Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITIASIS

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Kolelithiasis berasal dari kata “ kole ” yang artinya empedu, “ lithia ” yang
artinya batu, dan “ sis “ yang berarti adalah proses. Sebuah ukuran batu
empedu bisa bervariasi dan dapat sekecil butiran pasir atau seperti bola golf.
Cholelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk
suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.
Cholelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam
kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari kolesterol,
pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik.

1.2 Etiologi
Faktor predisposisi terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan
infeksi kandung empedu.
1.2.1 Perubahan komposisi empedu
Faktor tersebut merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu
empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi
empedu yang sangat penuh dengan kolesterol. Kolesterol yang
berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu untuk membentuk
batu empedu.
1.2.2 Statis empedu
Keadaan tersebut dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan
unsur – unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau
spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor
hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin) dapat dikaitkan dengan
keterlambatan pengosongan kandung empedu.
1.2.3 Infeksi kandung empedu
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam
pembentukan batu. Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur
sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.
Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu, dibanding panyebab
terbentuknya batu. Adapun faktor – faktor lain penyebab terjadinya
cholelithiasis, antara lain adalah usia yang semakin bertambah,
penyakit tersebut juga paling sering terjadi pada gender wanita,
pengaruh pola hidup, pengkonsumsian obat – obatan untuk
menurunkan kadar serum kolesterol.

1.3 Tanda Gejala


1.3.1 Gejala akut
Tanda: epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme, saat akan
melakukan inspirasi pada pernafasan ketika di raba akan terdapat nyeri
tekan, kandung empedu membesar dan nyeri, ikterus ringan.
Gejala: rasa nyeri (kolik empedu) yang menetap, mual dan muntah,
febris (38,5 0C)
1.3.2 Gejala kronis
Tanda : biasanya tak tampak gambaran pada abdomen, kadang terdapat
nyeri di kuadran kanan atas.
Gejala: rasa nyeri (kolik empedu), tempat : abdomen bagian atas
(midepigastrium), sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah
skapula kanan, mual dan muntah, intoleransi dengan makanan
berlemak, flatulensi, eruktasi (bersendawa)
1.4 Patofisiologi
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Pembentukan empedu yang supersaturasi
b. Nukleasi atau pembentukan inti batu
c. Berkembang karena bertambahnya pengendapan
Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukan
semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol
terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin)
dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol
tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam
bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol,
dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi
sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau
teradi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal
kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu
pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri,
fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partik el debris yang lain
diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan.

Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini :
bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi
normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena
adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan
karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang
akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini
disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidaklarut dalam air tapi larut
dalam lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak
terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.
.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1.5.1 Radiologi
Dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau ductus
koloduktus yang mengalami dilatasi.
1.5.2 Radiologi: Kolesistografi
Dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji
kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian,
memekatnya isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya.
1.5.3 Sonogram
Dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding kandung
empedu telah menebal.
1.5.4 ERCP
Memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat
pada saat laparatomi.
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis :
a. Asimtomatik
b. Ostruksi duktus sistikus
c. Kolik bilier
d. Kolesistitis akut
e. Perikolesistitis
f. Peradangan pankreas (pankreatitis)
g. Perforasi
h. Kolesistitis kronis
i. Hidrop kandung empedu
j. Empiema kandung empedu
k. Fistel kolesistoenterik
l. Batu empedu sekunder (pada 26% penderita, saluran menciut kembali dan
batu empedu muncul lagi)
m. Ileus batu empedu (gallstone ileus)

1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Penatalaksanaan non bedah
- Penatalaksanaan pendukung dan diet
- Disolusi medis
- Disolusi kontak
- ESWL/litostripi gelombang elektrosyok
- ERCP
1.7.2 Penatalaksanaan bedah
- Kolesistektomi terbuka
- Kolesistektomi laparaskopi
1.8 Pathway
Perubahan sekresi Gangguan kontraksi Infeksi bakteri dalam saluran
empedu kandung empedu, spasme empedu
sfingter oddi, hormone
kehamilan (perlambatan
Sekresi empedu jenuh pengosongan kandung Unsur sel/bakteri, mucus,
kolestrol oleh hati empedu) meningkatkan viskosita
empedu

Stasis barier
Resiko Infeksi
Endapan koleterol
dalam kandung empedu
Supersaturasi progresif

