Oleh:
Yoga Priatama
(1113017000013)
JAKARTA
2019
ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan
penulis terbatas, sehingga perlunya bimbingan, arahan, masukan, serta motivasi
dari berbagai pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd. Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai Dosen Dosen Pembimbing I.
2. Ibu Gusni Satriawati, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sekaligus sebagai Dosen Dosen Pembimbing II.
3. Bapak Dr. Kadir, M.Pd. Sebagai Dosen Penasehat Akademik yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, masukan, nasehat, serta motivasi untuk segera
menyelesaikan studi ini.
4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selama masa studi telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis.
5. Bapak Sentono, M.M., M.Pd. sebagai Kepala SLB Negeri 4 Jakarta yang telah
memberikan izin dan membantu penulis untuk melakukan penelitian.
iii
6. Ibu Rany Asmiranty, S.Pd. sebagai guru pengampu mata pelajaran matematika
di SLB Negeri 4 Jakarta yang telah membantu dan mendukung penulis selama
melakukan penelitian.
7. Siswa dan siswi kelas XI SLB Negeri 4 Jakarta tahun ajaran 2018/2019, yang
telah bersikap baik selama penulis melakukan penelitian.
8. Teristimewa untuk kedua orang tua, Ayahanda Eko Widada dan Ibunda Rr.
Padma Dewi Susilawati yang senantiasa mendoakan, melimpahkan kasih
sayang, dan memberikan dukungan penuh kepada penulis, serta adik (Risqi
Dwiputra) yang menjadi penyemangat bagi penulis.
9. Sdr Ticha Putri Solicha yang telah menemani penulis dari semester 3 sampai
mengajukan judul skripsi.
10. Sdr Ida Awawiah yang memberikan semangat selama penulisan skripsi dari
jatuh dan bangunnya penulis membuat skripsi.
11. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2013.
Terimakasih atas kebersamaannya hingga saat ini.
12. Seluruh pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan bantuan dan informasi yang tentunya sangat membantu dan
bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Demikianlah semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan atas bantuan
yang telah diberikan kepada penulis dengan balasan yang lebih baik. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan penulisan skripsi ini di masa mendatang.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi yang membaca.
Yoga Priatama
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
A.Anak Tunarungu........................................................................................... 7
1. Belajar ................................................................................................ 12
2. Pembelajaran Matematika .................................................................. 13
C. Model Pembelajaran Inkuiri....................................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 31
A.Subjek Penelitian........................................................................................ 31
B. Proses Pembelajaran................................................................................... 31
A.Simpulan .................................................................................................... 63
B. Saran ........................................................................................................... 64
C. Rekomendasi .............................................................................................. 65
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional memegang peranan yang sangat penting bagi Negara
Indonesia dan merupakan hak bagi setiap warga negara. Hal ini disebabkan karena
pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 menjamin setiap warga negara untuk
memperoleh kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan
bahwa anak berkelainan berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan
anak lainnya (anak normal) dalam pendidikan. Pendidikan khusus sangat
diperlukan bagi mereka yang memiliki kesulitan dalam proses pembelajaran yang
berkaitan dengan kelainan fisik, mental emosional, sosial, dan/ atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Anak Berkebutuhan Khusus atau Anak Luar Biasa adalah anak yang
menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal; ciri-ciri mental, kemampuan-
kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional,
kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas;
sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau
pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk pengembangan potensi atau
kapasitasnya secara maksimal1.
Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk siswa yang
berkelainan atau siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan
secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar
dan menengah. Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan
1
Mangunsong, F, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid I ( Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Kampus Baru UI,
Depok,2014). h. 4
1
2
2
Liling Kristin Setyowati. Skripsi. Analisis Kesulitan Anak Berkebutuhan Khusus Dalam
Belajar Matematka Di Kelas Inklusi. 2014.
3
M. Ngalim Purwanto. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013) h. 12
3
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2006) h. 196
5
Margi cahyono, “Peningkatan Hasil Belajar Menghitung Perpangkatan Dan Akar Sederhana
Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Anak Tuna Rungu Wicara Kelas V Sdlb Wira Kusuma
Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan” Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Surabaya. 2018
4
telah melakukan diskusi dengan beberapa guru anak tunarungu yang berada di
SLBN 4 Jakarta bahwa model pembelajaran yang digunakan adalah model inkuiri.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang “Analisis Model Pembelajaran Matematika di SLBN 4 Jakarta (Siswa
Tunarungu Kelas XI)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut
1. Anak Berkebutuhan Khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan
khusus.
2. Siswa tunarungu memiliki keterbatasan pendengaran sehingga memerlukan
model, metode atau pendekatan yang sesuai.
3. Guru mengalami kesulitan dalam membelajarkan matematika pada siswa SLB.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi
penelitian ini pada masalah pembelajaran matematika yang berlangsung di SLB
Tunarungu kelas XI pada materi keliling bangun datar yang meliputi:
1. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika oleh guru matematika
kelas XI di SLBN 4 Jakarta.
2. Implementasi model inkuiri dalam pembelajaran matematika di kelas XI siswa
tunarungu SLBN 4 Jakarta.
3. Alat atau Media Pembelajaran yang digunakan untuk model inkuiri pada
pembelajaran matematika di kelas XI SLBN 4 Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini::
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran matematika di kelas tunarungu
SLBN 4 Jakarta tingkat SMA kelas XI pada materi keliling dan luas bangun
datar ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas tunarungu SLBN 4
Jakarta tingkat SMA kelas XI pada materi keliling dan luas bangun datar ?
5
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model pembelajaran matematika di
SLBN 4 Jakarta ( Siswa kelas XI Tunarungu ) yang meliputi:
1. Perencanaan pembelajaran matematika pada materi keliling bangun datar di
kelas tunarungu SLBN 4 Jakarta tingkat SMA kelas XI.
2. Pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi keliling bangun datar di
kelas tunarungu SLBN 4 Jakarta tingkat SMA kelas XI.
3. Hasil belajar siswa di kelas tunarungu SLBN 4 Jakarta tingkat SMA kelas XI
pada materi keliling dan luas bangun datar.
4. Alat atau media pembelajaran yang tersedia dan dimanfaatkan dalam
menunjang pembelajaran matematika.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
Memberikan informasi tentang aplikasi pembelajaran dengan menggunakan
model inkuiri di SLB, serta memberikan masukan dalam pengembangan
kegiatan pembelajaran matematika berupa model, metode, pendekatan, dan
penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam proses belajar.
2. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan membuka pemikiran baru dalam rangka mengetahui
proses pembelajaran pada siswa tunarungu, yang berbeda dengan anak normal
pada umumnya, memiliki keterampilan dalam memahami karakter siswa, serta
keterampilan dalam menyusun sebuah karya ilmiah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Anak Tunarungu
1. Pengertian Anak Tunarungu
Menurut Van Uden “Seseorang dikatakan tuli jika kehilangan kemampuan
mendengar pada tingkat 70 ISO dB sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan
orang lain melalui pendengarannya sendiri, tanpa atau menggunakan alat antu
mendengar. Sedangkan seseorang dikatakan kurang dengar apabila kehilangan
kemampuan mendengar pada tingkat 35 dB sampai 69 dB ISO, sehingga ia
mengalami kesulitan untuk mengerti pembicaraan orang lain melalui
pendengarannya sendiri, tanpa atau dengan alat bantu mendengar (ABM)”.1
Anak tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga
membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Bagi anak yang kurang pendengaran
atau tipe gangguan pendengaran yang lebih ringan, dapat diatasi dengan alat bantu
dengar. Anak-anak ini bukan merupakan sasaran utama Pendidikan anak tunarungu,
karena anak-anak masih bisa dibantu secara medis atau psikologik agar dapat
mengikuti pendidikan biasa di sekolah normal”.2
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa anak tunarungu
adalah anak yang mengalami hambatan dalam mendengar yang di sebabkan karena
tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan alat pendengaran sehingga anak
memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan bahasa
serta potensi yang dimilik anak seoptimal mungkin. Atau dengan menggunakan
bahasa lain, bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar yang diakibatkan oleh kerusakan atau tidak
berfungsinya indra pendengaran sehingga mengalami hambatan dalam
1
Haenudin, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu (Jakarta: PT Luxima Metro
Media, 2013), h. 54
2
Mangunsong, F, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid I ( Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Kampus Baru UI,
Depok,2014), h. 81
7
8
3
Ibid, h. 87
4
Ibid, h. 88
5
Haenudin, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu (Jakarta: PT Luxima Metro
Media, 2013), h. 63
9
6
Muhammad Efendi. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006), h. 58
7
Ibid, h. 59-61
10
8
Ibid, h. 63
11
9
Haenudin, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu (Jakarta: PT Luxima Metro
Media, 2013), h. 66
12
10
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar), (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9
11
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2011) h. 12
12
Ibid, h. 13.
13
Ibid, h. 22.
13
sebagai hasil dari interaksi siswa bersama lingkungannya, hal ini dilakukan guna
memenuhi kebutuhan mereka yang mungkin berbeda-beda.14
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengetian belajar dapat dipahami
bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur
yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa
untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan
perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang
baru. Perubahan sebagai hasil proses belajar adalah perubahan jiwa yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan suatu tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di
mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju
pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.15 Dari pengertian tersebut,
maka pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dengan sengaja dilakukan
untuk
dengan menciptakan berbagai kondisi yang diarahkan mencapai tujuan, yaitu
tujuan kurikulum. Sedangkan pembelajaran matematika merupakan kegiatan
pembelajaran yang menitikberatkan pada mata pelajaran matematika yang mana
matematika sendiri memiliki kajian yang abstrak. Sehingga dalam pembelajarannya
perlu adanya pendekatan-pendekatan tertentu dan alat bantu untuk mengkonkritkan
keabstrakannya.
