Amerika Serikat
mengalami serangan LBP akut, dan menduduki urutan ke empat untuk diagnosis rawat inap.
Di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito, penderita LBP meliputi 5,5%
dari jumlah pengunjung, sementara itu proporsi penderita LBP yang dirawat inap antara 8%-
9%. Persentase tersebut memang kecil, tetapi di praktek dokter sehari-hari keluhan LBP ini

8
sering dijumpai. Mereka yang meminta pertolongan ke rumah sakit pada umumnya sudah
menahun, tidak kunjung sembuh, atau rasa nyerinya tidak tertahan lagi.4

Faktor Individu
a. Genetik
Studi yang dilakukan pada kembar indentik setelah dilakukan control terhadap faktor
lingkungan, menunjukkan 50-75% degenerasi diskus intervertebral berkaitan dengan
faktor genetik.4 Pengaruh genetic mempengaruhi degenerasi lumbal dan servikal. Prolaps
diskus pada lumbal memiliki hubungan yang lebih lemah dengan faktor genetic. Studi
yang dilakukan di United Kingdom menunjukkan bahwa faktor genetic memiliki
pengaruh penting terhadap laporan LBP diantara wanita. LBP yang dapat diwariskan
berada dalam rentang 52-68%. Hanya beberapa gen yang mempengaruhi degenerasi yang
telah diketahui, termasuk gen reseptor vitamin D, proteoglikan, kolagen tipe IX, dan
matriks protein.
b. Usia
Berdasarkan usia, prevalensi LBP meningkat dari awal usia dewasa hinga akhir usia
40 tahun atau awal usia 50 tahun dan konstan untuk selanjutnya hingga setidaknya
pertengahan usia 60 tahun.2 Perubahan tubuh sesuai pertambahan usia, dan diskus
intervertebralis merupakan salah satu bagian tubuh yang mengalami perubahan. Diskus
mengalami degenerasi, and robekan terjadi pada annulus diskus. Gejala dari LBP juga
berbeda berdasarkan usia. Pada orang-orang usia 20 sampai awal 30 tahun biasanya
mengalami gejala akibat serangan akut dengan durasi singkat. Antara pertengahan hingga
akhir 30 tahun, rasa nyeri sering menjadi lebih local menuju satu sisi. Pada usia 40 tahun
rasa nyeri menyebar ke bokong, paha, dan sampai ke kaki. Rasa nyeri cenderung menjadi
konstan selama usia 50 tahun, tetapi lebih ringan.2
c. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin dan hormonal seseorang juga dapat mempengaruhi timbulnya
NPB. Jenis kelamin perempuan lebih sering mengalami NPB dibandingkan jenis kelamin
laki-laki. Hal ini dapat dikarenakan adanya faktor dari hormon estrogen yang berperan.
Kehamilan, penggunaan kontrasepsi dan menopause yang terjadi pada perempuan
mempengaruhi peningkatan dan penurunan dari kadar estrogen. Peningkatan estrogen
pada proses kehamilan dan penggunaan kontrasepsi menyebabkan terjadinya peningkatan
hormon relaxin. Meningkatnya kadar hormon relaxin dapat menyebabkan terjadinya
kelemahan pada sendi dan ligamen khususnya pada daerah pinggang. Selain itu proses

9
menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan
hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya LBP. Tetapi pada penelitian lain,
didapatkan hasil tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan LBP.6
d. Faktor indeks massa tubuh
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri pinggang
lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga
dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Dari hasil analisis, seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Ketika seseorang
kelebihan berat biasanya kelebihan berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang
berarti menampah kerja tulang lumbal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang
akan tertekan untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan
mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah
pada tulang belakang yang paling beresiko akibat efek dari obesitas adalah verterba
lumbal.6
e. Abnormalitas Struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lorodosis, maupun
kifosis, merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB. Kondisi menjadikan beban yang
ditumpu oleh tulang belakang jatuh tidak pada tempatnya, sehingga memudahkan
timbulnya berbagai gangguan pada struktur tulang belakang.4
f. Aktivitas
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak
disadari oleh penderita. Kebiasaan seseorang dalam sikap berdiri, duduk, tidur,
mengangkat beban dalam posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang.