Perubahan unsur kimia Kerusakan integritas kulit


Defisiensi
pengetahuan Pengendapan
Pembedahan
(Laparaskopi)
Batu empedu

Obstruksi ductus Obstruksi ductus Kolesistisis akut Kolesistisis kronis


sistikus koledukus

Intervensi
Dyspepsia,intole pembedahan
Distensi kandung Gangguan Penyerapan Kolik bilier
empedu absorpsi vitamin bilirubin ransi lemak,
A, D, E, K indirek nyeri ulu hati,
inflamasi
(tergonjugasi) flatulen
oleh darah
Gangguan epigastrium:
rasa penuh, nyeri, Bersifat iritasi
samar – samar, kuadran aliran cerna
kanan atas
Penyerapan Urin gelap Feses dempul
Penurunan
bilirubin
peristaltik
Rupture kandung indirek oleh
empedu darah
Makanan
Ketidakseimbangan
tertahan di
nutrisi
ikterus lambung
Fundus kandung
empedu
Pruritus

Nyeri Akut
II. Rencana Asuhan Klien Dengan Cholelitiasis
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
2.1.1.1 Keluhan Utama
Tentang keluhan yang dirasakan pasien pada saat perawat
melakukan pengkajian pada kontak pertama dengan pasien
2.1.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Diisi tentang perjalanan penyakit pasien, dari pertama kali
mengurangi keluhan (diobati dengan obat apa, dibawa ke
puskesmas atau ke pelayanan kesehatan lain), sampai
dibawa kerumah sakit dan menjalani perawatan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, DM, HT, TBC, kelainan kongenita hidrosefalus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada pasien.
2.1.2 Pemeriksaan Fisik: Data Fokus
2.1.2.1 Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan
Tanda: gelisah
2.1.2.2 Sirkulasi
Gejala/tanda: takikardi, berkeringat
2.1.2.3 Eliminasi
Gejala/tanda: perubahan warna urine dan feses, distensi
abdomen, urine gelap, pekat, feses warna tanah liat, dan
steatoroa
2.1.2.4 Makanan/cairan
Gejala: anoreksia, mual/muntah, tidak toleran terhadap lemak
dan makanan pembentukan gas, regurgitasi berulang, nyeri
epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia.
Tanda: kegemukan, adanya penurunan berat badan
2.1.2.5 Kenyamanan/nyeri
Gejala: nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke
punggung atau bahu kanan, kolik epigastrium tengah
sehubungan dengan makan, nyeri mulai tiba – tiba dan
biasanya memuncak dalam 30 menit.
Tanda: nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan
atas ditekan, tanda murphy positif.

2.1.2.6 Pernapasan
Tanda: peningkatan frekuensi pernapasan, pernapasan
tertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal.
2.1.2.7 Keamanan
Tanda: demam, menggigil, ikterik, dan kulit berkeringat dan
gatal (Pruritus), kecendrungan perdarahan (kekurangan
vitamin K).
2.1.2.8 Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala: kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu,
adanya kehamilan/melahirkan, riwayat DM, penyakit
inflamasi usus, diskrasias darah.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
2.1.3.1 Pemeriksaan Sinar X Abdomen
a. Ultrasonografi
b. Pemeriksaan pencitraan radionuklida atau koleskintografi
c. Kolesistografi
2.1.3.2 Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan bilirubin dan amylase serum
c. Pemeriksaan enzim hati serum
d. Pemeriksaan kadar prothrombin
e. Pemeriksaan kalangopankreatografi retrograde ndoskopik
(ERCP)
f. Pemeriksaan kalangiografi transhepatik perkutaeus
g. CT Scan
h. Scan hati
i. Foto abdomen (multi posisi)
j. Foto dada
2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1: Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau
digambarkan dengan istilah, awitan yang tiba – tiba atau perlahan
dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam
bulan.
2.2.2 Batasan Karakteristik
Subjektif:
- Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan
isyarat
Objektif:
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot
- Respons autonomic
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi
- Perilaku ekspresif
- Wajah topeng
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Focus menyempit
- Bukti nyeri yang dapat diamati
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur
2.2.3 Faktor Yang Berhubungan
- Agens – agens penyebab cedera (biologis, kimia, fisik, dan
psikologi)

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan faktor biologis
2.2.4 Definisi
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
2.2.5 Batasan Karakteristik
Subjektif:
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Menolak makan
- Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Melaporkan perubahan sensasi rasa
- Melaporkan kurangnya makanan
- Merasa cepat kenyang setelah mengonsumsi makanan
Objektif:
- Pembuluh kapiler rapuh
- Diare atau stiatore
- Adanya bukti kekurangan makanan
- Kehilangan rambut yang berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang informasi, informasi yang salah
- Kurangnya minta terhadap makan
- Salah paham
- Membrane mukosa pucat
- Tonus otot buruk
- Rongga mulut terluka
- Kelemahan otot yang berfungsi untuk mengunyah atau menelan
2.2.6 Faktor Yang Berhubungan
- Faktor biologis
- Penyakit kronik
- Kesuulitan mengunyah atau menelan
- Faktor ekonomi
- Intoleransi makanan
- Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
- Akses terhadap makanan terbatas
- Hilang nafsu makan
- Mual dan muntah
- Gangguan psikologis

