Anda di halaman 1dari 9

OPTIMALISASI PEMBUATAN DAN PENANDATANGANAN BERITA

ACARA SIDANG SEBELUM SIDANG BERIKUTNYA

I. PENDAHULUAN
Tugas pokok lembaga peradilan adalah menerima, memeriksa, mengadili,
memutus dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya. Dalam
melaksanakan tugas memeriksa, mengadili dan memutus perkara tersebut,
dilakukan melalui proses persidangan.
Proses persidangan di pengadilan dilakukan oleh majelis hakim berjumlah
3 (tiga) orang, satu hakim bertindak sebagai ketua majelis sedangkan dua hakim
lainnya bertindak sebagai anggota majelis serta didampingi seorang
Panitera/Panitera Pengganti, yang bertugas membantu majelis hakim dengan
mencatat segala hal yang terjadi dan berkaitan dengan perkara yang sedang
diperiksa tersebut. Catatan dan hasil tulisan Panitera Pengganti yang berkaitan
dengan proses pemeriksaan dalam persidangan selanjutnya dituangkan dalam
bentuk berita acara persidangan yang ditanda tangani oleh Ketua Majelis dan
Panitera Pengganti yang menangani perkara tersebut.
Berita acara persidangan merupakan akta authentik karena dibuat oleh
pejabat yang berwenang untuk itu. Di samping itu berita acara persidangan
menjadi sumber dan landasan acuan bagi majelis hakim dalam membuat dan
menyusun pertimbangan hukum dan putusannya.1
Berdasarkan hal diatas, berita acara persidangan memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam proses penyelesaian perkara di pengadilan. Oleh karena
pentingnya kedudukan dan fungsi berita acara persidangan, maka berita acara
persidangan mesti dibuat sesuai dengan aturan-aturan yang berkaitan dengan
pembuatan dan penyusunannya.
Dalam Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi pengadilan,
khususnya dalam pedoman teknis administrasi dan teknis perdilan perdata umum
memberikan beberapa pedoman mengenai pembuatan berita acara sidang. Hal-hal
tersebut antara lain yaitu, bahwa Hakim/Ketua Majelis bertanggung jawab atas

1
http://erlannaofalblogspotcom.blogspot.com/2010/04/berita-acara-persidangan.html
pembuatan dan kebenaran berita acara persidangan dan menandatanganinya
sebelum sidang berikutnya. Kemudian, Panitera Pengganti yang ikut bersidang
wajib membuat berita acara sidang yang memuat segala sesuatu yang terjadi di
persidangan dengan lengkap dan jelas serta berita acara sidang sebelumnya harus
sudah siap dibuat untuk ditandatangani sebelum sidang berikutnya.

II. PERMASALAHAN
Buku II Mahkamah Agung mengenai Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Pengadilan merupakan buku pedoman bagi aparat peradilan dalam
melaksanakan tugas dan administrasi pengadilan agar dapat berjalan secara tertib
dan teratur (how to do it). Salah satu hal yang diatur dalam Buku II Mahkamah
Agung tersebut yaitu mengenai pembuatan berita acara sidang. Seperti yang
dijelaskan dalam pendahuluan di atas, pedoman tersebut diantaranya mengenai,
1. Hakim/Ketua Majelis bertanggung jawab atas pembuatan dan kebenaran berita
acara persidangan dan menandatanganinya sebelum sidang berikutnya;
2. Panitera pengganti yang ikut bersidang wajib membuat berita acara sidang
yang memuat segala sesuatu yang terjadi di persidangan dengan lengkap dan
jelas.
3. Berita acara sidang sebelumnya harus sudah siap dibuat untuk ditandatangani
sebelum sidang berikutnya.2
Namun dalam prakteknya di Pengadilan Negeri Wates, pedoman tersebut
belum sepenuhnya dilaksanakan oleh Panitera Pengganti yang dalam hal ini
memiliki tanggung jawab untuk membantu hakim dalam membuat berita acara
persidangan. Masih banyak ditemukan pembuatan dan penandatanganan berita
acara sidang dilakukan oleh panitera pengganti tidak mengacu pada pedoman
pelaksanaan tugas dan administrasi pengadilan. Dalam tulisan ini, penulis
mencoba untuk membahas mengenai: Bagaimana cara mengoptimalisasikan
pembuatan dan penandatanganan berita acara sidang sebelum sidang berikutnya?