Faktor lain diluar pekerjaan


Kebiasaan merokok diketahui menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan.
Hubungannya dengan kejadian NPB, diduga karena perokok memiliki kecenderungan untuk
mengalami gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang.
Sebagai contoh, merokok dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan mikrotrauma
dari batuk yang kronis yang dapat menyebabkan cedera atau herniasi dari diskus secara
bertahap. Merokok juga dianggap mengurangi aliran darah menuju diskus.4

10
Diagnosis okupasi
Berdasarkan 1-6 langkah diagnosis okupasi, LBP pada pasien ini merupakan penyakit
akibat kerja. Kondisi ini diperberat dengan pekerjaanya sebagai housekeeping selama 10
tahun dengan sikap tubuh yang monoton, mengangkat barang atau alat tertentu yang cukup
berat.

Penatalaksanaan
a. Medika mentosa
Penanggulangan LBP berprinsip pada kondisi akut atau kronik dan didasari kelainan
patologik sebagai penyebab dari nyeri itu sendiri. Penanggulangan dalam keadaan akut
dengan berbagai intervensi misalnya dengan bedrest total, ortoses, pemberian NSAID, jika
perlu ditambahkan kortikosteroid parenteral. obat-obatan kelompok anti nyeri yang dapat
digunakan adalah anti konvulasan (gabapentin, etodolak, diklofenak, dll) atau analgesik
parasetamol, asam mefenamat, dll. Nyeri neuropatik bisa berkombinasi dengan nyeri
inflamasi yang dalam penanggulangannya juga dengan menggunakan analgesik. Efektivitas
dari obat-obat ini dibuktikan melalui hasil penelitian dalam penanganan nyeri akut maupun
kronis. Seperti disebut di atas, permasalahan LBP juga menyangkut masalah biopsikososial,
maka bagian dari penanggulangannnya juga harus diarahkan pada dasar pemasalahan
termasuk pengagunaan anti depresan.6
b. Non medika mentosa
Dalam keadaan kronik maka penanganannya mengarah pada penyesuaian perangkat kerja
sepihak (ergonomik) maupun terhadap penderita sendiri. Tujuan utama adalah supaya secepat
mungkin penderita bisa kembali bekerja. Pekerjaan mengangkat dan mengangkut jika tidak
dilakukan dengan benar dan hati-hati dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja. Oleh sebab itu maka teknik mengangkat dan mengangkut yang
benar serta alat mengangkat dan mengangkut yang ergonomis sangat diperlukan untuk
mewujudkan efektivitas dan efisiensi kerja. Kegiatan mengangkat dan mengangkut
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
1. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.
2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun, dll.
3. Ketrampilan bekerja.
4. Peralatan kerja.
5. Ukuran beban yang akan diangkut.
6. Metode mengangkut yang benar.
11
Disamping itu, jenis kelamin seseorang juga dapat mempengaruhi kegiatan mengangkat
dan mengangkut. Cara mengangkat dan mengangkut yang baik harus memenuhi 2 prinsip
kinetis, yaitu :

1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot
tulang yang lemah dibebaskan dari pembebanan.
2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis itu setiap kegiatan mengangkat dan mengangkut
harus dilakukan sebagai berikut :

1. Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang
dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari
tersebut harus dihindarkan.
2. Lengan harus sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus. Fleksi pada lengan
untuk mengangkut dan mengangkat menyebabkan ketegangan otot statis yang
melelahkan.
3. Punggung harus diluruskan.
4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi seperti pada permulaan
gerakan. Dengan posisi kepala dan dagu yang tepat, seluruh tulang belakang
diluruskan.
5. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum
yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu kaki ditempatkan ke arah jurusan gerakan
yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong
tubuh pada gerakan pertama.
6. Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk gerakan
dan perimbangan.
7. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat
gravitasi tubuh.3
Selain hal diatas dalam kegiatan mengangkat dan mengangkut juga harus diperhatikan
ketentuan berikut ini :

1. Semua barang/benda yang menghalangi pandangan mata sebaiknya disingkirkan


terlebih dahulu, sebelum pekerjaan mengangkat dan mengangkut dilakukan.
2. Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih dari 35 cm.

12
3. Jika suatu beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan agar menggunakan
agar menggunakan alat mekanis (katrol).
4. Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan tubuh.
5. Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap diskus dapat dihindarkan.
6. Mula-mula lutut harus bengkok dan tubuh harus berada pada sikap dengan punggung
lurus.
c. Tindakan operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada saraf sehingga
nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan
alasan yang kuat yaitu berupa:
 Defisit neurologik memburuk.
 Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
 Paresis otot tungkai bawah.3

