Anda di halaman 1dari 5

Pertemuan Ke : 7 (Tujuh)

Judul Praktikum : Kelerengan/Kemiringan


Hari / Tanggal : Senin/4 November 2019
Tempat : Danau Universitas Jambi
Nama : Fitria Hasti Kusuma Dewi (F1D318001)
Kelompok : 4 (Empat)
Asisten : 1. Risky Mahardika (F1D315034)
2. Aulia Andriani (F1D315017)
3. M. Arlan Fadli G (F1D316006)
4. Erna Y Hutasiot (F1D316016)

Prinsip Teori
Topografi merupakan bentuk permukan bumi dipandang dari kemiringan lereng
dan beda tinggi dari permukaan laut. Permukaan tanah dengan beda tinggi dan kemiringan
yang sangat besar, maka disebut topografinya bergunung, sedangkan untuk beda tinggi dan
kemiringan yang lebih rendah secara berurutan disebut berbukit, bergelombang, dan
berombak. Lereng adalah penampakan alam yang disebabkan karena adanya beda
tinggi di dua tempat. Kemiringan lereng (Slope) merupakan salah satu unsur
topografi dan sebagai faktor terjadinya erosi melalui proses runoff. Semakin curam
lereng semakin besar laju dan jumlah aliran permukaan, semakin besar pula erosi
yang terjadi. Bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan
pelapukan. Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di
berbagai tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya
endogen. Hal inilah yang mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik diatas
permukaan bumi (Sobatnu, 2018).
Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau
derajat. Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain dari
memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curamnya lereng juga
memperbesar energi angkut air. Jika kemiringan lereng semakin besar, maka
jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan akan
semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang semakin besar sejalan dengan
semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal, sehingga lapisan tanah
atas yang tererosi akan semakin banyak. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua
kali lebih curam (Arsyad, 2000).
Kemiringan lereng dpat diukur menggunakan sebuah alat yang disebut
abney level. Abney level merupakan alat survei yang digunakan dalam menentukan
derajat sudut kemiringan, persentase kemiringan dan beda tinggi lereng. Pada
bagian abney level terdapat beberapa komponen, antara lain lensa digunakan untuk
membidik objek. Busur derajat digunakan untuk menentukan derajat dan
persentase kemiringan tanah. Nivo digunakan untuk menentukan bahwa abney
level sudah dalam posisi horisontal atau masih dalam kondisi yang belum
horisontal. Tuas digunakan untuk mengatur nivo agar abney level sudah dalam
kedudukan yang horisontal dan ketika gelembung pada nivo sudah berada pada
garis tengah ketika kita membidik suatu objek (Purnama, 2019).

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah :

1. Mengetahui pengertian kelerengan atau kemiringan lereng.


2. Mengukur sudut kemiringan lereng.

Pelaksanaan Praktikum
 Alat
1. Alat tulis
2. Clipboard
3. Meteran
4. Rambu ukur/patok
5. Abney level
 Bahan
1. Kertas HVS
Hasil dan Pembahasan
Hasil
a. Pengukuran menggunakan pohon
D = 27,5 m
Sudut titik acuan ke puncak pohon = 45°
Sudut titik acuan ke dasar (akar) pohon = 5°
𝑎 𝑏
D1 (atas) =
sin 𝑎 sin 𝑏
27,5 m 𝑏
=
sin 90° sin 45°
27,5 m 𝑏
=
1 0,7
𝑏 = 19,25 m
𝑎 𝑏
D2 (bawah) =
sin 𝑎 sin 𝑏
27,5 m 𝑏
=
sin 90° sin 5°
27,5 m 𝑏
=
1 0,09
𝑏 = 2,475 m
Tinggi pohon = H = 19,25 m + 2,475 m
= 21, 725 m
b. Pengukuran menggunakan rambu ukur/patok
D = 45,7 m
Sudut titik acuan ke patok = 5°
𝑎 𝑏
Tinggi patok =
sin 𝑎 sin 𝑏
45,7 m 𝑏
=
sin 90° sin 5°
45,7 m 𝑏
=
1 0,09
𝑏 = 4,113 m
Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengukuran pengukuran
kemiringan lereng, dengan tujuan untuk mengukur nilai sudut kemiringan
permukaan bidang yang nantinya akan membentuk relief dan topografi daerah
penelitian yang tidak datar. Praktikum dilakukan dengan menggunakan alat abney
level dan meteran. Abney level digunakan untuk mengukur sudut kemiringan dan
meteran digunkan untuk mengukur jarak miring antara titik acuan ke titik
pengamatan, berupa patok dan pohon.
Pengukuran pertama menggunakan objek berupa pohon yang berjarak 27,5
m dari titik pengamatan. Jarak tersebut merupakan jarak miring dari titik
pengamatan ke objek. Sudut pengamatan antara titik acuan ke puncak pohon
didapatkan sebesar 45°. Sedangkan Sudut pengamatan antara titik acuan ke dasar
(akar) pohon didapatkan sebesar 5°. Ditentukan tinggi antara titik pengamatan
dengan puncak pohon serta antara titik pengamatan dengan dasar pohon
menggunakan rumus berikut :
𝑎 𝑏
=
sin 𝑎 sin 𝑏

Sehingga didapatkan D1 adalah 19,25 m dan D2 adalah 2,475 m. Didapatkan tinggi


pohon dengan menjumlahkan D1 dan D2 yaitu 21,725 m.
Pengukuran kedua menggunakan objek berupa patok yang berjarak 27,5 m
dari titik pengamatan. Jarak ini merupakan jarak miring dari titik pengamatan ke
objek. Sudut pengamatan antara titik acuan ke patok didapatkan sebesar 5°.
Didapatkan tinggi patok menggunakan rumus yang sama yaitu 4,113 m.
Pengamatan tiap orang terhadap sudut kemiringan lereng dapat berbeda-
beda. Hal ini dikarenakan tinggi badan dan fokus mata tiap orang berbeda-beda.
Dengan pengukuran sudut kemiringan lereng, secara teoritis dapat menentukan
topografi suatu wilayah. Tinggi suatu objek pada sudut kemiringan juga menunjukan
semakin tinggi jarak objek dari permukaan bumi, suatu daerah memiliki kemiringan
lereng yang semakin curam.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Kemiringan lereng (Slope) merupakan salah satu unsur topografi yang terjadi
akibat perubahan permukaan bumi di berbagai tempat yang disebabakan oleh
gaya eksogen dan endogen. Kemiringan lereng mengakibatkan perbedaan
letak ketinggian titik-titik diatas permukaan bumi.
2. Sudut kemiringan lereng dapat diukur menggunakan alat yaitu abney level
dengan menggunakan objek yang telah ditentukan, seperti patok dan pohon.
Dengan mengukur sudut kemiringan lereng, ketinggian suatu lokasi atau objek
dari permukaan bumi dapat ditentukan.
Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya alat-alat yang digunakan lebih
lengkap dan dalam kondisi yang baik agar dapat digunakan sesuai fungsinya dan
agar praktikum dapat berjalan dengan baik.

Daftar Pustaka
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
Sobatnu, F. 2018. Survei Terrestris. Sleman : Poliban Press.
https://www.academia.edu/24734305/2019/3/5/Denny-Setia-Purnama/
Pengenalan_Alat_Survey

Anda mungkin juga menyukai