2
Buku II Mahkamah Agung, Pedoman Teknis Administrasi Pengadilan dalam Empat Lingkungan
Peradilan,2007. hal. 23
III. PEMBAHASAN
1. Faktor Penyebab pembuatan dan penandatanganan berita acara sidang
belum dilakukan sebelum sidang berikutnya
Panitera pengganti memiliki tugas membantu hakim dalam mengikuti dan
mencatat jalannya persidangan, membuat penetapan hari sidang, membuat
penetapan sita jaminan, membuat berita acara persidangan yang harus selesai
sebelum sidang berikutnya, mengetik penetapan-penetapan lainnya, mengetik
salinan putusan/penetapan sidang. Namun, masih ditemukan panitera pengganti
yang belum melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Salah satunya membuat
dan menandatangani berita acara persidangan yang harus dilakukan sebelum
sidang berikutnya. Dari hasil pengamatan dan observasi yang penulis lakukan
melalui teknik wawancara dengan beberapa Panitera Pengganti di Pengadilan
Negeri Wates, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan hal tersebut terjadi, diantaranya:
a. Panitera Pengganti diperbantukan pada bidang lain
Komposisi pegawai yang ada pada Pengadilan Negeri Wates belum
sepenuhnya ideal. Terdapat beberapa bagian yang memiliki beban kerja yang
tinggi namun dihadapkan dengan minimnya jumlah sumber daya manusia
pada bidang tersebut, sehingga Ketua Pengadilan mengambil kebijakan untuk
memberikan beban tugas lebih kepada Panitera Pengganti untuk membantu
pekerjaan pada bidang tersebut. Oleh karena itu beban tugas panitera
pengganti pun bertambah, yang berdampak pada pelaksanaan tugas pokoknya
yang kurang optimal.
b. Sikap kurang profesional atau menunda pekerjaan
Dari hasil observasi yang penulis lakukan, banyak yang menyatakan bahwa
terkadang pada hari tersebut panitera pengganti mengikuti banyak
persidangan, sehingga terhadap pengetikan berita acara sidang direncanakan
pada hari berikutnya. Namun dalam kenyataannya hari berikutnya telah
menanti pekerjaan lain, sehingga pembuatan berita acara sidangpun tertunda.
c. Dalam pelaksanaan pekerjaan tidak mengacu pada SOP (Sistem Operasional
dan Prosedur) yang telah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan
Pengadilan Negeri Wates telah memiliki SOP Panitera Pengganti mengenai
pelaksanaan tugas Panitera Pengganti baik dalam perkara pidana maupun
perkara perdata. Dalam SOP tersebut dijabarkan tugas Panitera Pengganti
untuk membuat dan menandatangani berita acara sidang dalam waktu 7
(tujuh) hari.3 Waktu 7 (tujuh) hari ini diasumsikan sebagai jangka waktu
penundaan sidang oleh hakim terhadap agenda sidang berikutnya. Sehingga
apabila Panitera Pengganti berpedoman pada SOP tersebut, seharusnya berita
acara sidang telah selesai dibuat dan ditandatangani sebelum agenda sidang
berikutnya dilaksanakan.
d. Panitera Pengganti telah membuat berita acara sidang namun Hakim/Ketua
Majelis belum mengoreksi dan menandatanganinya
Dalam Buku II Mahkamah Agung mengenai Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Adminstrasi Pengadilan, perlu dipahami bahwa Hakim/Ketua Majelis
bertanggung jawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara persidangan
dan menandatanganinya sebelum sidang berikutnya. Sehingga Hakim/Ketua
Majelis juga memiliki tanggung jawab untuk mengoreksi kebenaran berita
acara sidang tersebut. Namun terkadang dalam prakteknya, Panitera Pengganti
sudah selesai membuat berita acara sidang, namun Hakim/Ketua Majelis tidak
langsung mengoreksi dan menandatangani berita acara tersebut.

