Anda di halaman 1dari 3

Nama : Cindy Grace Asnani

Nim : 102016235

Kelas : B

“Tahap Perkembangan Iman Synthetic Convensional Stage”


Tahap ini adalah tahap perkembangan Iman Remaja. Mereka mulai dapat mengetahui apa
yang harus dilakukan pada tahap ini. Mereka mulai mencari jati diri, namun jati diri tersebut
belum sepenuhnya di ketahui. Mereka di pengaruhi oleh pengaruh eksternal(luar), misalnya
orang tua, pendeta, pemerintah, pemuka masyarakat, dll.
Pada tahap ini, Remaja tidak lagi mendeskripsikan Allah seperti pada tahap-tahap sebelumnya.
Ia mulai mengerti dan memahami siapa Allah dan mulai mencari dan mulai untuk mengenal
Allah. Ia melihat bahwa Allah adalah “Pribadi yang mengenal dirinya, lebih dari dirinya sendiri”
Sehingga remaja mulai mengandalkan Allah sebagai penyelamat. Remaja juga mulai
membangun hubungan pribadi dengan Allah “Personal” karena menganggap bahwa hanya Allah
yang mengerti dan memahami dirinya. Allah juga dipandang sebagai kepribadian yang luar biasa
secara istimewa, berlimpah, memiliki batin yang kaya, serta kedahsyatan Allah yang tidak ada
batasnya.
Oleh sebab itu, peran orang tua sangat berpengaruh pada masa ini. Orang tua sebagai media
penyaluran bagi remaja untuk dapat memahami dan mengetahui lebih lagi tentang Yesus Kristus.
Firman Tuhan berkata bahwa kita harus “Mengajarkan”.Iman adalah bagaimana kita mampu
untuk merespons peran Yesus Kristus bagi hidup kita dan mempercayai Dia sepenuh hati tanpa
ada paksaan dari siapapun. Tugas orang tua adalah mengajarkan tentang Tuhan lewat firman-
Nya serta pengalaman hidup bersama Yesus, agar para remaja dapat mengenal lebih dalam
tentang Tuhan. Mereka tidak akan tahu siapa Tuhan itu jika mereka tidak diajarkan tentang
keselamatan-NYA. Remaja harus secara pribadi menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Namun,
kita tidak berhak untuk memaksa mereka untuk mengakui dan menerima Tuhan Yesus sebagai
Tuhan dan Juru S’lamat. Karena kita hanya bertugas untuk mengajarkan dan membawa mereka
untuk mengenal Tuhan Yesus Kristus.
Jadi, apakah akhirnya Remaja meresponi Tuhan dalam hidupnya itu adalah pilihan pribadinya.
“Hidup itu pilihan, tidak memilih pun pilihan” *
*( Kutipan dari Pdt.Yohanes Bambang Mulyono, M.Th )

*Sebuah Kisah
Pada masa-masa ini, ketika saya akan segera menyelesaikan studi pada tingkat Sekolah
Menengah Atas ( SMA), ketika saya akan menghadapi ujian kelulusan(UN). Pada saat itu, saya
sudah tidak terlalu sibuk urusan pergaulan luar. Saya hanya sibuk untuk mempersiapkan urusan-
urusan yang berkaitan dengan Ujian Nasional. Saya menjadi semakin rajin belajar, ditambah
dengan Bimbel yang saya ikuti setiap akhir jam mengajar disekolah. Saya juga telah belajar
melayani di Gereja tempat saya dan keluarga, walaupun itu hanya dalam tingkat Youth. Saya
juga sudah mulai untuk menempatkan Tuhan Yesus sebagai prioritas utama dalam hidup saya,
dan percaya bahwa Tuhan Yesus yang memiliki hidup itu akan memberikan otoritas penuh pada
saya. Saat itu juga, hubungan saya dengan keluarga menjadi semakin erat.
Tetapi pada satu sisi, ada hal yang membuat saya khawatir dan ragu juga membingungkan.
Dimana saya mulai berpikir untuk masa depan saya, piliah-pilihan yang akan saya lalui. Saya
melihat bahwa itu semakin dekat. Saya harus memilih apa yang akan saya lakukan untuk masa
depan saya. Saya ingin sekali untuk melanjutkan pendidikan “DOKTER” karena sudah pilihan
saya sejak saya berumur 6 tahun. Dan itu menjadi sebuah komitmen saya, di mana saya harus
mencapainya. Namun di satu sisi, keluarga saya mengarahkan saya untuk mengambil pendidikan
“Ilmu Pemerintahan”. Mereka mengatakan bahwa peluang untuk masuk ke pemerintahan lebih
besar, dan peluang di dunia kerja juga sangat luas. Selain pertimbangan itu, mereka juga
mempertimbangkan masalah keuangan. Ini menjadi sebuah pilihan yang sangat sulit, di mana
saya sangat ingin untuk menggeluti dunia Kedokteran, dan di satu sisi saya juga harus membuat
keluarga bahagia dengan saya masuk di dunia pemerintahan. Dengan pilihan-pilihan yang sangat
sulit ini, saya merasa bahwa hubungan saya dengan Tuhan menjadi sangat dekat. Akhirnya, tepat
setelah UN, orang tua mengirimkan saya untuk masuk dalam dunia Kedokteran. Jujur, hal ini
membuat saya sangat bahagia. Entah ada apa dan bagaimana orang tua saya ingin
menyekolahkan saya di studi ini. Namun, orang tua membuat kesepakatan dengan saya, bahwa
saya harus bersekolah dengan sungguh-sungguh. Dan saya mengiyakan kesepakatan itu.
Dan saat ini, saya dalam proses perkuliahan, saya mempertaruhkan semuanya kedalam tangan
Tuhan, karena saya percaya bahwa hanya Tuhan sumber dari segalanya. Di sat seperti inilah saya
mengandalkan Tuhan, berusaha terus bertanya kepada Tuhan tentang pilihan yang saya jalani
saat ini. Karena saya yakin, Tuhan yang memberikan otoritas penuh kepada saya dalam
menjalani hidup ini. Firman Tuhan ini yang sangat menguatkan saya “Sekalipun aku berjalan
dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sbab Engkau besertaku; gada-Mu dan
tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mazmur 23;4)
Dalam masa ini saya banyak belajar bahwa kita tidak hanya mencari jati diri kita. Tetapi yang
terutama dalam segalanya adalah kita mencari Tuhan dan mengandalkan-NYA dalam setiap
langkah kehidupan kita, usahakan Tuhan untuk tetap menjadi prioritas utama. Karena dari situlah
kita akan menemukan jati diri kita dan menjadi remaja-remaja yang berkualitas di masa depan.
Bagi para generasi muda, janganlah kita mengikuti dunia ini. Hiduplah takut akan Tuhan,
jauhilah kejahatan, dan lakukanlah yang baik. Karena itulah yang di kehendaki Allah bagi kita.
Jadilah Garam dan Terang Bagi Dunia Ini ( Matius 5 : 13, Matius 5 : 14-15 ). Teruslah berjuang,
sampai kita menuju pada titik akhir di mana kita akan bersama-sama Bapa di sorga yang kekal
abadi selama-lamanya. Amin
Daftar Pustaka :
Pdt.Yohanes Bambang Mulyono, M.Th
http://telaga.org/audio/remaja-dan-iman
http://ericxonnainggolen.blogspot.co.id/2011/03/tinjauan-teologis-terhadap-
perkembangan.html?m=1
http://ifadah26.abatasa.co.id/post/detail/49451/perkembangan-agama-pada-remaja.html

Anda mungkin juga menyukai