Ismail dkk dalam bukunya memberikan definisi hakikat matematika
adalah:16Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan
perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan
14
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h.
2.
15
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), h. 17.
16
M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), h. 48
14
17
Ibid, h. 47-48.
15
18
Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta:Departemen Pendidikan
Nasional,2006), h. 346
19
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik. (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2011), h. 5
16
20
Ibid, h. 135-136
21
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2006), h. 196
17
disampaikan dan pertanyaan tersebut tidak harus selalu dijawab oleh guru, karena
semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan.22
Menurut Joyce and Weil inkuiri sosial adalah strategi pembelajaran dari
kelompok social (social family) subkelompok kosep masyarakat (concept of
society). Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode Pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan
dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. 23 Oleh karena itu, siswa harus
diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan-
persoalan yang muncul di masyarakat. Maka dari itu, inkuiri sosial pada hakikatnya
merupakan strategi pembelajaran yang berpusat kepada pengalaman siswa yang
menekankan kepada proses pemecahan masalah sosial melalui pengujian hipotesis
yang didasarkan kepada fakta. Hal ini berarti dengan inkuiri sosial siswa dituntut
untuk mencari dan menemukan jawaban atau kesimpulan dari pertanyaan yang
dipermasalahkan.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke
dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Ciri perkembangan afektif
yaitu menyangkut sikap dan perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk
berbuat sesuatu misalnya rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk
yang dirasakan siswa sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat
kesalahan atau dikritik oleh siswa lain, tidak mudah putus asa, menghargai diri
sendiri maupun orang lain.24Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri dapat
membantu siswa tunarungu dalam mengembangkan intelektual dan keterampilan
lainnya melalui gagasan dari berbagai imajinasi mereka serta memberi ruang
sebebas-bebasnya bagi siswa untuk menemukan cara belajarnya masing-masing.
Soekamto, dkk mengemukakan model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
22
Khoirul Anam, Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode dan Aplikasi.(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017), h. 7-8
23
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2006), h. 205-
206
24
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2011), h. 136-137
18
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar dan mengajar.25 Dari pengertian tersebut bahwa
model pembelajaran merupakan rencana untuk mencapai sasaran perencanaan
untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien.
Model inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. 26 Sasaran utama kegiatan pembelajaran
inkuiri adalah
1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran.
3. Mengembangkan sikap percaya diri pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri.
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan siswa, namun guru tetap
memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru
berkewajiban menggiring siswa untuk melakukan kegiatan. Siswa memproses
pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan
demikian, siswa dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.
Langkah-langkah dalam inkuiri adalah menyadarkan keingintahuan terhadap
sesuatu, mempraduga suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat
keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-
bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang
baru. Adapun model pelaksanaan inkuiri adalah: 27
1. Guru memberikan penjelasan, intruksi atau pertanyaan terhadap materi yang
akan diajarkan.
25
Ibid, h. 5
26
Ibid, h. 135
27
Roudhotun Na’im, ”Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Pembelajaran
Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Menentukan Rumus Volume Tabung” Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung
19
28
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2006), h. 201
20
29
Ibid, h. 208
21
30
Dwi Astuti, Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk SMPLB/B Kelas (2010)
22
Mata pelajaran matematika yang diberikan kepada siswa tunarungu tak jauh
berbeda dengan yang diberikan kepada siswa normal karena diberikan untuk
membekali siswa agar mampu berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan
mempunyai kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa
dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Hal ini disebabkan karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
E. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak
menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.
Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian
terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
1. Galih Anne Rivera dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Strategi
Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar IPA Tentang Sifat-Sifat Benda
Bagi Anak Tunanetra Kelas III”.31Hasil dari penelitian ini adalah ada pengaruh
yang signifikan strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar IPA tentang
sifat-sifat benda bagi anak tunanetra kelas III di SLB-A YPAB Tegalsari
Surabaya.
2. Dinar Rahmadana dalam skripsinya yang berjudul “Model Pembelajaran
Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tunarungu Kelas 6 di
31
Galih Anne Rivera, “Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar IPA
Tentang Sifat-Sifat Benda Bagi Anak Tunanetra Kelas III”. Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu
Pendidikan, UNESA. 2015
23
Dinar Rahmadana, “Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
32
Tunarungu Kelas 6 di SDLB-B” ”. Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA.
2016
33
Margi Cahyono, “Peningkatan Hasil Belajar Menghitung Perpangkatan dan Akar Sederhana
Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Anak Tuna Rungu Wicara Kelas V SDLB Wira Kusuma
Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan”. Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan,
UNESA. 2018
34
Ineu Andriani, Skripsi: “ Perbandingan Kepercayaan Diri Siswa Dalam Belajar Matematika
Antara Yang Menggunakan Metode Jigsaw dengan Metode Inkuiri Terbimbing Di Kelas VII SMP
Satu Atap Negeri Talu Kabupaten Cirebon”(Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Cirebon,2015)
35
Mulyadi, Skripsi: “Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa (SLB) Khusus
Tunarungu Karnnamanohara Yogyakarta Tingkat SMP”(Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta,2015)
24
Model Pembelajaran
di kelas XI Tunarungu
Pembelajaran
Maatematika Kelas XI
Tunarungu
Siswa Tunarungu
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif
Kualitatif. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena
peneliti ingin memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana yang terjadi
apa adanya pada saat penelitian berlangsung. Model desain penelitian kualitatif
dapat dikelompokkan menjadi 6 : desain grounded theory, desain etnografik, desain
penelitian naratif, desain metode campuran, desain studi kasus, dan desain
penelitian tindakan.1 Peneliti dalam melakukan penelitiannya menggunakan teknik-
teknik observasi, wawancara, analisis isi, dan metode pengumpulan data lainnya
untuk menyajikan respon-respon dan perilaku subyek. Jenis penelitian ini sering
dilakukan dalam situasi yang terjadi secara alamiah dan peneliti menaruh perhatian
mendalam terhadap konteks sosial yang ada.2 Peneliti memilih menggunakan
desain penelitian naratif agar dapat menganalisis model pembelajaran matematika
di SLBN 4 Jakarta.
1
Alsa, Asmadi. Pendekatan Kualitatif Kuantitatif serta Kombinasinya Dalam Penelitian
Psikologi. (Yogyakarta: Pustaka Belajar ,2011) h. 52
2
Punaji Setyosari, Metode Penelitian dan pengembangan, (Jakarta: Kencana,2015) h. 58
27
28
Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus sampai bulan November tahun 2018.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu observasi terhadap kegiatan
pembelajaran matematika pada materi keliling bangun datar yang dilakukan pada
jam efektif di kelas dan wawancara pada guru bidang studi matematika yang
dilakukan di luar jam efektif. Wawancara dilakukan di luar jam efektif belajar agar
kegiatan pembelajaran matematika di kelas tidak terganggu.
C. Sumber Data
Sumber data terbagi dalam dua jenis, yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya dari orang lain atau lewat
dokumen.3 Berikut sumber data dalam penelitian ini yaitu, siswa kelas XI
penyandang tunarungu di SLBN 4 Jakarta tahun ajaran 2018/2019 beserta guru
matematika di sekolah tersebut. Sumber data yang diperoleh berupa gambaran
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
3
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 62
4
Ibid. h. 62-63
5
Burhan Bungin Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003)
h. 67
29
menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, wawancara terhadap guru kelas
pada pelajaran matematika
2. Observasi
Marshall menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about
behaviour and the meaning attached to those behaviour” melalui observasi peneliti
belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.6 Pada kegiatan observasi
ini peneliti melihat langsung kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengajar
pembelajaran matematika pada anak tunarungu, setelah itu mencatat dan menggaris
bawahi kegiatan yang peneliti rasa berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif.7 Adapun dokumentasi yang peneliti
perlukan adalah data siswa, data guru, sarana prasaran penunjang pembelajaran dan
kegiatan aktivitas belajar mengajar pada pembelajaran matematika.
6
Sugiyono, 2016, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta), h. 64.
7
Ibid, h. 82
8
Ibid, h. 91
30
peneliti pemula, proses reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan pada
teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut diharapkan
wawasan peneliti akan berkembang, data hasil reduksi lebih bermakna dalam
menjawab pertanyaan penelitian. Peneliti harus mampu memilih dan
mentransformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
2. Penyajian Data
Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau
penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya,
mengingat bahwa peneliti kualitatif banyak menyusun teks naratif. Display adalah
format yang menyajikan informasi secara tematik kepada pembaca. Pada tahap ini
data yang diperoleh dikategorikan kedalam pokok-pokok yang sistematis
berkenaan dengan fokus penelitian dan untuk mempermudah pengambilan
kesimpulan.
B. Proses Pembelajaran
1. Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara, kurikulum yang digunakan untuk siswa
tunarungu sama dengan siswa normal yaitu kurikulum 2013, namun disesuaikan
dengan kondisi siswa. Setiap guru memiliki tugas menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai persiapan awal dalam proses pembelajaran di kelas.
Dalam penelitian ini, guru telah mempersiapkan RPP yang isinya telah disesuaikan
dengan kurikulum 2013 yang diatur dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 yaitu
bahwa komponen RPP terdiri dari Identitas Sekolah, Identitas Mata Pelajaran,
Kelas, Materi Pokok, Alokasi Waktu, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan
Indikator Pencapaian Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran,
31
Metode Pembelajaran, Media Pembelajaran, Sumber Belajar, Langkah-langkah
Pembelajaran dan Penilaian Hasil Pembelajaran. Kurikulum 2013 pada siswa SLB
memang sedikit berbeda dengan Sekolah umum dilihat dari silabus dan RPP, karena
RPP SLB dibuat berdasarkan ketunaan siswa, sehingga harus disesuaikan dengan
kondisi siswa. Berikut hasil analisis RPP yang telah dipersiapkan oleh guru, untuk
pembelajaran di kelas XI.
No Pertanyaan Deskripsi hasil analisis
1 Apakah RPP sudah memuat Iya, sesuai permendikbud No 22 Tahun
semua komponen minimal 2016 1tentang Standar Proses yaitu
seperti yang tertuang dalam bahwa komponen RPP terdiri dari
permendikbud No 22 Tahun Identitas Sekolah, Identitas Mata
2016 tentang Standar Proses? Pelajaran, Kelas, Materi Pokok, Alokasi
Waktu, Kompetensi Inti, Kompetensi
Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi, Tujuan Pembelajaran,
Materi Pembelajaran, Metode
Pembelajaran, Media Pembelajaran,
Sumber Belajar, Langkah-langkah
Pembelajaran dan Penilaian Hasil
Pembelajaran.
2 Apakah rumusan KI dan KD Iya, dalam Peraturan Permendikbud No
sudah sesuai dengan 24 Tahun 2016 2Menjelaskan bahwa
Permendikbud Nomor 24 Kompetensi Inti (KI) pada Kurikulum 2013
Tahun 2016 Tentang merupakan tingkat kemampuan
Kompetensi Inti dan pencapaian standar kompetensi
Kompetensi Dasar kelulusan yang harus dimiliki oleh para
peserta didik untuk setiap tingkatan
kelas. Sedangkan dengan Kompetensi
Dasar (KD) merumuskan kemampuan
materi pembelajaran minimal yang harus
1
Peraturan Perundang-undangan Nomor 20 tahun 2016 https://bsnp-indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2016_Nomor022_Lampiran.pdf terakhir diakses 4
Agustus 2019.
2
Permendikbud No 24 tahun 2016 tentang KI pada Kurikulum 2013
simpuh.kemenag.go.id/regulasi/permendikbud_24_16.pdf terakhir diakses 4 Agustus 2019.
dicapai peserta didik dalam mata
pelajaran matematika
3
Permendikbud No 103 tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan
Pendidikan Menengah pgsd.uad.ac.id/wp-content/uploads/lampiran-permendikbud-no-103-tahun-
2014.pdf terakhir diakses 4 Agustus 2019.
penilaian kinerja dan juga penilaian
fortopolio.
7 Apakah Media/Alat, Bahan dan Belum. Media Pembelajaran adalah
Sumber Belajar sudah Sesuai sesuatu yang menjadi perantara untuk
Dengan Kebutuhan menyampaikan pesan atau
Pembelajaran? mengkomunikasikan sesuatu yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan siswa untuk belajar. Dalam
RPP alat/media pembelajaran yang
digunakan hanya alat tulis dan penggaris.
Sedangkan untuk sumber belajar bukan
hanya ada pada guru, tetapi sumber
belajar juga bias di dapatkan dari konten
internet yang positif, buku, dll.
Tabel 4.2
Tabel Analisis RPP
2. Pelaksanaan
Peneliti melakukan wawancara dan observasi secara langsung untuk
mengetahui proses pembelajaran matematika menggunakan model inkuiri.
Observasi yang dilakukan peneliti tidak hanya sebatas memperhatikan aktivitas
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun aktifitas siswa dalam
menerima pembelajaranpun diamati oleh peneliti. Sebelum peneliti masuk ke ruang
kelas untuk melakukan observasi secara langsung, peneliti mengamati kondisi di
sekitar kelas tempat penelitian. Berikut adalah foto kondisi lingkungan di sekolah
saat penelitian.
Gambar 4.1
Kondisi di Luar Kelas
Gambar 4.1. Kondisi di luar kelas tampak sepi tidak ada siswa yang berlalu
lalang. Seluruh siswa telah memasuki ruang kelas masing-masing untuk
mempersiapkan diri mengikuti proses pembelajaran.
Gambar 4.2
Pembangunan Sekolah
Gambar 4.2. Karena sekolah dalam pembangunan sehingga 1 ruang kelas di
bagi menjadi 2 kelas, untuk tingkat SMA dan SMP. Suara proyek pembangunan
tidak terlalu mengganggu proses belajar mengajar sehingga siswa masih dapat
fokus memperhatikan guru dalam pembelajaran.
Kegiatan observasipun dilaksanakan dengan memfokuskan pada tahapan-
tahapan pembelajaran menggunakan model inkuiri yang meliputi tujuh tahapan.
Ketujuh tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Orientasi
Menurut Sanjaya langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana
atau iklim pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak
untuk berpikir memecahkan masalah. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran
Langkah orientasi dalam RPP dideskripsikan kedalam beberapa kegiatan yaitu
guru mengucapkan salam dan memimpin doa, guru melakukan absensi siswa, guru
menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, guru memberikan
gambaran tentang pentingnya memahami sifat-sifat persegi panjang dan
memberikan gambaran tentang aplikasi persegi panjang dalam kehidupan sehari-
hari, siswa diminta membentuk kelompok seperti yang ditentukan oleh guru, lalu
guru menegaskan tujuan yang akan dipelajari, dan yang terakhir guru
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Sedangkan dari hasil observasi secara langsung diperoleh proses pembelajaran
oleh guru dimulai dengan berdoa yang dipimpin oleh guru dan seorang siswa di
depan kelas dan di ikuti oleh siswa lainnya, lalu dilanjutkan dengan ucapan salam.
Guru tidak menyampaikan tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa namun langsung memberikan gambaran suatu kegiatan untuk menarik
motivasi. Siswa memperhatikan penjelasan tersebut berdasarkan gerak tangan dan
mulut guru. Pada tahap orientasi tidak sesuai dengan teori, karena guru tidak
merangsang dan mengajak siswa untuk memecahkan masalah.
Gambar 4.3
Berdoa yang dipimpin oleh Ketua Kelas
Gambar 4.3. Aktivitas siswa dimulai dari berdoa yang dipimpin oleh ketua
kelas, bernama Hen. Hen siswa tertua di kelas, namun tidak menyurutkan
motivasinya untuk tetap belajar mendapatkan ilmu dengan teman-teman lain di
kelasnya. Begitupun dengan siswa lainnya meskipun memiliki keterbatasan tetapi
tetap semangat belajar.
Gambar 4.4
Yel-yel yang dipimpin oleh ketua kelas
Gambar 4.4. Setelah selesai berdoa seluruh siswa mengucapkan salam kepada
guru, dengan gerakan mulut dan tangan. Terlihat juga di gambar Der, der siswa
laki-laki selain Hen. Der siswa yang sangat aktif berkomunikasi di dalam kelas, ciri
khasnya dia selalu tersenyum. Selain memimpin doa, Hen jugan memimpin teman-
temannya untuk melakukan yel-yel untuk menyemangati belajar sehingga teman-
teman lain ikut bersemangat.
2. Merumuskan Masalah
Menurut Sanjaya merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang mendorong siswa untuk berfikir memecahkan teka-teki tersebut dan
mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang penting dalam
inkuiri karena melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berfikir.
RPP yang dibuat oleh guru menggambarkan langkah merumuskan masalah ini
dengan beberapa aktivitas yaitu siswa mengamati dan memahami gambar yang ada
dalam buku, siswa menanyakan panjang sisi yang sama, dan menanyakan cara yang
mudah dalam menentukan bangun yang ditanyakan.
Sedangkan dari hasil observasi langsung, setelah siswa mengetahui bahwa
gambar yang di tunjukan oleh guru adalah persegi panjang, guru mendorong siswa
untuk memunculkan berbagai pertanyaan berdasarkan gambar yang ditampilkan.
Siswa diharapkan mampu menyusun sendiri rumusan masalah dari gambar tersebut,
karena siswa masih tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, sehingga muncul
dua pertanyaan dari siswa, yang pertama adalah tentang materi yang dibahas dan
yang kedua meminta guru memberikan contoh mengenai materi yang sedang
dibahas. Pada tahapan merumuskan masalah tidak diberikan masalah oleh guru,
sehingga belum sesuai dengan teori.
Gambar 4.5
Siswa Memperhatikan Gambar Persegi Panjang
Gambar 4.5. Siswa memperhatikan gambar yang diberikan oleh guru yaitu
gambar persegi panjang. Setelah melihat gambar tersebut siswa mengalami
kebingungan untuk menanggapi dan memberikan argumen berupa rumusan
masalah berdasarkan gambar yang diberikan oleh guru, sehingga ada dua siswa
yang memberikan pertanyaan.