2. Manfaat pembuatan dan penandatanganan berita acara sidang sebelum


sidang berikutnya
Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan disusun guna
memberikan acuan dan memberikan manfaat dalam pelaksanaan tugas dan
administrasi aparatur pengadilan. Seperti halnya pembuatan dan penandatanganan
berita acara sidang sebelum sidang berikutnya memiliki manfaat antara lain:
a. Hakim/Ketua Majelis dapat langsung mengoreksi kebenaran berita acara
sidang
Seperti telah dijabarkan sebelumnya, dalam Buku II Mahkamah Agung
sebagai buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Adminstrasi Pengadilan,
Hakim/Ketua Majelis memiliki tanggung jawab atas pembuatan dan

3
http://pn-wates.go.id
kebenaran berita acara persidangan. Apabila berita acara sidang dapat dibuat
tepat waktu, hal ini dapat memudahkan Hakim/Ketua Majelis untuk
mengoreksi kebenaran berita acara sidang tersebut. Karena bagaimanapun
juga, berita acara merupakan acuan Hakim dalam menyusun putusan. Dengan
kebenaran berita acara, dapat memudahkan hakim dalam menyusun
pertimbangan hukum dalam membuat putusan.
b. Menjamin akurasi dan kelengkapan Berita Acara Sidang
Manfaat lainnya yang dapat diambil dari pembuatan berita acara sidang tepat
waktu atau tidak berlarut-larut adalah dapat menjamin akurasi suatu berita
acara persidanagan. Apabila penyelesaian berita acara dilakukan secara
berlarut-larut dikhawatirkan dapat mengurangi akurasi berita acara tersebut,
karena tidak menutup kemungkinan panitera pengganti yang memiliki tugas
membuat berita acara sidang, sudah tidak ingat secara tepat apa yang terjadi
maupun yang diterangkan saksi dan terdakwa dalam persidangan. Memang
dalam proses pendampingan pada sidang tersebut panietra pengganti membuat
suatu catatan mengenai jalannya persidangan, namun hal itu pula tidak
menutup kemungkinan panitera pengganti sendiri tidak dapat lagi membaca
dengan jelas catatan persidangan yang ditulisnya apabila proses pembuatan
berita acara tersebut dilakukan berlarut-larut.4
c. Pekerjaan lebih efektif dan efisien
Dengan menyusun berita acara tepat waktu atau dilakukan sebelum sidang
berikutnya memiliki manfaat berupa pekerjaan yang dilakukan oleh Panitera
Pengganti dapat lebih efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan manfaat-
manfaat lain yang dijelaskan diatas. Sebagai contoh, dengan pengoreksian
berita acara sidang yang dilakukan oleh Hakim/Majelis Hakim sebelum sidang
berikutnya dapat mengurangi beban kerja panitera pengganti dibandingkan
pengoreksian berita acara sidang oleh Hakim/Majelis Hakim pada saat
sebelum pembacaan putusan.