Pencegahan
Tes kekuatan sebelum diterima kerja, wajib melaporkan setiap gangguan nyeri
punggung yang dialami guna untuk diagnosis dini mengurangi terjadinya gangguan kesehatan
yang lebih berat dan bersifat permanen.4-5,7 Pendidikan dan latihan metode pengangkatan
telah dipakai untuk mengurangi kejadian nyeri punggung dan cedera. Pengetahuan ergonomi
penting untuk mengurangi kadar ketegangan tulang belakang sehingga suatu pekerjaan dapat
dilakukan dengan aman tanpa memicu atau menyebabkan gejala nyeri punggung. Hal ini juga
memungkinkan pekerjaan diteruskan atau langsung kembali bekerja bagi mereka yang
mengalami gejala nyeri punggung.5 Aktivitas pekerjaan juga harus dirancang diharapkan
untuk aktivitas duduk atau berdiri terlalu lama serta gerakan membungkuk dan merotasikan
tubuh secara berulang sesedikit mungkin.7
Bila mungkin, tempat kerja harus diubah untuk menyesuaikan kemampuan para
pekerja. Merubah tinggi bangku kerja, mengurangi berat dan ukuran benda, serta merubah
posisi dan mekanisme mesin atau alat adalah beberapa tindakan untuk menghasilkan tempat
kerja yang lebih “ramah punggung”. Pendekatan lain yang mungkin dilakukan meliputi
eliminasi tugas penanganan secara manual., pemakaian alat pembantu mekanis, dan
reorganisasi jadwal kerja untuk menjamin pembagian kegiatan berbahaya yang lebih merata
di antara para pegawai.5

13
Diagnosis Banding

Discogenic Pain

Peregangan atau robeknya bagian luar annulus fibrosus/ligamentum longitudinalis


posterior, serta proses degenerasi permukaan sendi intervertebra, yang mengakibatkan
terjadinya perangsangan serabut halus saraf sensorik tanpa myelin yang terdapat ditempat
tersebut dan menimbulkan nyeri pinggang yang disebut nyeri mekanik atau discogenic pain.
Pada kasus ini nyeri tekan terasa digaris tengah pada satu atau dua ruas vertebra lumbalis,
tetapi rasa nyeri tidak seberat pada kasus low back pain.7

Hernia Nukleus Pulposus

Pada kasus yang lebih berat dan jarang terjadi, pada saat mengangkat beban terjadi
kontraksi otot-otot punggung dan bokong akan menciptakan stress kompresi dan stress
putaran pada cakram antar-ruas, terutama di diskus intervertebralis L5-S1. cedera pada
cakram antar-ruas akan mengakibatkan degenerasi annulus fibrosus akibat robekan multiple
atau robekan tunggal. Robekan dapat berpola marginal, tangensial, atau radial. Tetapi
untungnya robekan tersebut biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Sudut posterolateral
merupakan daerah annulus fibrosus yang paling tipis dan paling lemah, sehingga tonjolan
cakram antar-ruas akibat prolaps nukleus pulposus akan menekan radiks spinalis ditempat ini,
dan menimbulkan nyeri hebat, disebut neurogenic pain atau nyeri radikular. Nyeri tekan
terasa di garis tengah pada satu atau dua ruas vertebrae lumbalis, dan biasanya menyebar ke
tungkai.7

Kesimpulan

Low back pain adalah nyeri yang dirasakan pada punggung bawah, nyeri ini terasa di
daerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai penjalaran nyeri ke arah tungkai serta
kaki. Diagnosis suatu penyakit dengan hubungan pekerjaan adalah dengan 7 langkah
diagnosis okupasi yaitu: diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan
penyakit, jumlah pajanan, faktor individu, faktor lain diluar pekerjaan, diagnosis okupasi.
Penatalaksanaanya bedrest, bisa diberikan obat analgetik dan anticemas ( bila ada gangguan
sosial ), serta pendidikan ergonomis atau tindakan operatif untuk non medika mentosa.
Pencegahan dilakukan dengan pendidikan ergonomis dan screening penerimaan pekerja.

14
Daftar Pustaka

1. Maras WS, Karwowski W. Interventions, controls, and applications in occupational


ergonomics. New York: CRC Press; 2006. Hal 1-8.
2. Jonathan Gleadle. At a Galance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Erlangga;2009. hal 76-7.
3. Shidarta P. Neurologis klinis dasar.Edisi3.Jakarta:EGC; 2011. Hal 203-5.
4. Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta:Sagung
Seto; 2010. Hal 84-8.
5. Jeyaratnam, J. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: EGC;2010. hal 206-15.
6. Barry S, Levy, dkk. Occupational and Enviromental Health. Edisi 5. USA:CRC Press;
2010. Hal 505-9.
7. Harrianto, R. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC;2009.hal 218-22.

15

Anda mungkin juga menyukai