Gambar 4.6
Gerakan Hen Saat Mencontohkan Guru
Gambar 4.6. Siswa pertama yaitu Der yang menanyakan tentang materi yang
dibahas. Saat guru menjawab pertanyaan dari Der, Hen mencoba untuk
mencontohkan gerakan dari guru untuk membantu menjawab pertanyaan dari
temannya. Gerakan tersebut untuk menunjukkan bahwa pembelajaran ini adalah
Matematika.
Siswa kedua yaitu Lit meminta agar guru memberikan contoh dari materi yang
sedang di bahas. Sedangkan siswa yang lainnya tetap diam memperhatikan
pertanyaan dari temannya tanpa memberikan argumen. Pertanyaan dari Lit
ditanggapi oleh guru dengan terlebih dahulu memberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari yaitu mengenai luas dan keliling kolam renang.
Siswa masih diam dan tampak kebingungan untuk menjawab contoh tersebut.
Karena siswa tunarungu tidak bisa mencari informasi dan menganalisis masalah
yang diberikan sehingga masih perlu bimbingan dari guru untuk mendapatkan
informasi yang mereka perlukan.
3. Merumuskan Hipotesis
Menurut Sanjaya hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang di kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji
kebenarannya. Perkiraan dalam hipotesis harus memiliki landasan berfikir yang
kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat logis. Kemampuan berfikir
logis itu dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki. Dengan demikian
setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan
hipotesis yang logis.
RPP yang dibuat oleh guru tidak mencantumkan tahapan merumuskan
hipotesis, karena memang wawasan yang dimiliki siswa tunarungu masih sebatas
apa yang di sampaikan oleh guru belum memiliki wawasan yang luas sehingga
siswa tunarungu belum memiliki kemampuan berfikir logis dan sulit
mengembangkan hipotesis yang logis.
Dari hasil observasi secara langsung yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan
hasil bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru memberikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari contohnya mengenai ukuran luas dan keliling kolam renang.
Siswa tampak kebingungan ketika ditanya mengenai rumus luas dan keliling
persegi panjang, belum bisa merumuskan hipotesis sendiri. Siswa hanya diam
memperhatikan guru, sehingga guru langsung membantu menuliskan rumus luas
dan keliling persegi panjang. Dalam tahapan hipotesis tidak sama dengan teori
sehingga rpp yang dibuat guru juga tidak terdapat tahapan tersebut.
4. Mengumpulkan dan menganalisis data
Menurut Sanjaya mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan
data meliputi percobaan atau eksperimen. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data memerlukan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berfikirnya.
Langkah mengumpulkan dan menganalisis data dalam RPP mendeskripsikan
kegiatan siswa yaitu berdiskusi bekerja berkelompok untuk mencermati sifat-sifat
persegi panjang dan bekerja berkelompok untuk merencanakan penyelesaian terkait
mencari panjang sisi dan besar sudut persegi panjang
Guru tidak mengelompokkan siswa sehingga tidak terjadi kegiatan diskusi.
Siswa hanya mendengarkan dan memperhatikan guru. Informasi yang didapatkan
oleh siswa hanya sebatas apa yang disampaikan oleh guru tanpa mencari dan
menggali sendiri informasi tersebut, sehingga siswa tidak mengumpulkan dan
menganalisis data melainkan hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru.
Akhirnya dengan bantuan yang diberikan oleh guru, seluruh siswa mengetahui
rumus luas dan keliling persegi panjang. Tahapan ini berbeda dengan teori dan RPP
yang dibuat guru, sehingga pembelajaran menjadi tidak sesuai model inkuiri.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangakan kemampuan berfikir rasional.
Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam RPP yang telah dibuat oleh guru, pada langkah menguji hipotesis, siswa
menyimpulkan sifat-sifat persegi panjang, dan untuk mengetahui pemahaman
materi yang dipelajari, siswa mengerjakan latihan soal pada buku.
Dari hasil observasi secara langsung diperoleh beberapa kegiatan yaitu guru
memberikan contoh soal dan dikerjakan bersama-sama. Semua tampak antusias
mengerjakan contoh yang diberikan oleh guru sampai selesai. Setelah dirasa cukup
guru memberikan soal latihan agar siswa lebih memahami materi yang telah
dibahas. Namun dari beberapa siswa ada satu siswa yang menjawab dengan waktu
yang cukup lama karena tidak bisa penjumlahan dan perkalian secara umum.
Sehingga siswa tersebut menggunakan metode lidi-lidian. Pada tahapan menguji
hipotesis tidak ada karena guru tidak membuat hipotesis diawal, dan siswa tidak
mengumpulkan dan menganalisis data.
Gambar 4.7
Der Mengerjakan Soal Pertama
Gambar 4.7. Der mengacungkan tangan, lalu memberanikan diri untuk
menjawab soal yang pertama. Der terlihat ragu, sehingga ia sering melihat contoh
di sebelah soal yang di berikan. Dalam hitungan perkalian Der menggunakan
penjumlahan dua angka ditambah 2 angka, terlihat Der belum hafal perkalian.
Gambar 4.8
Langkah Pengerjaan Soal
Gambar 4.8. Meskipun Der tampak kebingungan dan belum menghafal
perkalian, Der memiliki keberanian dan semangat mengerjakan soal di depan kelas
sehingga dapat menyelesaikan soal tersebut.
Gambar 4.9
Hasil Pengerjaan Der
Gambar 4.9. Terlihat di foto Der berhasil menjawab soal tentang luas dan
keliling dengan jawaban benar. Setelah itu guru memberikan lagi soal kedua dan
ketiga, untuk memberikan kesempatan kepada siswa lain mencoba mengerjakan di
depan kelas.
.
Gambar 4.10
Hen Mengerjakan Soal Kedua
Gambar 4.10. Soal ke 2 dijawab oleh Hen, awalnya hen ragu untuk
mengerjakan di depan kelas dan menunjuk teman yang lain tapi akhirnya Hen
memberanikan diri untuk mengerjakan soal kedua. Hen lebih cepat menjawab soal
yang diberikan guru. Namun Hen tetap melihat contoh untuk mengikuti langkah
pengerjaannya.
Gambar 4.11
Hasil Pengerjaan Hen
Gambar 4.11. Dari cara berhitung, Hen sudah hafal perkalian sehingga dia bisa
langsung menjawab. Hasil jawaban dari Hen dapat dilihat pada gambar 4.11.
Gambar 4.12
Selebrasi Tos Tangan
Gambar 4.12. Setelah diperiksa oleh guru dan siswa lainnya ternyata jawaban
Hen benar, guru mengajak berselebrasi toss tangan.
Gambar 4.13
Selebrasi seperti C.Ronaldo
Gambar 4.13. Karena Hen merasa senang telah berhasil mengerjakan maka
Hen berselebrasi lagi dengan bergaya seperti C.Ronaldo sepakbola terkenal.
Gambar 4.14
Nur Mengerjakan Soal Ketiga
Gambar 4.14. Pada soal ke tiga guru memberikan kesempatan kepada siswa
perempuan untuk mengerjakan di depan kelas, karena belum ada satupun siswa
perempuan yang mencoba untuk mengerjakan. Nur mengacungkan tangannya dan
maju mengerjakan soal yang ketiga. Namun Nur terlihat ragu dan masih belum bisa
dalam menghitung penjumlahan dan perkalian sehingga sesekali bertanya kepada
guru. Nur dibimbing oleh guru dalam menghitung perkalian. Berdasarkan informasi
dari guru, Nur ini adalah siswa yang pendiam dan kurang berkomunikasi dengan
teman-temannya. Ketika pembelajaran berlangsung Nur sering kebingungan
tentang pembelajaran yang diberikan sehingga Nur terlihat diam tidak seperti
teman-temannya yang aktif berkomunikasi dengan guru atau sesama teman.
Gambar 4.15
Nur Menggunakan Model Lidi-lidian
Gambar 4.15. Nur menjawab soal lebih lama dari teman-teman sebelumnya,
karena Nur kesulitan menghitung penjumlahan dan perkalian, terlihat Nur masih
menghitung perkalian dengan model lidi-lidian.
6. Merumuskan kesimpulan
Menurut Sanjaya merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan pada siswa data mana
yang relevan.
Dalam RPP disebutkan bahwa setelah memeriksa hasil yang diperoleh salah
satu anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi kegiatan sebelumnya,
siswa memberikan tanggapan hasil presentasi meliputi tanya jawab untuk
mengkonfirmasi, melengkapi informasi ataupun tanggapan lainnya.
Dari hasil observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti, rumus luas dan
keliling persegi panjang yang telah di sampaikan terus diulang kembali oleh guru
karena siswa mengalami keterbatasan pendengaran. Guru mengulang kembali agar
siswa bisa mengingat rumus tersebut dan bisa menerapkannya dalam soal. Guru
menggunakan metode MMR (Metode Maternal Reflektif) sebagai pengantar
penjelasan materi pembelajaran. Metode Maternal Reflektif (MMR) dikembangkan
oleh A. Van Uden. Dasar pemikiran dari MMR adalah pemerolehan bahasa ibu
pada anak mendengar. Bahasa ibu yang dimaksud adalah bahasa pertama yang
diperoleh seseorang. Hal tersebut yang menyebabkan nama dari metode ini adalah
meninjau kembali pengalaman berbahasa, sehingga anak bisa mengontrol
penggunaan bahasa secara aktif atau pasif.4 Penerapan MMR dalam pembelajaran
yaitu seorang guru berbicara dengan gerak bibir yang jelas. Siswa tunarungu lebih
memperhatikan gerak bibir daripada suara, serta pengucapan kata-kata yang jelas
dan tidak terlalu cepat. MMR menjadi metode perantara saat guru menyampaikan
materi melalui model inkuiri Guru memberikan latihan soal yang terdapat pada
LKS, siswa mengerjakan LKS tersebut dengan bimbingan guru. Guru memberikan
tiga soal untuk dikerjakan di depan kelas, karena waktu yang terbatas. Dari kelima
siswa tiga diantaranya berhasil mengerjakan soal yang diberikan dengan benar.
Siswa duduk dengan rapih memperhatikan penjelasan dari guru sebagai penguatan
untuk siswa. Siswa diminta untuk mengerjakan soal yang ada dalam LKS sebagai
penguatan pemahaman mereka. Siswa mulai membuka LKS masing-masing dan
mengerjakan sesuai perintah guru. Sebagian siswa bisa mengerjakan sendiri tanpa
dibantu oleh guru. Di tahapan menguji kesimpulan tidak sama dengan rujukan teori
model inkuiri yaitu proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis, karena tahapan sebelumnya tidak terlaksana sehingga
tidak didapat kesimpulan dari pembelajaran menggunakan model inkuiri.
4
Bunawan, L. dan Yuwati S.C. Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu (Jakarta: Yayasan Santi
Rama ,2000) h.88-89
Gambar 4.16
Siswa Mengerjakan LKS
Gambar 4.16. Siswa tampak serius mengerjakan soal dengan melihat langkah
yang telah dikerjakan sebelumnya. Namun masih ada siswa yang kebingungan dan
bertanya kepada guru mengenai langkah pengerjaan dari soal tersebut.
7. Refleksi
Tahapan refleksi dijelaskan dalam RPP kedalam beberapa kegiatan yaitu siswa
diminta menyimpulkan tentang persegi panjang, setiap kelompok diberikan
perolehan penghargaan berkaitan dengan aktivitas kelompok, dan guru mengakhiri
kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk mempelajari materi selanjutnya.
Namun dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai penyelesaian dari soal latihan yang diberikan oleh
guru, siswa aktif bertanya. Guru berkeliling menghampiri siswa yang bertanya
sambil memberikan penguatan materi kepada masing-masing siswa.
Gambar 4.17
Siswa Dibimbing oleh guru
Gambar 4.17. Siswa yang kebingungan dibimbing oleh guru, sehingga dengan
bantuan dari guru seluruh siswa dapat menyelesaikan soal dan mengumpulkan LKS
yang sudah terisi.
Soal telah selesai dikerjakan, siswa mengumpulkan LKS kepada guru dan
bersiap-siap untuk mengakhiri pembelajaran. Siswa duduk di tempatnya masing-
masing, guru menutup pembelajaran dengan berdoa lalu memanggil satu persatu
siswa untuk mengucapkan salam setelah itu siswa dipersilahkan meninggalkan
kelas.
Gambar 4.18
Siswa Bersiap-siap Mengakhiri Pembelajaran
Gambar 4.18. Siswa bersiap-siap untuk mengakhiri pembelajaran dan duduk
dengan rapi ditempatnya masing-masing, dengan dipimpin oleh guru seluruh siswa
mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.
Gambar 4.19
Siswa Mengucapkan Salam
Gambar 4.19. Setelah berdoa siswa tidak langsung meninggalkan kelas tetapi satu
persatu siswa dipanggil namanya oleh guru untuk maju kedepan dan mengucapkan
salam, setelah itu baru dipersilahkan untuk meninggalkan kelas.
3. Aktifitas Pembelajaran
a. Respon Siswa
Setelah pembelajaran berakhir peneliti memberikan angket respon siswa
tentang pembelajaran menggunakan model inkuiri. Pada bagian ini akan dipaparkan
hasil angket respon siswa tersebut. Angket terdiri dari 15 pernyataan, masing-
masing pernyataan terdapat tiga opsi yaitu setuju, kurang setuju dan tidak setuju.
Angket diisi oleh 5 siswa yang telah mengikuti pembelajaran menggunakan model
inkuiri, dari lembar angket tersebut kemudian data ditampilkan dalam bentuk
diagram. Masing-masing pernyataan digambarkan dalam satu diagram lingkaran.
Berikut di tampilkan diagram lingkaran dari kelima jawaban siswa pada masing-
masing pernyataan.
0%
setuju
kurang setuju
tidak setuju
100%
Gambar 4.20
Bahasa yang Digunakan Guru
Pernyataan pertama yaitu bahasa yang digunakan guru jelas dan mudah di
mengerti. Kelima siswa menyetujui pernyataan tersebut, itu berarti bahawa bahasa
yang digunakan oleh guru dapat diterima dan diikuti oleh seluruh siswa. Guru
menggunakan bahasa dari gerak bibir serta dibantu dengan gerak jari, dalam
penjelasan materi guru lebih dominan berbicara karena guru tersebut ingin
membiasakan siswa berbicara.
0%
setuju
kurang setuju
tidak setuju
100%
Gambar 4.21
Guru memberikan motivasi
Pernyataan kedua yaitu saya senang ketika guru memberikan motivasi. Kelima
siswa menyetujui pernyataan tersebut, itu berarti bahwa guru memberikan motivasi
dengan baik yang membuat siswa lebih senang dan lebih semangat untuk mengikuti
pelajaran.
0%
20%
setuju
kurang setuju
tidak setuju
80%
Gambar 4.22
Guru berpenampilan rapih dan sopan
Pernyataan ketiga yaitu guru berpenampilan rapih dan sopan. 4 siswa menyetujui
pernyataan tersebut, dan 1 siswa kurang menyetujui pernyataan tersebut. Saat di
kelas penampilan guru memakai celana bahan dan tidak memakai aksesoris yang
mencolok, karena guru harus menjadi contoh untuk siswanya termasuk dalam
berpenampilan.
20%
0% setuju
kurang setuju
tidak setuju
80%
Gambar 4.23
Dapat mengerjakan soal
Pernyataan keempat yaitu saya yakin dapat mengerjakan soal keliling dan luas
bangun datar dengan baik. 4 siswa menyetujui pernyataan tersebut, karena
penjelasan dari guru yg mudah dimengerti dalam menjelaskan materi dan 1 siswa
kurang menyetujui pernyataan tersebut, itu berarti bahwa ada siswa yang kurang
yakin untuk mengerjakan soal keliling dan luas bangun datar dengan baik.
20%
Gambar 4.24
Menguasai materi keliling dan luas bangun datar
Pernyataan kelima yaitu saya menguasai pelajaran matematika pada materi
keliling dan luas bangun datar karena mudah dimengerti . 2 siswa setuju dengan
pernyataan tersebut, 1 siswa kurang setuju, dan 2 siswa lagi tidak menyetujui
pernyataan tersebut. Siswa masih belum menjawab jika diberikan soal cerita,
namun bila di berikan soal bergambar dapat langsung dikerjakan.
0%
20%
setuju
kurang setuju
tidak setuju
80%
Gambar 4.25
Menerapkan pembelajaran di kehidupan sehari-hari
Pernyataan keenam yaitu dengan materi keliling dan luas bangun datar saya dapat
menerapkan pembelajaran di kehidupan sehari-hari. 4 siswa menyetujui pernyataan
tersebut, dan 1 siswa kurang menyetujui pernyataan tersebut, itu berarti bahwa ada
siswa yang kurang yakin untuk menerapkan materi keliling dan luas bangun datar di
kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat melihat benda yang
nyata, lalu dihitung misalnya mengukur keliling lapangan di sekolah dan luas kelas.
40% 40% setuju
kurang setuju
tidak setuju
20%
Gambar 4.26
Kegiatan berkelompok
20%
Gambar 4.27
LKS memudahkan dalam memahami materi
Pernyataan kedelapan yaitu LKS memudahkan saya dalam memahami materi . 2
siswa setuju dengan pernyataan tersebut, 1 siswa kurang setuju, dan 2 siswa lagi
tidak menyetujui pernyataan tersebut. LKS bertujuan untuk membantu siswa dalam
memahami materi, namun LKS yang diberikan guru berbentuk soal-soal.
40% setuju
kurang setuju
60% tidak setuju
0%
Gambar 4.28
Merasa percaya diri ketika mempresentasikan jawaban
0%
setuju
kurang setuju
tidak setuju
100%
Gambar 4.29
Bangga ketika guru memberikan komentar positif
Pernyataan kesepuluh yaitu saya merasa bangga ketika guru memberikan saya
komentar yang positif. Kelima siswa menyetujui pernyataan tersebut, itu berarti
bahwa komentar positif yang diberikan oleh guru memberikan pengaruh yang baik
dan memberikan kebanggaan tersendiri pada semua siswa. Didalam kelas guru
selalu memberikan kata-kata baik untuk memotivasi, tidak memarahi siswa yang
menjawab soal dalam waktu lama.
0%
setuju
kurang setuju
tidak setuju
100%
Gambar 4.30
Penghargaan dapat memotivasi untuk terus belajar
Pernyataan kesebelas yaitu penghargaan yang diberikan oleh guru membuat
saya termotivasi untuk terus belajar. Kelima siswa menyetujui pernyataan tersebut,
itu berarti bahwa seluruh siswa merasa senang ketika diberikan penghargaan oleh
guru dan membuat siswa termotivasi untuk belajar. Pada saat menjawab
pertanyaan, guru memberikan nilai tambah jika ada siswa yang berani menjawab.
0%
setuju
40%
kurang setuju
60% tidak setuju
Gambar 4.31
Terlibat aktif dalam proses pembelajaran
Pernyataan keduabelas yaitu kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru
membuat saya terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 3 siswa menyetujui
pernyataan tersebut, dan 2 siswa kurang menyetujui pernyataan tersebut. Sebagian
siswa aktif bertanya tentang materi yang belum mereka pahami dan memiliki
keberanian untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru di depan kelas secara
bergantian. namun ada juga yang masih diam belum terlibat aktif dalam
pembelajaran.
0%
setuju
kurang setuju
tidak setuju
100%
Gambar 4.32
Media memudahkan memahami materi
0%
40% setuju
kurang setuju
60% tidak setuju
Gambar 4.33
Menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari
40% setuju
kurang setuju
60% tidak setuju
0%
Gambar 4.34
Media yang digunakan bervariasi
Pernyataan kelimabelas yaitu media yang digunakan oleh guru bervariasi. 3
siswa menyetujui pernyataan tersebut, dan 2 siswa kurang menyetujui pernyataan
tersebut. Dikelas guru memberikan contoh materi dengan menggunakan benda-
benda yang ada di dalam kelas, seperti papan tulis, meja, dll.
Tabel 4.3
Hasil Angket Respon Siswa
Jawaban
No Pernyataan
1 Pernyataan 1 IIIII
2 Pernyataan 2 IIIII
3 Pernyataan 3 IIII I
4 Pernyataan 4 IIII I
5 Pernyataan 5 II I II
6 Pernyataan 6. IIII I
7 Pernyataan 7 II I II
8 Pernyataan 8. II I II
9 Pernyataan 9 III II
10 Pernyataan 10 IIIII
11 Pernyataan 11 IIIII
12 Pernyataan 12 III II
13 Pernyataan 13. IIIII
14 Pernyataan 14 II III
15 Pernyataan 15 III II
Jumlah 54 10 11
Berdasarkan Tabel 4.1 dari 15 pernyataan, jumlah siswa yang setuju sebanyak
54 sedangkan yang kurang setuju sebanyak 10, dan yang tidak setuju sebanyak 11.
Setelah diketahui jumlahnya kemudian ditentukan persentase seperti berikut :
𝟓𝟒
Setuju = 𝟕𝟓 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟕𝟐%
𝟏𝟎
Kurang Setuju = 𝟕𝟓 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟑%
𝟏𝟏
Tidak Setuju = 𝟕𝟓 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟓%
Maka dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa
yang menyukai proses pembelajaran menggunakan model inkuiri sebesar 72%,
sedangkan yang kurang menyukai sebesar 13%, dan yang tidak menyukai sebesar
15%
.
b. Hasil Tes
Tabel 4.4
Hasil Belajar Siswa Tunarungu
Nama Nilai
Der 76.92
Tan 73.08
Lit 73.08
Nur 53.85
Hen 65.38
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa siswa tunarungu memiliki nilai yang
relatif sama dengan siswa disekolah umum. Namun ada siswa yang bernama nur
yang memperoleh nilai rendah. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti,
nur memang siswa yang masih tergolong lambat dari teman-temannya.
Der siswa yang memperoleh nilai tertinggi, yang merupakan pencapaian yang
baik. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, der memang siswa yang aktif.
Terlihat dari keberanian mengerjakan soal didepan mengenai keliling dan luas
dengan benar.
Hen siswa yang memperoleh nilai 65.38, termasuk siswa yang aktif dalam
pembelajaran. Dari hasil observasi, hen adalah salah satu siswa yang berani
menjawab soal didepan dengan jawaban yang benar. Hen juga sudah bisa perkalian,
hal itu yang membuat hen mengerjakan soal lebih cepat.
Tan dan Lit siswa yang memperoleh nilai 73.08, hasil terbaik setelah Der. Dari
hasil observasi yang dilakukan peneliti, tan maupun lit adalah siswa yang aktif
bertanya dan berani menjawab soal kedepan dengan percaya diri.
D. Temuan Penelitian
Temuan dalam penelitian ini adalah hal-hal yang muncul saat penelitian, diluar
dari yang direncanakan sebelumnya oleh peneliti. Hal yang menjadi temuan
tersebut lebih kepada tanggapan siswa terhadap model yang digunakan guru dalam
pembelajaran. Siswa tunarungu terlihat aktif dalam komunikasi pembelajaran
matematika pada model yang diterapkan guru, terlihat pada der dan lit sering
bertanya dan berusaha berbicara kepada guru yang mengajar tentang pembelajaran
luas dan keliling bangun datar meskipun anak tunarungu memiliki keterbatasan
dalam segi bahasa dan bicara. Nur dan Hen yang memiliki nilai kurang baik bias
menjawab pertanyaan yang diberikan guru meskipun Nur masih menggunakan
perhitungan manual yaitu menggunakan Teknik lidi-lidian. Untuk Tan sendiri
mulai awal observasi dan penelitian tidak banyak perubahan, karena siswa belum
dibagi kelompok-kelompok kecil sehingga siswa yang bertanya dan menjawab soal
tidak seluruhnya. Dengan demikian pembelajaran menggunakan model inkuiri
yang di terapkan guru jika sesuai dengan teori dapat melatih komunikasi matematis
siswa tunarungu pada materi luas dan keliling bangun datar.
BAB V
KESIMPULAN
A. Simpulan
1. Penyusunan perencanaan pembelajaran matematika di SLBN 4 Jakarta sesuai
dengan kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum 2013. Meskipun kurikulum
yang digunakan sama dengan sekolah umum, namun tetap saja terdapat
perbedaan, yaitu kurikulum tingkat SMA di SLB akan sama dengan tingkat
SMP di sekolah umum, karena siswa SLB khususnya tunarungu memiliki
keterbatasan dalam pendengarannya sehingga perencanaan pembelajaranpun
disesuaikan dengan kemampuan siswa. RPP yang dibuat guru belum sesuai
dengan model pembelajaran inkuiri menurut teori.
2. Pelaksanaan pembelajaran matematika di SLBN 4 Jakarta menggunakan model
langsung dan metode ekspositori dengan langkah-langkah persiapan, penyajian
isi materi, menghubungkan materi dengan pengalaman siswa, menyimpulkan
materi dan memberikan tugas latihan. Dalam pelaksanaan guru juga
menggunakan MMR ( Metode Maternal Reflektif ) untuk membantu siswa
memahami bahasa.
3. Terdapat 2 hasil aktifitas pada pembelajaran matematika yang dilaksanakan di
SLBN 4 Jakarta yaitu sebagai berikut :
a. Respon siswa yang telah diberikan dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa
menunjukan respon positif terhadap pembelajaran menggunakan model
inkuiri. Hal tersebut dilihat dari persentase siswa yang menyukai proses
pembelajaran menggunakan model inkuiri sebesar 72%, sedangkan yang
kurang menyukai sebesar 13%, dan yang tidak menyukai sebesar 15%.
b. Hasil tes pada siswa anak tunarungu memiliki nilai yang relatif sama dengan
siswa disekolah umum. Namun ada siswa yang bernama nur yang memperoleh
nilai rendah. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, nur memang
siswa yang masih tergolong lambat dari teman-temannya.
4. Tidak ada alat / media pembelajaran matematika secara khusus yang digunakan
oleh guru dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Karena materi yang
63
disampaikan keliling bangun datar maka guru menggunakan benda yang ada
di ruang kelas yaitu papan tulis, kardus, meja, buku, dan lain-lain. Dengan
adanya alat /media pembelajaran tersebut membantu siswa dalam memahami
materi pembelajaran.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang bisa digunakan untuk
peningkatan proses pembelajaran maupun penelitian yang berhubungan dengan
materi ini, diantaranya :
1. Bagi guru
a. Dalam pemilihan model pembelajaran dan juga metode yang digunakan
disesuaikan dengan teori pembelajaran yang ada sehingga seluruh kegiatan
dalam pembelajaran dapat diukur.
b. Memberikan variasi-variasi dalam pembelajaran salah satunya yaitu
menggunakan alat peraga matematika. Sehingga proses pembelajaran menjadi
lebih hidup dan dapat menumbuhkan minat serta ketertarikan siswa dalam
pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Dalam mengikuti pembelajaran di Sekolah lakukan dengan sungguh-sungguh,
semangat, memperhatikan penjelasan dari guru dan di rumah belajar lagi materi
yang telah diajarkan agar dapat menjadi siswa yang berprestasi, sehingga dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi walaupun dengan keterbatasan
fisik.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
permasalahan yang sama dari sudut pandang yang berbeda serta sebaiknya aktivitas
guru dan siswa lebih ditingkatkan guna mendapatkan pembelajaran yang lebih
detail.
