Prinsip Teori
Topografi merupakan bentuk permukan bumi dipandang dari kemiringan lereng
dan beda tinggi dari permukaan laut. Permukaan tanah dengan beda tinggi dan kemiringan
yang sangat besar, maka disebut topografinya bergunung, sedangkan untuk beda tinggi dan
kemiringan yang lebih rendah secara berurutan disebut berbukit, bergelombang, dan
berombak. Lereng adalah penampakan alam yang disebabkan karena adanya beda
tinggi di dua tempat. Kemiringan lereng (Slope) merupakan salah satu unsur
topografi dan sebagai faktor terjadinya erosi melalui proses runoff. Semakin curam
lereng semakin besar laju dan jumlah aliran permukaan, semakin besar pula erosi
yang terjadi. Bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan
pelapukan. Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di
berbagai tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya
endogen. Hal inilah yang mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik diatas
permukaan bumi (Sobatnu, 2018).
Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau
derajat. Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain dari
memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curamnya lereng juga
memperbesar energi angkut air. Jika kemiringan lereng semakin besar, maka
jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan akan
semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang semakin besar sejalan dengan
semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal, sehingga lapisan tanah
atas yang tererosi akan semakin banyak. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua
kali lebih curam (Arsyad, 2000).
Kemiringan lereng dpat diukur menggunakan sebuah alat yang disebut
abney level. Abney level merupakan alat survei yang digunakan dalam menentukan
derajat sudut kemiringan, persentase kemiringan dan beda tinggi lereng. Pada
bagian abney level terdapat beberapa komponen, antara lain lensa digunakan untuk
membidik objek. Busur derajat digunakan untuk menentukan derajat dan
persentase kemiringan tanah. Nivo digunakan untuk menentukan bahwa abney
level sudah dalam posisi horisontal atau masih dalam kondisi yang belum
horisontal. Tuas digunakan untuk mengatur nivo agar abney level sudah dalam
kedudukan yang horisontal dan ketika gelembung pada nivo sudah berada pada
garis tengah ketika kita membidik suatu objek (Purnama, 2019).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah :
Pelaksanaan Praktikum
Alat
1. Alat tulis
2. Clipboard
3. Meteran
4. Rambu ukur/patok
5. Abney level
Bahan
1. Kertas HVS
Hasil dan Pembahasan
Hasil
a. Pengukuran menggunakan pohon
D = 27,5 m
Sudut titik acuan ke puncak pohon = 45°
Sudut titik acuan ke dasar (akar) pohon = 5°
𝑎 𝑏
D1 (atas) =
sin 𝑎 sin 𝑏
27,5 m 𝑏
=
sin 90° sin 45°
27,5 m 𝑏
=
1 0,7
𝑏 = 19,25 m
𝑎 𝑏
D2 (bawah) =
sin 𝑎 sin 𝑏
27,5 m 𝑏
=
sin 90° sin 5°
27,5 m 𝑏
=
1 0,09
𝑏 = 2,475 m
Tinggi pohon = H = 19,25 m + 2,475 m
= 21, 725 m
b. Pengukuran menggunakan rambu ukur/patok
D = 45,7 m
Sudut titik acuan ke patok = 5°
𝑎 𝑏
Tinggi patok =
sin 𝑎 sin 𝑏
45,7 m 𝑏
=
sin 90° sin 5°
45,7 m 𝑏
=
1 0,09
𝑏 = 4,113 m
Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengukuran pengukuran
kemiringan lereng, dengan tujuan untuk mengukur nilai sudut kemiringan
permukaan bidang yang nantinya akan membentuk relief dan topografi daerah
penelitian yang tidak datar. Praktikum dilakukan dengan menggunakan alat abney
level dan meteran. Abney level digunakan untuk mengukur sudut kemiringan dan
meteran digunkan untuk mengukur jarak miring antara titik acuan ke titik
pengamatan, berupa patok dan pohon.
Pengukuran pertama menggunakan objek berupa pohon yang berjarak 27,5
m dari titik pengamatan. Jarak tersebut merupakan jarak miring dari titik
pengamatan ke objek. Sudut pengamatan antara titik acuan ke puncak pohon
didapatkan sebesar 45°. Sedangkan Sudut pengamatan antara titik acuan ke dasar
(akar) pohon didapatkan sebesar 5°. Ditentukan tinggi antara titik pengamatan
dengan puncak pohon serta antara titik pengamatan dengan dasar pohon
menggunakan rumus berikut :
𝑎 𝑏
=
sin 𝑎 sin 𝑏
Daftar Pustaka
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
Sobatnu, F. 2018. Survei Terrestris. Sleman : Poliban Press.
https://www.academia.edu/24734305/2019/3/5/Denny-Setia-Purnama/
Pengenalan_Alat_Survey