Diagnosa 3: Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


2.2.7 Definisi
Perasaan tidak nyaman kekhawatiran yang samar disertai respons
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
2.2.8 Batasan Karakteristik
- Penurunan produktivitas
- Mengeksperiskan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa
hidup
- Gelisah
- Distress
- Ketakutan
- Gugup
- Wajah tegang
- Gangguan tidur
- Anoreksia
- Jantung berdebar – debar
- Blocking fikiran
2.2.9 Faktor Yang Berhubungan
- Hubungan keluarga/hereditas
- Krisis situasi atau maturase
- Stress
- Ancaman kematian
- Ancaman perubahan pada status peran
- Ancaman terhadap konsep diri
- Kebutuhan yang tidak terpenuhi

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri akut berhubungan agens cedera biologis
2.3.1 Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC)
- Menunjukkan tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
dan psikologis
- Menunjukkan kemampuan individu mengendalikan nyeri
- Menunjukkan keparahan nyeri yang dapat diamati dan dilaporkan
2.3.2 Intervensi Dan Rasional (NIC)
- Lakukan pengkajian nyeri secara komperehensif
Rasional: Mengetahui skala nyeri pasien
- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Rasional: Mengetahui reaksi nyeri non verbal
- Gunakan teknik kommunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Rasional: Mengetahui pengalaman nyeri yang pernah dirasakan
pasien
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi rasa nyeri
Rasional: Mengurangi rasa nyeri pasien
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Rasional: Melakukan penangangan nyeri dengan berbagai cara
- Ajarkan teknik nafas dalam
Rasional: Meringankan rasa nyeri pasien
- Tingkatkan istirahat
Rasional: membuat pasien lebih merasa nyaman

Diagnosa 2: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan faktor biologis
2.3.3 Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC)
- Menunjukkan keinginan makan ketika dalam keadaan sakit atau
sedang menjalani pengobatan
- Kemampuan untuk mempersiapkan dan mengingesti makanan dan
cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
- Menunjukkan ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
2.3.4 Intervensi Dan Rasional (NIC)
- Cegah dan tangani pembatasan yang sangat ketat dan aktivitas
berlebihan
Rasional: mengatasi gangguan makan
- Tingkatkan keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi
akibat dari kadar elektrolit yang tidak normal
Rasional: mengatasi ketidakseimbangan elektrolit
- Bantu dan sediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
Rasional: terpenuhi asupan nutrisi pasien
- Berikan makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolic
pasien
Rasional: memenuhi terapi nutrisi yang diperlukan pasien
- Kumpulkan dan analisis data pasien untuk mencegah dan
meminimalkan kurang gizi
Rasional: memantau pemenuhan asupan nutrisi pasien

Diagnosa 3: Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


2.3.5 Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC)
- Menunjukkan penurunan tingkat keparahan manifestasi
keparahan, ketegangan, atau perasaan tidak tenang
- Kemampuan personal untuk menghilangkan atau mengurangi rasa
khawatir, tegang, atau perasaan tidak tenang
- Kemampuan untuk focus pada stimulus tertentu
- Kemampuan personal untuk mengatasi stressor yang membebani
sumber – sumber individu
2.3.6 Intervensi Dan Rasional (NIC)
- Persiapkan pasien menghadapi kemungkinan krisis perkembangan
atau situasional
Rasional: memberikan bimbingan antisipasi
- Minimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka, atau perasaan
tidak tenang yang berhubungan dengan sumber bahaya yang
diantisipasi dan tidak jelas.
Rasional: menurunkan tingkat kecemasan
- Redakan kecamasan pada pasien yang mengalami distress akut
Rasional: meningkatkan ketenangan diri
- Bantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,
perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan
dan peran hidup
Rasional: meningkatkan respon koping pasien
- Berikan penenangan, penerimaan, dan bantuan atau dukungan
selama masa stress
Rasional: memenuhi dukungan emosi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A.H & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
MediAction.
Nurarif, Amin Huda. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis, Jilid 1. Jogjakarta :
Mediaction
Nurjannah, Intansari, dkk. (2018). Nursing Intevention Classification (NIC).
Jogjakarta : Mocomedia.
Nurjannah, Intansari, dkk. (2018). Nursing Outcome Classification (NOC). Jogjakarta
: Mocomedia.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.

Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Banjarmasin, November 2019

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

Jenny Saherna, Ns., M.Kep Siti Rusmiladiyah, S.Kep., Ns

Anda mungkin juga menyukai