4
Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding,Kasasi dan Peninjauan Kembali. 2009. Hal. 270
3. Optimalisasi pembuatan Berita Acara Sidang sebelum sidang berikutnya
Setelah penjabaran mengenai kendala dan manfaat dalam pembuatan berita
acara sebelum sidang berikutnya, selanjutnya penulis akan menjabarkan mengenai
upaya optimalisasi pembuatan berita acara sidang sebelum sidang berikutnya.
Diantaranya antara lain:
a. Profesionalistas dalam menjalankan pekerjaan
Setiap pegawai pengadilan, dalam pembahasan ini terutama Panitera
Pengganti harus memiliki tanggung jawab terhadap setiap pekerjaan yang
diembannya, walaupun dalam praktiknya Panitera Pengganti juga dibebankan
pekerjaan lain diluar pekerjaan pokok dibidang kepaniteraan. Semua pekerjaan
tersebut harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sehingga setiap
pekerjaan yang dilaksanakan memiliki nilai kualitas yang sama baiknya, baik
terhadap pekerjaan tambahan maupun pekerjaan pokok yang telah menjadi
tugasnya.
b. Koordinasi yang baik antara Panitera Pengganti dan Hakim/Ketua Majelis
Para pegawai pengadilan harus mengetahui secara baik tugas dan fungsi
masing-masing. Dalam pembuatan berita acara sidang, Hakim/Ketua Majelis
dan Panitera Pengganti memiliki peran yang penting dalam menghasilkan
berita acara sidang yang baik. Seperti yang kita ketahui, Panitera Pengganti
memiliki tanggung jawab untuk membuat berita acara sidang sebelum sidang
berikutnya, dan Hakim/Majelis Hakim memiliki tugas untuk mengoreksi
kesesuaian berita acara tersebut. Harus terjalin koordinasi yang baik antara
Panitera Pengganti dan hakim, sehingga pelaksanaan tugas dan fungsi antar
aparat pengadilan tersebut dapat terlaksana dengan baik pula.
c. Pelaksanaan pekerjaan yang mengacu pada SOP
Pedoman pelaksanaan pembuatan berita acara sidang yang diatur dalam Buku
II Mahkamah Agung mengenai pembuatan dan penandatanganan berita acara
sidang yang harus dilakukan sebelum sidang berikutnya, sebenarnya sudang
diakomodir dalam SOP Panitera Pengganti baik dalam perkara pidana maupun
perdata. Seharusnya SOP yang telah dibuat secara jelas dan detail ini menjadi
acuan Panitera Pengganti dalam pelaksanaan tugasnya.
d. Adanya pengawasan dan pembinaan oleh atasan langsung
Bahwa untuk mengoptimalkan pelaksanaan kerja Panitera Pengganti, perlu
adanya pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara terus menerus oleh
atasan langsung, pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan bentuk
memantau, mengamati dan memeriksa pelaksanaan tugas secara
berkesinambungan terhadap pelaksanaan tugas Panitera Pengganti. Sedangkan
pembinaan dapat dilakukan dengan menjelaskan pembagian tugas, fungsi dan
kewenangan bawahan dalam struktur organisasi di bawah kendalinya secara
berkala. Mengenai pengawasan dan pembinaan oleh atasan langsung ini dapat
mengacu pada Peraturan Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Pengawasan dan Pembinaan Atasan Langsung di lingkungan Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan di bawahnya.
IV. PENUTUP
a. Kesimpulan
Dalam pedoman pelaksanaan tugas Panitera Pengganti, seorang Panitera
Pengganti dituntut untuk membuat dan menandatangani berita acara sidang
sebelumnya sebelum sidang berikutnya dilaksanakan. Namun dalam
penerapannya, masih terdapat beberapa kendala dalam penerapan tugas tersebut,
diantaranya Panitera Pengganti yang dibebani tugas tambahan dibidang yang lain
sehingga pelaksanaan tugas pokoknya kurang maksimal, kurangnya sikap
profesionalisme dan menunda pekerjaan sehingga penyelesaian pekerjaan pun
tidak sesuai jadwal, belum menerapkan SOP yang telah ditetapkan oleh Ketua
Pengadilan dan kurangnya koordinasi antara Hakim/Majelis Hakim dan Panitera
Pengganti. Padahal, banyak manfaat yang dapat diambil apabila Panitera
Pengganti menerapkan pedoman tersebut. Diantaranya Hakim/Ketua Majelis
dapat langsung mengoreksi kebenaran berita acara sidang, akurasi berita acara
sidang lebih terjamin dan pekerjaan Panitera pengganti menjadi lebih efektif dan
efisien.

b. Saran
Optimalisasi terhadap pelaksanaan pembuatan dan penandatanganan berita
acara sidang sebelum sidang berikutnya dapat dilakukan dengan menerapkan sifat
profesionalisme dan tanggung jawab pada setiap pekerjaan yang diemban,
sehingga menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik, selain itu koordinasi yang
baik antara Hakim/Ketua Majelis dan Panitera Pengganti, dan penerapan SOP
pada setiap pelaksanaan pekerjaan juga dapat mengoptimalisasi proses pembuatan
dan penandatanganan berita acara serta dengan melakukan pengawasan dan
pembinaan oleh atasan langsung.
DAFTAR PUSTAKA

http://erlannaofalblogspotcom.blogspot.com/2010/04/berita-acara-
persidangan.html
http://pn-wates.go.id
Harahap, Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali. 2009.
Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Mahkamah Agung, Buku II Pedoman Teknis Administrasi Pengadilan dalam
Empat Lingkungan Peradilan. 2007. Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai