Anda di halaman 1dari 3

Pengertian filsafat

Kata filosofi berasal dari bahasa yunani “philos” (suka, cinta) dan “Sophia”
(kebijaksanaan). Jadi, kata filososi berarti cinta kepada kebijaksanaan. Filsafat sering
kali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk dari ilmu pengetahuan. Filsifat dapat
didefinisikan dalam berbagai istilah.

Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap


kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini
merupakan arti yang informal tentang filsafat atau kata-kata “mempunyai filsafat”.
Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang sangat dijunjung tinggi. Ini adalah arti yang formal dari “berfilsafat”. Dua
arti filsafat, “memiliki dan melakukan” , tidak dapat sipisahkan sepenuhnya sati dari
lainnya oleh karena itu, jika tidak memiliki suatu filsafat dalam arti yang formal dan
personal, seseorang tidak akan dapat melakukan filsafat dalam arti kritik dan reflektif.

Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.


Filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil berbagai sains dan pengalaman
kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam. Tugas
filsafat adalah untuk memberikan pandangan tentang keseluruhan, kehidupan, dan
pandangan tentang alam, dan untuk mengintegrasikan pengetahuan sains dengan
pengetahuan disiplin lain agar mendapatkan suatu keseluruhan yang konsisten.
Menurut pandangan ini, filsafat berusaha membawa hasil penyelidikan manusia,
keagamaan, sejarah, dan keilmuan kepada suatu pandangan yang terpadu, sehingga
dapat memberi pengetahuan dan pandangan yang mendalam bagi kehidupan manusia.
Keempat, filsafat adalah sebagai analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang
arti kata dan konsep. Memang ini merupakan fungsi filsafat.

Kelima, filsafat adalah sekumpulan problem yang langsung mendapat


perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat. Filsafat
mendorong penyelidikannya sampai kepada persoalan yang paling mendalam dari
eksistensi manusia. Sebagian persoalan filsafat pada zaman dahulu telah terjawab
dengan jawaban yang memuaskan kebanyakan ahli filsafat.

Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-


batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai.
Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena adanya siklus pengetahuan
sehingga membentuk konfigurasi dengan menunjukkan bagaiman “pohon ilmu
pengetahuan” telah tumbuh mekar bercabang secara subur sebagai sebuah fenomena
kemanusiaan. Masing-masing cabang pada tahap selanjutanya melepaskan diri dari
batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya.

Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan


munculnya ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan sub ilmu
pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi, seperti spesialis.
Ilmu pengetahuan hakikatnya dapat dilihat sebagai suatu system yang saling menjalin
dan taat asas (konsisten) dari ungkapan yang sifat benar tidaknya dapat ditentukan
dengan patokan serta tolak ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang.
Menurut sejarah kelahirannya, istilah filsafat terwujud sebagai sikap yang
diteladankan oleh Socrates. Sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong
pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak
merasa dirinya ahli, tidak meyerah kepada kemalasan terus menerus
mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran.

Jika dikelompokkan secara karakteristik cara pendekatannya, dalam filsafat


dikenal ada banyak aliran filsafat. Ciri pemikiran filsafat mengacu pada tiga konsep
pokok: persoalan filsafat bercorak secara umum, persoalan filsafat tidak bersifat
empiris, dan menyangkut masalah-masalah asasi (Ahmad Syadali dan Mudzakkir,
1997). Kemudian, Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Filsafat adalah berfikir secara kritis.
2. Filsafat adalah berfikir dalam bentuknya yang sistematis.
3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4. Filsafat adalah berfikir secara rasional.
5. Filsafat bersifat komprehensif.

Jadi, berfikir filsafat mengandung makna berpikir tentang segala sesuatu yang ada
secara kritis, sistematis, tertib, rasional, dan komprehensif.

Metodologi Filsafat

Oleh karena filsafat berangkat dari rasa heran, bertanya dan memikirkan
tentang asumsi-asumsi fundamental, maka diperlukan untuk meneliti bagaimana
filsafat itu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Problematik filsafat tidak dapat
dipecahakan dengan sekedar mengumpulkan fakta. Untuk mencapai tujuan tersebut,
metode dasar untuk penyelidikan filsafat adalah metode dialektika. Istilah dialektika
menunjukkan proses berfikir yang berasal dari Socrates. Menurut Socrates, cara yang
paling baik untuk mendapatkan pengetahuan yang diandalkan adalah dengan
melakukan pembicaraan yang teratur dengan memainkan peranan seorang
intellectual midwife (orang yang memberi dorongan atau rangsangan kepada
seseorang untuk melahirkan pengetahuan yang terpendam dalam pikiran). Metode
yang dipakai Socrates dinamakan dialektika. Proses diaeltika adalah dialog antara dua
pendirian yang bertentangan. Socrates dan filsuf yang datang kemudian berkeyakinan
bahwa dengan proses dialog dimana setiap peserta dalam pembicaraan akan terpaksa
untuk menjelaskan idenya. Hasil terakhir dari pembicaraan tersebut akan merupakan
pernyataan tentang apa yang dimaksudkan. Hal terpenting adalah dialektika
merupakan perkembangan pemikiran denga memakai pertemuan (interplay) antara
ide.

Anda mungkin juga menyukai