Mereka diterpa angin badai selama satu bulan dan naik berpegangan daun
nipa (POPAH) lalu terhempas ombak dan mereka berdua terdampar disatu tempat
diwilayah solok SUMATRA BARAT. Mereka tinggal disuatu rumah yang
berisikan sepasang suami istri yang tidak mempunyai anak yang bekerja sebagai
pembuat garam (NOMAPU/UNU). Mereka dipelihara oleh sepasang keluarga itu
dan setelah beberapa bulan kemudian mereka pamit untuk menjelajahi tanah
johor, sampai disuatu tempat mereka menemukan keramaian. dae lagude bertanya,
“keramaian apakah itu”. Ternyata keramaian itu adalah sebuah saembara yang
diadakan oleh raja setempat. Sayembara itu namanya sepak raga. Setiap peserta
yang bisa menendang bola sepak raga kemudian jatuh dipangkuan sang putri raja
maka orang tersebut berhak menikahinya. Sayembara tersebut sudah berjalan 40
hari 40 malam, namun belum ada putra mahkota yang mampu menendang bola
tersebut sampai kepangkuan putri raja. Para peserta yang mengikuti sayembara
tersebut adalah para putra mahkota yang berasal dari kerajaan johor, kelantang,
riau, dan padang pariaman. Dae lagude melihat saembara tersebut dari balik
pagar, tiba-tiba ia didatangi oleh putra mahkota raja tersebut dan bertanya
“siapakah engkau”. saya berasal dari tanah kaili, jawab dea lagude. “siapa
namamu”, tanya putra raja. Dae lagude menjawab, “namaku dae lagude”. Dalam
hati putra mahkota berkata “sepertinya orang ini bukan orang biasa”. Putra raja
bertanya kembali “apakah engkau mengetahui sepak raga ini”. Dae lagude
menjawab “kalau diizinkan saya akan mencobanya” begitu dae lagude masuk
dimaluilah kembali sepak raga dan pada akhirnya dae lagude bisa menjatuhkan
bola tersebut ke pangkuan putri mahkota. Maka berebutlah putra mahkota
mengakui bahwa merekalah yang menendang bola tersebu. Sang raja mengatakan
“jika betul kalian yang menendang bola tersebut apa buktinya bahwa kalianlah
orangnya”. Dan akhirnya tak ada satupun putra mahkota yang dapat
membuktikannya. Dae lagude ditanya apa bukti jika benar engkau yang
menendang bola tadi. Dae lagude berkata “ada sebuah cincin yang sama persis
dijari manisku ini yang berada didalam bola sepak raga tersebut”. Akhirnya dae
lagude dinikahkan dengan sang putri raja. Acara pernikahannya berlangsung biasa
karena dae lagude bukan berasal dari kalangan kerajaan. Dae Lagude bersama
istrinya serta pengawal setianya tinggal disebuah rumah yang tak jauh dari istana
kerajaan. Seiring berjalanya waktu merekapun dikaruniai seorang putri. Ketika
anak tersebut sedang bermain pengawal pribadi dae lagude yaitu ruantakio
menunduk dan jatulah beberapa tanda kerajaan dari balik sarung yang dililitkan
dibadan pengawal pribadi dae lagude. Pengawal pribadi dae lagude tersebut
sangat setia mendampingi kemanapun dae lagude pergi
Melihat beberapa tanda kerajaan tersebut jatuh istri dari dae lagude
tersebut terkejut seketika ia berlari menemuai ayahnya sang raja dan mengatakan
kepada raja bahwa suaminya tersebut bukanlah orang biasa. Kemudian raja
memanggil dae lagude untuk menceritakan siapa dirinya sebenarnya. Dae lagude
berkata bahwa ia adalah anak raja yang berasal dari kerajaan tanah kaili.
Putri dae lagude akhirnya menikah dengan seorang penyiar agama yang
bernama syekh Zainal Abidin. berasal dari hadramaut. Dari pernikahan tersebut
melahirkan anak yang bernama husain jalaludin.
1. Abdurahim/sy maujud/Buol-Tawaeli,
2. Syarif Magribi,
3. Syarif Masrikit/Toli-toli
4. Abubakar (Tua Putih’Ra)
5. Abdullah (Tua Buro)
6. Syarifah Saerah
7. Syarifah Bagdat