C. Rekomendasi
Dari hasil analisis dan kesimpulan, peneliti memberikan rekomendasi untuk
guru pada pembelajaran matematika dengan model inkuiri di SLB tunarungu. Pada
tahapan mengumpulkan dan menganalisis data pada model inkuiri siswa dibagi
menjadi 2 kelompok, kelompok penanya dan penjawab. Untuk kelompok penjawab
terdiri dari siswa yang lebih cepat mengusai materi dan untuk kelompok penanya
terdiri dari siswa yang mempunyai tingkat penguasaan materi lebih lama. Karena
siswa tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran kegiatan diskusi 2
kelompok tersebut dibuat mirip debat antara pro dan kontra, sehingga masing-
masing siswa dapat melatih komunikasi berbicara secara normal dan terbiasa tanpa
menggunakan bahasa isyarat jari.
DAFTAR PUSTAKA
SILABUS
• Guru
menjelaska
n dalam
kehidupan
Matematika
sehari-hari
dengan
persegi
panjang
Lampiran 2
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar
3.3. Memahami keliling dan luas bila unsur – unsur bangun datar diketahui.
4.3. Menghitung keliling dan luas bangun datar bila unsur – unsur bangun
datar diketahui.
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan mengetahui, menyebutkan dan menunjukan persegi panjang untuk
mengetahui luas keliling persegi panjang serta mengetahui unsur-unsur
persegi panjang seperti panjang dan sisi serta dapat menghitung luas keliling
persegi panjang.
74
E. Materi Pembelajaran
1. Penyajian awal materi berupa memperhatikan salah satu gambar persegi
panjang.
2. Kegiatan utama berupa diskusi kelompok yang di akhiri pembuatan bentuk
gambar persegi panjang sebagai hasil laporan diskusi
3. Menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan persegi panjang secara
berkelompok
4. Materi ajar yang dipelajari siswa selama pertemuan pelaksanaan
pembelajaran yang menggunakan RPP ini adalah : Pengertian konsep
,sifat-sifat, pemecahan masalah tentang konsep persegi panjang dan
penerapan rumus mencari keliling dan luas persegi panjang.
F. Model Pembelajaran
Model Inkuiri
G. Sumber Belajar
Matematika. SMALB Kelas XI
H. Alat/Media Pembelajaran
1. Alat tulis dan penggaris
2. Lembar kerja siswa
3. Lembar penilaian
75
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan pertama
Menanya 2
Mengeksplorasi 4
Mengasosiasi 5
Mengomunikasi 6
Pertemuan ke-dua
Menanya
Mengeksplorasi
Mengasosiasi
Mengomunikasi
J. Penilaian
6
80
Keterangan :
SB : Sangat Baik
B : Baik
KB : Kurang Baik
2. Pengetahuan
Soal
Mengetahui,
Kepala SLB Negeri 4 Jakarta Guru Kelas,
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN
Menentukan lamanya
waktu pembelajaran
matematika
Mengembangkan
partisipasi dan motivasi
belajar siswa
Lampiran 4
Berilah tanda cek (✓) pada kolom tabel “ya atau tidak” pada setiap pernyataan
aktivitas pendidik yang dituliskan!
Sintaks Terlaksana
N
Model Aktivitas Pendidik Deskriptif
o Ya Tidak
Pembelajaran
1. Orientasi • Membuka Berdoa
✓
pelajaran
• Menjelaskan topik, Guru tidak menjelaskan
tujuan dan hasil tujuan namun langsung ke
belajar yang inti pembelajaran dengan
✓
diharapkan dapat gerak tangan
dicapai oleh
peserta didik
• Memberikan Guru bercerita kegiatan
gambaran suatu mengajar di sekolah
kegiatan untuk ✓
menarik motivasi
peserta didik
2. Merumuskan • Mendorong peserta Guru mencontohkan, dan
Masalah didik untuk peserta didik mengikuti
memunculkan
berbagai
pertanyaan ✓
berdasarkan
peristiwa yang
ditampilkan oleh
pendidik
3. Merumuskan • Mendorong peserta Siswa diberi masalah
Hipotesis didik untuk dalam kehidupan sehari-
merumuskan hari
berbagai jawaban ✓
yang mungkin dari
masalah yang
dirumuskan
83
4. Mengumpulka • Memberikan
n dan penjelasan tentang
Menganalisis materi kegiatan ✓
Data yang akan
dilaksanakan
• Memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk ✓
melaksanakan
kegiatan
• Memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk ✓
mendiskusikan
hasil kegiatan
5. Menguji • Membimbing
Hipotesis peserta didik untuk
menyampaikan
pendapat ✓
berdasarkan
analisis materi
yang dipelajari
6. Merumuskan • Menunjukkan hasil Guru mencontohkan benda
Kesimpulan kegiatan yang seperti kertas, meja, papan
✓
relevan kepada tulis.
peserta didik
• Membimbing Peserta didik diberikan
peserta didik untuk latihan di papan tulis dan
mendeskripsikan menjawab bersama-sama
✓
simpulan dengan guru.
berdasarkan hasil
diskusi
7. Refleksi • Memberi Guru memberikan
kesempatan kepada kesempatan bertanya dan
peserta didik untuk ✓ peserta didik banyak yang
berpendapat bertanya.
maupun bertanya
• Memberikan Guru memberikan contoh
penguatan materi ✓ lain dalam kehidupan
kepada pserta didik sehari-hari.
• Menutup pelajaran ✓
Menutup dengan
mengucap salam.
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI SISWA
Berilah tanda cek (✓) pada kolom yang disediakan pada setiap pernyataan aktivitas peserta didik yang dituliskan!
Sintaks Siswa
N Model
Aktivitas Siswa
o Pembelajaran 1 2 3 4 5 6
Inkuiri
1. Orientasi • Menjawab salam dari ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
pendidik
• Menyimak penjelasan
dari pendidik tentang
topik, tujuan dan hasil ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
belajar yang diharapkan
dapat dicapai oleh
siswa
• Memperhatikan
gambaran suatu ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
kegiatan yang
disampaikan oleh
pendidik
2. Merumuskan • Menanggapi dan
Masalah memberikan argumen
berupa rumusan ✓ ─ ✓ ─ ─
masalah berdasarkan
kegiatan yang diberikan
oleh pendidik
3. Merumuskan • Menanggapi dengan
Hipotesis memberi rumusan
hipotesis yang mungkin ─ ─ ─ ─ ─
dari rumusan masalah
yang diajukan
4. Mengumpulka • Melaksanakan kegiatan
n dan untuk memahami
─ ─ ─ ─ ─
Menganalisis materi dari data yang
Data diberikan
• Mendiskusikan data
yang diperoleh dengan ─ ─ ─ ─ ─
kelompok
5. Menguji • Menyampaikan
Hipotesis pendapat berdasarkan
✓ ✓ ✓ ✓ ─
hasil analisis data yang
diperoleh
6. Merumuskan • Memperhatikan
Kesimpulan kesimpulan kegiatan ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
dari pendidik
7. Refleksi • Bertanya kepada
pendidik jika tidak ✓ ✓ ✓ ─ ─
memahami materi
• Memperhatikan
pendidik dalam
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
memberikan penguatan
materi
• Berdoa dan menjawab ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
salam
87
Lampiran 6
umum. Ada RPP satu di sekolah sini bisa dipakai di sekolah lain, kalau
kita ga bisa kita bikin sendiri untuk kita sendiri.
Peneliti : Dalam satu kelas terdiri dari berapa siswa pak?
Guru : Harusnya itu maksimal 5, satu guru 5 anak karena kita kekurangan guru
kita bisa 15 ada yang 10 ada 13 itu tapi idealnya itu satu guru 5 anak, itu
menurut kementrian, jadi ga bisa lebih dari 5 tapi kenyataannnya ga
begitu, di praktek lapangan kita lebih dari 10 anak, saya juga ngajar 10
anak lainnya ada 9 ada 15 karena banyaknya anak ABK yang ingin
sekolah disini maka kita tampung sayang kalau kita ngajar 4 atau 5 anak
karena banyak yang antri yang kita tolak juga banyak ratusan kita tolak.
Jadi idealnya menurut kementrian itu satu guru 5 anak.
Peneliti : Di sekolah umum kan minimal untuk penelitian itu 20 orang ya pak, jadi
itu berarti untuk sekolah umum dan sekolah khusus di bedakan ya pak?
Guru : Dibedakan, karena dari kementrian yaitu mentri yang di dapodik itu udah
ada aturannya sendiri, satu guru 5 siswa, kalau 10 ya itu boleh tapi ya
minimalnya yang 5 itu.
Peneliti : Untuk di kelas itu yang diterapkan tetap RPP nya ya pak, yaitu rancangan
yang dibuat sesuai dengan lingkungan yang ada aja begitu pak?
Guru : Oh maksudnya begini, RPP yang kita buat itu kita sesuaikan dengan
lingkungan sekitar sesuai dengan kebutuhan anak, kalau kita bikin sendiri
kan kita tahu kemampuan anak, tapi kalau kita mengambil RPP orang lain
belum tentu bisa diterapkan ke anak yang penting kita ngambil KI KD
kurikulum 2013 kita kembangkan kita jabarkan sendiri. Misalkan KI KD
nya tentang bilangan bulat kita jabarkan bilangan bulat, untuk bilangan
bulat kita sederhanakan tidak setinggi anak SMA pada umumnya gitu.
Nanti lebih jelasnya ke Pak Dul tentang bilangan bulat tentang anak
SMA. Anak tuna grahita seperti murid ibu Rana itu pengacu belajar
mengajarnya lebih rendah lagi. misalkan bukan hanya bilangan bulat saja
misalkan penjumlahan matematika kelas 5 itu baru menjumlahkan
matematika 1 sampai 50 dengan benda konkrit, tapi kalau tuna grahita
ringan tidak menggunakan benda konkrit. Untuk anak-anak ABK lebih
terperinci tidak sama dengan anak pada umumnya.
Peneliti : Saya kan ingin tanya tentang anak tuna rungu khusus nya ya pak, kalau
anak tuna rungu dalam pembelajaran itu mereka kesulitan di apanya pak?
Guru : Di pendengarannya
Peneliti : Selain dari pendengarannya itu mereka sulit apa pak?
Guru : Konsepnya, karena pendengarannya kurang jadi tidak bisa fokus seperti
anak pada umumnya, perbendaharan katanya pun kurang, kata-kata dan
89
ulang. Saya penjumlahan itu 1 tahun, nah itu hanya penjumlahan saja,
kalau Pak Dul nanti ada metode apa yang disampaikan Pak Dul untuk
anak tunarungu, lebih jelasnya Pak Dul ya nanti, seperti metode, sarana
dan prasarana, media yang digunakan nanti Pak Dul yang menjelaskan.
Peneliti : Mungkin pertanyaan dari saya itu saja pak.
Guru : Nanti lebih jelasnya ke Pak Dul ya karena kalau saya metodenya driil,
karena anak tunagrahita tidak ditekankan pada akademik tapi lebih
ditekankan pada bina diri, tapi kalau anak Pak Dul jika intelegensinya
masih bagus maka masih terus dipacu.
Peneliti : Baik pak terimakasih, saya cukupkan. Assalamualaikum Wr.Wb.
91
Peneliti : Assalamualaikum Wr. Wb. Perkenalkan saya Yoga Priatama dari UIN
Jakarta Mahasiswa Pendidikan Matematika, saya ingin melanjutkan
observasi untuk judul skripsi saya tentang Analisis Model Inkuiri dalam
Pembelajaran Matematika di SLBN 4 Jakarta. Kebetulan memang yang
saya pilih itu anak tunarungu. Tadi saya sudah wawancara ke Pak
Teguh disuruh untuk bertemu Pak Fajar Abdul Gani karena beliau yang
mengajar di tingkat SMA untuk materi itu pak, jadi untuk tingkat SMA
itu sendiri pelajaran matematika khususnya di luas dan keliling bangun
datar di kelas berapa ya pak?
Guru : Kalau untuk luas dan keliling bangun datar sesuai dengan Kurikulum
2013 itu ada di kelas 11 sebenarnya di SMP pun sudah mulai mengenal,
tapi karena di SMP masih tematik atau masih semua pelajaran
digabungkan menjadi satu tema sebuah tema dan diubah lagi menjadi
sub tema, kalau di SMA itu berbeda jadi mainset anak-anak tunarungu
khususnya yang mungkin kalau untuk tunagrahita itu SMA nya masih
menggunakan tematik tapi untuk tunarungu itu mereka sudah bisa
mengkotak-kotakkan pelajaran, jadi mereka tahu ini pelajaran IPA ini
pelajaran IPS ini pelajaran matematika jadi untuk tingkatan di SMA itu
mereka itu lebih fokus dalam pembelajaran tidak meluas lagi
pemikirannya contohnya misal anak tunagrahita kenapa mereka di
tematikkan seperti itu misalnya dari matematika mereka lari ke IPA itu
misalnya pembelajaran sapi, oh ini susu sapi, dan sapi itu hewan
menyusui. Nah untuk memasukkan matematikanya misalnya sapi ini
ada berapa coba dihitung satu, dua, tiga, empat, oh sapinya ada empat.
Jadi konsep IPA konsep Matematika dalam pembelajaran tematik itu
akan dijadikan 1 Tetapi kalau untuk tingkat SMA khususnya tunarungu
mereka khusus, Jadi tidak digabungkan dengan pelajaran lain, misalkan
rumus perkalian rumus menghitung lingkaran rumus menghitung sudut
mereka itu khusus untuk menghitung itu harus tahu gitu, nggak bisa
dicampur dengan pelajaran lain seperti itu. Nah untuk di SLB 4 sendiri
di kelas 11 itu tapi ya seperti yang sebelumnya udah observasi ke sini
kesulitan-kesulitan anak tunarungu itu di komunikasi dan penyampaian
itu bisa di papan tulis mereka real tapi mereka nggak tahu nih gimana
cara menghitungnya kadang mereka suka bingung, apalagi kalau untuk
perkalian pembagian mungkin kalau pertambahan dan pengurangan di
kehidupan sehari-hari sering gitu ya kalau misalnya jual beli misalnya
dia beli roti harga Rp2.000 punya uang Rp5.000 dia tahu beli minum
Rp3.000 dia punya uang Rp10.000 dia tahu, tapi kalau untuk perkalian
92
Peneliti : Untuk media-media yang digunakan sendiri di sekolah ini apa ya pak?
Guru : Kalau media kita biasanya pakai media real, contohnya pembagian
mungkin kalau untuk buah, ada 6 jeruk dan ada 3 siswa itu dikasih dua-
dua, tapi itu untuk tingkatan rendah, sedangkan untuk tingkatan SMA
mereka harus bisa abstrak hanya sekedar tulisan mereka bisa
menganalisis 8 dibagi 2 mereka harus sudah tahu, 10 dibagi 5 mereka
harus tahu, tapi tidak semua kemampuan siswa berkebutuhan khusus
pintar seperti itu, normalnya kan sekolah reguler harus seperti itu lah
minimal pembagian, perkalian, pengurangan, penjumlahan mereka
harus tahu diluar kepala, kalau untuk 2 digit angka sampai 3 digit
angka. Kalau anak berkebutuhan khusus ya mungkin ada lah beberapa
media yang harus disiapkan untuk mereka, contohnya mereka boleh
menggunakan kalkulator di saat sulit, karena anak tunarungu, kalau
misalnya mereka tidak bisa mengerjakan sesuatu atau merasa gagal
mereka akan sedikit frustasi, meskipun mereka caranya panjang mereka
bakalan tetap ngerjain, nah satu lagi untuk perkalian itu kalau di umum
kalau di reguler mereka menghitung cepat 7 dikali 6 mereka
menghitung cepat tapi anak-anak disini beda khususnya di SLB 4,
karena diterapinnya dari kecil dari SD sampai SMP diterapin
pembelajarn matematika dalam perkalian mereka menghitungnya
misalnya 7 kali 5 mereka menghitung sendiri ditulis di papan tulis
dimulai dari 7 kali 1 berapa 7 kali 2 berapa sampai ditemukan hasil
sesuai pertanyaan, jadi mereka ngurutin dulu nanti kalau ada yang sama
oh berarti hasilnya ini baru mereka tahu
Guru : Iya betul, karena memang kalau media real, media berupa alat atau
berupa buah biasanya konsep matematika itu kan real, tapi ketika
mereka anak SMA, mereka harus tahu abstrak, memang sulit tapi sesuai
dengan kurikulum yang berlaku guru harus mampu menyampaikan
sesuai dengan kurikulum tersebut.
93
Peneliti : Berarti untuk RPP nya sendiri setiap materi ada ya pak, jadi kan mislnya
yang akan saya teliti itu luas dan keliling bangun datar, untuk RPP nya
itu sendiri ada khusus untuk materi tersebut gitu pak?
Guru : Tidak, kalau di umum mungkin RPP terutama silabus itu berlaku untuk
semua siswa atau berlaku untuk semua murid. Kalau di umum RPP dan
silabus itu di ikuti jadi siswa yang mengikuti silabus dan RPP tersebut.
Kalau di SLB silabus dan RPP yang harus mengikuti siswa, contohnya
seperti ini siswa kelas 2 SMA sudah harus hafal perkalian, sudah harus
tahu rumus menghitung lingkaran contohnya, siswa harus bisa ikut guru
menyiapkan RPP hari ini siswa harus bisa rumus menghitung lingkaran,
nah jadi siswa yang mengikuti RPP dan silabus tersebut, kalau di SLB
tidak, RPP yang menyesuaikan dengan kemampuan, misal hari ini
mereka harus menghitung rumus lingkaran atau harus bisa perkalian 7
kali 5 oh ternyata hari ini belum bisa berarti harus diturunin lagi sampai
mana kemampuan anak misal oh anak baru 7 kali 4, sudah berarti guru
yang harus menurunkan tingkat kesulitannya agar anak mengerti,
setelah anak mengerti baru bisa kita naikkan, jadi kalau di SLB
kurikulum yang mengikuti anak bukan anak yang mengikuti kurikulum
seperti di sekolah umum.
Peneliti : Mungkin yang ingin saya pertanyakan untuk hari ini seperti itu saja pak,
jadi mungkin saya akan lihat siswanya dulu agar lebih paham untuk
melihat kesulitan belajar pada anak tunarungu itu sendiri, jadi saya
cukupkan.
Lampiran 7
PETUNJUK !
Jawaban
No Pernyataan
PETUNJUK !
Jawaban
No Pernyataan
PETUNJUK !
Jawaban
No Pernyataan
PETUNJUK !
Jawaban
No Pernyataan
PETUNJUK !
Jawaban
No Pernyataan
Lampiran 8
Lampiran 9
140
Lampiran 10
Dokumentasi